PENGARUH METODE MATHEMAGICS TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DI TINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMKN 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016 2017

(1)

PENGARUH METODE MATHEMAGICS TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DI TINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR

SISWA SMKN 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016/2017

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

dalam Ilmu Matematika

Oleh

MAYA WAHYUNITA NPM : 1211050095

Jurusan : Pendidikan Matematika

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG 1438 H/2017 M


(2)

i

PENGARUH METODE MATHEMAGICS TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DI TINJAU DARI MOTIVASI

BELAJAR SISWA SMKN 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016/2017

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

dalam Ilmu Matematika

Oleh

MAYA WAHYUNITA NPM : 1211050095

Jurusan : Pendidikan Matematika

Pembimbing I : Dr. Nanang Supriadi, M.Sc Pembimbing II : M. Syazali, M.Si

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG 1438 H/2017 M


(3)

ii

ABSTRAK

PENGARUH METODE MATHEMAGICS TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DI TINJAU DARI MOTIVASI

BELAJAR SISWA SMKN 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016/2017

Oleh Maya Wahyunita

Penalaran matematis adalah suatu proses berpikir untuk memahami dan menarik suatu kesimpulan pada pelajaran matematika. Kemampuan penalaran matematis pada pembelajaran matematika merupakan salah satu kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Hal ini dikarenakan proses penalaran merupakan aspek atau bagian yang esensial dari berpikir matematis. Berdasarkan prapenelitian yang peneliti lakukan di SMKN 1 Bandar Lampung, diketahui bahwa kemampuan penalaran matematis yang dimiliki siswa di SMK tersebut masih rendah. Selain itu, motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar matematika juga masih kurang. Maka penulis tertarik untuk menggunakan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis dan motivasi belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode mathemagics terhadap kemampuan penalaran matematis di tinjau dari motivasi belajar siswa.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimendengan rancangan penelitian faktorial . Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas SMKN 1 Bandar Lampung. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik acak kelas, dimana kelas A merupakan kelas kontrol dan kelas B merupakan kelas eksperimen penelitian dengan materi matriks. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket motivasi belajar matematika dan tes kemampuan penalaran matematis berupa soal uraian.

Pengujian hipotesis menggunakan analisis variansi dua jalan sel tak sama, dengan taraf signifikansi 5%. Dari hasil analisis diperoleh >

sehingga H0A ditolak, > sehingga H0B ditolak, dan

< sehingga H0AB diterima. Berdasarkan hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa : (1) terdapat perbedaan pengaruh antara metode

mathemagics dan metode konvensional terhadap kemampuan penalaran matematis siswa, (2) terdapat pengaruh motivasi belajar (tinggi, sedang, rendah) terhadap kemampuan penalaran matematis siswa, (3) tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan penalaran matematis siswa.

Kata Kunci : Metode mathemagics, Kemampuan penalaran matematis, dan Motivasi belajar


(4)

(5)

(6)

v

MOTTO

“… Kemudian, apabila engkau telah membulatkan

tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh

Allah mencintai orang yang bertawakal.”

(Q.S Ali

„Imran : 159)

“… dan barang siapa bertawakal kepada Allah ,

niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya.

Seseungguhnya Allah melaksanakan urusan-

Nya.”


(7)

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, pada akhirnya tugas akhir (skripsi) ini dapat terselesaikan dengan baik, dengan kerendahan hati yang tulus dan hanya mengharap ridho Allah semata, penulis persembahkan skripsi ini kepada:

1. Kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda Arjo Suwito dan Ibunda Setya Wati yang

telah memberi cinta, pengorbanan, kasih sayang, semangat, nasihat, dan do‟a yang tiada henti untuk kesuksesanku. Do‟a yang tulus selalu penulis

persembahkan atas jasa beliau yang telah mendidikku serta membesarkanku dengan penuh cinta dan kasih sayang yang tulus sehingga mengantarkan penulis menyelesaikan Pendidikan S1 di IAIN Raden Intan Lampung.

2. Kakak-kakakku tersayang, Fitriyono dan Dede Sarbini terimakasih atas canda tawa, kasih sayang, persaudaraan, do‟a dan dukungan yang selama ini kalian berikan, semoga kita semua bisa membuat orang tua kita selalu tersenyum bahagia, Aamiin.


(8)

vii

RIWAYAT HIDUP

Maya Wahyunita dilahirkan pada tanggal 24 Januari 1994 di Bumirejo Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu, yaitu putri bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Arjo Suwito dan Ibu Setya Wati.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis adalah pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Bumiratu kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu yang dimulai pada tahun 1999 dan diselesaikan pada tahun 2005. Pada tahun 2005 sampai 2008, penulis melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah (Mts) Roudlotul Huda Purwosari Padang Ratu Kabupaten Lampung Tengah. Penulis juga melanjutkan pendidikan jenjang selanjutnya, yaitu ke Madrasah Aliyah (MA) Roudlotul Huda Purwosari Padang Ratu Kabupaten Lampung Tengah dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011.

Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Matematika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung. Pada bulan Agustus 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Budi Lestari Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Pada bulan Oktober 2015 penulis melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Negeri 1 Bandar Lampung.


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita. Shalawat dan salam senantiasa selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW. Berkat ridho dari Allah SWT akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.

2. Bapak Dr. Nanang Supriadi, M.Sc selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.

3. Bapak Dr. Nanang Supriadi, M.Sc selaku pembimbing I dan Bapak M.Syazali, M.Si selaku pembimbing II yang telah sabar membimbing dan memberikan pengarahan demi keberhasilan penulis.

4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Tarbiyah dn Keguruan khususnya untuk Jurusan Pendidikan Matematika yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan


(10)

ix

kepada penulis selama menuntut ilmu di Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.

5. Ibu Dra. Hj. Mike Elly Rose, M.Pd selaku Kepala SMKN 1 Bandar Lampung yang telah membantu memberikan izin atas penelitian yang penulis lakukan. 6. Ibu Dra. Ani Rosalia, Bapak dan Ibu Guru beserta Staf TU SMKN 1 Bandar

Lampung yang banyak membantu dan membimbing penulis selama mengadakan penelitian.

7. Sahabatku tersayang Etti Desti yang selalu setia mendengarkan cerita bahagia dan sedihku, terimakasih telah menjadi bagian dalam perjalananku selama ini. 8. Teman-teman seperjuangan yang luar biasa di Jurusan Pendidikan Matematika

angkatan 2012, terkhusus kelas A (Hesti, Deka, Nisaa, Cenni, Isti, Hikma, Linda, Muhli, Reki, Budi, Azam, Jaluh, dan yang lain), terimakasih atas kebersamaan, semangat dan motivasi yang telah diberikan.

9. Saudara-saudaraku KKN 21 dan PPL 24 yang luar biasa, terimakasih atas ukhuwah kita selama ini dan untuk momen-momen yang telah kita lalui bersama. Sungguh semua akan menjadi sejarah yang tidak akan terlupakan.

10. Bapak Drs. Yadi Lustiadi dan Ibu Dra. Rus Nilawaty yang sudah seperti orangtua

bagi penulis, terimakasih atas segala nasihat, do‟a dan dukungan yang telah

diberikan kepada penulis.

11. Almamater IAIN Raden Intan Lampung yang ku banggakan, yang telah mendidikku dengan iman dan ilmu.


(11)

x

Alhamdulillaahiladzi bini’matihi tatimushalihat (segala puji bagi Allah yang dengan nikmatnya amal shaleh menjadi sempurna). Semoga semua bantuan, bimbingan dan kontribusi yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan ridho dan sekaligus sebagai catatan amal ibadah dari Allah SWT. Aamiin Ya Robbal

„Alamin. Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangatlah penulis harapkan untuk perbaikan dimasa mendatang.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Januari 2017 Penulis

Maya Wahyunita NPM. 1211050095


(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Batasan Masalah ... 10

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 11


(13)

xii

H. Definisi Operasional ... 13

BAB II LANDASAN TEORI A.Kajian Teori ... 15

1. Belajar dan Pembelajaran ... 15

a. Pengertian Belajar... 15

b. Pengertian Pembelajaran ... 17

2. Metode Mathemagics ... 19

a. Pengertian Metode Mathemagics ... 19

b. Langkah-langkah Metode Mathemagics ... 22

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Mathemagics ... 23

3. Kemampuan Penalaran Matematis ... 24

a. Pengertian Kemampuan Penalaran Matematis ... 24

b. Jenis-jenis Penalaran ... 25

4. Motivasi Belajar ... 27

a. Pengertian Motivasi ... 27

b. Macam-macam Motivasi ... 29

c. Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran ... 31

5. Penelitian Relevan ... 33

B.Kerangka Berpikir ... 34

C.Hipotesis ... 36


(14)

xiii

A.Rancangan Penelitian ... 39

B.Populasi, Sampling dan Sampel ... 43

C.Sumber Data dan Variabel ... 44

D.Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 46

E. Pengujian Instrumen Penelitian ... 53

1. Uji Validitas ... 53

2. Uji Tingkat Kesukaran... 54

3. Uji Daya Pembeda ... 55

4. Uji Reliabilitas ... 57

F. Teknik Analisis Data ... 58

1. Uji Prasyarat Analisis ... 58

a. Uji Normalitas ... 58

b. Uji Homogenitas ... 59

2. Uji Hipotesis ... 60

a. Uji Anava Dua Arah ... 60

3. Uji Non Parametrik ... 67

4. Uji Komparasi Ganda ... 69

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A.Analisis Data ... 71

1. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen ... 71


(15)

xiv

b. Analisis Hasil Uji Coba Angket Motivasi Belajar ... 79

B.Deskripsi Data Amatan ... 84

C.Hasil Uji Prasyarat ... 86

D.Uji Hipotesis Penelitian ... 89

1. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ... 89

2. Uji Komparansi Ganda Metode Scheffe‟ ... 91

E. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 95

1. Hipotesis Pertama ... 99

2. Hipotesis Kedua ... 102

3. Hipotesis Ketiga ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 106

B.Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Belajar Pelajaran Matematika Siswa Kelas X ... 8

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 42

Tabel 3.2 Skor Skala Likert ... 48

Tabel 3.3 Kriteria Motivasi Belajar Siswa ... 49

Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Kemampuan Penalaran Matematis ... 50

Tabel 3.5 Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Tes ... 55

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Beda ... 56

Tabel 3.7 Notasi dan Tata Letak ... 62

Tabel 3.8 Rangkuman Anava Dua Jalan ... 66

Tabel 4.1 Rangkuman Validasi Isi Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 72

Tabel 4.2 Validasi Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 74

Tabel 4.3 Tingkat Kesukaran Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 75

Tabel 4.4 Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 76

Tabel 4.5 Rekapitulasi Uji Prasyarat Analisis ... 78

Tabel 4.6 Rangkuman Validasi Isi Angket Motivasi Belajar ... 79

Tabel 4.7 Validasi Soal Tes Angket Motivasi Belajar ... 81

Tabel 4.8 Kesimpulan Uji Coba Instrumen Angket Motivasi ... 82

Tabel 4.9 Deskripsi Data Amatan Postes Peserta Didik ... 84


(17)

xvi

Tabel 4.11 Sebaran Peserta Didik Ditinjau dari Motivasi Belajar ... 86

Tabel 4.12 Data Uji Normalitas Postes Kemampuan Penalaran Matematis ... 87

Tabel 4.13 Data Uji Normalitas Angket Motivasi Belajar ... 88

Tabel 4.14 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ... 90

Tabel 4.15 Rangkuman Rataan dan Rataan Marginal... 91


(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Nama Responden Kelas Uji Coba Instrumen Tes KPM ... 111

2. Daftar Nama Responden Kelas Uji Coba Angket ... 112

3. Daftar Nama Sampel ... 113

4. Kisi-kisi Uji Coba Angket Motivasi Belajar ... 114

5. Soal Uji Coba Angket Motivasi Belajar ... 115

6. Kisi-kisi Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 118

7. Soal Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 120

8. Validitas Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 124

9. Pehitungan Uji Validitas Tiap Butir Soal ... 126

10.Analisis Tingkat Kesukaran Uji Coba Instrumen Tes KPM ... 129

11.Pehitungan Tingkat Kesukaran Tiap Butir Soal ... 131

12.Analisis Daya Pembeda Uji Coba Instrumen Tes KPM ... 133

13.Hasil Perhitungan Uji Daya Pembeda Soal ... 136

14.Analisis Reliabilitas Uji Coba Instrumen Tes KPM ... 138

15.Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Butir Soal ... 140

16.Analisis Validitas Uji Coba Instrumen Tes Angket Motivasi Belajar ... 141

17.Hasil Perhitungan Uji Validitas Angket Motivasi Belajar ... 143

18.Analisis Reliabilitas Uji Coba Instrumen Tes Angket Motivasi Belajar ... 145

19.Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Angket Motivasi Belajar ... 147


(19)

xviii

21.Soal Postes Kemampuan Penalaran Matematis ... 150

22.Kisi-kisi Instrumen Tes Angket Motivasi Belajar ... 153

23.Angket Motivasi Belajar ... 154

24.Data Nilai Postes KPM Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 157

25.Deskripsi Data Amatan Nilai Postes ... 159

26.Uji Normalitas Postes KPM Kelas Eksperimen ... 161

27.Hasil Perhitungan Uji Normalitas Postes KPM Kelas Eksperimen ... 163

28.Uji Normalitas Postes KPM Kelas Kontrol ... 165

29.Hasil Perhitungan Uji Normalitas Postes KPM Kelas Kontrol ... 167

30.Uji Homogenitas Postes Kemampuan Penalaran Matematis ... 169

31.Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Postes KPM ... 170

32.Data Nilai Angket Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 172

33.Deskripsi Data Amatan Nilai Angket Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 174

34.Uji Normalitas Angket Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 176

35.Hasil Perhitungan Uji Normalitas Angket Motivasi Siswa Kelas Eksperimen .. 178

36.Uji Normalitas Angket Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 180

37.Hasil Perhitungan Uji Normalitas Angket Motivasi Siswa Kelas Kontrol ... 182

38.Uji Homogenitas Angket Motivasi Belajar ... 184

39.Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Angket Motivasi Belajar ... 185

40.Deskripsi Data Skor Angket Motivasi Belajar Kelas Eksperimen dan Kontrol 187 41.Uji Normalitas Motivasi Tinggi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 191


(20)

xix

42.Uji Normalitas Motivasi Sedang Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol…….... 192

43.Uji Normalitas Motivasi Rendah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 194

44.Uji Homogenitas Antar Sel Pada Kolom Satu ... 195

45.Uji Homogenitas Antar Sel Pada Kolom Dua ... 197

46.Uji Homogenitas Antar Sel Pada Kolom Tiga ... 199

47.Uji Homogenitas Antar Sel Pada Baris Satu ... 201

48.Uji Homogenitas Antar Sel Pada Baris Dua ... 203

49.Uji Homogenitas Antar Kolom Motivasi Belajar Matematika ... 205

50.Uji Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ... 207

51.Uji Komparansi Ganda Metode Sceffe‟ ... 212

52.Tabel “r” Product Moment ... 214

53.Tabel Nilai Kritik Uji Lilliefors ... 215

54.Daftar Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal (Z) ... 216

55.Tabel Nilai 2α ; v ... 217

56.Tabel Nilai F (0,05) ... 218

57.Lembar Validasi ... 219

58.Perangkat Pembelajaran ... 228


(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan ini yang memegang peranan sangat penting. Suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan jika pendidikan dalam negara itu baik kualitasnya. Tinggi rendahnya kualitas pendidikan dalam suatu negara dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa faktor tersebut antara lain karena lemahnya manajemen (pengelolaan) kelas/sekolah, kepemimpinan, pembiayaan, dan dukungan masyarakat serta masalah kemiskinan. Faktor lainnya adalah profesionalisme guru yang kurang berkembang.1

Pembukaan Undang-undang 1945 menyatakan bahwa tujuan kita membentuk negara kesatuan Republik Indonesia ialah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang dapat survive di dalam menghadapi berbagai kesulitan.2 Sumber daya alam yang banyak melimpah pada suatu negara belum tentu merupakan jaminan bahwa negara tersebut akan makmur bila pendidikan sumber daya manusia terabaikan. Suatu negara yang memiliki sumber daya alam yang banyak bila tidak ditangani oleh sumber daya manusia yang berkualitas, pada

1

Zainal Aqib, Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Bandung, Yrama Widya, 2009)

h.11

2


(22)

2

suatu saat akan mengalami kekecewaan. Sesuai dengan Undang-undang Pendidikan dan Pengajaran Republik Indonesia No.12/1954, pada bab II pasal 3

yang menyebutkan tentang tujuan pendidikan dan pengajaran: “Tujuan

pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab tentang kesejahteraan

masyarakat dan tanah air”.3

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”(Pasal 1).4

Firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 78 menyatakan bahwa manusia memiliki alat-alat potensial yang harus dikembangkan secara optimal. Firman Allah tersebut yaitu :

                

Artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.

3

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2008) h.59

4


(23)

3

Pembangunan Sumber Daya Manusia dilakukan melalui berbagai aspek kehidupan yaitu dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut seseorang untuk dapat menguasai informasi dan pengetahuan, dengan demikian diperlukan suatu kemampuan memperoleh, memilih dan mengolah informasi. Kemampuan-kemampuan tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis, dan kreatif. Berkaitan dengan hal ini, maka diperlukan suatu program pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, dan kreatif. Salah satu program pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan tersebut adalah matematika.5

Matematika merupakan subyek yang sangat penting dalam sistem pendidikan di seluruh dunia. Negara yang mengabaikan pendidikan matematika sebagai prioritas utama akan tertinggal dari kemajuan segala bidang (terutama sains dan teknologi), dibanding dengan negara lainnya yang memberikan tempat bagi matematika sebagai subyek yang sangat penting. Hal itu disebabkan karena matematika merupakan salah satu ilmu universal yang turut serta mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Sesuai dengan National Research Council (NRC) dari Amerika Serikat yang telah menyatakan bahwa:

5

Hasratuddin, Pembelajaran Matematika Sekarang dan yang akan Datang Berbasis Karakter (Jurnal Didaktik Matematika Vol. 1, No. 2, 2014) Universitas Negeri Medan , h.30


(24)

4

Mathematics is the key to opportunity” yang memiliki arti matematika adalah kunci kearah peluang-peluang keberhasilan.6

Depdiknas menyatakan bahwa “Untuk menguasai dan mencipta teknologi

di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini”.7 Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi kehidupan dan kemajuan IPTEK serta persaingan global maka peningkatan mutu pendidikan matematika di semua jenis dan jenjang pendidikan harus merupakan prioritas utama untuk ditingkatkan.8 Berbicara tentang peningkatan kualitas atau mutu pendidikan tentu terdapat beberapa faktor yang berkaitan yang harus ditingkatkan. Peneliti sebelumnya telah menjelaskan bahwa salah satu faktor yang harus ditingkatkan adalah mengenai profesionalisme guru matematika. Semua komponen dalam proses belajar mengajar, materi, media, sarana dan prasarana, dana pendidikan tidak akan banyak memberikan dukungan yang maksimal atau tidak dapat dimanfaatkan secara optimal bagi pengembangan proses pembelajaran unggulan tanpa didukung oleh keberadaan guru yang secara kontinu berupaya mewujudkan gagasan, ide, dan pemikiran dalam bentuk perilaku dan sikap yang terbaik dalam tugasnya sebagai pendidik.9

6

Ibid h.31

7

Yanti Purnamasari, Pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe TGT Terhadap Kemandirian Belajar dan Peningkatan Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematik Peserta Didik,

(Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1, No. 1, 2014) Program Pascasarjana Universitas Terbuka Tasikmalaya, h.2

8

Hasratuddin, Op. Cit. h.33

9

Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, (Jakarta, PT Bumi Aksara,


(25)

5

Syarat penguasaan terhadap matematika di Indonesia saat ini jelas tidak dikesampingkan. Siswa dituntut untuk dapat menguasai matematika agar dapat menjalani pendidikan selama di bangku sekolah dasar sampai perguruan tinggi dengan baik. Siswa akan dapat menguasai pelajaran matematika dengan baik ketika siswa tersebut merasa suka dengan pelajaran matematika, namun pada kenyataannya saat ini matematika di sekolah masih dianggap kurang menyenangkan dan membosankan oleh sebagian besar siswa. Sebenarnya masalah terbesar justru terletak pada proses pembelajaran matematika itu sendiri. Banyak proses yang sangat mendasar yang seharusnya diajarkan dengan gembira dan seksama ternyata dilewati begitu saja. Hal ini mengakibatkan dasar matematika anak menjadi lemah dan tidak mampu mendukung proses pembelajaran pada level selanjutnya.10

Sesuai dengan kondisi tersebut, maka konteks pendidikan, kurikulum atau program pendidikannya perlu dirancang dan diarahkan untuk membantu, membimbing, melatih, dan mengajar atau menciptakan suasana agar para siswa dapat mengembangkan dan meningkatkan kualitas dirinya secara optimal. Secara umum tugas guru matematika diantaranya adalah : Pertama, bagaimana materi pelajaran itu diberikan kepada siswa sesuai standar kurikulum. Kedua, bagaimana proses pembelajaran berlangsung dengan melibatkan peran siswa secara penuh dan aktif, dalam artian proses pembelajaran yang berlangsung dapat berjalan

10

Ariesandi Setyono, Mathemagics Cara Jenius Belajar Matematika, (Jakarta, Gramedia, 2007) h.6


(26)

6

dengan menyenangkan. Guru merupakan unsur manusiawi yang sangat menentukan unsur keberhasilan pendidikan.11

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan menyatakan bahwa: “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan

fisik serta psikologis siswa” (Pasal 19 ayat 1). Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan dari mata pelajaran matematika, maka berbagai macam cara ditempuh oleh pelaku pendidikan maupun orang yang peduli terhadap pendidikan baik yang bersifat formal maupun non formal untuk terus menciptakan metode pembelajaran yang kreatif, inovatif serta menarik minat siswa untuk selalu mencintai dan menyukai terhadap pelajaran matematika.

Banyak metode pembelajaran yang berkembang dewasa ini yang telah diciptakan untuk memudahkan peserta didik untuk menyukai pelajaran matematika diantaranya adalah metode mathemagics. Metode mathemagics

adalah salah satu metode pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan. Metode

mathemagics tidak hanya menyenangkan, metode ini juga menitikberatkan terhadap pemahaman siswa akan konsep dasar matematika yang benar. Proses pembelajaran matematika dengan menggunakan metode mathemagics guru dapat menggunakan media yang mendukung ataupun permainan yang dapat menarik

11


(27)

7

perhatian siswa. Metode mathemagics juga membantu siswa supaya dapat menalar serta dapat mengembangkan strategi untuk penyelesaian soal-soal matematika.

Matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kemampuan penalaran merupakan salah satu tujuan dalam pembelajaran matematika di sekolah, yaitu melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, serta mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan, gambar, grafik, peta, diagram, dan sebagainya.12 Matematika memiliki ciri-ciri khusus sehingga pendidikan dan pengajaran matematika perlu ditangani secara khusus pula. Salah satu ciri khusus matematika diantaranya adalah sifatnya yang menekankan pada proses deduktif yang memerlukan penalaran logis dan aksiomatik.

Berdasarkan prapenelitian yang peneliti lakukan di SMKN 1 Bandar Lampung, diketahui bahwa kemampuan penalaran matematis yang dimiliki siswa di SMK tersebut masih rendah. Pada tanggal 8 September peneliti melakukan wawancara terhadap Ibu Ani Rosalia selaku guru matematika kelas , guru tersebut mengatakan bahwa ”Sebenarnya siswa mengerti tentang materi yang disampaikan pada saat itu, namun ketika diberikan tugas pelajaran matematika untuk dikerjakan di rumah hampir sebagian besar siswa tidak mampu

12

Tina Sri Sumartini, Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 1, 2015) h.1


(28)

8

mengerjakan tugas dengan benar”. Selain itu, motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar matematika masih kurang. Hal ini diketahui ketika peneliti melakukan wawancara terhadap siswa kelas mengenai seberapa besar motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika. Siswa yang bernama Ahmad Ravaldo mengatakan bahwa metode pembelajaran yang digunakan guru kurang menyenangkan dan terasa membosankan sehingga menjadikan kurangnya motivasi siswa untuk belajar matematika. Peneliti juga menjumpai bahwa hasil belajar matematika siswa kelas belum seperti yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari daftar nilai ulangan harian matematika siswa kelas SMKN 1 Bandar Lampung sebagai berikut:

Tabel 1.1

Hasil Belajar Pelajaran Matematika Siswa Kelas SMKN 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017

No Kelas Nilai ( ) Jumlah

Siswa

< 77 77

1 26 5 31

2 30 3 33

3 21 6 27

Jumlah 77 14 91

% 84.6% 15.4% 100%

Sumber : Daftar nilai hasil ulangan harian semester ganjil pelajaran matematika kelas SMKN 1 Bandar Lampung tahun ajaran 2016/2017.

Data pada tabel di atas memperlihatkan bahwa untuk keseluruhan siswa kelas lebih banyak yang mendapatkan nilai pada interval < 77 dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan nilai pada interval 77. Jika dinyatakan dalam bentuk persen diperoleh perbandingan antara siswa yang mencapai KKM


(29)

9

dengan siswa yang belum mencapai KKM yaitu 15.4% berbanding 84.6%. Berdasarkan masalah tersebut maka diperlukan metode pembelajaran yang tepat agar dapat memotivasi siswa untuk belajar matematika. Sesuai dengan pendapat

bahwa “Guru harus dapat mengembangkan motivasi dalam setiap kegiatan interaksi dengan siswanya”.13

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, diketahui bahwa metode yang paling sering digunakan dalam pembelajaran matematika di SMKN 1 Bandar Lampung adalah metode konvensional, sedangkan metode mathemagics

belum pernah diterapkan di SMK tersebut. Penelitian sebelumnya oleh Arina

Sulistiani dengan judul “Pengaruh Metode Mathemagics Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas MISRIU Kebonduren Ponggok Blitar” telah membuktikan bahwa metode mathemagics memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika di SD tersebut. Sesuai dengan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Metode Mathemagics Terhadap Kemampuan Penalaran Matematis Di Tinjau Dari Motivasi Belajar Siswa SMKN 1 Bandar Lampung”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut:

13


(30)

10

1. Kemampuan penalaran matematis siswa dalam pelajaran matematika masih rendah

2. Kurangnya motivasi belajar siswa dalam mempelajari matematika 3. Metode pembelajaran yang kurang menyenangkan

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah yang dikaji lebih fokus dan terarah, maka peneliti membatasi masalah-masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Metode yang digunakan pada kelas eksperimen dalam penelitian ini adalah metode mathemagics dan metode konvensional pada kelas kontrol

2. Kemampuan penalaran matematis ditinjau dari motivasi belajar siswa 3. Penelitian dilakukan pada kelas di SMKN 1 Bandar Lampung

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara metode mathemagics dan metode konvensional terhadap kemampuan penalaran matematis siswa?

2. Apakah terdapat pengaruh motivasi belajar (tinggi, sedang, rendah) terhadap kemampuan penalaran matematis siswa?

3. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan penalaran matematis siswa?


(31)

11

E. Tujuan Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh antara metode

mathemagics dan metode konvensional terhadap kemampuan penalaran matematis siswa

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh motivasi belajar (tinggi, sedang, rendah) terhadap kemampuan penalaran matematis siswa

3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan penalaran matematis siswa

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis dan praktis, yaitu sebagai berikut:

1. Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah sebagai sumbangan untuk menambah dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang pengaruh metode mathemagics terhadap kemampuan penalaran matematis ditinjau dari motivasi belajar siswa

2. Secara praktis manfaat penelitian ini yaitu: a) Menumbuhkan motivasi belajar siswa

b) Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru matematika dalam menggunakan metode yang menyenangkan dalam pembelajaran matematika


(32)

12

c) Dapat dijadikan acuan dan pertimbangan untuk merumuskan kebijakan pendidikan yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang akan datang d) Menambah pengetahuan peneliti untuk memahami proses pembelajaran

dengan baik

G. Ruang Lingkup

Penelitian mengambil kajian tentang pengaruh metode mathemagics

terhadap kemampuan penalaran matematis ditinjau dari motivasi belajar siswa SMKN 1 Bandar Lampung, maka ruang lingkup penelitian diantaranya:

1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pengaruh metode mathemagics terhadap kemampuan penalaran matematis di tinjau dari motivasi belajar siswa SMKN 1 Bandar Lampung

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas SMKN 1 Bandar Lampung 3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah SMKN 1 Bandar Lampung. 4. Waktu Penelitian


(33)

13

H. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan serta memberikan gambaran yang kongkrit mengenai arti yang terkandung dalam judul di atas, maka dengan ini penulis memberikan definisi operasional. Adapun definisi operasional dalam penelitian ini diantaranya, yaitu:

1. Metode Mathemagics

Metode mathemagics adalah suatu metode pembelajaran matematika yang menyenangkan dan menitikberatkan pada pemahaman peserta didik akan konsep dasar matematika yang benar. Pada proses pembelajarannnya guru menyampaikan materi pelajaran dengan berbagai cara yang menyenangkan, sehingga peserta didik akan termotivasi untuk memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru dan merasa senang belajar matematika. Guru dapat menggunakan sebuah permainan atau suatu media yang sesuai dengan materi. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode mathemagics tidak hanya menyenangkan tetapi juga membantu peserta didik untuk lebih memahami materi yang disampaikan, sehingga upaya menumbuhkan motivasi dan pemahaman serta penalaran peserta didik dengan metode ini merupakan cara yang kreatif dan efektif.

2. Kemampuan Penalaran Matematis

Kemampuan adalah suatu daya, kesiapan atau kesanggupan seseorang individu untuk melakukan suatu tindakan. Kemampuan yang dimaksud dalam


(34)

14

penelitian ini adalah suatu kesanggupan peserta didik untuk berpikir, memahami suatu materi, serta menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan matematika. Matematika dan penalaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Materi matematika dipahami melalui penalaran, sedangkan penalaran dilatih dengan belajar matematika. Penalaran matematis merupakan suatu proses berpikir untuk memahami dan menarik suatu kesimpulan pada pelajaran matematika. Kemampuan penalaran matematis dapat dikembangkan pada saat siswa memahami suatu konsep (pengertian), atau menemukan dan membuktikan suatu prinsip. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran matematis adalah kesanggupan peserta didik menggunakan nalar atau proses mental dalam mengembangkan pikiran mengenai objek matematika.

3. Motivasi Belajar

Motivasi adalah suatu dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi sangat diperlukan dalam kegiatan belajar. Hasil belajar akan menjadi optimal jika ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan akan semakin berhasil pula pembelajaran tersebut. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan yang muncul baik itu dari dalam diri maupun dari luar siswa untuk belajar dengan tujuan memperoleh suatu ilmu pengetahuan.


(35)

15

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KAJIAN TEORI

1. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri individu. Menurut Arnie Fajar, belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang ditunjukkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan, dan lain-lain. Belajar (learning) adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi sampai ke liang lahat nanti. Belajar dapat terjadi di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di tempat ibadah, dan di masyarakat, serta berlangsung dengan cara apa saja, dari apa, dan siapa saja.14 Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Melalui belajar, manusia dapat melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri siswa sesuai dengan perkembangan dan lingkungannya. Siswa seharusnya tidak hanya belajar dari

14

Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta, Rineka Cipta, 2008) h.62


(36)

16

guru atau pendidik saja, tetapi dapat pula belajar dengan berbagai sumber belajar yang tersedia di lingkungannya.

Konsep belajar sebagai suatu upaya atau proses perubahan perilaku seseorang sebagai akibat interaksi siswa dengan berbagai sumber belajar yang ada di sekitarnya. Salah satu tanda seseorang yang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan nilai sikap (afektif).15 Belajar bukan hanya sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil, oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Sardiman mengemukakan beberapa tujuan belajar, antara lain sebagai berikut16:

1. Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. 2. Penanaman konsep dan keterampilan

3. Pembentukan sikap

Tujuan khusus belajar matematika di sekolah dasar adalah menjadikan peserta didik memiliki tiga komponen penting yang seimbang yaitu knowledge, skill, dan attitude sehingga bisa memaksimalkan potensi kecerdasan yang dimiliki

15

Bambang Warsita, Loc. Cit. 16


(37)

17

dan mampu bersaing di dunia luar pada masanya.17 Berdasarkan hakikatnya, belajar matematika adalah suatu proses belajar melalui upaya memahami arti dan hubungan-hubungan antar konsep dan simbol-simbol yang terkandung dalam matematika secara sistematik, cermat, tepat, kemudian menerapkan konsep-konsep tersebut dalam pemecahan masalah baik dalam pelajaran matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari.

b. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif dalam kondisi tertentu. Inti dari pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik.18 Upaya tersebut bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik sehingga dapat menghadapi kehidupan di lingkungan masyarakat. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20, menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pada proses pembelajaran terdapat lima jenis interaksi, antara lain19:

1. Interaksi antara pendidik dengan peserta didik 2. Interaksi antar peserta didik

17

Hasratuddin, Op. Cit. h.37

18

Bambang Warsita, Op. Cit. h.85

19


(38)

18 3. Interaksi peserta didik dengan narasumber

4. Interaksi peserta didik bersama pendidik dengan sumber belajar yang sengaja dikembangkan

5. Interaksi peserta didik bersama pendidik dengan lingkungan sosial dan alam Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan kegiatan belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan pendidik, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran akan memiliki efektivitas tinggi jika dalam pembelajaran tidak hanya sekedar menekankan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan, tetapi lebih menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati serta dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik.20 Kegiatan pembelajaran akan menjadi bermakna bagi peserta didik jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi peserta didik.

Pembelajaran sebaiknya berdasarkan teori pembelajaran yang bersifat

preskriptif yaitu teori yang memberikan “resep” untuk mengatasi masalah belajar.

Teori pembelajaran yang preskriptif harus memperhatikan tiga variabel pembelajaran. Variabel pembelajaran tersebut antara lain adalah kondisi, metode, dan hasil pembelajaran. Variabel yang diamati dalam pengembangan teori

20


(39)

19

pembelajaran preskriptif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan.21 Aplikasi teori pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran ini berkaitan dengan bagaimana cara yang efektif untuk mentransfer ilmu, prinsip-prinsip pembelajaran yang menyenangkan, cara membangun minat dan perhatian (attention) peserta didik. cara mengembangkan relevansi (relevance), percaya diri (confidence), kepuasan (satisfaction) peserta didik dalam pembelajaran, dan cara membuat laporan tentang analisis kebutuhan untuk pembelajaran.22 Berdasarkan penelitian ini peneliti menggunakan salah satu metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yaitu metode mathemagics.

2. Metode Mathemagics

a. Pengertian Metode Mathemagics

Metode mathemagics adalah suatu cara pandang baru terhadap matematika, terutama dalam cara menyampaikan materi. Materi yang disajikan dengan cara yang gembira, konkret, dan memperhatikan aspek-aspek psikologis,

cara kerja otak, gaya belajar dan kepribadian peserta didik”.23

Proses pembelajaran dengan menggunakan metode mathemagics akan meningkatkan rasa percaya diri anak sehingga mereka akan mampu dan berani untuk mengerjakan soal dan mencoba untuk menyelesaikannya.

21

Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2012) h.12

22

Bambang Warsita, Op. Cit. h.87

23


(40)

20

Metode mathemagics adalah sebuah metode pembelajaran matematika yang menitikberatkan pada pemahaman anak akan konsep dasar matematika yang benar. Melalui metode Mathemagics pengerjaan hitungan dasar akan menjadi lebih mudah dan sederhana sehingga akan tertanam suatu kesan awal bahwa matematika itu mudah dan menyenangkan.24 Kesan awal itu sangat penting, ketika seorang anak merasakan sendiri bahwa mempelajari matematika itu mudah dan menyenangkan, pembelajaran konsep dasar pada tahap selanjutnya akan menjadi sesuatu yang ringan. Mengingat begitu pentingnya konsep dasar ini, sebaiknya pengenalan matematika kepada anak dilakukan sedemikian rupa sehingga si anak sendiri yang memutuskan ingin tahu lebih banyak.25

Pembelajaran matematika pada anak-anak sangat berpengaruh terhadap keseluruhan proses mempelajari matematika pada level-level berikutnya. Jika konsep dasar yang diletakkan kurang kuat atau anak mendapatkan kesan buruk pada perkenalan pertamanya dengan matematika, maka tahap berikutnya akan menjadi masa-masa sulit dan penuh perjuangan. Langkah-langkah pembentukan konsep dasar matematika dalam otak dan memori anak haruslah memperhatikan aspek-aspek fisiologis dan fungsional otak, kematangan emosional, gaya belajar, kepribadian, dan tahap-tahap perkembangan anak itu sendiri. Aspek lain yang juga sangat vital adalah proses penyampaian pelajaran matematika itu sendiri.26

24

Ariesandi Setyono, Loc. Cit. 25

Ibid h.9

26


(41)

21

Belajar mengembangkan keterampilan berpikir adalah suatu hal yang sangat penting. Mathemagics memberikan kesempatan untuk itu. Proses pembelajaran yang menggunakan metode mathemagics yang perlu ditekankan adalah kreativitas anak untuk mendapatkan jawaban atas suatu masalah. Jika anak menjawab salah, hendaknya ditanya mengapa ia menjawab demikian, apa dasarnya, dan bagaimana ia bisa sampai pada jawaban tersebut. Penggalian itu merupakan bagian penting dari proses pembelajaran itu sendiri.27 Terdapat beberapa hal penting yang perlu kita perhatikan dalam mengajar dengan metode

mathemagics, antara lain:

1. Anak harus gembira dan rileks sewaktu belajar

Kondisi ini sangat dibutuhkan agar anak mampu menyerap materi yang dipelajari dengan baik.28

2. Ekspektasi/penghargaan dari murid dan guru harus tinggi

Kita bisa menyebutnya dengan sugesti. Self-suggestion yang sangat kuat dapat mempengaruhi pikiran bawah sadar kita untuk bertindak memerintah pikiran sadar memenuhi apa yang telah diprogramkan.29

3. Pilihan kata, intonasi, dan bahasa tubuh harus positif 4. Jaga kontak mata dengan siswa

5. Jaga pikiran agar senantiasa positif

27

Ibid h.86

28

Ibid h.96

29


(42)

22

b. Langkah-langkah Metode Mathemagics

Langkah-langkah proses pembelajaran dengan menggunakan metode

mathemagics adalah sebagai berikut:

1. Guru memulai pembelajaran dengan cara yang menyenangkan, ekspresi wajah yang baik serta intonasi yang tepat sehingga peserta didik tidak akan merasa takut dan akan merasa nyaman ketika belajar matematika

2. Sebelum masuk ke materi yang akan diberikan, guru dengan antusias memberikan gambaran atau penjelasan mengenai manfaat yang akan diperoleh peserta didik setelah mempelajari materi tersebut sehingga peserta didik akan termotivasi untuk memperhatikan materi yang akan disampaikan 3. Ketika menjelaskan materi guru dapat menggunakan daya kreativitasnya,

seperti menggunakan suatu media yang mendukung atau sebuah permainan sehingga akan terjadi interaksi menyenangkan antara guru dan peserta didik 4. Guru dengan sabar mengawasi dan memberi arahan kepada setiap peserta

didik pada saat mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru

5. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami, kemudian guru akan menjelaskan kembali dengan bahasa yang ringan dan jelas

6. Sebelum proses pembelajaran selesai, guru menginformasikan kepada peserta didik tentang materi yang akan dipelajari selanjutnya dan mengingatkan agar tidak lupa mempelajarinya terlebih dahulu di rumah.


(43)

23

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Mathemagics

Adapun kelebihan pembelajaran dengan metode mathemagics, yaitu: 1. Menumbuhkan motivasi pada peserta didik sehingga peserta didik

berpartisipasi aktif dan merasa rileks dalam proses pembelajaran matematika 2. Peserta didik memiliki pengalaman lebih pada saat proses pembelajaran

dengan menggunakan permainan dan media yang mendukung

3. Peserta didik dapat terbiasa untuk berpikir dalam memecahkan masalah soal-soal matematika sehingga kemampuan penalaran matematis siswa akan menjadi lebih berkembang

4. Peserta didik dengan kemampuan penalaran matematis rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri

5. Peserta didik memiliki percaya diri sehingga tidak ragu-ragu memberikan alasan terhadap jawaban yang diperolehnya

Selain memiliki kelebihan, metode mathemagics juga memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan metode mathemagics adalah sebagai berikut:

Pada proses pembelajaran dengan metode mathemagics guru harus memiliki daya kreativitas yang tinggi

Harus memperhatikan aspek-aspek psikologis, cara kerja otak, gaya belajar dan kepribadian peserta didik, dalam hal ini memungkinkan guru mendapatkan beberapa hambatan dengan faktor jumlah peserta didik yang banyak dan kepribadian yang berbeda-beda.


(44)

24

3. Kemampuan Penalaran Matematis

a. Pengertian Kemampuan Penalaran Matematis

Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.30 Hudojo menyatakan bahwa matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol itu tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif, sehingga belajar matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi.31 Telah kita ketahui bahwa matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.

Shurten & Pierce mengemukakan bahwa penalaran sebagai proses pencapaian kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber yang relevan.32 Pendapat lain menyatakan bahwa penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dilatih melalui belajar materi matematika. Kemampuan penalaran sangat penting dalam belajar matematika karena pada dasarnya kemampuan penalaran merupakan dasar dari mata pelajaran matematika itu sendiri. Kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu

30

Hasratuddin, Op. Cit. h.30

31

Hasratuddin, Loc. Cit. 32


(45)

25

tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.33 Kemampuan penalaran yang tertuang dalam permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi (SI) merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik.

Kemampuan penalaran matematis membantu siswa dalam menyimpulkan dan membuktikan suatu pernyataan, membangun gagasan baru, sampai pada menyelesaikan masalah-masalah dalam matematika.34 Salah satu tujuan pelajaran matematika di sekolah adalah agar siswa memiliki kemampuan menggunakan penalaran pada pola dan sifat.35 Kemampuan penalaran dapat dikembangkan pada saat siswa memahami suatu konsep (pengertian) atau menemukan dan membuktikan suatu prinsip. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran matematis adalah kesanggupan menggunakan nalar atau proses mental dalam mengembangkan pikiran mengenai objek matematika.

b. Jenis-jenis Penalaran

Secara garis besar penalaran terbagi menjadi dua, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif.36

1. Penalaran induktif

Penalaran atau berpikir induktif adalah suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum melalui pernyataan yang bersifat

33As‟adi Muhammad,

Deteksi Bakat & Minat Anak Sejak Dini, (Jogjakarta, Garailmu, 2010) h.28

34

Tina Sri Sumartini, Op. Cit. h.4

35

Ibid h.1

36


(46)

26

khusus.37 Penalaran induktif dapat dilakukan dalam kegiatan nyata melalui suatu permainan atau melakukan sesuatu secara terbatas dengan mencoba-coba. Penalaran induktif terjadi ketika terjadi proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta khusus yang sudah diketahui menuju kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum. Penalaran induktif pada prinsipnya menyelesaikan persoalan (masalah) matematika tanpa memakai rumus (dalil), melainkan dimulai dengan memperhatikan data/soal. Berdasarkan data/soal tersebut diproses sehingga berbentuk kerangka/pola dasar tertentu yang kita cari sendiri sedemikian rupa sehingga kita dapat menarik kesimpulan sendiri.38

2. Penalaran deduktif

Penalaran deduktif merupakan proses berpikir untuk menarik kesimpulan dari hal yang umum menuju hal yang khusus berdasarkan fakta-fakta yang ada.39 Dasar penalaran deduktif yang berperan dalam matematika adalah kebenaran suatu pernyataan haruslah didasarkan pada kebenaran pernyataan-pernyataan lain. Maksudnya, kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan matematika bersifat konsisten. Pada penerapan penalaran deduktif, siswa membutuhkan berbagai pengetahuan yang dapat mengantarkan siswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, seperti ingatan, pemahaman, dan

37

Nahrowi Adji dan Deti Rostika, Konsep Dasar Matematika, (Bandung, UPI Press, 2006) h.3

38

Nahrowi Adji dan Deti Rostika, Loc. Cit. 39


(47)

27

penerapan sifat. Adapun indikator kemampuan penalaran matematis menurut Sumarmo dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut40:

1. Memberikan penjelasan dengan model, fakta, sifat-sifat, dan hubungan 2. Memperkirakan jawaban dan proses solusi

3. Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematis 4. Menyusun dan mengkaji konjektur

5. Menyusun argumen yang valid 6. Memeriksa validitas argumen

7. Menyusun pembuktian langsung, tak langsung, dan menggunakan induksi matematis

8. Menarik kesimpulan logis

4. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat.41 Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya

40

Tina Sri Sumartini, Loc. Cit.

41


(48)

28

tujuan.42 Motivasi juga dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.43

Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Hubungan antara motivasi, intensitas, arah, dan ketekunan yaitu, intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang berusaha, sedangkan intensitas memiliki hubungan yang kuat dengan arah karena intensitas yang tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan. Elemen yang terakhir yaitu ketekunan, ketekunan merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya. Bagi siswa, motivasi adalah hal yang sangat penting karena dapat menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir.44

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:45

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

42

Sardiman, Op. Cit. h.73

43

Ibid h.75

44

Zaenal Abidin dan Tri Mulyono, Upaya Meningkatkan Motivasi dan Pemahaman Siswa

pada Materi Geometri dan Pengukuran Melalui Kegiatan “Remase” di SMP 33 Semarang, FMIPA

Universitas Negeri Semarang, (Jurnal Kreano Vol. 2, No. 2, 2011), h.137

45


(49)

29

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4. Adanya penghargaan dalam belajar

5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik

b. Macam-macam Motivasi

Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, antara lain sebagai berikut:46

1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya a. Motif-motif bawaan

Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir yang ada tanpa dipelajari. Misalnya dorongan untuk makan, minum, dan istirahat. Arden N. Frandsen memberi istilah jenis motif ini sebagai jenis motif Physiological Drives.

b. Motif-motif yang dipelajari

Motif ini timbul karena dipelajari. Misalnya dorongan untuk belajar matematika. Frandsen mengistilahkan dengan affiliative needs. Motif yang dipelajari itu muncul dari pengalaman individu selama perkembangan hidupnya.47

46

Sardiman, Op. Cit. h.86

47


(50)

30 2. Motivasi jasmaniah dan rohaniah

Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis yaitu motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Motivasi jasmaniah misalnya refleks, insting otomatis, dan nafsu, sedangkan contoh motivasi rohaniah adalah kemauan. Soal kemauan itu pada setiap diri manusia terbentuk melalui empat momen.48 Momen tersebut antara lain : momen timbulnya alasan, momen pilih, momen putusan, dan momen terbentuknya kemauan.

3. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik a. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Faktor intrinsik yaitu berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sebagai contoh konkret, seorang siswa yang melakukan belajar karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain. Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu.

48


(51)

31 b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Faktor ekstrinsik adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.49 Sebagai contoh seseorang itu belajar karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai yang bagus dan kemudian mendapat pujian dari temannya ataupun mendapatkan hadiah. Meskipun demikian perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Pada proses kegiatan belajar-mengajar, motivasi ekstrinsik tetap penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.50

c. Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran

Pada proses kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat

49

Hamzah B. Uno, Op. Cit. h.23

50


(52)

32

intelektual. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.51

Adapun beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:52

1. Menentukan Penguatan Belajar

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seseorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan. Sebagai contoh, seorang siswa akan memecahkan materi matematika dengan bantuan tabel logaritma. Tanpa bantuan tabel tersebut siswa itu tidak dapat menyelesaikan tugas matematika. Dalam kaitan itu, siswa berusaha mencari buku tabel matematika. Upaya untuk mencari tabel matematika merupakan peran motivasi yang dapat menimbulkan penguatan belajar. Peristiwa tersebut dapat dipahami bahwa sesuatu dapat menjadi penguat belajar untuk seseorang apabila seseorang tersebut benar-benar mempunyai motivasi untuk belajar sesuatu.

2. Memperjelas Tujuan Belajar

Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu jika yang dipelajarinya itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. Sebagai contoh anak akan termotivasi belajar matematika karena belajar matematika itu dapat melahirkan kemampuan anak dibidang matematika.

51

Ibid h.75

52


(53)

33 3. Menentukan Ketekunan Belajar

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Hal itu tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar maka dia tidak tahan lama belajar. Ia mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.

5. Penelitian Relevan

Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian peneliti, yaitu:

a. Arina Sulistiani dengan judul “Pengaruh metode mathemagics terhadap hasil

belajar siswa kelas IV MISRIU Kebonduren Ponggok Blitar”. Hasil

penelitiannya adalah terdapat pengaruh antara metode mathemagics terhadap hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan oleh nilai thitung = 4,107, sedangkan

nilai ttabel pada taraf 5% adalah 2,021. Adapun besar pengaruh antara metode

mathemagics terhadap hasil belajar siswa kelas IV MISRIU Kebonduren Ponggok Blitar adalah 53,8% dengan kriteria sedang.

b. Enika Wulandari dengan judul “Meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa melalui pendekatan problem posing di kelas VIII A SMPN 2


(54)

34

Yogyakarta”. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Yogyakarta pada tahun

2011. Hasil penelitiannya sebagai berikut: setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem posing, terjadi peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang ditunjukkan dengan hasil tes kemampuan penalaran matematis. Rata-rata kemampuan penalaran matematis siswa meningkat dari kualifikasi cukup menjadi berada pada kualifikasi baik yaitu 76,7.

c. Farida Nur Aeni dengan judul “Pengaruh strategi pembelajaran langsung dan

contekstual teaching and learning terhadap hasil belajar matematika ditinjau

dari motivasi belajar”. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Al-Islam 3 Surakarta. Hasil penelitiannya adalah terdapat pengaruh strategi pembelajaran langsung dan contekstual teaching and learning terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari motivasi belajar. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dengan menggunakan strategi contekstual teaching and learning

memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi yaitu 75,7 daripada strategi pembelajaran langsung.

B. KERANGKA BERPIKIR

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas dapat disusun suatu kerangka berpikir guna memperoleh jawaban sementara atas kesalahan yang timbul. Pada kondisi awal siswa kelas X SMKN 1 Bandar Lampung mempunyai


(55)

35

kemampuan penalaran matematis yang rendah. Hal ini disebabkan kurangnya motivasi siswa untuk belajar matematika. Telah diketahui bahwa penyebab masalah tersebut adalah karena guru masih kurang optimal dalam memanfaatkan metode pembelajaran yang digunakannya.

Pada proses pembelajarannya guru sering menggunakan metode konvensional, dimana metode ini sebenarnya kurang efektif untuk pelajaran matematika. Metode konvensional yang digunakan kurang menyenangkan bagi siswa sehingga terasa membosankan. Ketika siswa sudah merasa bosan maka siswa tidak akan fokus memperhatikan materi yang disampaikan dengan cermat. Akibatnya siswa menjadi tidak paham dengan materi tersebut yang akhirnya kesulitan ketika mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Maka dari itu penulis mencoba menerapkan metode mathemagics dalam pembelajaran matematika di SMK tersebut.

Metode ini merupakan salah satu metode yang efektif dan menyenangkan untuk proses pembelajaran matematika. Kondisi akhir yang diharapkan dengan penggunaan metode mathemagics dalam proses belajar mengajar adalah dapat memiliki pengaruh yang signifikan pada kemampuan penalaran matematis siswa yang ditinjau dari motivasi belajar siswa. Munculnya motivasi belajar siswa ditandai dengan siswa yang memperhatikan materi yang disampaikan dengan cermat sehingga siswa tersebut mampu menggunakan rumus dengan benar dalam


(56)

36

menyelesaikan masalah. Berikut ini merupakan diagram kerangka berfikir yang digunakan oleh peneliti:

Bagan 2.1

Diagram Kerangka berpikir

C. HIPOTESIS

Hipotesis adalah kesimpulan sementara tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Kesimpulan tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara yang akan diuji kebenarannya dengan cara yang dikumpulkan melalui

Rumusan Masalah

Pemilihan Sampel Penelitian

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Angket Motivasi Angket Motivasi

Pembelajaran dengan metode

Mathemagics

Pembelajaran dengan metode

Konvensional

Postes

Hasil Pembelajaran (Kemampuan Penalaran Matematis)


(57)

37

penelitian. Hipotesis ini akan memberikan arah dari proses pengumpulan data.53 Menurut Sugiyono, hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.54

1. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan pengaruh antara metode mathemagics dan metode konvensional terhadap kemampuan penalaran matematis siswa

2. Terdapat pengaruh motivasi belajar (tinggi, sedang, rendah) terhadap kemampuan penalaran matematis siswa

3. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan penalaran matematis siswa

2. Hipotesis Statistik

1) H0A : untuk setiap i = 1,2 {tidak terdapat perbedaan pengaruh antara

metode mathemagics dan metode konvensional terhadap kemampuan penalaran matematis siswa}

2) H1A : paling sedikit ada yang tidak nol {terdapat perbedaan pengaruh

antara metode mathemagics dan metode konvensional terhadap kemampuan penalaran matematis siswa}

53

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta, Rineka Cipta, 2013) h.134

54


(58)

38

3) H0B : untuk setiap j = 1,2,3 {tidak terdapat pengaruh motivasi belajar

(tinggi, sedang, rendah) terhadap kemampuan penalaran matematis siswa} 4) H1B : paling sedikit ada yang tidak nol {terdapat pengaruh motivasi belajar

(tinggi, sedang, rendah) terhadap kemampuan penalaran matematis siswa} 5) H0AB : untuk setiap i = 1,2 dan j =1,2,3 {tidak terdapat interaksi

antara metode pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan penalaran matematis siswa}

6) H1AB : paling sedikit ada yang tidak nol {terdapat interaksi antara

metode pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan penalaran matematis siswa}


(59)

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif, artinya pendekatan yang berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya kemudian dikembangkan menjadi permasalahan beserta pemecahan yang diajukan untuk memperoleh pembenaran dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan.55 Pada penelitian kuantitatif, data yang terkumpul akan berbentuk angka. Angka-angka yang terkumpul sebagai hasil penelitian kemudian dapat dianalisis menggunakan metode statistik.56

Penelitian kuantitatif dapat berupa penelitian deskriptif, penelitian kuasi-eksperimental, dan penelitian eksperimental. Penelitian deskriptif seperti diketahui dimaksudkan untuk memberikan ciri-ciri orang-orang tertentu, kelompok-kelompok atau keadaan-keadaan. Keterangan untuk penelitian seperti ini dapat dikumpulkan dengan bantuan wawancara, angket (kuesioner), dan

55

Ahmad Tanzeh, Metode Penelitian Praktis, (Jakarta, PT Bina Ilmu, 2004) h.38

56


(60)

40

pengamatan langsung.57 Penelitian kuantitatif memiliki beberapa karakteristik, antara lain sebagai berikut58:

a. Kejelasan Unsur

Tujuan, pendekatan, subjek, sampel, sumber data sudah terperinci sejak awal b. Langkah Penelitian

Segala sesuatu direncanakan sampai matang ketika persiapan disusun. c. Hipotesis

Mengajukan hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian. Hipotesis menentukan hasil yang diramalkan.

d. Desain

Pada penelitian ini di dalam desain jelas langkah-langkah penelitian dan hasil yang diharapkan.

e. Pengumpulan Data

Kegiatan dalam pengumpulan data memungkinkan untuk diwakilkan. f. Analisis Data

Hal ini dilakukan setelah data terkumpul.

2. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian eksperimen. Penelitian dengan menggunakan pendekatan eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap

57

Ibid h.106

58


(61)

41

variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat.59 Kerlinger memberikan definisi eksperimen sebagai suatu penelitian ilmiah dimana peneliti memanipulasi dan mengontrol satu atau lebih variabel bebas dan melakukan pengamatan terhadap variabel terikat untuk menemukan variansi yang muncul bersamaan dengan manipulasi terhadap variabel bebas tersebut. Variabel yang dimanipulasi disebut variabel bebas dan variabel yang akan dilihat pengaruhnya disebut variabel terikat.

Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang melakukan percobaan terhadap kelompok-kelompok eksperimen. Pada setiap kelompok eksperimen dikenakan perlakuan-perlakuan tertentu dengan kondisi-kondisi yang dapat dikontrol.60 Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian eksperimen yaitu untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada kelompok eksperimen, misalnya dengan menerapkan metode tertentu pada kelompok eksperimen kemudian membandingkannya dengan kelompok kontrol. Data sebagai hasil pengaruh perlakuan terhadap kelompok eksperimen diukur secara kuantitatif kemudian dibandingkan. Pada penelitian ini, peneliti hendak meneliti pengaruh penggunaan metode pembelajaran. Metode

mathemagics diterapkan pada kelas eksperimen, kemudian pada akhir percobaan hasil belajar tiap kelompok dievaluasi. Model desain yang diterapkan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

59

Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, (Bandung, ALFABETA, 2006) h.50

60


(62)

42

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Motivasi ( ) Metode

Pembelajaran ( )

Tinggi (

Sedang (

Rendah (

Metode Mathemagics

(

Metode Konvensional

Keterangan :

= metode pembelajaran = motivasi

= metode pembelajaran mathemagics

= metode pembelajaran konvensional = motivasi tinggi

= motivasi sedang = motivasi rendah

= hasil tes melalui metode pembelajaran mathemagics dan motivasi tinggi = hasil tes melalui metode pembelajaran mathemagics dan motivasi sedang = hasil tes melalui metode pembelajaran mathemagics dan motivasi rendah = hasil tes melalui metode pembelajaran konvensional dan motivasi tinggi

= hasil tes melalui metode pembelajaran konvensional dan motivasi sedang hasil tes melalui metode pembelajaran konvensional dan motivasi rendah


(63)

43

B. Populasi, Sampling, dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan himpunan semua individu yang dapat memberikan data dan informasi untuk suatu penelitian. Sugiyono mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.61 Adapun yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas TKJ SMKN 1 Bandar Lampung tahun ajaran 2016/2017.

2. Sampling

Sampling adalah proses dan cara mengambil sampel atau contoh untuk menduga keadaan suatu populasi. Pada kegiatan penelitian ini terdapat beberapa faktor sehingga untuk menjangkau dari keseluruhan obyek tidak dilakukan, dan untuk mengantisipasi hal tersebut digunakan teknik sampling. Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif.62 Teknik sampling pada penelitian ini dilakukan dengan cara acak kelas. Acak kelas yaitu dengan cara membuat suatu undian dari ketiga kelas tersebut kemudian diundi dengan melakukan satu kali pengambilan.

61

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2012), h.80

62


(64)

44

3. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti).63 Sampel adalah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan individu penelitian. Sampel yang baik yaitu sampel yang memiliki populasi atau yang representatif artinya menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan populasi secara maksimal. Masalah sampel dalam suatu penelitian timbul disebabkan beberapa hal, salah satunya adalah penelitian bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari besarnya jumlah populasi sehingga harus meneliti sebagian saja dari populasi.64 Berdasarkan hasil dari sampling yang peneliti lakukan dengan cara acak kelas, sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas A (sebagai kelas kontrol) yang berjumlah 31 siswa dan siswa kelas B (sebagai kelas eksperimen) yang berjumlah 33 siswa.

C. Sumber Data dan Variabel 1. Sumber Data

Data merupakan perwujudan dari informasi dengan sengaja digali untuk dikumpulkan guna mendeskripsikan suatu peristiwa atau kegiatan lainnya, atau suatu fakta yang digambarkan lewat angka, simbol, kode dan lain-lain. Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data penelitian terbagi menjadi dua yaitu:65

63

Riduwan, Op. Cit. h.56

64

S. Margono, Op. Cit. h.121

65


(65)

45 a. Sumber data primer

Sumber data primer merupakan subyek yang ditemui atau diperoleh sebagai sumber data pertama di lokasi penelitian. Pada penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah siswa kelas A dan siswa kelas B SMKN 1 Bandar Lampung tahun ajaran 2016/2017.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder merupakan subyek yang diperoleh sebagai sumber data kedua dari data yang kita butuhkan. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru matematika, dan juga dokumen yang berkaitan tentang penelitian.

2. Variabel

Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai dan merupakan titik perhatian suatu penelitian. Variabel dapat juga diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih.66 Variabel mempunyai kaitan erat dengan teori. Teori adalah serangkaian konsep, definisi, dan proposisi yang saling berkaitan dan bertujuan untuk memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu fenomena. Gambaran yang sistematis itu dijabarkan dengan menghubungkan variabel yang satu dengan yang lainnya dengan tujuan untuk menjelaskan fenomena tersebut. Pada sebuah praktek penelitian, variabel tersebut

66


(66)

46

harus diberi definisi operasional untuk memudahkan dalam mengidentifikasi dan melakukan pengukuran.67

Pada penelitian ini terdapat dua jenis variabel, yaitu sebagai berikut: a. Variabel independen (variabel bebas)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (variabel terikat). Pada penelitian ini terdapat dua variabel bebas, yaitu metode mathemagics dan motivasi belajar siswa. Variabel bebas dalam penelitian ini dinamakan variabel (X).

b. Variabel dependen (variabel terikat)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas. Pada penelitian ini yang merupakan variabel terikat adalah kemampuan penalaran matematis, dan kemudian dinamakan variabel (Y).

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.68 Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini antara lain, yaitu:

67

Ibid h.134

68


(1)

226

pertanyaan untuk mengarahkan siswa ke materi Matriks serta kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari

5. Membentuk 3 kelompok siswa yang hiterogen (dengan menerapkan prinsip tidak membedakan tingkat kemampuan berpikir, jenis kelamin, agama, suku, dll).

6. Guru menginformasikan kepada siswa bahwa pembelajaran hari ini akan dilaksanakan dengan sebuah permainan yaitu Math of Three Kingdom Inti 1. Guru menjelaskan tentang aturan dan cara

bermain dengan permainan Math of Three Kingdom kepada siswa, kemudian guru membagikan LKS kepada setiap siswa dan menjelaskan tentang pengertian matriks, macam-macam matriks dan operasi matriks serta penerapannya untuk menentukan hasil dari operasi matriks dan pemecahan masalah yang terkait dengan matriks. (Jejaring/Komunikasi) 2. Siswa mendengarkan, mencatat dan mengamati

tentang pengertian matriks, macam-macam matriks dan operasi matriks serta penerapannya untuk menentukan hasil dari operasi matriks dan pemecahan masalah yang terkait dengan matriks. (Mengamati)

3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang pengertian matriks, macam-macam matriks dan operasi matriks serta penerapannya untuk menentukan hasil dari operasi matriks dan pemecahan masalah yang terkait dengan matriks yang belum dipahami.


(2)

227 (Menanya)

4. Permainan dimulai, guru mempersilahkan kepada setiap kelompok untuk mengambil kartu soal yang telah disiapkan oleh guru, kemudian setiap kelompok berlomba untuk menjawabnya dengan cepat dan benar. (Mencoba)

5. Sebuah kartu soal diibaratkan sebuah kota sehingga setiap kelompok harus membaca pertanyaan dengan teliti agar dapat menjawab pertanyaan dengan benar dan dapat menguasai kota tersebut. (Mengamati, Menalar, Jejaring/ Komunikasi)

6. Jika kelompok tersebut tidak mampu menjawab pertanyaan dengan benar, maka guru memperbolehkan kelompok tersebut untuk menggambil kartu soal yang lainnya. (Mencoba) 7. Guru memberikan reward berupa point kepada tim yang berhasil menguasai kota/ menjawab soal terbanyak dan setiap anggotanya menjawab dengan benar (Jejaring/ Komunikasi)

Penutup 1. Guru bersama siswa memberikan kesimpulan tentang materi yang telah diajarkan oleh guru 2. Siswa menerima informasi tentang tugas (PR)

yang harus dikerjakan dan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.

4 menit

I. PENILAIAN HASIL BELAJAR

1. Jenis/Teknik Penilaian : Pengamatan, tes tertulis 2. Bentuk instrument : Uraian


(3)

228

No Aspek yang dinilai Teknik

Penilaian Waktu Penilaian

1. Sikap

a. Terlibat aktif dalam pembelajaran matriks.

b. Disiplin dalam kegiatan pembelajaran matriks. c. Bertanggung jawab dalam

kegiatan kelompok

Pengamatan Selama pembelajaran dan saat diskusi

2. Pengetahuan

1. Menentukan penjumlahan matriks, 2. Menentukan pengurangan suatu

matriks.

3. Menentukan perkalian matriks dengan skalar.

4. Menentukan perkalian dua matriks.

Tes Penyelesaian tugas individu dan kelompok

3. Keterampilan

Terampil menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan matriks

Pengamatan

Penyelesaian tugas (baik individu maupun kelompok) dan saat diskusi

Instrumen:  Tugas : 1. Jika A=

6 4

3 1

dan B=

6 8

3 7

,tentukan A + B !

2. Jika A= 6 4

3 1

dan B=

6 8

3 7


(4)

229

3. Jika k adalah suatu skalar yang besarnya 3 dan A =

2 8 3 1 2 8 5 2 9 , tentukan: a. k x A b. A x k

4. Jika A = 0 1

4 2

dan B = 0 1

4 2

maka tentukan A x B !

 Jawab: No Soal

Deskripsi Jawaban Skor

1

A + B = 6 4 3 1 + 6 8 3 7

= 20

2

A – B = 6 4 3 1 - 6 8 3 7

= 20

3

a. k x A = 3x

2 8 3 1 2 8 5 2 9 = ) 2 ( 3 8 3 3 3 ) 1 ( 3 2 3 8 3 5 3 2 3 9 3 = 6 24 9 3 6 24 15 6 27

b. A x k =

2 8 3 1 2 8 5 2 9

x3 =

3 ) 2 ( 8 3 3 3 3 ) 1 ( 3 2 3 8 3 5 3 2 3 9 = 30


(5)

230 6

24 9

3 6 24

15 6 27

4

a.A x B =

0 1

4 2

. 0 1

4 2

=

0 0 4 1 1 0 2 1

0 4 4 2 1 4 2 2

= 4 2

8 8

30

Mengetahui Bandar Lampung, 18 Sep

2016

Guru Mata Pelajaran Peneliti

Dra. Ani Rosalia Maya Wahyunita

NIP. 19650711199401200 NPM. 1211050095

Kepala Sekolah

Dra. Hj.Mike Elly Rose,M.Pd NIP. 196306241988032004


(6)

231 Lampiran 59


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Bandar Lampung Semester Ganjil T.P. 2016/2017)

0 32 59

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 MARBAU TAHUN AJARAN 2016/2017.

0 2 28

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DENGAN METODE GUIDED Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Gaya Belajar dengan Metode Guided Discovery pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Ajaran 2016/2017.

0 3 18

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DENGAN METODE GUIDED Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Gaya Belajar dengan Metode Guided Discovery pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Ajaran 2016/2017.

0 4 22

Pengaruh metode hypnoteaching terhadap kemampuan representasi matematis siswa kelas VIII SMP IT Insan Mulia Batanghari tahun ajaran 2016 2017

5 19 184

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA MTs MUHAMMADIYAH SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016 2017

4 23 194

PENERAPAN METODE CERITA BERGAMBAR DI RA RAIHAN SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016 2017

1 5 82

Kemampuan penalaran matematis dalam menyelesaikan soal garis singgung lingkaran ditinjau dari gaya belajar pada siswa kelas VIII D SMP N 1 Nanggulan tahun ajaran 2016 2017

1 19 287

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KNISLEY DENGAN STRATEGI BRAINSTORMING TERHADAP PENALARAN MATEMATIS DITNJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMPN 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016/2017 - Raden Intan Repository

0 0 125

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA SMP NEGERI 1 SIDAREJA

1 9 16