PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH (MENCARI PASANGAN) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS GEOGRAFI

(1)

commit to user

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH (MENCARI PASANGAN)

UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS GEOGRAFI

(Pokok Bahasan Ketenagakerjaan Pada Siswa Kelas VIII-B Semester II SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010)

SKRIPSI

Disusun Oleh : SYA’BAN ISTIQOMAH

K5406005

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH (MENCARI PASANGAN)

UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS GEOGRAFI

(Pokok Bahasan Ketenagakerjaan Pada Siswa Kelas VIII-B Semester II SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010)

Oleh :

SYA’BAN ISTIQOMAH K5406005

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(3)

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Drs. Haris Mudjiman, MA, Ph.D Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd NIP. 1303 444 54 NIP. 19560420 198303 1 003


(4)

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Selasa

Tanggal : 18 Januari 2011

Tim Penguji Skripsi : Tanda Tangan

Ketua : Setya Nugraha, S.Si, M.Si ……….

Sekretaris : Rahning Utomowati, S.Si ……….

Anggota I : Prof. Drs. Haris Mudjiman, MA, Ph.D ……….

Anggota II : Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd ……….

Disahkan oleh:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001


(5)

commit to user ABSTRAK

Sya’ban Istiqomah, K5406005. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS GEOGRAFI POKOK BAHASAN KETENAGAKERJAAN PADA SISWA KELAS VIII-B SEMESTER II SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Desember 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar geografi siswa kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumberdaya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII-B sebanyak 37 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, tes formatif, angket dan dokumen. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif.

Hasil belajar pada siklus I menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam pembelajaran geografi belum mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian. Hal ini ditunjukkan pada motivasi siswa yang baru mencapai 64,86% dan hasil belajar siswa baru mencapai 62,16%. Hasil penelitian Siklus II menunjukan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam pembelajaran geografi mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa telah mencapai target keberhasilan penelitian. Hasil belajar siswa setelah Siklus II telah mencapai 89,18% dan Motivasi siswa mencapai 89,19% dari jumlah siswa. Hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II meningkat 27,02% (siklus I = 62,16% dan siklus II = 89,18%), Motivasi belajar siswa meningkat 24,33% (siklus I = 64,86% dan siklus II = 89,19%). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam pembelajaran geografi dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya Motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta setelah dilakukan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumberdaya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya.


(6)

commit to user ABSTRACT

Sya'ban Istiqomah, K5406005. THE APPLICATION OF MAKE A MATCH TYPE OF COOPERATIVE LEARNING TO IMPROVE STUDENT THE MOTIVATION AND LEARNING RESULT IN GEOGRAPHY SOCIAL SCIENCE OF LABOR FORCE SUBJECT MATTER IN THE VIII-B GRADERS OF SEMESTER II OF SMP NEGERI 16 SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2009/2010. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, December 2010.

The objective of research was to find out the improvement of student motivation and student learning result of geography in the VIII-B Graders of Semester II of SMP Negeri 16 Surakarta in the school year of 2009/2010. using make a match type of cooperative learning in basic competency of labor force problem and labor as the resource in economic activity, as well as the role of government in the attempt of coping with them.

This study belongs to a Classroom Action Research. The subject of research was the VIII-B graders consisting of 37 students. Techniques of collecting data used were observation, formative test, questionnaire, and document. Technique of analyzing data used in this research was a descriptive qualitative analysis.

The learning result in cycle I shows that the application of Make a Match type of cooperative learning model in geography learning has not improved the student motivation and student learning result consistent with the successfulness of research. It is indicated in the student motivation reaching only 64.86% and the student learning result reaching only 62.16%. The learning result in cycle II shows that the application of Make a Match type of cooperative learning model in geography learning can improve the student motivation and the student learning result had reached the targeted successfulness of research. The student learning result in cycle II had reached 89.18% and the student motivation reached 89.19% of student number. The student learning result increases by 27.02% from cycle I to cycle II (cycle I = 62.16% and cycle II = 89.18%), and student learning motivation increases by 24.33% from cycle I to cycle II (cycle I = 64.86% and cycle II = 89.19%). These results of research shows that that the application of Make a Match type of cooperative learning model in geography learning can improve the student motivation and the student learning result consistent with the indicator of research successfulness. It is indicated by the increase in student learning motivation and result in VIII-B Graders of Semester II of SMP Negeri 16 Surakarta in the school year of 2009/2010 after the application of Make a Match type of cooperative learning model in the basic competency of describing the labor force problems and labor as the resource in economic activity, as well as the role of government in the attempt of coping with them.


(7)

commit to user MOTTO

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan

yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah kamu berharap. (QS Al-Insyirah:6-8)

Tak ada sesuatupun yang dapat membuatmu menyerah kecuali dirimu yang mengizinkannya.

(Anonim)

Kesabaran menghadapi saat-saat sulit merupakan tanda dari kedewasaan. (Penulis)


(8)

commit to user PERSEMBAHAN

Dalam Naungan Ridho Allah SWT, kupersembahkan karya ini untuk:

Ayah dan I bu tercinta yang selalu memanjatkan doa untuk ku,selalu memberikan cinta, motivasi dan kasih sayang yang tak terhingga dan pengorbanan yang tak ternilai harganya.

Adek-adekku tercinta (Annis I slamawati & I lham Fitriansyah) terimakasih sayang atas do’a dan dukungannya.

Bustamil Arifin (Nano-nano ku), semoga Allah memberikan jalan terbaik buat kita.

Sahabat-sahabat seperjuangan Geografi ’06

Anak-anak kos Griyananda dan Blue House terimakasih do’a & kebersamaanya.

Almamaterku.


(9)

commit to user KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin…… Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian untuk menyusun skripsi ini.

2. Drs. Syaiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian untuk menyusun skripsi ini.

3. Drs. Partoso Hadi, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian untuk menyusun skripsi ini.

4. Prof. Haris Mudjiman, MA, Ph.D selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan penyusunannya.

5. Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan penyusunannya.

6. Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd selaku Pembimbing Akademik yang dengan sabar membimbing penulis sejak awal m`asa studi.


(10)

commit to user

7. Bapak/ Ibu dosen Program Studi Geografi yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

8. Drs. M. Amir Khusni, MM selaku kepala SMP Negeri 16 Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian

9. Tri Wahyuni S, S. Pd selaku guru mata pelajaran geografi SMP Negeri 16 Surakarta yang telah berkenan membantu penelitian.

10.Siswa-siswi kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta.

11.Sahabat-sahabat Geografi’06 (Agung H, Agung P, Anis, Novika, Maryanti, Rohmat, Bekti, Watik, Ika, Lilik, Novi, Kuntari, Silva, Wiwis, Rohaye, Arif, Uzie, Ardian, Abidin, Intan, Kukuh, Guntur, Ari, Arno, Reza, Yulian, Dyas, Diah, Indri, Yohanes, Tedy, Mitra, Yenik, Anita, Eki) yang selalu memberikan semangat dan persahabatan yang tak terlupakan, terimakasih kenangan indahnya selama ini semoga silaturahmi kita tak pernah putus.

12.Sahabat-sahabatku kost Griyananda (Vita, Ratna, Hilfi, Pepi, Iis, D’e, Andre, Ratih, Bror, Nita, Lala, Ullie,Devi, Ina) yang mewarnai hari-hatiku di kos, terimakasih kebersamaan dan kelucuannya

13.Sahabat baikku Anis Iryaningtyas, terimakasih buat semuanya, kebersamaannya hampir 5 tahun ini, jangan sampai putus silaturrahmi kita. 14.Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu penyelesaian penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Surakarta, Januari 2011

Penulis


(11)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN ABSTRACT... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Hasil Belajar dan Pembelajaran ... 8

2. Pembelajaran Aktif ... 11

3. Metode Pembelajaran ... 14

4. Pembelajaran Kooperatif ... 15

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match (Mencari Pasangan) ... 18

6. Motivasi Belajar Siswa ... 20

7. Hasil Belajar ... 25

B. Penelitian yang Relevan ... 28


(12)

commit to user

C. Kerangka Berfikir ... 32

D. Hipotesis Tindakan ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 36

1. Tempat Penelitian ... 36

2. Waktu Penelitian ... 36

B. Subyek Penelitian ... 37

C. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 37

D. Sumber Data ... 40

E. Validitas Data ... 40

F. Teknik Pengumpulan Data ... 41

G. Teknik Analisis Data ... 42

H. Indikator Bekerja……… ... 43

I. Prosedur Penelitian……… ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 48

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 51

1. Observasi Pra Tindakan ... 51

2. Deskripsi Siklus I………. ... 54

a. Perencanaan Tindakan Siklus I ... 54

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 55

c. Observasi dan Evaluasi Siklus I ... 62

d. Analisis dan Refleksi Siklus I ... 67

3. Deskripsi Siklus 2 ... 68

a. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 68

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 69

c. Observasi dan Evaluasi Siklus II ... 76

d. Analisis dan Refleksi Siklus II ... 80

C. Pembahasan ... 81


(13)

commit to user

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 86

B. Implikasi ... 86

C. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88

LAMPIRAN ... 90


(14)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rata-Rata Nilai Ulangan HarianGeografi Kelas VIII SMP Negeri 16

Surakarta ... 4

2. Perbedaan Penelitian oleh Peneliti dengan Penelitian Sebelumnya ... 30

3. Jadwal Penyusunan Skripsi ... 36

4. Kategori Motivasi Belajar Siswa ... 52

5. Kategori Motivasi Awal Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta Terhadap Mata Pelajaran Geografi ... 52

6. Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta Sebagai Data Awal ... 53

7. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Siklus I ... 56

8. Kategori Motivasi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta Terhadap Mata Pelajaran Geografi Pada Siklus I ... 62

9. Ketuntasan Nilai Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 16 Surakarta Pada Siklus I ... 63

10. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Siklus II ... 70

11. Kategori Motivasi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta Terhadap Mata Pelajaran Geografi Pada Siklus II ... 76

12. Ketuntasan Nilai Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 16 Surakarta Pada Siklus II ... 77

13. Perbandingan Kategori Motivasi Siswa ... 83

14. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ... 84


(15)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Berpikir ... 34

2. Model Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2009: 16) ... 38

3. Skema Prosedur Penelitian ... 47

4. Histogram Motivasi Awal Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta Terhadap Mata Pelajaran Geografi ... 53

5. Histogram Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta Sebagai Data Awal ... 54

6. Histogram Kategori Motivasi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta Terhadap Mata Pelajaran Geografi Pada Siklus I ... 64

7. Histogram Ketuntasan nilai siswa kelas VII-B SMP Negeri 16 Surakarta pada siklus I ... 66

8. Kategori Motivasi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 16Surakarta Terhadap Mata Pelajaran Geografi Pada Siklus II... 77

9. Histogram Ketuntasan Nilai Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 16 Surakarta Pada Siklus II ... 78

10. Histogram Motivasi Siswa Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II .... 83

11. Histogram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II ... 84

12. Kelas Penelitian ... 160

13. Suasana Kelas Saat Guru Menyampaikan Materi ... 160

14. Siswa Saat Mencari Pasangan Soal dan Jawaban ... 161

15. Siswa Menemukan Pasangan Soal dan Jawaban ... 161

16. Guru Mengoreksi Bersama-Sama Hasil Pasangan Soal dan Jawaban ... 162

17. Siswa Mengerjakan Tes Formatif ... 162

18. Siswa Mengisi Angket Motivasi ... 163

19. Siswa Mendapat Penghargaan ... 163


(16)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Silabus Siklus I ... 91

2. Silabus Siklus II ... 93

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 95

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 100

5. Materi yang Diajarkan ... 105

6. Kisi-Kisi Evaluasi Siklus I dan Siklus II ... 121

7. Soal Tes Formatif Siklus I ... 122

8. Soal Tes Formatif Siklus II ... 125

9. Kunci Jawaban Tes Formatif Siklus I ... 129

10.Kunci Jawaban Tes Formatif Siklus II ... 131

11.Soal dan Jawaban Make a Matcah (Mencari Pasangan) Siklus I ... 134

12.Soal dan Jawaban Make a Matcah (Mencari Pasangan) Siklus II ... 137

13.Angket Motivasi Belajar Geografi ... 141

14.Kisi-Kisi Penyusunan Angket Belajar ... 146

15.Lembar Observasi Motivasi... 147

16.Tabel Skor Motivasi Siswa Kelas VIII-B Sebagai Data Motivasi Awal ... 148

17.Tabel Skor Motivasi Siswa Kelas VIII-B Sebagai Data Motivasi Siklus I 150 18.Tabel Skor Motivasi Siswa Kelas VII-B Sebagai Data Motivasi Siklus II 152 19.Tabel Hasil Belajar Siswa Kelas VIII-B Sebagai Data Awal ... 154

20.Tabel Hasil Belajar Siswa Kelas VIII-B Siklus I ... 156

21.Tabel Hasil Belajar Siswa Kelas VIII-B Siklus II ... 158

22.Dokumentasi Penelitian ... 160

23.Surat Perijinan ... 162


(17)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam menentukan masa depan dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Melalui pendidikan akan dihasilkan manusia-manusia terdidik sebagai sumber daya manusia berkualitas yang akan berperan dalam pembangunan. Mengingat pentingnya peranan pendidikan, maka masalah pendidikan menjadi perhatian serius bangsa Indonesia. Pemerintah berusaha membentuk suatu sistem pendidikan yang berkualitas sehingga tujuan pendidikan nasional dapat tercapai. Di Indonesia, masalah pendidikan menjadi pelik ketika output yang dihasilkannya kurang memenuhi kriteria yang distandarkan baik dalam bidang pengetahuannya maupun moralitas yang dimiliki oleh output dari pendidikan tersebut. Maka dibutuhkan pembelajaran yang berorientasi sepenuhnya kepada proses maupun hasil pendidikan.

Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang berperan aktif dalam peningkatan mutu pendidikan. Kualitas pendidikan dapat terlihat pada indikator keberhasilan dalam pembelajaran yaitu tercapainya tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Salah satunya adalah dengan meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan yang dapat ditunjukkan dengan hasil belajar. Selain itu pembaharuan dalam bidang pendidikan harus dilakukan agar kualitas pendidikan terus meningkat.

Proses belajar mengajar disekolah merupakan kegiatan yang integral antara guru dan siswa. Dalam hal ini siswa berkedudukan sebagai pelajar yang menuntut ilmu dan guru mempunyai posisi sebagai pengajar yang menyampaikan materi pelajaran. Serangkaian perbuatan guru dan siswa mampunyai hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat penting berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya


(18)

commit to user

penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar. Proses belajar mengajar dapat dikatakan sebagai suatu proses komunikasi. Setiap proses komunikasi diperlukan media untuk menyalurkan pesan, sehingga dikatakan bahwa media mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar.

Keberhasilan belajar mengajar dapat ditinjau dari dua faktor utama yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar diri siswa. Faktor dari luar siswa adalah faktor guru dan sarana prasarana. Guru sebagai pengajar harus dapat menyajikan materi pelajaran dengan baik, efektif dan efisien dengan memilih dan menggunakan metode serta pembelajaran yang sesuai. Hendaknya pula, guru tidak mendominasi kegiatan tersebut tetapi memotivasi dan membimbing siswa agar dapat mengembangkan potensi dan kreatifitasnya melalui belajar mengajar. Jadi dalam kegiatan ini terjadi interaksi timbal balik antar siswa dan guru, sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai secara optimal.

Penerapan Kurikulum yang digunakan sekarang ini yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) mengharuskan siswa untuk berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Kurikulum ini mulai diberlakukan sejak tahun 2006 yang merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya yaitu KBK. Pada kedua kurikulum ini, guru tidak lagi mendominasi pembelajaran (teacher centered) tapi menempatkan siswa sebagai subyek didik sehingga pendekatannya berpusat pada siswa (student centered). Salah satu acuan dalam penyusunan KTSP adalah peningkatan potensi, kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik. Paradigma lama yaitu guru merupakan pusat kegiatan belajar di kelas (Teacher Centered Learning) tidak bisa lagi dipertahankan. Tetapi hal ini nampaknya masih banyak diterapkan di ruang-ruang kelas dengan alasan pembelajaran seperti ini adalah yang paling praktis dan tidak menyita waktu. Sehingga tidak mengherankan kalau siswa cenderung jenuh, bosan dan akhirnya kurang tertarik terhadap pelajaran Geografi. Hal ini berpengaruh terhadap capaian hasil belajar siswa. Seorang pendidik harus menguasai berbagai macam metode dan pendekatan mengajar, sebab metode dan pendekatan merupakan salah satu cara dalam pencapaian tujuan pengajaran. Ada


(19)

commit to user

beberapa macam pendekatan mengajar antaralain pendekatan konsep, pendekatan induktif, pendekatan ketrampilan proses dan lain-lain. Seorang guru dapat memilih pendekatan mengajar yang sesuai dengan materi yang disampaikan, kemampuannya dalam mengingat situasi dan kondisi saat proses belajar mengajar berlangsung.

Disamping itu dalam memberikan materi pelajaran guru harus memberikan metode yang tepat, yang sesuai dengan materi dan pendekatan yang disampaikan, karena apabila materi dan metode tidak sesuai dengan pendekatannya maka siswa akan mengalami kegaduhan di dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru, dalam proses belajar mengajar, siswa perlu mengalami proses ilmu pengetahuan sendiri melalui kegiatan pengamatan, pemecahan masalah, percobaan dan sebagainya. Salah satu bentuk metode dari pendekatan ketrampilan proses yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa.

Pada metode Make a Match (Mencari Pasangan) siswa diajak untuk dapat bekerja sama dengan baik dengan teman-temannya. Disini siswa juga diajak bermain sekaligus dapat menambah nilai. Pada metode ini, siswa disuruh untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Kelebihan dari metode ini adalah : Melatih untuk ketelitian, kecermatan dan ketepatan serta kecepatan. Dengan adanya metode yang bervariasi ini tidak hanya akan membuat siswa menjadi semangat belajar tetapi juga dapat mengurangi kebosanan siswa dalam belajar sehingga siswa menjadi betah di kelas. Selain itu juga dapat membantu guru dalam mengajar dan juga dapat membantu guru mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Guru tidak perlu lagi memarahi siswa yang ribut atau yang mengantuk di kelas karena dengan adanya game dalam belajar ini diharapkan siswa dapat menjadi aktif dalam belajar dan dapat mengakrabkan siswa yang satu dengan yang lain.


(20)

commit to user

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Geografi dan pengamatan yang dilakukan penulis, diketahui bahwa metode yang sering digunakan di SMP Negeri 16 Surakarta dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) adalah metode ceramah yaitu guru menyampaikan materi sedangkan siswa mencatat pada buku catatan. Sehingga kurangnya interaksi antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa sehingga siswa cenderung pasif. Karena KBM didominasi oleh guru maka guru dikatakan aktif, sedangkan siswa hanya duduk, mendengarkan, mencatat bahkan ada sebagian siswa yang diam dengan keadaan mengantuk, guru tidak menyadari metode konvensional yang dilakukan secara terus menerus membuat siswa bosan, kurang antusias, dan kurang tertarik, sehingga motivasi belajar siswa rendah pada saat pembelajaran berlangsung. Motivasi merupakan salah satu indikator bagi keberhasilan pembelajaran. Jika siswa kurang memiliki motivasi maka hasil belajarpun kurang optimal. Sesulit apapun materi jika siswa memiliki motivasi yang tinggi maka siswa akan tetap belajar.

Berdasarkan data arsip hasil ulangan harian mata pelajaran Geografi menunjukkan hasil belajar siswa kurang optimal dan motivasi untuk belajar geografi rendah, ini terlihat dari data nilai ulangan harian yang belum mencapai nilai ketuntasan minimal yaitu 65 untuk mata pelajaran IPS. Pada saat diadakan ulangan harian, kelas VIII-B memiliki nilai rata-rata paling rendah bila dibanding kelas VIII yang lain. Nilai rata-rata ulangan harian kelas VIII-B adalah 60,95. Berikut disajikan tabel rata-rata nilai ulangan harian Geografi kelas VIII.

Tabel 1. Rata-Rata Nilai Ulangan Harian Geografi Kelas VIII SMP Negeri 16 Surakarta

Kelas Rata-Rata Nilai Ulangan

VIII-A 65,30

VIII-B 60,95

VIII-C 63,90

VIII-D 62,35

VIII-E 64,20

Sumber: Dokumen Guru Pengampu Pelajaran Geografi Kelas VIII SMP Negeri 16 Surakarta


(21)

commit to user

Berdasarkan data nilai ulangan harian, sebagian besar siswa kelas VIII-B belum mencapai nilai 65 yang merupakan standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran geografi. Dari 37 siswa kelas VIII-B, yang sudah mencapai ketuntasan dalam pembelajaran berjumlah 16 anak (43,24% dari jumlah siswa) sedangkan yang belum tuntas adalah 21 anak (56,76% dari jumlah siswa).

Berdasarkan pengalaman guru geografi mengajar kelas VIII, materi ketenagakerjaan merupakan materi yang dianggap membosankan. Guru memiliki kesulitan dalam memahamkan materi tersebut kepada siswa karena materi kurang menarik. Selain itu, kegiatan pembelajaran berupa penyampaian materi ketenagakerjaan dengan metode ceramah saja dan tanpa kegiatan aktif bagi siswa untuk memahami konsep materi menjadikan situasi belajar membosankan sehingga siswa sulit menyerap materi. Apalagi dengan sikap siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran seperti ketidakberanian dalam mengungkapkan ketidakpahaman melalui pertanyaan sehingga semakin menyulitkan guru untuk memahamkan mereka.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang penerapan model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Pembelajaran geografi akan sangat menarik jika dikemas dalam suatu bentuk pembelajaran interaktif yang menyenangkan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Salah satunya dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan). Make a Match (Mencari Pasangan) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat melatih siswa untuk lebih aktif sehingga termotivasi untuk belajar.

Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan diatas maka penulis memilih judul :

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match (Mencari Pasangan) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS (Pokok Bahasan Ketenagakerjaan Pada Siswa Kelas VIII-B Semester II SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010)”


(22)

commit to user

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah pembelajaran geografi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII-B SMP Negeri 16 surakarta tahun ajaran 2009/2010 pada pokok bahasan Ketenagakerjaan?

2. Apakah pembelajaran geografi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-B SMP Negeri 16 surakarta tahun ajaran 2009/2010 pada pokok bahasan Ketenagakerjaan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar geografi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan) pada pokok bahasan Ketenagakerjaan pada siswa kelas VIII-B SMP Negeri 16 surakarta tahun ajaran 2009/2010?

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar geografi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan) pada pokok bahasan Ketenagakerjaan pada siswa kelas VIII-B SMP Negeri 16 surakarta tahun ajaran 2009/2010?

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru, sekolah dan peneliti.

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan kontribusi keilmuan yang bermanfaat dalam dunia pendidikan mengenai penerapan pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan) untuk peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa mata pelajaran geografi terutama pada pokok bahasan Ketenagakerjaan.

b. Sebagai acuan pembelajaran yang inovatif dan mendukung teori pembelajaran kooperatif.


(23)

commit to user

c. Menjadi bahan pembanding, pertimbangan, dan pengembangan bagi peneliti di masa yang akan datang di bidang dan permasalahan yang sejenis atau bersangkutan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1) Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi. 2) Mempermudah siswa dalam memahami pelajaran dan tidak mudah bosan. 3) Memberi suasana belajar yang bervariasi dan praktis sehingga dapat

membangkitkan semangat belajar siswa.

4) Memberi peluang siswa berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar mengajar.

b. Bagi Guru

1) Sebagai masukan bagi guru geografi dalam menentukan metode mengajar yang tepat sesuai dengan materi yang bersangkutan, dalam rangka peningkatan motivasi belajar siswa.

2) Memberikan informasi bagi guru untuk lebih menekankan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.

3) Meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dan hasil belajar siswa. d. Bagi Peneliti

Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman, bahwasanya dalam mengajar geografi banyak cara yang dapat digunakan agar pelajaran geografi dapat menarik untuk diikuti oleh siswa. Salah satunya yaitu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan).


(24)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan ini amat tergantung pada proses belajar yang di alami siswa. Oleh karena pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para guru.

Belajar juga merupakan aktivitas yang selalu dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan seseorang selalu melakukan kegiatan yang sebenarnya merupakan gejala belajar, karena mustahil apabila seseorang melakukan kalau tidak melalui belajar terlebih dahulu. Sebagai contoh adalah seorang anak yang bisa berjalan, mengenakan pakaian sendiri, makan sendiri, semuanya merupakan hasil dari kegiatan belajar.

Beberapa ahli telah menyusun devinisi belajar menurut sudut pandang masing-masing, antara lain adalah sebagi berikut :

Menurut Winkel (1996:53), ”Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.”

Sardiman (2010:20) menyatakan bahwa, “Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan, serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.”

Menurut Sujana (1989 :28), “ Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.” Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan


(25)

commit to user

pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada diri individu. Sedangkan Gulo (2002:74) mengungkapkan bahwa, “Belajar adalah aktivitas manusia dimana semua potensi manusia dikerahkan.” Kegiatan ini tidak terbatas hanya pada kegiatan mental intelektual, tetapi juga melibatkan kemampuan-kemampuan yang bersifat emosional bahkan tidak jarang melibatkan kemampuan fisik. Rasa senang atau tidak senang, tertarik atau tidak tertarik, simpati atau antipati, adalah dimensi-dimensi emosional yang turut terlibat dalamproses belajar tersebut.

Menurut Slameto (2003:2), “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Jadi belajar lebih menekankan pada perubahan tingkah laku seseorang dalam belajar sebagai hasil pengalaman dan latihan. Lebih lanjut Slameto (2003:3-4) menjelaskan, ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah :

1. Perubahan terjadi secara sadar

Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya sesuatu perubahan dalam dirinya.

2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahn yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan usaha individu itu sendiri.

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karna proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.


(26)

commit to user

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku.

Menurut Slameto (2003:54-71), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah :

1. Faktor-faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar. Dari faktor intern dibagi menjadi 3 faktor yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.

a) Faktor jasmaniah, meliputi : kesehatan dan cacat tubuh

b) Faktor psikologis, meliputi : intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

c) Faktor kelelahan, meliputi : kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. 2. Faktor ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang berada di luar individu. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat di kelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

a) Faktor keluarga, meliputi : cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

b) Faktor sekolah, meliputi : metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa denga siswa, dan alat pembelajaran.

c) Faktor masyarakat, meliputi : kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Berdasarkan definisi-definisi tentang belajar diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang di tandai adanya perubahan pada diri seseorang yang dapat di tunjukkan dalam berbagi bentuk seperti penambahan pengetahuan, kecakapan, pemahaman sikap dan tingkah laku serta segala aspek yang ada pada individu. Dengan kata lain belajar merupakan proses dalam usaha menemukan tingkah laku yang baru baik berupa kecakapan, ketrampilan, pemecahan suatu masalah, sikap, maupun kebiasaan ke arah yang baik.

b. Pengertian Pembelajaran

Purwanto (2003:32) menyatakan bahwa, “Pembelajaran adalah suatu usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor ekstern dan faktor intern dalam kegiatan belajar mengajar.”


(27)

commit to user

Berdasarkan Dimyati dan Mudjiono (1999:297) ”Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada sumber belajar.” Lanjutnya Dimyati dan Mudjiono (1999:76) menyatakan bahwa pembelajaran tidak mengabaikan karakteristik pebelajar dan prinsip-prinsip belajar. Oleh karena itu dalam program pembelajaran guru perlu berpegang bahwa pebelajar adalah ”Primus motor” dalam belajar. Dengan demikian guru dituntut untuk memusatkan perhatian, mengelola, meganalisis dan mengoptimalkan hal-hal yang berkaitan dengan (1) perhatian dan motivasi belajar siswa (2) keaktifan siswa (3) optimalisasi keterlibatan siswa (4) melakukan pengulangan-pengulangan belajar (5) pemberian tantangan agar siswa bertanggung jawab (6) memberikan balikan dan penguatan terhadap siswa dan (7) mengelola proses belajar sesuai perbedaan individual siswa.

Berdasarkan definisi-definisi tentang pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor internal yang datang dari dalam individu sedangkan faktor eksternal yang datang dari lingkungan kegiatan belajar mengajar.

2. Pembelajaran Aktif

Menurut Sujana (1989:20), ”Bahwa cara belajar siswa aktif adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang subyek didikannya terlibat secara intelektual dan emosional sehingga ia betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar.”

Masdjudi, S. Belen, Ujang Sukandi, Muhlisoh (2003 : 3-4) menyatakan bahwa “Pembelajaran aktif dimaksudkan adalah bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian hingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.” Sedangkan Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada


(28)

commit to user

siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakekat belajar. Peran aktif siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya sendiri dan orang lain.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Pembelajaran Aktif adalah salah satu cara strategi belajar-mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi subyek didik optimal mungkin, sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien.

Untuk melihat terwujudnya pembelajaran aktif dalam proses belajar mengajar, terdapat indikator cara belajar siswa aktif. Menurut Nana Sujana (1989:21 ), “Indikator ini dapat dilihat tingkah laku mana yang muncul dalam suatu proses belajar mengajar berdasarkan apa yang dirancang guru”.

1. Aktif Dilihat Dari Sudut Siswa

Jika di amati dari sisi siswa maka akan tampak :

a) Keinginan dan keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan permassalahan.

b) Keingina dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar.

c) Penampilan sebagia usaha atau kekreatifan belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilan. d) Kebebasan atau keleluasaan melakukan hal tersebut diatas tanpa tekanan

guru atau pihak lainnya. 2. Aktif Dilihat DariSudut Guru

a) Tampak adanya usaha untuk mendorong, membina gairah belajar dan prestasi siswa secara aktif.

b) Tampak bahwa peranan guru tidak mendomonasi kegiatan proses belajar siswa.

c) Tampak bahwa guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut cara dan keadaan masing-masing.

d) Tampak bahwa guru menggunakan berbagai jenis metode mengajar serta pendekatan multi media.

3. Aktif Dari Segi Program

a) Hendaknya tujuan instruksional serta konsep maupun isi pelajaran itu sesuai dengan kebutuhan, minat serta subjek didik.

b) Hendaknya program cukup jelas dapat dimengerti siswa dan menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar.

c) Hendaknya bahan pelajaran mengandung fakta atau informasi, konsep, prinsip dan ketrampilan.


(29)

commit to user

4. Aktif Dilihat Dari Situasi Belajar

a) Tampak adanya iklim hubungan intim dan erat antara guru dengan siswa, siswa dengan siswwa, guru dengan guru, serta dengan unsur pimpinan sekolah dan stick holder yang ada.

b) Tampak adanya gairah serta kegembiraan siswa meningkat sehingga siswa memiliki motivasi yang kuat, serta keleluasaan mengenbangkan cara belajar masing-masing.

5. Aktif Dilihat Dari Sarana Belajar

a) Tampak adanya sumber-sumber belajar bagi siswa.

b) Tampak adanya fleksibelitas waktu untuk melakukan kegiatan belajar. c) Tampak adanya kegiatan belajar siswa yang tidak terbatas didalam kelas

dan juga diluar kelas. 6. Ciri-ciri Pembelajaran Aktif

Ada beberapa ciri yang harus tampak dalam proses pembelajaran aktif antara lain :

a) Situasi kelas menantang siswa menantang kegiatan belajar secara bebas, tetapi terkendali.

b) Guru tidak mendominasi pembicaraan, tetapi lebih banyak memberikan rangsangan nerfikir kepada siswa untuk memecahkan masalah.

c) Guru menyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi siswa, bisa sumber tertilis, sumber manusia, misalnya murid itu sendiri, menjelaskan permasalahan kepada murid lainnya, berbagi media pembelajaran, alat bantu pengajaran, termasuk guru sendiri sebagi sumber belajar.

d) Kegiatan siswa bervariasi, ada kegiatan yang sifatnya bersama-sama dilakukan oleh semua siswa, ada yang dilakukan secara kelompok dan ada yang dilakukan siswa secara individual. Penetapan tersebut di atur oleh guru secara sistematis dan terencana.

e) Hubungan guru dengan siswanya sifatnya harus mencerminkan hubungan manusiawi bagaikan hubungan antara bapak dengan anak, bukan pimpinan dengan bawahan. Guru menempatkan diri sebagai pembimbing semua siswa yang memerlukan bantuan manakala siswa menghadapi persoalan dan tidak dapat memecahkannya sendiri.

f) Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan sususan yang mati, tetapi sewaktu-waktu diubah sesuai dengan keburuhan siswa.

g) Belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil yang dicapai siswa, tetapi juga dilihat dan diukur dari segi proses belajar yang dilakukan oleh siswa.

h) Adanya keberanian siswa mengajukan pendapat melalui pertanyaan atau pernyataan gagasannya, baik yang diajukan kepada guru maupuin siswa lainnya dalam pemecahan masalah belajarnya.

i) Guru senantiasa menghargai pendapat siswa, terlepas pendapat itu benar atau salah. Guru harus mendorong siswa lainnya agar selalu mengajukan pendapatnya secara bebas.


(30)

commit to user

Melihat ciri-ciri tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang saling bertanya dan mempertanyakan, interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa sangat menonjol, hubunga antara guru dengan siswa sangat akrab, layaknya orang tua dengan anaknya, sehingga siswa ada keberanian untuk mengemukakan pendapa dan gagasannya secara terbuka. Pembelajaran bisa berjalan dengan aktif sangat tergatung dari peran guru itu sendiri.

3. Metode Pembelajaran

Slameto (2003:65) menyatakan bahwa, “Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar.” Lebih lanjut Slameto (2003:92) menyatakan bahwa, “Variasi pembelajaran merupakan penerapan beberapa metode dalam proses mengajar. Variasi metode pembelajaran mengaakibatkan penyajian bahan pelajaran menjadi lebih menarik perhatian siswa.” Metode penyajian yang selalu sama akan membosankan siswa, hal ini dikarenakan siswa tidak tertarik pada penyampaian materi oleh guru, sehingga dengan variasi metode pembelajaran akan dapat meningkatkan minat dan kegiatan belajar siswa.

Menurut Gazali dalam Slameto (2003:30), “Pembelajaran adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat.” Sehingga metode pembelajaran dapat diartikan sebagai skema yang berupa struktur cara menanamkan pengetahuan pada seseorang. Metode pembelajaran membuat para pengembang pembelajaran memahami dan merinci masalah ke dalam unit-unit yang lebih mudah diatasi dan menyelesaikan masalah pembelajaran.

Untuk mencapai hal- hal tersebut, maka guru harus dapat memilih dan mengembangkan metode mengajar yang tepat, efisien dan efektif sesuai dengan materi yang diajarkan. Dengan pemilihan metode yang tepat, maka akan mempengaruhi belajar siswa dengan baik sehingga siswa benar-benar memahami materi yang diberikan.


(31)

commit to user

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan pengertian metode pembelajaran adalah cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan membuat kemampuan intelektual siswa berkembang, sehingga belajar dapat berjalan secara efisien dan bermakna bagi siswa.

4. Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian pembelajaran kooperatif. Menurut Suprijono (2009:54), “Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih di pimpin oleh guru atau di arahkan oleh guru.” Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih di arahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didiknya menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Sedangkan Slavin (2009: 73) menyatakan bahwa , “Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mendorong siswa bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya.

Menurut Umit (2008:25) menyebutkan bahwa, ”Cooperative learning can be defined as a method where students create small mixed groups and help each other for a common academic aim, boost each other’s self-esteem, develop communication abilities, increase problem solving and critical thinking abilities and take active part in learning”.

Dari pendapat diatas dapat diartikan bahwa “pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai suatu metode yang menciptakan suasana pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain, terdapat persaingan secara individual, mengembangkan kemampuan berkomunikasi, meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalah dan berpikir kritis dan berperan aktif dalam belajar”.


(32)

commit to user

Johnson dalam Tuan (2010:65) berpendapat“Cooperative Learning as a structured and systematic instructional design in which small groups work together toreach a common goal.”

Berdasarkan pendapat diatas dapat diartikan “pembelajaran kooperatif adalah suatu struktur dan desain intruksional dimana siswa bekerja dalam kelompok–kelompok kecil untuk mencapai tujuan”.

Model pembelajaran kooperatif learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan tanpa pertimbangan. Pelaksanaan prosedur pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih baik dan efektif. Menurut Roger dan David Johnson dalam Lie (2010:31), “untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong-royong harus diterapkan”, yaitu :

a. Saling ketergantungan positif

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Intinya setiap anggota mempunyai tugas yang berlainan, kemudian berkumpul dan bertukar pikiran atau informasi. Selanjutnya pengajar akan mengevaluasi semua anggota mengenai seluruh bagian, sehingga dengan cara ini mau tidak mau setiap anggota harus merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar anggota yang lain juga dapat berhasil.

b. Tanggung Jawab Perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan prosedur penilaian dibuat menurut prosedur cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan pengajar dalam penyusunan tugasnya.

c. Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa anggota akan lebih baik dari pada hasil pemikiran dari individu saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

d. Komunikasi Antar anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa


(33)

commit to user

mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka mengutarakan pendapat mereka.

e. Evaluasi Proses Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama kelompok tersebut agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. (Lie, 2010:31)

Bekerjasama berarti melakukan sesuatu secara bersama dengan saling membantu dan bekerjasama sebagai tim (kelompok). Jadi pembelajaran kooperatif berarti belajar bersama, saling membantu dalam pembelajaran agar setiap anggota kelompok dapat mencapai tujuan atau menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik. Dalam pembelajaran kooperatif, para siswa dikelompokkan secara variatif (beraneka ragam) berdasarkan prestasi mereka sebelumnya, kesukaan/kebiasaan, jenis kelamin, budaya, dan tingkat sosio-ekonomi yang berbeda. Hal ini akan memotivasi mereka untuk saling berinteraksi, sehingga di dalam kelas siswa diharapkan saling membantu, berdiskusi dan berargumentasi.

Para siswa dalam kelompok kooperatif belajar bersama-sama dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah benar-benar menguasai konsep-konsep yang dipelajari, karena keberhasilan mereka dalam kelompok tergantung dari pemahaman masing-masing anggota. Ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dari penggunaan model pembelajaran kooperatif ini, yaitu siswa dapat mencapai prestasi akademis yang bagus, menerima pelajaran dengan senang hati/sebagai hiburan karena adanya kontak fisik antar siswa, serta dapat mengembangkan kemampuan sosial siswa. Dalam model seperti ini siswa akan melihat sejauh mana pemahaman teman mereka, sehingga mendorong mereka untuk berusaha lebih keras dalam memahami materi pelajaran agar mereka juga dapat membantu teman lain dan dapat saling mengisi kekosongan pemahaman yang lain, sehingga di sini peran guru menjadi lebih minimal, sebaliknya lebih didominasi peranan masing-masing individu dalam kelompok tersebut.

Metode kerja kelompok sebenarnya bukan hal yang baru dalam dunia pendidikan. Kerja kelompok telah banyak diterapkanguru dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Akhir-akhir ini metode


(34)

commit to user

kerja kelompok mengalami kemajuan yang pesat berhubungan dengan ditemukannya inovasi-inovasi baru dalam kerja kelompok.

Macam-macam pembelajaran kooperatif dalam Lie (2010 : 54-71) diantaranya: mencari pasangan (Make a Match), berkirim salam dan soal, kepala bernomor, dua tingal dua tamu, keliling kelas, tari bambu dll. Sedangkan dalam penelitian ini yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan).

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match (Mencari Pasangan)

Teknik belajar mengajar Mencari Pasangan (Make a Match) dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Tehnik ini bisa digubakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua usia tingkatan anak didik (Lie, 2010 : 55).

Tujuan Penerapan model pembelajaran mencari pasangan dalam proses pembelajaran adalah agar siswa meningkatkan motivasinya dalam belajar sehingga siswa memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan perubahan sikap yang positif.

Langkah-langkah dalam Make a Match (Mencari Pasangan) adalah sebagai berikut:

1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. dan memberikan informasi tentang langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh siswa dengan metode pemblajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan).

2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

3) Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

4) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban).

5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda

dari sebelumnya. Demikian seterusnya. 7) Kesimpulan.

8) Penutup.

Manfaat yang akan didapat dengan model ini adalah Siswa termotivasi sehingga senang belajar dan dapat memperoleh pengalaman belajar melalui pola


(35)

commit to user

bermain. Suasana pembelajaran yang berkesan, menyenangkan, dan mencerdaskan siswa, itu salah satunya dapat tercipta melalui model pembelajaran mencari pasangan (Guntur, K.K).

Pada metode Make a Match (Mencari Pasangan) siswa diajak untuk dapat bekerja sama dengan baik dengan teman-temannya. Disini siswa juga diajak bermain sekaligus dapat menambah nilai. Pada metode ini, siswa disuruh untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Berdasarkan kegiatan proses belajar mengajar, siswa dapat lebih aktif dengan mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal. Dengan metode pencarian kartu siswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang ditemukannya dan menceritakannya dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama.

Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi soal/jawaban untuk sesi review (satu sisi berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban). Kemudian guru memerintahkan siswa untuk mengambil kartu, siswa menarik satu kartu soal. Setelah siswa mendapatkan kartu soal/jawaban, masing-masing memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. Kelompok dengan pasangannya saling mendahului untuk mencari pasangan dan mencocokkan dengan kartu (kartu soal atau kartu jawaban) yang dimilikinya. Di sinilah terjadi interaksi antar kelompok dan interaksi antar siswa di dalam kelompok untuk membahas kembali soal dan jawaban. Peneliti membimbing siswa dalam mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh siswa. Adapun kelebihan dari metode ini adalah: Melatih untuk ketelitian, kecermatan dan ketepatan serta kecepatan. Dengan adanya metode yang bervariasi ini tidak hanya akan membuat siswa menjadi semangat belajar tetapi juga dapat mengurangi kebosanan siswa dalam belajar sehingga siswa menjadi betah di kelas. Selain itu juga dapat membantu guru dalam mengajar dan juga dapat membantu guru mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Guru tidak perlu lagi memarahi siswa yang ribut atau yang mengantuk di kelas karena dengan adanya Game dalam belajar ini diharapkan siswa dapat menjadi aktif dalam


(36)

commit to user

belajar dan dapat mengakrabkan siswa yang satu dengan yang lain (Ramadhan, T).

Berdasarkan penjelasan diatas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan) diharapkan dapat meningkatan motivasi belajar siswa, sehingga hasil belajar siswa pun baik. Dalam pembelajaran Make a Match siswa mencari pasangan sambil belajar dalam suasana yang menyenangkan seperti bermain.

6. Motivasi Belajar Siswa

Secara bahasa motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Sardiman (2010:73), “Berpendapat bahwa motif dapat dikatakan sebagai daya pengerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.” Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.

Seseorang atau anak yang belajar berarti ia memperbaiki kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya. Dengan meningkatnya kemampuan-kemampuan tersebut maka keinginan, kemauan, atau perhatian pada lingkumgan sekitarnya makin bertambah. Demijian proses belajar itu akan terus berlanjut sepanjang hidupnya. Proses yang berkelanjutan ini akan terus berlangsung sebab seseoramg atau anak tersebut memiliki motivasi.

Uno (2009:23) menyatakan bahwa, “Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.” Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertent. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar


(37)

commit to user

yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik. Kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4) Adanya penghargaan dalam belajar

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Menurut Sardiman (2010:75), “Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian uasaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka ia berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.” Jadi motivasi itu dapat di rangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh dari dalam diri seseorang. Sedangkan dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin keberlangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.

Pengertian motivasi dikemukakan oleh Mc. Donald dalam Sardiman (2010:73-74) mengatakan bahwa “Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculya feeling dan didahului dengan adanya tanggapan terhadap adanya tujuan.” Dari pengertian yang di kemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting.

1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena


(38)

commit to user

menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motiwasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

2. Motivasi ditandai dengan munculnya. Rasa/ “feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

Menurut Sardiman A.S (2010:86-91) , macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi. Dan salah satu jenis motivasi adalah sebagai berikut :

1. Motivasi intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri.

Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai adalah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial.

2. Motivasi ekstrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar-mengajar tetap penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang


(39)

commit to user

dari luar. Kegiatan itu dilakukan dengan kesungguhan hati dan terus menerus dalam rangka mencapai tujuan.

Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.

Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.

Menurut Sardiman (2010:83), motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai.

2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal,amoral, dan sebagainya.

4) Lebih senang bekerja sendiri.

5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). 7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya itu.


(40)

commit to user

Menurut Sardiman (2010: 92-95) terdapat beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, diantaranya:

1) Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka atau nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik. Sehingga guna memberikan angka-angka yang dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan afeksinya.

2) Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut.

3) Saingan atau kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

4) Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Penyeleseian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri. Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.

5) Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru adalah jangan terlalu sering karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas.

6) Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

7) Pujian

Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyeleseikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.


(41)

commit to user

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.

9) Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.

10)Minat

Motivasi erat hubungannya dengan unsur minat. Motivasi itu muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalu disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut :

a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan

b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

11)Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

7. Hasil Belajar

Kegiatan yang paling penting dalam dunia pendidikan adalah proses kegiatan belajar mengajar. Dapat dikatakan bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di sekolah. Sudjana (1995:22) mengemukakan bahwa, “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.” Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa yang berbentuk kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari ketiga bentuk ini, bentuk kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran. Menurut Syaodih (2009:179) berpendapat bahwa, “Hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan keterampilan dalam melihat, menganalisis dan memecahkan masalah.” Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang


(1)

commit to user

belum berhasil karena motivasi dan hasil belajar siswa belum mencapai indikator kinerja yang ditentukan yaitu 75%. Berdasarkan data awal mengenai motivasi siswa terhadap mata pelajaran geografi diketahui bahwa sebanyak 4 siswa memiliki motivasi tinggi, 16 siswa motivasi sedang dan 17 siswa motivasi rendah. Hal tersebut disebabkan karena pembelajaran yang dilakukan guru monoton yaitu kegiatan banyak diisi menerangkan materi dengan metode ceramah. Pembelajaran yang didominasi guru tersebut menyebabkan siswa cenderung pasif dan siswa mengalami kebosanan. Pada siklus I dilakukan perbaikan yaitu upaya penerapan metode yang tepat. Metode baru yang diterapkan guru dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah metode Make a Match (Mencari Pasangan). Setelah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas, yaitu pada siklus I motivasi belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 6 siswa memiliki motivasi tinggi, 18 siswa motivasi sedang dan 13 siswa motivasi rendah. Pada pembelajaran siklus I ini belum berhasil karena siswa yang memiliki motivasi tinggi sebesar 64,86% sehingga belum mencapai indikator kinerja yang ditentukan yaitu 75 %. Hal ini disebabkan karena guru kurang tepat dalam pengelolaan waktu dan kurang memotivasi siswa. Karena pada siklus I belum berhasil, maka dilakukan tindakan siklus II.

Skor motivasi siswa pada pembelajaran siklus II sudah berhasil karena 89, 19% siswa memiliki motivasi tinggi dalam pembelajaran, yaitu 9 siswa memiliki motivasi tinggi, 24 siswa motivasi sedang dan 4 siswa motivasi rendah. Hal ini didukung dengan adanya tindak lanjut perbaikan pembelajaran siklus II. Tindak lanjut tersebut adalah dengan cara pembagian kartu perderet meja atau menjadi 4 kelompok, kartu menjadi empat warna, sehingga siswa mempermudah menemukan pasangannya dalam kelompok yang lebih kecil, kemudian pada pertemuan kedua siklus II tidak lagi dilakukan game, melainkan pengulasan materi pertemuan sebelumnya dan setelah itu di adakan tes formatif. Sehingga siswa tidak kekurangan waktu dalam mengerjakan soal. Kondisi tersebut dapat digambarkan dalam tabel berikut ini :


(2)

commit to user

Tabel 13. Perbandingan Kategori Motivasi Siswa

Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan dalam histogram berikut ini:

Gambar 10. Histogram Motivasi Siswa Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan data hasil belajar pada kondisi awal yang diperoleh dari guru geografi diketahui bahwa kelas VIII-B memiliki rata-rata nilai ulangan 60,95. Dari 37 siswa hanya 16 siswa yang mencapai KKM sehingga 21 siswa belum mencapai ketuntasan. Pada kondisi awal, guru masih mendominasi pembelajaran dengan kegiatan penyampaian materi menggunakan metode ceramah sedangkan siswa pasif mendengarkan. Rutinitas tersebut menyebabkan siswa menjadi kurang termotivasi sehingga hasil belajar menjadi rendah. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I dengan menerapkan metode Make a Match

(Mencari Pasangan), hasil belajar siswa meningkat ditunjukkan dengan rata-rata hasil belajar menjadi 75,16. Standar ketuntasan siswa adalah 65. Untuk indikator

0 5 10 15 20 25 30

Tinggi Sedang Rendah

Ju

m

lah

s

is

w

a

Perbandingan Motivasi Siswa

Awal Siklus I Siklus II

No Periode

Frekuensi

Prosentase

T S R

1 Kondisi Awal 4 16 17 20/37 x 100% = 54, 05%

2 Siklus I 6 18 13 24/37 x 100% = 64, 86%


(3)

commit to user

kinerja ketuntasan sebesar 75%. Siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 65 adalah 23 siswa (62,16%) sudah tuntas dan 14 siswa (37,84%) belum tuntas dalam pembelajaran. Dari hasil tersebut ternyata belum memenuhi standar keberhasilan penelitian sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II. Pada pembelajaran siklus II diperoleh data rata-rata hasil belajar siswa adalah 79,84. Siswa yang mendapat nilai lebih dari 65 adalah 33 siswa (89,18%) sudah tuntas dan 4 siswa (10,81%) mendapat nilai kurang dari 65 atau belum tuntas. Sehingga dalam pembelajaran siklus II sudah berhasil karena lebih dari 75% siswa telah tuntas dalam belajar. Kondisi tersebut dapat digambarkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 14. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Kriteria

Ketuntasan Hasil Belajar

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Tuntas 16 23 33

Tidak Tuntas 21 14 4

Jumlah 37 37 37

Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan dalam histogram berikut ini:

Gambar 11. Histogram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

0 5 10 15 20 25 30 35

Kondisi Awal

Siklus I Siklus II

Ju

m

lah

S

is

w

a

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar

Siswa

Tuntas


(4)

commit to user

Pada pembelajaran dengan metode Make a Match (Mencari Pasangan) terdapat variasi kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif sehingga pembelajaran yang bersifat hafalan dapat disajikan dengan tidak monoton dan tidak membosankan. Proses pembelajaran yang terdiri dari berbagai tahap ini menarik dan dapat meminimalisir sikap siswa yang pasif dan mengurangi kejenuhan siswa dalam belajar. Permainan Make a Match (Mencari Pasangan) sifatnya bermain sambil belajar, sehingga memberikan respons yang positif yaitu terlihat dari rasa senang dan bersemangat yang ditunjukkan siswa. Penggunaan metode Make a Match (Mencari Pasangan) dalam pembelajaran geografi dapat meningkatkan motivasi siswa. Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I belum tercapai karena masih terdapat kelemahan-kelemahan, maka penelitian tetap dilanjutkan pada siklus II dengan rata-rata hasil belajar 79,84 sedangkan motivasi siswa dalam pembelajaran adalah 89,19%. Dengan demikian indikator pembelajaran sudah tercapai baik dari hasil belajar siswa maupun dari motivasi siswa. Jadi penelitian ini telah berhasil dengan menggunakan dua siklus, maka model pembelajaran koooperatif tipe

Make a Match (Mencari Pasangan) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS Geografi pokok bahasan Ketenagakerjaan pada siswa kelas VIII-B semester II SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.


(5)

commit to user BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

D. Kesimpukan

Dari hasil penelitian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS Geografi pokok bahasan ketenagakerjaan pada siswa kelas VIII-B semester II SMP Negeri 16 Surakarta tahun ajaran 2009/2010 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII-B semester II SMP Negeri 16 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Hal ini terbukti dari skor motivasi siswa sebelum dilakukan tindakan adalah sebesar 54, 05% tuntas skor motivasinya. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I tingkat ketuntasan skor motivasinya adalah sebesar 64, 86%, dan terjadi peningkatan lagi pada siklus II yaitu menjadi sebesar 89, 19%.

2. Adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII-B semester II SMP Negeri 16 Surakarta tahun ajaran 2009/2010 setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode Make a Match (Mencari Pasangan). Hal ini terbukti dari hasil belajar siswa sebelum dilaksanakan tindakan adalah sebesar 43,24% yang tuntas, dan sebesar 56,76% belum tuntas. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I tingkat ketuntasan belajar meningkat sebesar 62,16%, dan terjadi peningkatan lagi pada siklus II yaitu menjadi 89, 18 %.

E. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Secara teoritis, untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa geografi sangat terkait dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat, yaitu yang sesuai dengan kondisi siswa. Metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan) dapat dipergunakan sebagai alternatif dalam proses pembelajaran geografi untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.


(6)

commit to user

2. Implikasi Prakis

Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada proses pembelajaran Geografi, mempermudah siswa untuk mengingat materi dengan cara mencari pasangan (soal/jawaban) dalam pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan).

F. Saran

1. Guru

Sebaiknya guru sekali waktu dapat mengunakan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (Mencari Pasangan) sebagai suatu bentuk variasi dalam menyampaikan materi disekolah dan juga sebagai upaya untuk lebih meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan balajar mengajar.

2. Siswa

Siswa hendaknya tidak hanya belajar selama kegiatan belajar mengajar berlangsung di kelas dan tergantung pada informasi yang diberikan dari guru melainkan belajar dapat dilakukan secara mandiri di luar kelas.

3. Peneliti

Bagi peneliti lain dapat menerapkan penelitian yang sejenis dengan berbagai penyempurnaan dalam berbagai hal sehingga hasilnya dapat lebih baik. Peneliti dapat mengadakan penelitian tindakan kelas yang lain untuk dapat menyelesaikan permasalahan lain pada materi yang lain dan kelas yang berbeda.