Pelaksanaan program kelas akselerasi di smp negeri 1 sragen tahun 2009-2010 harit

(1)

commit to user

PELAKSANAAN PROGRAM KELAS AKSELERASI

DI SMP NEGERI 1 SRAGEN

TAHUN 2009-2010

TESIS

Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Derajat Megister Program Studi Teknologi Pendidikan

Diajukan oleh

HARITSATUL FITRIYAH S 810908208

PROGRAM PASCA SARJANA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET


(2)

commit to user

ii

PELAKSANAAN PROGRAM KELAS AKSELERASI

DI SMP NEGERI 1 SRAGEN

TAHUN 2009-2010

TESIS oleh:

HARITSATUL FITRIYAH S 810908208

Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. Budiyono, MSc

NIP. 19530915 197903 1003

Pembimbing II Dr. Nunuk Suryani, MPd

NIP. 19661108 199003 2001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

Prof. Dr. Mulyoto, MPd NIP


(3)

commit to user

iii

PELAKSANAAN PROGRAM KELAS AKSELERASI

DI SMP NEGERI 1 SRAGEN

TAHUN 2009-2010

TESIS oleh:

HARITSATUL FITRIYAH S 810908208

Telah Disetujui oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Ketua Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd

NIP. 194307121973011001

Sekretaris Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd NIP. 194404041976031001

Anggota Prof. Dr. Budiyono, M.Sc NIP. 19530915 197903 1003

Anggota Dr. Nunuk Suryani, M.Pd NIP. 19661108 199003 2001

Mengetahui,

Direktur Ketua Program Studi

Program Pascasarjana UNS Teknologi Pendidikan

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Prof. Dr. Mulyoto, MPd NIP. 195708201985031004 NIP. 194307121973011001


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini saya: Nama : HARITSATUL FITRIYAH NIM : S 810908208

Program Studi : Teknologi Pendidikan

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul PELAKSANAAN PROGRAM KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 SRAGEN TAHUN 2009-2010 adalah betul-betul karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi.

Sepanjang pengetahuan saya, dalam tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik, berupa pencabutan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.

Surakarta, Januari 2011 yang membuat pernyataan


(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Untuk Ibunda tercinta, kakak kakak dan adik adik tercinta

Untuk anak-anakku tercinta:

Fuhaid Mujahidul Haq Fathimah Nurul „Aziz

Ni‟ma Ajrul Jannah Dzulfikar Musthofa Akhyar


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. yang senantiasa memberi rahmatNya kepada kita , sehingga penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan tesis yang berjudul PELAKSANAAN PROGRAM KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 SRAGEN TAHUN 2009-2010. Penulisan tesis ini diajukan untuk melengkapi sebagian persyaratan untuk meraih derajat Megister Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini tak lupa penulis ucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada yang terhormat:

1. Rektor UNS dan Direktur Program Pasca Sarjana UNS yang telah memberi ijin penelitian kepada penulis.

2. Ketua program Studi Teknologi Pendidikan yang telah memberi kemu dahan kepada penulis dalam mengadakan penelitian dan penulisan tesis ini.

3. Prof. Dr. Budiono, M.Si sebagai Pembimbing I yang banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis, dari awal sampai selesainya penulisan tesis ini.

4. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd sebagai pembimbing II yang banyak memberi kan bimbingan dan pengarahan kepada peneliti, dari awal sampai selesai-nya penulisan tesis ini.

5. Kepala SMP Negeri 1 Sragen, yang telah memberi ijin penelitian di SMP Negeri 1 Sragen.

6. Ibu dan anak-anak tercinta yang senantiasa memberi dorongan dan motivasi demi terselesainya tesis ini.

Semoga amal kebaikan semuanya mendapat balasan dari Allah swt. Amin.


(7)

commit to user

vii

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih banyak kekurangan kekurangannya, maka saran dan kritik yang membangun untuk kebaikan tesis ini sangat penulis harapkan.

Surakarta, Januari 2011


(8)

commit to user

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS...iii

PERNYATAAN...iv

PERSEMBAHAN...v

KATA PENGANTAR...vi

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR LAMPIRAN...xi

ABSTRAK...xii

ABSTRACT...xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ..1

B. Fokus Masalah ... ..6

C. Rumusan Masalah ... ..6

D. Tujuan Penelitian ... ..6

E. Manfaat Penelitian ... ..7

BAB II ORIENTASI TEORITIK A. Pengertian Kelas Akselerasi...8

B. Landasan Hukum Pelaksanaan Kelas Akselerasi...9

C. Kurikulum Kelas Akselerasi...11

D. Kerangka Berpikir (optional)...34

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... .37

B. Jenis Penelitian ... .38

C. Data dan Sumber Data ... .39

D. Teknik Pengumpulan Data ... .40

E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... .42


(9)

commit to user

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Latar Penelitian ... ..46

1. Sejarah SMP Negeri 1 Sragen ... ..46

2. Visi dan Misi SMP Negeri 1 Sragen ... ..48

3. Prestasi-prestasi yang dicapai SMP Negeri 1 Sragen ...50

B. Temuan Penelitian ... ..60

1.Pelaksanaan Program Akselerasi ... ..60

a. Kurikulum ... ..63

b. Peserta Didik ... .66

c. Pendidik ... .68

d. PBM ...70

e. Sarana dan prasarana...73

f. Pembiayaan ...74

2. Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Program Kelas Akselerasi...75

3. Cara mengatasi Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Program Kelas Akselerasi...77

4. Presrtasi yang Diraih` ... ..79

C. Pembahasan Temuan Penelitian ... ..82

D. Keterbatasan Penelitian...93

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... ..95

B. Implikasi ... ..96

C. Saran/Rekomendasi ... ..97 DAFTAR PUSTAKA


(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

1. Gb.1. Komponen komponen analisis data...44 2. Gb 2. SMP Negeri 1 Sragen...48 3. GB. 3.Kegiatan Moving Klas Kelas Akselerasi di Pusat Perbelanjaan...71 4. Gb 4. Peserta Didik Akselerasi dalam Kegiatan Out Bound di


(11)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 01 : Prosedur Kegiatan dan Jadwal Penelitian ...37

Tabel 02: Jenis, Sumber dan Tehnik Pengumpulan Data...41

Table 03. Peringkat Ujian Nasional SMP Negeri 1 Sragen ...50

Table 04. Prestasi SMP Negeri 1 Sragen di Bidang Akademik Tahun Pelajaran 2007/2008 s/d2009/2010...50

Table 05. Prestasi SMP Negeri 1 Sragen di Bidang Non Akademik Tahun Pelajaran 2007/2008 s/d 2009/2010 ...57

Table 06. Daftar Materi Pelajaran yang Dideferensiasi di SMP Negeri Sragen...65

Tabel 07. Struktur Kurikulum Program Akselerasi SMP Negeri Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010...66

Tabel 08. Jadwal Kegiatan PPDB...68

Tabel 09 Daftar Guru yang Mengajar di Kelas Akselerasi SMP Negeri 1Sragen tahun 2009-2010 ...70

Table 10. Jadwal Kegiatan Extra Kurikuler SMP Negeri 1 Sragen Th.2009 - 2010...72

Tabel 11. Daftar Prestasi Peserta Didik Akselerasi Tahun 2008 – 2009 ... .80

Tabel 12. Hasil nilai UASBN Kelas Akselerasi ahun 2009/2010...81


(12)

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

CATATAN LAPANGAN 1...103

CATATAN LAPANGAN 2...107

CATATAN LAPANGAN 3...111

CATATAN LAPANGAN 4...115

CATATAN LAPANGAN 5...118

CATATAN LAPANGAN 6...121

CATATAN LAPANGAN 7...125

CATATAN LAPANGAN 8...127

PROFIL SEKOLAH SMP NEGERI 1 SRAGEN...129

LOGO SMP NEGERI 1 SRAGEN...130

PETA KABUPATEN SRAGEN...131

STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH...132

FOTO FOTO DOKUMENTASI...133

SK KEPALA SMPN 1 SRAGEN PANITIA PEMBENTUKAN KELAS AKSELERASI………...141

LAMPIRAN SK KEPALA SMPN 1 SRAGEN……….………142

DAFTAR HASIL UASBN KELAS AKSELERASI TH 2009/2010...143

DAFTAR USULAN PROJECT SISWA KELAS AKSELERASI...145

HASIL NILAI UJIAN NASIONAL 5 TAHUN TERAKHI SMP NEGE RI 1- SRAGEN. ...147

SARANA PRASARANA...149

RINCIAN SARANA PRASARANA...151

DAFTAR KOLEKTIF HASIL UJIAN NASIONAL KELAS REGULER...152

SILABUS KELAS AKSELERASI UNTUK PELAJARAN INTI...160


(13)

commit to user

xiii A

ABBSSTTRRAAKK

Haritsatul Fitriyah. S 810908208. Pelaksanaan Program Kelas Akselerasi di SMP Negeri 1 Sragen. Penelitian Kualitatif di SMP Negeri 1 Sragen, Kabupaten Sragen. Tesis. Surakarta. Program Stusi Teknologi Pendidikan Pasca Sarjana. Universitas Sebelas Maret. Desember 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk 1). Mengetahui Pelaksanaan program kelas akselerasi di SMP Negeri 1 Sragen yang meliputi kurikulum pembelajaran, perekrutan anak didik, tenaga didik, PBM, biaya pelaksanaan serta sarana prasarana. 2). Mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program kelas akselerasi di SMP Negeri 1 Sragen. 3). Mengetahui Cara mengatasi kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program kelas akselerasi di SMP Negeri 1 Sragen.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sragen tahun pelajaran 2009/2010. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan deskriptif kwalitatif. Data yang dikumpulkan adalah dari Kepala Sekolah, Ketua Program Pelaksanan kelas Akselerasi, guru, siswa, dan Kurikulum. Data didapatkan dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan proses keabsahan data menggunakan trianggulasi data. Analisis data menggunakan model interaktif dengan kegiatan pokok yaitu mengumpulkan data, melakukan reduksi data , menyajikan data dan menarik kesimpulan.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: Pelaksanaan program kelas akselerasi di SMP Negeri 1 Sragen berjalan dengan baik, baik ditinjau dari kurikulum yang digunakan, perekrutan peserta didik, tenaga didik, PBM, pembiayaan dan Sarana Prasarana. Hambatan yang dialami dalam pelaksanaan program kelas akselerasi di SMP Negeri 1 Sragen adalah:

Pada Pendidik: kurangnya pemahaman guru terhadap kurikulum diferensiasi diatasi dengan diadakannya workshop tentang kurikulum diferensiasi, studi banding dan pendampingan guru oleh perguruan tinggi yang kompeten yaitu dari Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada anak didik: sulitnya adaptasi terhadap program akselerasi diatasi dengan sosialisasi, oleh sekolah dan khususnya oleh guru bidang studi yang mengajar di kelas akselerasi.

Hasil out come program akselerasi untuk lulusan pertama tahun 2009/2010 mencapai kelulusan 100% dengan hasil nilai yang relatif tinggi dibanding hasil nilai program reguler, dengan rincian:

Bahasa Indonesia : 8,86 Bahasa Inggris : 8,62

IPA : 9,37

Matematika : 9,16

Teori yang didapat dari pelaksanaan program kelas akselerasi di SMP Negeri 1 Sragen adalah anak didik yang berkecerdasan istimewa membutuhkan pelayanan yang khusus, dengan pelaksanaan penyelenggaraan yang baik menghasilkan prestasi yang baik sesuai potensi yang dimiliki oleh anak didik.


(14)

commit to user

xiv ABSTRACT

Haritsatul Fitriyah. S 810908208. Held of axeleration Class Program In State Junior High School 1 Sragen; Qualitatif research in State Junior High School 1 Sragen. Sragen Regency, Thesis. Surakarta. Education Technologi Study Program. Post Graduate Program. Sebelas Maret University, Desember 2010.

This research aims to 1). Knowing the acceleration class program implementation in state Junior High School 1 Sragen about curriculum used, recruiting students, staff educates, Teaching and learning process, costs of implementation and infrastructure. 2). Knowing the constraints faced in implementation of accelerated classes program at Junior High School 1 Sragen 3) Knowing How to overcome obstacles encountered in implementation of accelerated classes program at Junior High School 1 Sragen

The research was held in State Junior High School 1 Sragen academic year 2009/2010. The approach wich used in this research was qualitative descriptive approach. Data of research were collected from head master, organizer leader of axeleration class program, , teacher, student and curriculum of axeleration class program. Data were collected from observing, interviewing , and documentation. While the process of data validity used data triangulation . data analysis used interactive modal with the main activity ewrw collecting data, reducing data, presenting data and made a conclusion.

The research concluded that: The implementation of accelerated classes program at Junior High School 1 Sragen goes well, in terms of curriculum used, recruiting students, staff educates, Teaching and learning process , costs of implementation and infrastructure. Barriers suffered in the implementation of accelerated classes program in Junior High School 1 Sragen is:

On Educators: lack of teacher understanding of curriculum differentiation addressed by the holding of a workshop on curriculum differentiation, comparative studies and mentoring teachers by a competent college of the University of Surakarta Sebelas Maret

On students : difficulty of adaptation to an accelerated program overcome by socialization, by school and especially by teachers who teach subjects in accelerated classes.

The results come out an accelerated program for graduates of the first year 2009/2010 achieve 100% graduation with the results of a relatively high value compared to the results of the regular program, with details:

Indonesian : 8.86

English : 8.62

IPA : 9.37

Mathematics : 9.16

The theory gained from the implementation of accelerated classes program in Junior High School 1 Sragen is a students the intelligence services that require special privileges, with the implementation of a good organization to produce a good performance according to its potential students.


(15)

commit to user

15 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, terutama bagi bangsa yang sedang berkembang. Dalam arti kata pembangunan hanya dapat dilakukan oleh bangsa yang telah dipersiapkan untuk membangun negaranya melalui pendidikan, karena pada hakekatnya pendidikan merupakan cermin peradaban suatu bangsa. Bangsa yang peradabannya tinggi ditandai dengan tingkat pendidikan yang relatif tinggi bagi warga negaranya.

Tingkat pendidikan yang tinggi bergantung pada mutu pendidikan yang mana berkaitan erat dengan proses belajar mengajar. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus segera direspon secara positif oleh dunia pendidikan. Salah satu bentuk respon positif dunia pendidikan adalah dengan mengadakan perubahan kurikulum. Sikap tersebut diwujudkan dalam bentuk usaha sekolah dengan memberikan layanan terbaik bagi semua anak didiknya. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 ayat 4 menyebutkan bahwa warga negara yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.

Penyelenggaraan kelas akselerasi (percepatan belajar) dianggap salah satu alternatif bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata. Ini dilakukan untuk mengimbangi kekurangan yang terdapat pada kelas klasikal yang bersifat massal. Melalui program ini memungkinkan siswa dapat menyelesaikan waktu belajar lebih cepat dari yang ditetapkan.

Herry Widyastono mengelompokkan kecerdasan dan kemampuan siswa dalam tiga strata: anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata, rata-rata-rata, dan di bawah rata-rata. Siswa di bawah rata-rata memiliki kecepatan belajar di bawah kecepatan belajar siswa umumnya. Sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata memiliki kecepatan belajar di atas kecepatan belajar siswa-siswa lainnya. Siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan rata-rata, menurut dia, selama ini diberikan layanan


(16)

commit to user

pendidikan dengan mengacu pada kurikulum yang berlaku secara nasional. Itu karena kurikulum tersebut disusun terutama diperuntukkan bagi anak-anak yang

memiliki kemampuan dan kecerdasan rata-rata.

(http://www.golkar.or.id/contents/isu , diakses 20 Juli 2009)

Siswa dengan kemampuan di bawah rata-rata, diberikan layanan pengajaran remidi (remedial teaching). Herry yang berbicara dalam seminar Program Percepatan Belajar bagi Pengawas dan Kepala SMP Negeri dan swasta di Jakarta mengatakan siswa yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata belum mendapat layanan pendidikan sebagaimana mestinya, bahkan, kebanyakan sekolah memberikan perlakuan yang standar (rata-rata), bersifat klasikal dan massal, terhadap semua siswa, baik siswa di bawah rata-rata, rata-rata, dan di atas rata-rata, yang sebenarnya memiliki kebutuhan berbeda. Akibatnya, siswa di bawah rata-rata yang memiliki kecepatan belajar di bawah rata-rata akan selalu tertinggal dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Siswa di atas rata-rata akan jenuh karena harus menyesuaikan diri dengan kecepatan belajar siswa-siswa lainnya. Mengutip Yaumil (1991), bahwa sekitar 30 persen siswa SMA di Jakarta yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berprestasi di bawah potensinya. Herry juga menemukan ada 20 persen siswa SLTP dan SD di Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, dan Kalimantan Barat yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, berisiko tinggal kelas karena nilai rata-rata rapornya untuk semua mata pelajaran catur wulan 1 dan 2, kurang dari enam.

Bagi siswa dalam kategori ini, perlu ada pelayanan pendidikan khusus. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan, dengan menyelenggarakan akselerasi, program percepatan belajar.

Akselerasi pendidikan baik di tingkat pendidikan dasar maupun menengah merupakan suatu kebijakan yang dikeluarkan Depdiknas, yang tertuang dalam Undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Esensi dari program akselerasi pendidikan adalah memberikan pelayanan kepada siswa yang mempunyai bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa untuk mengikuti percepatan dalam menempuh pendidikannya. Untuk tingkat pendidikan dasar, siswa yang mempunyai bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat


(17)

commit to user

menempuh pendidikannya selama 5 tahun, sedangkan untuk tingkat menengah SMP dan SMU siswa dapat menempuh pendidikannya selama 2 tahun. Melalui program akselerasi, anak akan mendapat keuntungan, karena memperoleh bantuan pengajaran seusai dengan bakat dan intelektualnya. Dengan program percepatan diharapkan siswa berbakat tidak bosan di kelas, sehingga tidak menganggu, mengacau kelas, dan anak dapat maju terus dengan cepat. Secara konseptual, program akselerasi ini cukup bagus relevansinya dalam pengembangan bakat dan kecerdasan anak, yaitu memberikan perhatian yang lebih kepada anak didik yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan yang luar biasa, sehingga mereka bisa mengembangkan ilmu pengetahuannya secara luas. Tetapi secara praksis, program akselerasi memiliki kelemahan yang sangat signifikan, yaitu cenderung berorientasi pada tingkatan kognisi saja.

Bloom mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan tiga kemampuan dasar, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut merupakan sebuah entitas integral yang tidak dapat dipisah-pisahkan dan berdiri sendiri. Antara aspek yang satu dengan aspek lainnya saling berkaitan. Dengan demikian, keberhasilan pendidikan hanya akan dapat tercapai manakala ketiga aspek tersebut dapat diaplikasikan oleh guru secara seimbang dalam proses belajar mengajar.

Menurut Herry, berkaitan dengan program akselerasi, mau tidak mau anak didik kita dipacu untuk terus mengejar "nilai". Agar anak didik dapat mendapatkan nilai yang "baik", guru dituntut untuk dapat menyampaikan materinya pada anak didik dengan metode yang tepat dan singkat. Itupun ditambah dengan adanya pelajaran tambahan yang diharapkan dapat membantu anak didik agar nilainya tetap stabil di samping dapat mengejar materi pelajaran agar tidak tertinggal. Realitas ini mengindikasikan bahwa akselerasi hanya berkutat pada tataran kognisi. Sehingga dalam konteks ini, anak didik yang tingkat kognisinya lemah akan tertinggal, sebaliknya anak didik yang tingkat kognisinya kuat akan melaju terus. Akselerasi tidak bisa melihat "prestasi" anak didik yang sebenarnya, karena prestasi yang sudah ada didapat melalui suatu "perampasan" terhadap hak-hak anak didik. Fenomena sosial yang muncul di


(18)

commit to user

dalam sekolah penyelenggara program akselerasi adalah padatnya jam belajar anak didik dan banyaknya muatan pelajaran yang harus dipelajari. Semua itu bermuara pada "perampasan" hak-hak anak didik dalam kehidupannya. Anak didik kehilangan waktu untuk bermain maupun berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini pada akhirnya berakibat pada teralienasinya dan termarjinalkannya anak didik dari lingkungannya. Anak didik tidak memiliki kesempatan untuk belajar dengan dunianya atau dengan lingkungannya tentang, bagaimana menghargai orang lain, berempati terhadap orang lain, mengendalikan nafsu dan lain sebagainya, yang semuanya berkaitan dengan masalah emosionalnya. Padahal semua yang berkaitan dengan masalah emosional sangat penting sekali bagi seseorang apabila ia ingin berhasil. Aspek kemampuan kognisi saja tidak cukup bagi seseorang untuk dapat berhasil dalam kehidupannya. Daniel Goleman berpendapat bahwa keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh aspek kecerdasan kognisi saja, tetapi aspek kecerdasan emosional memegang peranan yang sangat penting. Intelektualitas tidak dapat bekerja dengan sebaik-baiknya tanpa disertai dengan kecerdasan emosional. Antara kecerdasan kognisi dan kecerdasan emosional merupakan satu kesatuan yang saling mengisi dalam membentuk keberhasilan seseorang (Goleman, 1999). Akan tetapi, ketika aspek kognisi lebih dominan dalam praksisnya, maka pertanyaan yang muncul dalam pikiran kita relevansinya dengan program akselerasi adalah mau dibawa kemana anak-anak kita yang mengikuti program kelas akselerasi.

Edy Junaedi, Sastradiharja, dari sekolah AlAzhar Syifa Budi Jakarta dalam seminar menyebut beberapa cara: sekolah khusus, kelas khusus, dan program khusus. Untuk mengantisipasi timbulnya sikap ekslusifisme dan mendorong tumbuhnya keterampilan sosial (social skill), dapat dilakukan manajemen kelas dengan beberapa pola sistem pelayanan belajar. Antara lain, pengelompokan siswa dalam kelas khusus. Siswa yang memenuhi persyaratan masuk kelas percepatan belajar di kelas tersendiri walaupun jumlahnya sedikit; tidak seperti kelas lainnya, Bahkan apabila jumlah siswa yang terjaring cukup banyak, misalnya melebihi 22 siswa, akan lebih baik dibuat dua kelas yang lebih kecil sehingga setiap siswa akan mendapat kesempatan belajar lebih banyak.


(19)

commit to user

Selain itu, dapat pula dilakukan pengelompokan siswa dalam kelas khusus dengan semi inklusi. Yaitu, pada sebagian mata pelajaran siswa belajar bersama sama dengan kelas reguler. Misalnya, pada mata pelajaran yang bersifat vokasional seperti olahraga, kesenian, komputer, muatan lokal Alquran dan mata pelajaran lain yang lebih banyak menekankan kepada kompetensi dasar keterampilan psikomotorik maupun afektif. Menurut dia, pengembangan strategi pembelajaran perlu diarahkan pada terwujudnya proses belajar tuntas melalui pendekatan siswa belajar aktif dan kreatif dengan penekanan pada pemilihan materi esensial sesuai indikator indikator hasil belajar pada setiap kompetensi dasar dalam kurikulum yang berlaku (http://www.golkar.or.id/contents/isu , diakses 20 Juli 2009)

Perbedaan kualitas penyelenggara layanan pembelajaran cerdas istimewa dan perbedaan penafsiran terhadap pedoman ditambah lagi munculnya tujuan-tujuan lain dari penyelenggaraan sekolah cerdas istimewa menyebabkan pelaksanaan di sekolah mengalami distorsi. Akibat adanya distorsi tersebut di tanah air terdapat berbagai macam layanan pembelajaran cerdas istimewa dengan bobot kualitas berbeda. Dikuatirkan keragaman layanan pembelajaran cerdas istimewa menyimpang dari pedoman bahkan bertolak belakang dengan maksud penyelenggaraan layanan pembelajaran tersebut. Kehadiran kelas akselerasi di sekolah banyak dipersepsikan sebagai kelas khusus atau kelas unggulan sehingga sekolah difungsikan sebagai bagian dari nilai jual sekolah bersangkutan. Demikian halnya mengenai tenaga pengajar, banyak guru kelas akselerasi beranggapan kelas akselerasi adalah kelompok homogen atau sama dengan kelas lainnya. Anggapan seperti itu tentu menghasilkan salah identifikasi/rekruitmen. Padahal siswa cerdas istimewa harus ditanggapi dengan penyediaan layanan pendidikan yang berbeda sesuai dengan tingkat kecerdasannya, minat dan kebutuhannya.

SMP Negeri 1 Sragen adalah sekolah yang telah diakui keberadaannya oleh masyarakat di kabupaten Sragen dan memiliki bermacam macam prestasi yang dimiliki oleh para siswanya.Berdasarkan perintah lisan dari Direktur Jendral Pembinaan Sekolah Luar Biasa pada tanggal 17 Desember 2007, bahwa SMP Negeri 1 Sragen ditunjuk untuk menyelenggarakan Sekolah Program Percepatan


(20)

commit to user

Belajar (Akselerasi) maka mulai Tahun Pelajaran 2008/2009 SMP Negeri 1 Sragen menerima peserta didik baru kelas VII (tujuh) untuk Program Akselerasi. Dengan latar belakang tersebut di atas maka peneliti membuat judul tesis Pelaksanaan Program Kelas Akselerasi di SMP Negeri 1 Sragen tahun 2009-2010.

B. Fokus Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada masalah yang akan dibahas yaitu bagaimana pelaksanaan program kelas akselerasi di SMP Negeri 1 Sragen.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan program Kelas akselerasi di SMP negeri 1 Sragen yang meliputi kurikulum, pembelajaran, tenaga didik, perekrutan anak didik, biaya pelaksanaan serta sarana prasarana ?

2. Apa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program kelas akselerasi di SMP N 1 Sragen?

3. Bagaimana cara mengatasi kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program kelas akselerasi di SMP N 1 Sragen?

4. Bagaimana prestasi yang telah dicapai dalam pelaksanaan program kelas akselerasi di SMP N 1 Sragen?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian tesis ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi berdasarkan fakta dan data yang benar serta dapat dipercaya tentang :

1. Pelaksanaan program kelas akselerasi di SMP Negeri 1 Sragen yang meliputi kurikulum, pembelajaran, tenaga didik, perekrutan anak didik, biaya pelaksanaan serta sarana prasarana.

2. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program kelas akselerasi di SMP Negeri 1 Sragen.


(21)

commit to user

3. Cara mengatasi kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program kelas akselerasi di SMP Negeri 1 Sragen.

4. Prestasi yang telah dicapai dalam pelaksanaan program kelas akselerasi di SMP N 1 Sragen.

E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : Secara teoritis:

1. Sebagai salah satu rujukan bagi peneliti lain yang memiliki kesamaan dalam jenis masalah, situasi dan kondisinya.

2. Memberikan motivasi dalam usaha meningkatkan budaya penelitian di dunia pendidikan.

Secara Praktis:

1. Sebagai bahan kajian, refleksi dan evaluasi dalam usaha penyempurnaan kualitas pelaksanaan program kelas akselerasi di SMP Negeri 1 Sragen yang meliputi kurikulum, pembelajaran, tenaga didik, perekrutan anak didik, biaya pelaksanaan serta sarana prasarana

2. Memberikan gambaran semua fihak yang berkepentingan tentang implementasi peningkatan kompetensi siswa pada program kelas akselerasi di SMP Negeri 1 Sragen.

3. Memberikan gambaran kepada semua fihak tentang hambatan dalam pelaksanaan program kelas akselerasi di SMP Negeri 1 Sragen serta cara mengatasi hambatan-hambatan tersebut.


(22)

commit to user

22 BAB II

ORIENTASI TEORETIK A. Pengertian Kelas Akselerasi

Menurut SW Widodo, Istilah "akselerasi" dipahami dalam berbagai bentuk.

Kebanyakan istilah ini dimengerti sebagai lompat kelas, tetapi bagi para ahli pendidikan dapat berarti provisi individual dengan berbagai cara, sehingga siswa lebih cepat belajar. Montgomery mengidentifikasi berbagai bentuk akselerasi: masuk fase pendidikan lebih dini, lompat kelas, bergabung dengan kelas yang lebih tinggi, kelas vertikal siswa berbagai umur, pelajaran ekstra, belajar secara konkruen, misalnya anak SD belajar di SMP, penyelesaian silabus dalam sepertiga waktu yang seharusnya, mengorganisasi belajar sendiri berbeda dengan anak lain di kelas yang sama, belajar melalui mentor, misalnya nara sumber, dan kursus melalui korespondensi.( http://www.golkar.or.id/contents/isu , diakses 20 Juli 2009)

Secara spesifik kelas akselerasi yang diartikan kelas percepatan adalah kelas yang terdiri dari sejumlah siswa yang mendapat pelayanan pendidikan sesuai potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki, dengan memberi kesempatan kepada mereka untuk dapat menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih singkat dibanding teman-temannya. (Depdiknas, 2003: 27).

Pelayanan pendidikan bagi siswa yang memiliki kecerdasan istimewa dan bakat istimewa dapat berupa program pengayaan (enrichment) dan gabungan program percepatan dengan pengayaan (acceleration enrichment)

1. Program pengayaan adalah pemberian pelayanan pendidikan kepada peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa yang dimiliki, dengan penyedian kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat perluasan/pendalaman, setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yang diprogramkan untuk peserta didik lainnya. Program ini cocok untuk peserta didik yang bertipe ”enriched learner”

Bentuk layanan ini antara lain dengan memperkaya materi melalui kegiatan kegiatan penelitian dan sebagainya. Disamping itu ada kemungkinan juga peserta didik tersebut mendapat pengayaan dengan pendalaman,


(23)

commit to user

terutama apabila ia akan mengikuti lomba kejuaraan untuk mata pelajaran tertentu (misal: mengikuti olympiade matematika, biologi, fisika atau yang lainnya). Penekanan atau fokus layanan untuk kelompok ini adalah pada perluasan atau pendalaman materi yang dipelajari dan bukan kecepatan waktu belajar di kelas. Artinya siswa kelompok tetap menyelesaikan pendidikan di SD/MI dalam jangka waktu 6 tahun atau di SMP/MTS dan SMA/MA dalam waktu 3 tahun.

2. Gabungan program percepatan dan pengayaan (acceleration-enrichment) adalah pemberian pelayanan pendidikan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk dapat menyelesaikan program reguler dalam waktu yang singkat dibanding teman teman yang tidak mengambil program tersebut. Artinya peserta didik kelompok ini dapat menyelesaikan pendidikan di SD/MI dalam jangka waktu 5 tahun, di SMP/MTS atau SMA/MA dalam waktu 2 tahun.

Dalam progaram ini peserta didik tidak semata mata memperoleh percepatan waktu penyelesaian studi di sekolah, tetapi sekaligus memperoleh eskalasi atau pengayaan materi dengan penyediaan kesempatanan fasilitas belajar tambahan yang bersifat perluasan/ pendalaman. Pemberian pelayanan akselerasi tanpa palayanan eskalasi atau pengayaan materi pada dasarnya sangat merugikan peserta didik (Stanley dan Semiawan C, dalam Depdiknas 2009: 33-34).

Dari aspek kurikulum, pendidikan untuk anak cerdas istimewa membutuhkan diferensiasi kurikulum yaitu memberikan tugas dan kegiatan belajar yang berbeda dari rata-rata anak seusianya sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Davis & Rimm berpendapat bahwa :

“ Differentiation of curriculum for learners special smart to take place through three channels: the enrichment , ie learning activities that enable the expansion of curriculum materials, extension (depth) of learning activities that allow investigation of areas of study in greater depth, and acceleration of learning activities which allows for complete learning materials in a shorter time.” (Davis dan Rimm, 1998).


(24)

commit to user

Artinya : Diferensiasi kurikulum bagi peserta didik cerdas istimewa dapat dilakukan melalui tiga jalur: enrichment (pengayaan) yaitu kegiatan belajar yang memungkinkan perluasan materi kurikulum, extension

(pendalaman) yaitu kegiatan belajar yang memungkinkan investigasi bidang studi secara lebih mendalam, dan acceleration (percepatan) yaitu kegiatan belajar yang memungkinkan untuk menyelesaikan materi belajar dalam waktu yang lebih singkat. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa,

“Enrichment means to enrich, expand, and develop: knowledge / information, understanding, application and integration, process thinking, strategies and skills, physical appearance, attitudes toward high-level abstract thinking, and / or performance at a level of complexity appropriate developmental level of learners”. (Davis & Rimm, 1998).

Artinya: Pengayaan berarti memperkaya, memperluas, dan mengembangkan: pengetahuan/informasi, pemahaman, aplikasi dan integrasi, proses berpikir, strategi dan keterampilan, tampilan fisik, sikap terhadap pemikiran abstrak tingkat tinggi, dan/atau kinerja pada suatu tingkat kompleksitas sesuai tingkat perkembangan peserta didik .

Kegiatan pengayaan dapat dilakukan dalam beberapa bentuk seperti studi ekskursi, topik-topik pilihan, projek individual ataupun kelompok, serta penelitian. Kegiatan pendalaman dapat dilakukan dalam bentuk pembelajaran berbasis ICT, pusat-pusat pembelajaran (learning centre) sesuai bidang studi, kontrak pembelajaran mandiri, mentoring, kompetisi bidang studi, ataupun pembelajaran berbasis sumber daya belajar (resource based learning).

B. Landasan Hukum Pelaksanaan Kelas Akselerasi Dasar hukum pelaksanaan program percepatan belajar siswa adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional, Bab IV Peserta didik, Pasal 24 yang isinya: Setiap peserta didik pada suatu pendidikan mempunyai hak-hak berikut:


(25)

commit to user

Mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan berkelanjutan, baik untuk mengembangkan kemampuan diri maupun untuk memperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu yang telah dibakukan. Menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang ditentukan.

2. Undang-undang RI No. 2 Tahun 1998 tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB III Pasal 8 ayat 2 dinyatakan bahwa "Warga Negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus 3. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

kembali menegaskan bahwa: “Warga Negara yang memiliki potensi kecerda san dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus” (Pasal 5 ayat 4). Pasal 12 ayat 1, Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: Mendapatkan pelayanan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing.

4. Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 Pasal 8 Ayat 2

5. Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 Pasal 24 Ayat 1, Pasal 24 Ayat 2, Pasal 24 Ayat 6

6. Keputusan Mendiknas No. 048/U/1992 Pasal 16.

C. Kurikulum Kelas Akselerasi 1. Pengertian kurikulum secara umum

Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. (S.Nasution, 2008: 5).

Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran. Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan


(26)

commit to user

dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Kurikulum juga dapat diartikan sebagai suatu gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan. 2. Pengertian kurikulum menurut UU No. 20/2003

Menurut UU No. 20/2003 BAB I Pasal 1 Ayat 19, definisi kurikulum adalah: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.

Kurikulum pendidikan khusus bagi PDCI/BI ( Peserta Didik Cerdas Istimewa/ bakat Istimewa) dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah serta melibatkan tenaga ahli dari lingkungan perguruan tinggi, berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikululum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan pada prisip prinsip berikut.

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prisip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.


(27)

commit to user b. Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.

c. Tanggapan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha, dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan ketrampilan pribadi, ketrampilan berpikir, ketrampilan sosial, ketrampilan akademik, dan ketrampilan vokasional merupakan keniscayaan karena pada akhirnya, peserta didik yang telah menyelesaikan seluruh pendidikan akan berkiprah di masyarakat sebagai professional, akademisi dan sebagainya.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antara semua jenjang pendidikan. f. Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan pada proses pengembangan , pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.


(28)

commit to user

Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, non formal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

g. Seimbang antara kepentingan Nasional dan kepentingan Daerah Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memperdayakan sejalan dengan motto bhinneka tunggal ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis, dan menyenangkan. 2) Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar,

yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

3) Pelasanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi keTuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.


(29)

commit to user

4) Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sung tulada ( di belakang memberi daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan).

5) Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multi strategi dan multi media, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan).

6) Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

7) Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

Kurikulum pendidikan khusus bagi PDCI/BI adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan yang berdiferensiasi dan dimodifikasi serta dikembangkan melalui system pembelajaran yang dapat memacu dan mewadahi integrasi antara pengembangan spiritual, logika, nilai nilai, etika dan estetika, serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir holistik, kreatif, sistemik dan sistematis, linear dan konvergen, untuk memenuhi tuntutan masa kini dan masa mendatang.

Kurikulum pendidikan khusus bagi PDCI/BI dikembangkan secara berdiferensiasi, mencakup 5 (lima) dimensi yang terintegrasi sebagai berikut :


(30)

commit to user

Bagian kurikulum yang merupakan kurikulum inti yang memberikan pengetahuan ketrampilan dasar, pemahaman nilai, dan sikap yang memungkinkan peserta didik berfungsi sesuai dengan tuntutan masyarakat atau tuntutan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kurikulum inti merupakan kurikulum dasar yang diberikan pula kepada peserta didik lain dalam jenjang pendidikan tersebut.

2)Dimensi diferensiasi

Bagian kurikulim yang berkaitan erat dengan ciri khas perkembangan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa, yang merupakan program khusus dan pilihan terhadap bidang studi tertentu serta diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat tertentu lainnya. Peserta didik memilih bidang studi/bidang pengembangan bakat yang diminati untuk dikuasai secara luas dan mendalam.

3)Dimensi Media Pembelajaran

Implementasi kurikulum berdiferensiasi bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa menuntut adanya penggunaan media pembelajaran seperti belajar melalui radio, televisi, internet,CD-ROM.Pusat Belajar dan Riset Guru ( Teacher Research and Resource Centre ), wawancara pakar, dan sebagainya.

4)Dimensi suasana belajar

Pengalaman belajar yang dijabarkan dari lingkungan keluarga dan sekolah harus nampu menciptakan iklim akademis yang menyenangkan dan menantang, system pemberian apresiasi hubungan antar peserta didik, antar guru dan peserta didik, antara guru dan orang tua peserta didik, dan antara orang tua dan peserta didik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka serta hangat dengan prinsip tut wuri handayani.

5)Dimensi co-kurikuler

Sekolah memberi kesempatan kepada siswa untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman di luar sekolah, seperti :


(31)

commit to user

kunjungan ke museum sejarah dan budaya, panti asuhan, pusat kajian ilmu pengetahuan, cagar alam dan lain lain.

3. Kurikulum Diferensiasi

Pengertian kurikulum berdiferensiasi menunjuk pada kurikulum yang tidak berlaku umum, melainkan dirancang khusus untuk kebutuhan tumbuh kembang bakat tertentu.(Semiawan 1992 dalam Hawadi 2001)

Inti dari mendidik anak berbakat adalah kurikulum berdiferensiasi, diferensiasi tersebut berdasarkan kebutuhan dari setiap anak . Kondisi kebutuhan merupakan dasar dari pengembangan kurikulum yang merupakan esensi dari berdiferensiasi.

Istilah diferensiasi memiliki arti yaitu isi pelajaran yang menunjuk pada konsep dan proses kognitif tingkat tinggi, strategi instruksional yang akomodatif dengan gaya belajar anak berbakat, dan rencana yang memfasilitasi kinerja siswa (Clendening and Davies, 1983 dalam Hawadi 2001)

Diferensiasi kurikulum hendaknya dikembangkan dengan berfokus pada:

a. Kecepatan belajar yang dipercepat dengan pengulangan(repetisi) minimal b. Penguasaan kurikulum nasional dalam waktu lebih singkat

c. Materi lebih abstrak, lebih kompleks, lebih mendalam

d. Penggunaan ketrampilan belajar dan menerapkan strategi pemecahan masalah

e. Beroreantasi pada peserta didik

f. Belajar berkelanjutan serta menerapkan ketrampilan penelitian g. Bekerja secara mandiri

h. Adanya interaksi antar pakar

Diferensiasi kurikulum hendaknya dilakukan pada segenap elemen yang terdiri dari: materi, proses, produk, dan lingkungan belajar (Davis & Rimm, 1998)

Diferensiasi materi dilakukan dengan melakukan penyesuaian kebutuhan belajar peserta didik dengan mempertimbangkan :


(32)

commit to user a. Tingkat abstraksi materi

b. Tingkat kompleksitas materi c. Tingkat variasi materi

d. Melibatkan pengorganisasian nilai belajar

e. Memasukkan unsure studi tentang manusia, yakni tidak sekedar mempelajari teori, tapi juga tokoh yang menemukan atau mengembangkan suatu teori.

f. Studi tentang metode misalnya metode belajar dan metode penelitian. Diferensiasi proses dilakukan dengan melakukan penyesuaian kebutuhan belajar peserta didik dengan mempertimbangkan :

a. Penggunaan ranah kognitif tingkat tinggi b. Tugas yang bersifat divergen

c. Memungkinkan penemuan penemuan d. Menuntut bukti penalaran

e. Memberikan kebebasan utuk memilih pada peserta didik f. Melibatkan interaksi kelompok

g. Menerapkan berbagai variasi kecepatan belajar sesuai kebutuhan peserta didik

Diferensiasi produk dilakukan dengan melakukan penyesuaian kebutuhan belajar peserta didik dengan mempertimbangkan :

a. Produk yang terkait dengan pemecahan masalah nyata dalam kehidupan. b. Produk disajikan untuk narasumber yang nyata, misalnya: topik tentang

hutan dapat mengundang narasumber dari dinas kehutanan.

c. Transformasi produk dari satu bentuk ke bentuk lain, misal: produk verbal berupa lukisan diubah menjadi berupa drama atau gambar.

d. Perlu dipertimbangkan produk dengan berbagai variasi, format produk dapat ditentukan sendiri oleh peserta didik.

e. Dilakukan evaluasi produk yang tepat.

Diferensiasi lingkungan perlu dilakukan, karena lingkungan memberikan pengaruh terhadap optimalisasi pengembangan potensi peserta didik cerdas istimewa. Diferensiasi lingkungan belajar mencakup:


(33)

commit to user

a. Belajar dalam lingkungan yang aktual yakni belajar di lapangan sesuai topik yang dipelajari.

b. Adanya batasan waktu yang fleksibel.

c. Lingkungan belajar hendaknya memungkinkan penelitian yang mendalam.

d. Jika memungkinkan peserta didik dapat bekerjasama dengan mentor. Oleh karena itu penting bagi sekolah untuk menjalin jejaring dengan

mentor sesuai dengan kebutuhan peserta didik di sekolah tersebut. 4. Model Penyelenggaraan Pendidikan Khusus Bagi PDCI/BI

a. Pembelajaran

Penyelenggaran akselerasi harus dibedakan antara streaming dan setting.

Streaming berarti kategorisasi siswa pada kemampuannya secara

keseluruhan, sedangkan setting berarti kategorisasi yang didasarkan pada assesmen independen dari kemampuan setiap subjek (SW Widodo 2007:1). Para ahli pendidikan berpendapat bahwa dalam akselerasi lebih baik digunakan setting daripada streaming. Secara umum ada dua macam

setting akselerasi, yakni di kelas khusus dan di kelas campuran. Banyak penelitian menunjukkan bahwa kelas khusus (hanya untuk siswa potensial) lebih efektif untuk tujuan akselerasi. Namun kelas khusus ini harus mendapatkan perlakuan berbeda dengan kelas lain, sesuai dengan tujuan akselerasi. Banyak penelitian juga menunjukkan bahwa akselerasi di kelas khusus ini keberhasilannya lebih nyata untuk segmen kurikulum yang lebih hierarkis dan abstrak, seperti dalam subjek-subjek matematika, ilmu eksakta dan bahasa asing.

b. Bentuk Penyelenggaraan Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI

Penyelenggaraan Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI dapat dilakukan dalam bentuk kelas khusus, kelas inklusi, dan satuan pendidikan khusus.

1) Kelas khusus adalah kelas yang dibuat untuk kelompok peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa dalam satuan pendidikan regular pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran yang diberikan pada saat peserta didik CI/BIdi kelas khusus adalah


(34)

commit to user

mata-mata pelajaran yang termasuk dalam rumpun matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

2) Kelas inklusi adalah kelas yang memberikan layanan kepada peserta didik peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa dalam proses pembelajaran bergabung dengan peserta didik program reguler. Mata pelajaran yang diberikan pada saat peserta didik CI/BI di kelas khusus adalah mata-mata pelajaran di luar rumpun matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

3) Satuan pendidikan khusus adalah lembaga pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar (SD/MI, SMP/MTs) menengah (SMA/MA, SMK/MAK) yang semua peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa dan/atau bakat istimewa.

c. Bentuk Program Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI

Layanan pendidikan untuk peserta didik Cerdas Istimewa dapat berupa program pengayaan (enrichment) dan gabungan program percepatan dengan pengayaan (acceleration-enrichment).

1) Program pengayaan adalah pemberian pelayanan pendidikan kepada peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan / atau bakat istimewa yang dimiliki, dengan penyedian kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat perluasan atau pendalaman , setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas –tugas yang diprogramkan untuk peserta didik lainnya. Program ini cocok untuk untuk peserta didik yng bertipe enriched learner.

Bentuk layanan ini antara lain dilakukan dengan memperkaya materi materi melalui kegiatan penelitian dan sebagainya. Disamping itu ada kemungkinan juga peserta didik tersebut mendapatkan pengayaan dengan pendalaman, terutama bila ia akan mengikuti lomba kejuaraan untuk mata pelajaran tertentu (misal : mengikuti olympiade matematika, biologi, fisika atau yang lainnya). Penekanan

(focus) layanan untuk kelompok ini adalah pada perluasan/


(35)

commit to user

belajar di kelas. Artinya siswa kelompok ini tetap menyelesaikan pendidikan di SD/MI dalam jangka waktu 6 tahun, atau di SMP/MTs dan SMA/MA dalam waktu 3 tahun.

2) Gabungan program percepatan dengan pengayaan ( acceleration-enrichment) adalah pemberian pelayanan pendidikan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan / atau bakat istimewa untuk dapat menyelesaikan program regular dalam jangka waktu yang lebih singkat dibanding teman-temannya yang tidak mengambil program tersebut. Artinya peserta didik kelompok ini dapat menyelesaikan pendidikan di SD/MI dalam jangka waktu 5 tahun, di SMP/MTS atau SMA/MA dalam waktu 2 tahun.

Dalam program ini, peserta didik tidak serta merta memperoleh percepatan waktu penyelesaian studi sekolah, tetapi sekaligus memperoleh eskalasi atau pengayaan materi dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat perluasan/pendalaman. Pemberian layanan akselerasi tanpa melakukan eskalasi atau pengayaan materi pada dasarnya sangat merugikan peserta didik (Semiawan, C., 1997 dalam Depdiknas: 2009)

Pengayaan dapat dilakukan secara horizontal maupun vertikal. Pengayaan horizontal menunjuk pada pengalaman belajar di tingkat pendidikan yang sama, tetapi bersifat lebih luas, sedangkan yang vertikal makin meningkatkan dalam kompleksitasnya (Semiawan, C. 1997 dalam Depdiknas: 2009)

Bentuk layanan ini antara lain melalui kegiatan kegiatan penelitian ketika peserta didik tersebut mengikuti lomba kejuaraan untuk mata pelajaran tertentu, misal: mengikuti olimpiade matematika, biologi, fisika atau yang lainnya.)

Penelitian memang penting sebagai upaya mengembangkan kompetensi keilmuan pada anak-anak cerdas dan berbakat istimewa (CI/ BI). Anak-anak CI/BI tidak cukup menerima pembelajaran bidang sains


(36)

commit to user

seperti yang selama ini terjadi di sekolah-sekolah, yaitu menyelesaikan standar kompetensi yang telah ditetapkan BSNP, sehingga fokusnya pada daya serap materi. Model pembelajaran semacam itu sangat sedikit sekali mengekplorasi kemampuan atau potensi anak CI/BI , yang tidak saja memiliki IQ kategori very superior, tetapi juga memiliki komitmen pada tugas serta kreativitas yang baik.

d. Kelembagaan

Penyelenggaraan pendidian khusus bagi PDCI/BI dalam bentuk kelas khusus dan kelas inklusi dilakukan pada satuan pendidikan yang sudah beroperasi atau berjalan. Satuan pendidikan yang dapat membuka dan menyelenggarakan pendidikan khusus bagi Pendidik CI/BI harus memenuhi kriteria minimal sebgai berikut:

1) SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA negeri atau swasta yang bernaung di bawah badan hukum dan memiliki ijin operasional di bidang pendidikan.

2) Sekolah katagori mandiri

3) Telah melaksanakan kurikulum sesuai Permendiknas no. 22, 23, 24 tahun 2006.

4) Terakreditasi dengan katagori A

Sementara itu sekolah khusus yang ditujukan untuk menyelenggarakan pendidikan khusus bagi PDCI/BI dapat didirikan oleh pemerintah maupun masyarakat dalam bentuk badan hukum pendidikan. Pemerintah menyelenggarakan sekurang kurangnya 1 (satu) satuan pendidikan khusus untuk dipakai sebagai model ideal pendidikan khusus bagi PDCI/BI. Lembaga swasta yang dapat mendirikan sekolah untuk pendidikan khusus bagi PDCI/BI adalah badan hukum yang telah memiliki kompetensi dan kapabilitas dalam bidang pendidikan.

Pendidikan khusus bagi PDCI/BI di satuan pendidikan SD/MI melaksanakan program pendidikan dengan menggunakan system paket, sedangkan pada satuan pendidikan SMP/MTs, SMA/MA menggunakan system kredit semester.


(37)

commit to user

System paket adalah system penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada System Paket dinyatakan dalam satuan jam pembelajaran.

Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui system tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik. Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta didik.

System kredit semester adalah system penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada system kredit semester dinyatakan dalam satuan kredit semester (SKS). Beban belajar satu SKS meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstruktur.

e. Peserta Didik

Peserta Didik kelas akselerasi adalah siswa yang telah diidentifikasi sebagai siswa berbakat dan berkemampuan tinggi, yang diseleksi dari kelas 6 reguler melalui:

1) Seleksi Nilai

Nilai rata-rata SKHU minimal 90 Nilai rata-rata rapor SMP minimal 80


(38)

commit to user

2) Tes Akademik (Bhs. Indonesia, Bhs. Inggris, Matematika dan IPA) 3) Psikotes dengan mengacu pada Teori Keberbakatan Renzuli yaitu

meliputi pengukuran aspek: intelegensi, kreatifitas dan komitmen 4) Tes Kesehatan (tidak buta warna dan bebas narkoba)

5) Wawancara 6) Observasi guru

7) Berminat dan mendapat persetujuan dari orangtua/wali siswa

Identifikasi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dalam Program Percepatan belajar adalah :

”Mereka yang oleh psikolog dan/atau guru diidentifikasikan sebagai peserta didik yang telah mencapai prestasi memuaskan, dan memiliki kemampuan intelektual umum yang berfungsi pada taraf cerdas , kreatifitas yang memadai, dan keterikatan terhadap tugas yang tergolong baik” (Depdiknas, 2003: 14)

Berikut disampaikan 14 ciri ciri keberbakatan dalam mengidentifikasikan peserta didik yang tergolong memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa (Balitbang Depdikbud: 1986, dalam Depdiknas, 2003: 15)

1) Lancar berbahasa (mampu mengutarakan pemikirannya ) 2) Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan 3) Memiliki kemampuan tinggi dalam berfikir logis dan kritis 4) Mampu belajar/bekerja secara mandiri

5) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)

6) Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatan 7) Cermat dan teliti dalam mengamati

8) Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah

9) Mempunyai minat luas

10)Mempunyai daya imajinasi yang tinggi 11)Belajar dengan mudah dan cepat


(39)

commit to user 13)Mampu berkonsentrasi, dan

14)Tidak memerlukan dorongan (motivasi) dari luar.

Tes psikologis peserta didik akselarasi meliputi 3 jenis tes psikologis, yaitu

1) Kemampuan intelektual 2) Kreatifitas

3) Keterikatan dengan tugas

Peralatan tes yang digunakan untuk menjaring calon peserta didik pendidikan khusus bagi PDCI/BI untuk masing masing jenis tes psikologis dapat dilihat pada tabel berikut. (Depdiknas 2009: 76-78).

Kemampuan Intelektual

Satuan Penjaringan Penyaringan

SD/MI Colour Progressive Matrix

Wechsler Intelligence Scale for Children, Stanford Binet atau Culture Fair Intelligence Tes Skala 2A/2B SMP/MTS Spearmen

Progressive Matrix

Wechsler Intelligence Scale for Children atau Culture Fair Intellignce Test Scale 2A/2B

SMA/MA Culture Fair Intelligence Tes Scale 3A / 3B

Wechler Adult Intelligence Scale atau Intelligence Structure Test

No Jenis Tes IQ Minimal

1. Culture Fair Intelligence Tes Skala 2A/2B

Culture Fair Intelligence Tes Skala2A/2B

Culture Fair Intelligence Tes Skala 2A/2B

VERY SUPERIOR = 130 VERY SUPERIOR = 130 VERY SUPERIOR = 130


(40)

commit to user

2. Colour Progressive Matrix GRADE 1 PERCENTIL 95 3. Stanford Binet Test VERY SUPERIOR = 140

4. Wechsler Intelligence Scale for Children (SD?MI)

Wechsler Intelligence Scale for Children(SMP/MTS)

Wechsler Adult Intelligence Scale (SMA/MA)

VERY SUPERIOR = 130

VERY SUPERIOR = 130 VERY SUPERIOR = 130

5. Intelligence Structure Test (SMA)

VERY SUPERIOR = 130

Kreativitas

No Satuan Tes Kreatifitas

1. SD/MI Tes Kreativitas Figural (yang disusun oleh Utami Munandar)

2. SMP/MTs Tes Kreatifitas Figural dan Tes Kreatifitas Figural (yang disusun oleh Utami Munandar) 3. SMA/MA Tes Kreatifitas Figural dan Tes Kreatifitas

Figural (yang disusun oleh Utami Munandar)

Skala task commitment, yang mengacu pada indikator : 1) Tangguh dan ulet

2) Mandiri dan bertanggung jawab

3) Menetapkan tujuan aspirasi yang realistis dengan resiko sedang 4) Suka belajar dan mempunyai oreantasi pada tugas yang tinggi 5) Konsentrasi baik

6) Mempunyai hasrat untuk meningkatkan diri ( working Improvement) 7) Mempunyai hasrat bekerja sebaik baiknya ( working the best he/she

can )


(41)

commit to user Tes Penunjang ( Tes Proyektif)

No. Satuan Tes Grafis

1. SD/MI Draw A Peson, House Tree Person

2. SMP/MTs Draw A Peson, House Tree Person, BAUM

3. SMA/MA Draw A Peson, Wartegg, Baum

Hak-hak peserta didik yang mengikuti program pendidikan khusus CI/BI adalah sebagai berikut:

1) Mendapatkan pendidikan agama yang sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.

2) Memperoleh layanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat kemampuan, kecerdasan dan kecepatan belajar, serta kebutuhan khususnya.

3) Memperoleh fasilitas belajar dan bantuan lain sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku.

4) Menyelesaikan program pendidikan lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan.

5) Mendapat beasiswa atau biaya pendidikan dari pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat bagi mereka yang berprestasi dan/atau orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikan.

6) Pindah ke program/sekolah regular yang sederajat.

7) Memeperoleh kemudahan dari pihak terkait untuk menggunakan sarana fisik dan non fisik untuk menunjang kelancaran pembelajaran. 8) Ikut serta dalam kegiaatan organisasi peserta didik di satuan

pendidikan yang bersangkutan.

9) Memperoleh layanan informasi yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang diikuti, termasuk hasil belajar.

10)Memperoleh jaminan hukum sama seperti peserta didik pada umumnya.


(1)

commit to user

19.030.052-5 ATUT PINDARWATI

9,40 8,60 10,00

9,25 37,25

9,31

19.030.053-4 BENY MUHAMMAD G.

8,20 9,40

8,75

9,00 35,35

8,84

19.030.054-3 CHITTA DANAR P.

9,00 7,80

9,50

9,25 35,55

8,89

19.030.055-2 DANIEL DWI PERKASA

9,20 8,40

9,50

8,50 35,60

8,90

19.030.056-9 DEVY MEIDA ANDINI

9,20 8,00

9,50

9,00 35,70

8,93

19.030.057-8 DIAN AYU ARIYANTI

9,00 7,60

8,25

8,50 33,35

8,34

19.030.058-7 DONNA ARIZKA R.

8,60 7,20

9,75

9,00 34,55

8,64

19.030.059-6 DWIKA ADI PUTRANTA

8,20 8,20

9,00

8,50 33,90

8,48

19.030.060-5 EDUARDO WIDYA K.

7,20 7,60

8,50

9,00 32,30

8,08

19.030.061-4 EGA ROCHMAWATI

9,20 8,80

9,25

9,50 36,75

9,19

19.030.062-3 FIRDAUSI NUR AZIZAH

8,20 8,80

9,75

9,75 36,50

9,13

19.030.063-2 HAFIDZOH NAJWATI

9,60 6,00

8,75

9,25 33,60

8,40

19.030.064-9 HAYUTRI BIMAAJI p.

7,60 7,80

9,25

9,25 33,90

8,48

19.030.065-8 HERLINDA TRI Y.

9,40 8,60

9,50

9,00 36,50

9,13

19.030.066-7 IBNU ABDUL ROSYID

8,20 8,00 10,00

9,00 35,20

8,80

19.030.067-6 ILDEFONSUS P.

9,40 9,00

9,25

9,25 36,90

9,23

19.030.068-5 IMAMAH INDAH C.

7,60 8,80

9,50

9,75 35,65

8,91

19.030.069-4 INNEZ KARTIKA SARI

7,60 8,40

8,25

9,00 33,25

8,31

19.030.070-3 INTAN SURI PRATIWI

8,80 8,00

9,25

9,00 35,05

8,76

19.030.071-2 LUTFIA NUR HAYATI

9,00 7,40

7,25

8,00 31,65

7,91

19.030.072-9 MAUDY VALENTIN A

8,40 8,20

8,50

8,75 33,85

8,46

19.030.073-8 MUHAMMAD HASAN S.

9,40 9,00

9,25

9,25 36,90

9,23

19.030.074-7 MUHAMAD IRVAN L.

8,80 8,60

9,50

9,25 36,15

9,04

19.030.075-6 REZA RESTI YOSYANI

8,60 7,60

7,50

8,00 31,70

7,93

19.030.076-5 RIKKA KIKI S.

8,80 8,60

8,75

8,75 34,90

8,73

19.030.077-4 RIO TYHIEN SURYA N.

9,00 7,60

9,25

8,00 33,85

8,46

19.030.078-3 RISANG AJI D.

8,60 9,40

9,50


(2)

commit to user

19.030.079-2 SARI TRISNANINGSIH 10,00 9,60

9,00

9,25 37,85

9,46

19.030.080-9 SISCA INDRAJATI

9,20 8,60

9,50

9,50 36,80

9,20

19.030.081-8 TIARA KARTIKA SARI

8,60 8,60

9,25

8,75 35,20

8,80

19.030.082-7 TUTUT WIGATI

9,40 8,40

8,50

9,50 35,80

8,95

19.030.083-6 WILUJENG S.

8,60 8,80

9,50

8,50 35,40

8,85

19.030.084-5 WORO DESY K.

8,20 8,20

8,75

9,25 34,40

8,60

19.030.085-4 YOGA ADHI PUTRA

9,60 9,00

9,75

8,00 36,35

9,09

19.030.086-3 YOGA PRATAMA N.

9,20 8,40

8,75 10,00 36,35

9,09

19.030.087-2 YOLA ASIS HERAWATI

9,20 9,20

9,75

9,50 37,65

9,41

19.030.088-9 YOVITA INSAN P. U.

9,20 9,00

9,25

9,25 36,70

9,18

19.030.089-8 YULIAN ADHITYA R.

8,40 7,40

8,75

9,25 33,80

8,45

19.030.090-7 ANANDA RAGA D.

8,20 7,40

8,75

8,00 32,35

8,09

19.030.091-6 BERNAVITA KARINA K.

9,20 9,40

8,75

8,75 36,10

9,03

19.030.092-5 BIMA WIJAYA

8,80 7,60

9,25

9,00 34,65

8,66

19.030.093-4 DANANG SETYO N.

9,20 9,00

9,00

8,25 35,45

8,86

19.030.094-3 DESSY PUSPITA RINI

8,80 7,80

9,25

9,00 34,85

8,71

19.030.095-2 DHEA AMANDA

9,40 9,00 10,00

9,50 37,90

9,48

19.030.096-9 DIAN KHOIRIYAH

9,20 8,80

9,50

9,50 37,00

9,25

19.030.097-8 EVIS VARUSMAWATI

8,60 7,60

8,75

9,50 34,45

8,61

19.030.098-7 FAJAR TAUFIK A.

8,80 8,00

8,50

9,50 34,80

8,70

19.030.099-6 FAJREE NOVYANTORO

8,60 8,80

9,00

9,00 35,40

8,85

19.030.100-5 FARDILA INASTIANA

8,00 7,20

8,75

8,75 32,70

8,18

19.030.101-4 FARIDA FAJAR H.

8,60 7,20

8,25

8,75 32,80

8,20

19.030.102-3 FITRI FIRMANDHASARI

8,00 5,00

8,75

7,50 29,25

7,31

19.030.103-2 GANANG MAHARDIKO

9,00 8,80

9,50

8,75 36,05

9,01

19.030.104-9 MASHITA AMARIA F.

8,80 7,80

6,25

8,50 31,35

7,84

19.030.105-8 MIRTASARI LIA P.

9,60 8,60

9,50


(3)

commit to user

19.030.106-7 MUHAMMAD SOLIQIN

9,20 8,80 10,00

9,50 37,50

9,38

19.030.107-6 NOVARIO AJI P.

8,20 8,80

9,75

9,00 35,75

8,94

19.030.108-5 NURSITA DINARANI P.

8,80 8,00

9,00

9,00 34,80

8,70

19.030.109-4 OKTAVI KUSUMAS.D.

6,80 6,40

6,50

6,00 25,70

6,43

19.030.110-3 OKTAVIANA ARAMINTA

9,20 9,00

9,75

9,00 36,95

9,24

19.030.111-2 ROCHMAN ISHAM A.

8,80 9,00

9,75

9,25 36,80

9,20

19.030.112-9 SINTHIA RATNA SARI

8,60 7,00

8,50

8,75 32,85

8,21

19.030.113-8 SUKMANING TUHU L.

8,00 8,60

7,50

8,00 32,10

8,03

19.030.114-7 SULTHON BUYUNG M

8,40 8,00

9,50

8,75 34,65

8,66

19.030.115-6 SURYANTOK

9,00 8,80

9,50

8,75 36,05

9,01

19.030.116-5

SHAFIRA PURWADHANI

9,00 8,80

9,00

8,00 34,80

8,70

19.030.117-4

TEGAR SINAWANG RUS R.

8,80 7,80

9,25

9,25 35,10

8,78

19.030.118-3 WIDHI KUSUMA

9,40 8,80 10,00

9,50 37,70

9,43

19.030.119-2

YONANDA INTAN PRATIWI

9,40 8,40

9,75

9,25 36,80

9,20

19.030.120-9 YONGKI GUNAWAN

9,20 8,80 10,00

9,50 37,50

9,38

19.030.121-8 YUDHA HARYANTO

7,80 8,00

7,25

8,25 31,30

7,83

19.030.122-7

YUHANDA HAFIZD SETIAJI

8,00 8,00

9,50

9,75 35,25

8,81

19.030.123-6 ALFIAH SINTIAWATI

8,80 8,80

9,50

9,50 36,60

9,15

19.030.124-5 ANGGITA HABSARI

8,80 8,60 10,00

9,25 36,65

9,16

19.030.125-4 AZHARI SETYAWAN

7,40 7,40

5,25

8,00 28,05

7,01

19.030.126-3 BAMBANG SISWANTO

8,00 7,20

8,75

8,25 32,20

8,05

19.030.127-2 BELA FISTA

9,20 8,80

9,25

9,75 37,00

9,25

19.030.128-9

BINAR CERIA RARY SAPUTRI

8,40 8,00

8,00

8,50 32,90

8,23

19.030.129-8 CAHYO ADI WIBOWO

8,60 8,00

6,50

9,00 32,10

8,03

19.030.130-7 CHANDRA SUKIRNO

8,60 8,80

9,00

9,50 35,90

8,98

19.030.131-6 CHOIRU ROHMAH

8,80 8,20

9,00

9,75 35,75

8,94

19.030.132-5 CINTIA KUMALA DEWI

8,40 8,00

8,25


(4)

commit to user

19.030.133-4

DENNY PRABOWO KURNIA S.

8,20 8,60

8,00

9,25 34,05

8,51

19.030.134-3 DESY PUSPITASARI

9,00 8,00

9,25

9,50 35,75

8,94

19.030.135-2 DHITA AYU FAUZIAH

8,80 8,20

9,75

9,75 36,50

9,13

19.030.136-9 DONNA ADITAMA

9,00 8,80 10,00

9,50 37,30

9,33

19.030.137-8 DWI RIZQI ANTA

8,20 8,40

8,50

9,25 34,35

8,59

19.030.138-7 EVA KHOLISOH

9,40 8,60 10,00

9,75 37,75

9,44

19.030.139-6

FARAH NOER AINA ARIFIN

8,20 8,20

8,75

9,00 34,15

8,54

19.030.140-5

FEBRIAN ROMADHONNI .

9,20 8,40

8,75

9,50 35,85

8,96

19.030.141-4

FIRDA RAHMAWATI PUTRI

7,80 9,00

9,50

9,25 35,55

8,89

19.030.142-3

GABBY TAUFIK PRASETIYA

8,80 8,40

9,50

9,25 35,95

8,99

19.030.143-2 GENELA

8,00 7,80

9,25

8,75 33,80

8,45

19.030.144-9 HIZKIA WIMA A.K

9,20 8,60

9,75

9,00 36,55

9,14

19.030.145-8 IKA PUTRI SANGAJI

9,60 8,00

9,50

9,50 36,60

9,15

19.030.146-7 ILHAM ROMADHONA

8,40 8,20

9,50

9,25 35,35

8,84

19.030.147-6

KICKY VERONIKA YULIA S.

7,60 8,20

9,50

9,25 34,55

8,64

19.030.148-5

LINDHA DWI AMBARWATI

8,80 8,80 10,00

9,25 36,85

9,21

19.030.149-4

MARETA AGUNG WARDANI

8,60 7,40

8,75

8,25 33,00

8,25

19.030.150-3

MUHAMMAD DANUDORO

7,80 6,40

9,75

9,00 32,95

8,24

19.030.151-2

MUH NASIRUDDIN IRFAN F.

9,40 8,80 10,00

9,00 37,20

9,30

19.030.152-9

MUHAMMAD IMAM AL ISLAM

8,40 8,40

9,50

9,00 35,30

8,83

19.030.153-8

NORDITA DESKY DARMAWAN

6,60 7,80

9,00

8,25 31,65

7,91

19.030.154-7

OKTAVIAN NANDA SAPUTRO

8,40 9,00

9,50

9,25 36,15

9,04

19.030.155-6 PINASTY ADI ASTRI

9,20 9,00

9,75

9,25 37,20

9,30

19.030.156-5

RIZKY KURNIAWAN RAMADANI

7,60 7,20

9,50

8,50 32,80

8,20

19.030.157-4 SARA KARTIKA SARI

8,40 6,80

9,00

7,50 31,70

7,93

19.030.158-3

SARAH MAHDHALENA R

7,20 6,20

8,00

7,75 29,15

7,29

19.030.159-2

SEPTIYAN WAHYU PRATAMA

9,00 8,80

9,75


(5)

commit to user

19.030.160-9

SYAFIQA

PRAMUNADIPTA

9,20 9,20

9,50

9,50 37,40

9,35

19.030.161-8 TESNA APINDO

9,00 9,00

9,50

9,75 37,25

9,31

19.030.162-7 WAHYU UTOMO

8,20 7,60

9,25

9,25 34,30

8,58

19.030.163-6 WILDA LINIARSA

7,80 7,60

7,50

8,00 30,90

7,73

19.030.164-5

YOHANA

NUGRAHANING P

8,40 9,20

8,75

9,75 36,10

9,03

19.030.165-4 YUHAN FUTRI BASYA

9,00 8,60 10,00

9,50 37,10

9,28

19.030.166-3 ZAINAL ABIDIN

8,20 9,00

8,75

9,50 35,45

8,86

19.030.167-2 AKBAR ARDIANSYAH

8,20 9,00

9,50

9,75 36,45

9,11

19.030.168-9

ALDHI KURNIAWAN S.H

9,00 8,80

9,50

9,50 36,80

9,20

19.030.169-8

ANDITYA SYAHBANA INDRA R.

9,00 8,40

9,75

9,50 36,65

9,16

19.030.170-7

ANNISA REFI DEWANTARI

9,60 8,20

8,25

8,50 34,55

8,64

19.030.171-6

ARDIKA CHANDRA KRISNADI

8,40 8,00

9,25

9,25 34,90

8,73

19.030.172-5 ARUM AISA PUTRI

8,40 4,00

9,75

8,75 30,90

7,73

19.030.173-4 ATIN JILI PROBOWATI

8,60 7,00

8,75

8,75 33,10

8,28

19.030.174-3

AWANDA ELSA OKTAVIA P

7,80 8,00

8,25

8,25 32,30

8,08

19.030.175-2 DESY NURMAYANI

9,20 7,80

9,75

9,50 36,25

9,06

19.030.176-9

DINADHA ARIES WAHYUDI

8,60 9,40

8,75

9,00 35,75

8,94

19.030.177-8 DODIK PRIYAMBODO

8,40 8,40

8,75

8,00 33,55

8,39

19.030.178-7 ELLAN KUNCORO

9,40 9,20

8,25

8,75 35,60

8,90

19.030.179-6 ENDRA NURCAHYANTI

8,40 6,60

8,50

8,75 32,25

8,06

19.030.180-5

ENGGAR FEBRIA RAMADHANI

9,20 7,60

7,25

8,75 32,80

8,20

19.030.181-4 FAISAL MU'AFA

9,60 9,00

9,00

9,00 36,60

9,15

19.030.182-3

FAJAR BAYU PRASETYO

8,80 8,80

7,75

8,50 33,85

8,46

19.030.183-2

FERRY SURYA LESMANA

7,60 8,80

8,00

8,75 33,15

8,29

19.030.184-9

HAPSARI ANISSA WARDHANI

7,80 7,40

9,50

8,00 32,70

8,18

19.030.185-8

ICHTIARFI

WARYANUARITA

8,80 8,20

9,25

9,25 35,50

8,88

19.030.186-7 INTAN FITRIANA

8,20 7,00

9,25


(6)

commit to user

19.030.187-6

KHOIRUNISA ULYA NUR UTARI

9,00 9,40 10,00

9,00 37,40

9,35

19.030.188-5 KURNIA SETIAWATI

8,60 9,20

8,25

9,00 35,05

8,76

19.030.189-4

LAKSITA PARAMASTUTI

9,20 8,60

9,50

8,75 36,05

9,01

19.030.190-3

MAESTRO

TRASTANECHORA

9,00 9,40

9,25

9,75 37,40

9,35

19.030.191-2 PUTI PERTIWI

9,00 8,20

9,25

8,75 35,20

8,80

19.030.192-9

RAMADHANI ARUM JATI

8,80 8,20

8,50

9,25 34,75

8,69

19.030.193-8 RIZA NAYULA E.S

9,00 8,80

9,50

8,75 36,05

9,01

19.030.194-7

RIZQY FAISHAL TANJUNG

9,40 9,60 10,00 10,00 39,00

9,75

19.030.195-6 SARITA BELLA PASKA

9,60 9,20

8,25

9,00 36,05

9,01

19.030.196-5

SEKTIAWAN RIESLI NUGROHO

9,80 9,40

9,50 10,00 38,70

9,68

19.030.197-4 TAUFIQ SHOBIRIN

7,20 8,20

6,50

8,25 30,15

7,54

19.030.198-3

VENUS SRAWARA MAHARDIKA

9,80 9,40

9,50 10,00 38,70

9,68

19.030.199-2 YANSY KURNIAWAN

9,00 8,80

8,75

8,75 35,30

8,83

19.030.200-9

YOGA PERMANA ADI P.

9,00 9,40 10,00 10,00 38,40

9,60

RATA RATA

8,69

8,33

9,08

9,05