Skema kognitif siswa dan perubahannya melalui asimilasi dan akomodasi tentang momentum dan impuls.

(1)

ABSTRAK

SKEMA KOGNITIF SISWA DAN PERUBAHANNYA MELALUI ASIMILASI DAN AKOMODASI TENTANG MOMENTUM DAN IMPULS: SEBUAH STUDI

KASUS DENGAN WAWANCARA KLINIS

Lisa Ratna Sary. 2016 “Skema Kognitif Siswa dan Perubahannya Melalui Asimilasi dan Akomodasi Tentang Momentum dan Impuls : Sebuah Studi Kasus dengan Wawancara Klinis”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pemahaman awal siswa tentang momentum dan impuls serta mengungkap perubahan pemahaman siswa melalui asimilasi dan akomodasi dengan wawancara klinis.

Partisipan penelitian ini lima orang siswa SMA kelas XI IPA yang sudah mendapatkan materi pelajaran momentum dan impuls. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-April 2016 di luar jam sekolah. Pengambilan data diperoleh dengan hasil tes konseptual siswa dan metode wawancara klinis. Data pemahaman siswa tentang momentum dan impuls dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa memiliki pemahaman awal yang belum lengkap dan kurang jelas, selain itu juga mengalami miskonsepsi. Siswa mengalami perubahan skema kognitif secara asimilasi, yaitu menambahkan persepsi baru ke dalam pola pemahaman yang sudah ada sehingga menjadi sesuai. Siswa mengalami perubahan skema kognitif secara akomodasi, yaitu membentuk persepsi baru ke dalam pola pemahamannya sehingga menjadi cocok. Perubahan skema kongitif terjadi melalui wawancara klinis yang melibatkan pemberian ilustrasi nyata, pertanyaan-pertanyaan yang mendalam dan bersifat tajam disertai dengan konfirmasi.

Kata Kunci : pemahaman, momentum dan impuls, wawancara klinis, dan perubahan pemahaman


(2)

ABSTRACT

STUDENT’S COGNITIF SCHEME AND IT’S CHANGES THROUGH ASSIMILATION AND ACCOMMODATION ABOUT MOMENTUM AND

IMPULSE:

A CASE STUDY BY CLINICAL INTERVIEW

Lisa Ratna Sary. 2016. “Student’s Cognitif Scheme and It’s Changes Through Assimilation and Accommodation About Momentum and impulse: A Case Study by Clinical Interview”. Thesis. Physics Education Study Program. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University of Yogyakarta.

The purpose of this research was to reveal the students' cognitive scheme about momentum and impuls and it’s changes through assimilation and accomodation of students’ understanding by clinical interview.

The participants of this research are five students of high school XI science class that have already got the material of momentum and impulset. The research was held on February until May 2016 beyond the school period. The data is collected with the result of student’s conceptual test and clinical interview method. The students’ understanding data of momentum and impulse is analyzed uses qualitative descriptive.

The results showed that the students have a preliminary understanding is incomplete and unclear, while also experiencing misconceptions. Students changed in the scheme cognitive assimilation, namely adding new percepts into the understanding existing so as to be appropriate. Students experience cognitive schema changes in accommodation , which formed a new perception to the understanding pattern that fits. Change the scheme cognitif happened through interview clinical involves giving illustration real, the questions deep and is sharp accompanied with confirmation.

Keywords: understanding, momentum and impulse, clinical interview, and change of understanding


(3)

SKEMA KOGNITIF SISWA DAN PERUBAHANNYA MELALUI ASIMILASI DAN AKOMODASI TENTANG MOMENTUM DAN IMPULS:

SEBUAH STUDI KASUS DENGAN WAWANCARA KLINIS SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh: Lisa Ratna Sary NIM: 121424002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Try not to become a man of success, but rather try to become a

man of value

.

.”

(Galileo Galilei)

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

TuhanYesus dan Bunda Maria

Serta

Orangtua dan adik yang sangat ku kasihi dan ku banggakan:

Pertus Saleh

Yustina

Alexsius Tridirmanto


(7)

(8)

(9)

ABSTRAK

SKEMA KOGNITIF SISWA DAN PERUBAHANNYA MELALUI ASIMILASI DAN AKOMODASI TENTANG MOMENTUM DAN IMPULS: SEBUAH STUDI

KASUS DENGAN WAWANCARA KLINIS

Lisa Ratna Sary. 2016 “Skema Kognitif Siswa dan Perubahannya Melalui Asimilasi dan Akomodasi Tentang Momentum dan Impuls : Sebuah Studi Kasus dengan Wawancara Klinis”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pemahaman awal siswa tentang momentum dan impuls serta mengungkap perubahan pemahaman siswa melalui asimilasi dan akomodasi dengan wawancara klinis.

Partisipan penelitian ini lima orang siswa SMA kelas XI IPA yang sudah mendapatkan materi pelajaran momentum dan impuls. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-April 2016 di luar jam sekolah. Pengambilan data diperoleh dengan hasil tes konseptual siswa dan metode wawancara klinis. Data pemahaman siswa tentang momentum dan impuls dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa memiliki pemahaman awal yang belum lengkap dan kurang jelas, selain itu juga mengalami miskonsepsi. Siswa mengalami perubahan skema kognitif secara asimilasi, yaitu menambahkan persepsi baru ke dalam pola pemahaman yang sudah ada sehingga menjadi sesuai. Siswa mengalami perubahan skema kognitif secara akomodasi, yaitu membentuk persepsi baru ke dalam pola pemahamannya sehingga menjadi cocok. Perubahan skema kongitif terjadi melalui wawancara klinis yang melibatkan pemberian ilustrasi nyata, pertanyaan-pertanyaan yang mendalam dan bersifat tajam disertai dengan konfirmasi.

Kata Kunci : pemahaman, momentum dan impuls, wawancara klinis, dan perubahan pemahaman


(10)

ABSTRACT

STUDENT’S COGNITIF SCHEME AND IT’S CHANGES THROUGH ASSIMILATION AND ACCOMMODATION ABOUT MOMENTUM AND

IMPULSE:

A CASE STUDY BY CLINICAL INTERVIEW

Lisa Ratna Sary. 2016. “Student’s Cognitif Scheme and It’s Changes Through Assimilation and Accommodation About Momentum and impulse: A Case Study by Clinical Interview”. Thesis. Physics Education Study Program. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University of Yogyakarta.

The purpose of this research was to reveal the students' cognitive scheme about momentum and impuls and it’s changes through assimilation and accomodation of students’ understanding by clinical interview.

The participants of this research are five students of high school XI science class that have already got the material of momentum and impulset. The research was held on February until May 2016 beyond the school period. The data is collected with the result of student’s conceptual test and clinical interview method. The students’ understanding data of momentum and impulse is analyzed uses qualitative descriptive.

The results showed that the students have a preliminary understanding is incomplete and unclear, while also experiencing misconceptions. Students changed in the scheme cognitive assimilation, namely adding new percepts into the understanding existing so as to be appropriate. Students experience cognitive schema changes in accommodation , which formed a new perception to the understanding pattern that fits. Change the scheme cognitif happened through interview clinical involves giving illustration real, the questions deep and is sharp accompanied with confirmation.

Keywords: understanding, momentum and impulse, clinical interview, and change of understanding


(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Skema Kognitif Siswa dan Perubahannya Melalui Asimilasi dan Akomodasi Tentang Momentum dan Impuls: Sebuah Studi Kasus dengan Wawancara Klinis” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Skripsi ini dikerjakan dalam tim bersama dengan Beatrix Elvi, Yovita Claudia, Anastasia Susi .M, dengan topik yang diteliti sama tetapi materi pelajaran berbeda-beda. Kami mempelajari teori bersama namun landasan teori dirumuskan secara tersendiri. Metode penelitian dikembangkan secara bersama – sama namun dalam proses pengambilan data dilaksanakan masing - masing dan partisipan yang diteliti juga berbeda – beda. Metode analisis data didiskusikan bersama dan hasil analisis data adalah respon dari masing-masing partisipan. Kebersamaan penelitian ini adalah pengembangan teori dan metode, tetapi hasilnya secara tersendiri. Dalam penyusunan skripsi, kami tidak saling menggunakan kalimat, dalam arti tidak ada penjiplakan kalimat. Kalimat – kalimat yang ditulis dalam skripsi ini adalah kalimat yang penulis tulis sendiri. Jika kebetulan ada kalimat yang sama, itu adalah hasil diskusi kelompok dan bukan penjiplakan antara satu dengan yang lainnya.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, saran dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dosen Pembimbing skripsi atas waktunya untuk membimbing dengan penuh kesabaran, perhatian, serta yang telah banyak meluangkan waktu dan masukan selama penulisan skripsi ini.


(12)

2. Bapak Ign. Edi Santosa, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika dan segenap dosen JPMIPA yang telah memberikan pengalaman, pengetahuan, dan bimbingan selama penulis menimba ilmu di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Ir. Sri Agustini, selaku dosen pembimbing akademik, yang selalu

memberikan pengalaman, pengetahuan, dukungan berupa pendampingan serta selalu mendengarkan curhatan penulis.

4. Segenap Staf sekretariat JPMIPA yang telah membantu segala sesuatu terkait administrasi selama penulis kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 5. Siswi – siswi yang telah bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini.

6. Keluarga besarku, bapak, mama, adik, yang senantiasa mengasihi, mendoakan dan mendukung dalam setiap proses pendidikan.

7. Teman seperjuangan selama proses skripsi: Elvi, Yovita, Uchi, terima kasih untuk perjuangan bersama dan suka-dukanya selama ini kalian itu istimewa, sungguh. 8. Sahabat – sahabatku Fosa, Puji, Imak, Peni, Desty, Kak Egi, Edo yang selalu jadi

tempat curhat tentang keluh kesah penulis

9. Teman – teman Pendidikan Fisika angkatan 2012 yang selalu berbagi

pengetahuan, pengalaman unik, menarik, seru-seruan, dan kebersamaan yang bermakna selama empat tahun berproses dalam perkuliahan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

10.Teman – teman Kost Brojodento, terkhusus Kak Windy , Kak rete, Anggy, yang

senantiasa mendengarkan keluh-kesah, mendukung dan memberikan semangat selama proses perkuliahan.

11.Serta semua pihak dan teman – teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas dukungan dan semangat yang telah diberikan sehingga sangat membantu penyelesaian penulisan skripsi ini.

Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca khususnya dan dalam bidang ilmu pengetahuan pada umumnya.


(13)

Yogyakarta, 9 Juni 2016


(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Batasan Masalah ... 2

D. Tujuan ... 3

E. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II. LANDASAN TEORI A. Teori Konstruktivisme... 5

B. Skema Konitif ... 5

C. Perubahan Skema Kognitif ... 6

D. Deskripsi Materi ... 8

1. Konsep Momentum ... 8

2. Konsep Impuls ... 12

3. Hukum Kekekalan Momentum ... 14


(15)

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 18

B. Partisipan Penelitian ... 18

C. Design Penelitian ... 19

D. Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

E. Instrumen Penelitian ... 19

F. Metode Pengumpulan Data ... 20

G. Metode Analisis Data ... 21

BAB IV. DATA DAN ANALISIS DATA A. Data ... 23

B. Analisis Data dan Pembahasan ... 23

1. Pemahaman Awal Partisipan ... 23

2. Perubahan Pemahaman Secara Asimilasi ... 29

3. Perubahan Pemahaman Secara Akomodasi ... 49

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA... 82


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Soal Tes Konseptual ... 83

Lampiran 2. Hasil Pengerjaan Tes Konseptual Siswa ... 87

Lampiran 3. Analisis Hasil Pengerjaan tes Konseptual Siswa ... 107

Lampiran 4. Transkrip Wawancara Siswa A ... 109

Lampiran 5. Transkrip Wawancara Siswa B ... 115

Lampiran 6. Transkrip Wawancara Siswa C ... 129

Lampiran 7. Transkrip Wawancara Siswa D ... 138


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam dan gejalanya yang berada disekitar kita secara sistematis (Gedgrave, 2009). Fisika merupakan mata pelajaran yang tidak hanya berisi teori dan rumus untuk dihafal, namun fisika memerlukan pengertian dan pemahaman konsep. Berdasarkan pengamatan pada jurnal terkait pembelajaran fisika dan pengamatan peneliti disekolah serta ungkapan para siswa SMA saat peneliti melaksanakan bimbingan belajar, terungkap bahwa siswa kesulitan membangun pemahaman tentang gejala fisika. Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman konsep tentang gejala alam sangat kompleks yaitu melibatkan banyak konsep, teori, hukum sehingga siswa sulit membangun pemahaman konsep fisika.

Teori kognitif menjelaskan bahwa pemahaman seseorang tersebut tersusun dalam skema/skemata yang berkembang. Skemata berkembang mulai dari yang sederhana ke yang kompleks melalui proses asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Penelitian ini memfasilitasi dalam mengungkapkan skema kognitif siswa dan perubahannya melalui asimilasi dan akomodasi tentang momentum dan impuls.


(18)

Penelitian yang mengungkapkan perubahan pemahaman siswa telah dilakukan oleh Fitriani dengan mengunakan interactive demonstration, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh interactive demonstration terhadap perubahan konsep siswa tentang tekanan zat cair pada Kelas VIII SMP Negeri 14 Palu . Pada penelitian ini siswa mengerjakan tes pemahaman, selain itu peneliti menggunakan lembar observasi untuk mengetahui perubahan konsep siswa. Hasilnya interactive demonstration berpengaruh pada perubahan konsep siswa.

Penelitian yang terkait pemahaman siswa telah dilakukan oleh Jacquelyn J, dengan membandingkan metode wawancara dan metode biasa di kelas melalui post-test. Hasil yang diperoleh, metode wawancara lebih efektif. Penelitian yang telah dilakukan diatas lebih menekankan pada efektivitas metode yang digunakan untuk perubahan pemahaman siswa, namun bagaimana dengan proses perubahannya. Penelitian ini mengungkapkan proses perubahan pemahaman siswa melalui asimilasi dan akomodasi tentang momentum dan impuls.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana skema kognitif awal siswa tentang momentum dan impuls? 2. Bagaimana perubahan skema kognitif siswa memalui proses asimilasi


(19)

3. Bagaimana perubahan skema kognitif siswa memalui proses akomodasi tentang materi momentum dan impuls?

C. BATASAN MASALAH

Terdapat beberapa masalah yang terkait dengan skema kognitif siswa. Pada penelitian ini, masalah dibatasi pada:

1. Penelitian akan dilakukan pada 5 (lima) siswa kelas XI 2. Materi fisika tentang momentum dan impuls

D. TUJUAN

1. Mengetahui skema kognitif awal siswa mengenai momentum dan impuls 2. Mengungkap perubahan skema kognitif siswa melalui proses asimilasi

tentang momentum dan impuls

3. Mengungkap perubahan skema kognitif siswa melalui proses akomodasi tentang momentum dan impuls


(20)

E. MANFAAT

1. Bagi Pendidikan

Adanya bukti empiris penelitian tentang skema kognitif dan perubahannya pada siswa tentang momentum dan impuls sebagai referensi atau literature dalam melaksanakan penelitian yang relevan dimasa yang akan datang.

2. Bagi guru

Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam memilih strategi, metode dalam pembelajaran Fisika di kelas

3. Bagi Peneliti

Sebagai seorang calon guru, peneliti dapat mengembangkan kemampuan memahami cara berpikir siswa sehingga kelak dapat menjadi pendidik yang berkualitas.


(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah suatu teori belajar yang meyakini bahwa individu menciptakan pemahaman baru mereka sendiri atas dasar interaksi antara apa yang mereka sudah tahu dan percaya dengan ide-ide dan pengetahuan yang mereka peroleh dari interaksi (Richardson, 2003). Tubuh manusia mempunyai struktur tertentu yang menyusunnya, sehingga dapat berfungsi dengan baik, sama halnya pikiran manusia tentu juga mempunyai struktur tertentu yang disebut skema atau skamata. Struktur ini terus - menerus dikombinasikan dan dikoordinasikan satu sama lain agar menjadi struktur yang lebih kompleks dan oleh sebab itu juga lebih efektif.

B. Skema Kognitif

Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual dapat berkoordinasi dan beradaptasi dengan lingkungan (Nyoman dan Pandeirot). Skema itu dapat berubah selama perkembangan mental seseorang tersebut. Skema adalah sistem tindakan atau struktur kognitif yang memungkinkan kita untuk merepresentasikan secara

mental atau memikirkan tentang” berbagai objek dan kejadian di lingkungan sekitarnya (Woolfolk, 2009). Skema sebagai struktur tindakan yang memiliki tindakan komponen yang saling berhubungan.


(22)

C. Perubahan Skema Kognitif

Proses adaptasi dengan lingkungan tersebut menyebabkan terjadinya perubahan skema kognitif. Adapun tahap- tahap perubahan kognitif sebagai berikut:

1. Asimilasi

Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya (Piaget, 1952). Asimilasi merupakan sebuah proses dimana seseorang menerima pemahaman dari lingkungan yang artinya mungkin mengubah tanda dari mereka untuk membuatnya cocok (Suparno, 2001). Asimilasi dapat dipandang sebagai, suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau ransangan yang baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi berjalan terus-menerus. Menurut Wads Worth dalam (Suparno, 1997) asimilasi tidak menyebabkan perubahan / pergantian skemata, melainkan mengembangkan skema.

2. Akomodasi

Dalam proses adaptasi dan menghadapi pengalaman baru dengan lingkungan sekitar, ada saat tertentu dimana seseorang


(23)

tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skema yang telah dimilikinya (Piaget, 1952). Pengalaman baru tersebut bisa jadi sama sekali tidak sesuai dengan skema yang ada. Dalam keadaan seperti ini maka akan terjadi akmodasi. Akomodasi adalah membentuk skema baru yang dapat sesuai dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang ada sehingga sesuai dengan rangsangan tersebut (Suparno, 1997).

Proses akomodasi menggambarkan kecenderungan individu untuk berubah dalam menanggapi tuntutan lingkungan (Suparno, 1997). Apabila seseorang menemukan pengalaman baru yang terlalu asing, ia mungkin akan mengabaikannya, dalam hal ini tidak terjadi asimilasi dan akomodasi. Pengalaman tersebut disaring agar sesuai dengan jenis berpikir yang dilakukan seseorang pada saat tertentu.

3. Equilibrasi

Dalam proses adaptasi dan menghadapi pengalaman baru dengan lingkungan sekitar, diperlukan keseimbangan atara asimilasi dan akomodasi. Proses ini disebut equilibrasi. Equilibrasi adalah proses menyeimbangan antara pemahaman sekarang dan pengalaman – pengalaman baru (Slavin, 2008). Equilibrasi membuat seseorang dapat menyatukan pengalaman baru dengan


(24)

struktur dalamnya (skema). Bila terjadi ketidakksesimbangan, maka seseorang terpacu untuk mencari keimbangan dengan jalan asimilasi atau akomodasi

D. Deskripsi Materi 1. Momentum

Dalam fisika, momentum suatu benda didefinisikan sebagai hasil kali massa benda dengan kecepatan gerak benda tersebut (Tipler, 2001:219). Secara matematis ditulis :

⃗⃗⃗ = m . ⃗⃗ (1)

P adalah simbol momentum, m adalah massa benda dan v adalah kecepatan benda. Momentum merupakan besaran vektor, jadi selain mempunyai besar alias nilai, momentum juga mempunyai arah. Besar momentum ⃗⃗⃗ = m . ⃗⃗ . Arah momentum sama dengan arah kecepatan. Misalnya sebuah mobil bergerak ke timur, maka arah momentum adalah timur, tapi kalau mobilnya bergerak ke selatan maka arah momentum adalah selatan. Berdasarkan ⃗⃗⃗ = m . ⃗⃗ , di mana satuan m = kg dan satuan v = m/s, maka satuan momentum adalah kg m/s.

Dari persamaan di atas, tampak bahwa momentum ( ⃗ ) berbanding lurus dengan massa (m) dan kecepatan ( ⃗⃗ ). Semakin besar kecepatan benda, maka semakin besar juga momentum sebuah benda. Demikian


(25)

juga, semakin besar massa sebuah benda, maka momentum benda tersebut juga bertambah besar. Perlu anda ingat bahwa momentum adalah hasil kali antara massa dan kecepatan. Jadi walaupun seorang berbadan gendut, momentum orang tersebut = 0 apabila dia diam atau tidak bergerak. Jadi momentum suatu benda selalu dihubungkan dengan massa dan kecepatan benda tersebut. Kita tidak bisa meninjau momentum suatu benda hanya berdasarkan massa atau kecepatannya saja.

Hukum kedua Newton dapat ditulis dalam kaitannya dengan momentum partikel. Sehingga,

=

=

⃗⃗⃗⃗

= m

= m

(2)

Jika gaya bekerja pada benda sama dengan Laju perubahan momentum dari sebuah partikel terhadap waktu. Jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada system partikel, momentum total sistem adalah kekal, artinya ia tetap konstan sepanjang waktu. Perhatikan dua partikel yang saling mengerjakan gaya yang sama dan berlawanan tetapi tidak mempunyai gaya lain yang bekerja pada keduanya.


(26)

=

⃗⃗⃗⃗⃗

(3) Dan

=

⃗⃗⃗⃗⃗

(4)

Dengan menjumlahkan kedua persamaan diatas berdasarkan hukum ketiga Newton - , sehingga

⃗⃗⃗⃗⃗

+

⃗⃗⃗⃗⃗

= 0

⃗⃗⃗⃗

+ ⃗⃗⃗⃗

) = 0

(5) Atau


(27)

Contoh soal:

Sebuah mobil dengan massa 2000 kg, mula-mula bergerak lurus dengan kecepatan awal 20 m/s ke utara. Setelah beberapa saat, mobil tersebut direm dan setelah 10 detik kecepatannya berkurang menjadi 5 m/s. Tentukan

a. Momentum awal mobil

b. Momentum mobil setelah direm. (setelah 10 detik) c. Perubahan momentumnya setelah direm

Diketahui : m = 2000 kg v = 5 m/s v

0 = 20 m/s t = 10 s Ditanya : p

0(momentum awal), pt(momentum ahkir) dan Δp (Perubahan momentum)?

Jawab

Karena momentum merupakan besaran vektor, maka harus ditetapkan terlebih dahulu arah positifnya (pemilihan ini boleh sembarang). Misalkan arah ke utara kita ambil sebagai arah positif.

a. Momentum awal mobil : p

o = m vo

= 2000 kg x 20 m/s = 40000 kg m/s arah p


(28)

b. Momentum akhir : p

t = m vt

= 2000 kg x 5 m/s = 10000 kg m/s arah p

t ke utara

c. Perubahan momentum bisa dinotasikan sebagai Δp : Δp = p

t – po

= 10000 kg m/s - 40000 kg m/s = -3000 kg m/s

perubahan momentum mempunyai tanda negatif, berarti arahnya ke selatan

2. Impuls

Sebuah benda bermassa m mula-mula bergerak dengan kecepatan ⃗⃗⃗⃗ dan kemudian pada benda bekerja gaya sebesar searah

kecepatan awal selama Δt, dan kecepatan benda menjadi ⃗⃗⃗⃗ .

Untuk menjabarkan hubungan antara Impuls dengan perubahan momentum, akan kita ambil arah gerak mula-mula sebagai arah positif dengan menggunakan Hukum Newton II.

⃗⃗ = m ⃗⃗ (6)


(29)

⃗⃗ Δt = m ⃗⃗⃗⃗

- m ⃗⃗⃗⃗

Ruas kiri merupakan impuls gaya dan ruas kanan menunjukkan perubahan momentum. Impuls gaya pada suatu benda sama dengan perubahan momentum benda tersebut. Secara matematis dituliskan sebagai:

⃗⃗ Δt = m ⃗⃗⃗⃗

- m ⃗⃗⃗⃗ (7)

⃗⃗ = ⃗⃗⃗⃗⃗ - ⃗⃗⃗⃗⃗⃗

= Δ ⃗⃗ (8)

Contoh soal :

Sebuah bola kasti bergerak dengan kecepatan 20 m/s kemudian dipukul dengan pemukul bola kasti dengan gaya 2000 newton selama 0,001 sekon. Tentukan besarnya Impuls gaya pada bola kasti.

Diketahui : Ditanya : I ?

v = 20 m/s F = 2 000 N t = 0,001 s Jawab :

Besarnya Impuls :

I = F . Δt


(30)

= 2 N.s

3. Hukum Kekekalan Momentum

Hukum kekekalan momentum menyatakan bahwa : “Jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada suatu sistem, maka jumlah

momentum sistem tersebut adalah konstan (tetap)”, artinya “jumlah

momentum awal sama dengan jumlah momentum akhir”. Perhatikan gambar peristiwa tumbukan dua buah benda berikut :

* Sebelum tumbukan ;

m1 v1 v2 m2 (9)

* Setelah tumbukan ;

v1’ m1 m2 v2’ (10)

Sesuai dengan hukum kekekalan momentum “Jumlah momentum sistem s ebelum tumbukan sama dengan jumlah momentum sistem setelah tumbukan”

P1 + P2 = P1 + P2


(31)

Keterangan:

p1 = momentum benda 1 sebelum tumbukan p2 = momentum benda 2

sebelum tumbukan

p1= momentum benda 1 setelah tumbukan p2= momentum benda 2

setelah tumbukan

v1 = kecepatan benda 1 sebelum tumbukan v2 = kecepatan benda 2

sebelum tumbukan

v1= kecepatan benda 1 setelah tumbukan v2= kecepatan benda 2

setelah tumbukan

m1 = massa benda 1 m2 = massa benda 2

4. Tumbukan

Dalam sebuah tumbukan dua benda saling mendekati, berinteraksi dengan kuat, dan saling menjauh. Sebelum tumbukan, ketika saling berjauhan, kedua benda itu bergerak dengan kecepatan konstan. Setelah tumbukan, keduanya bergerak dengan kecepatan konstan yang berbeda. Sebuah tumbukan dapat berlangsung singkat, seperti beradunya dua bola bilyar, atau dapat berlangsung berabad-abad, seperti ketika dua bintang bertumbukan diangkasa

Pada kasus tumbukan di mana gaya luar tidak bekerja pada sistem tersebut, maka berlaku hukum kekekalan momentum,


(32)

sedangkan hukum kekekalan energi kinetik tidak selalu berlaku, bergantung pada jenis tumbukannya.

Jenis-jenis tumbukan: a. Tumbukan elastik;

b. Tumbukan tak elastik sempurna; c. Tumbukan tak elastik.

a. Tumbukan elastik

Pada tumbukan elastik berlaku hukum kekekalan momentum dan hukum kekekalan energi kinetik. Contoh peristiwa yang mengalami tumbukan elastik adalah tumbukan antara partikel-partikel gas dalam wadahnya dan antara partikel gas dengan dinding wadahnya, tumbukan antara partikel-partikel atomik dan subatomik. Tumbukan antara bola-bola bilyar hampir mendekati elastik. Pada tumbukan elastik berlaku, hukum kekekalan momentum dan hukum kekekalan energi kinetik

Hukum kekekalan momentum

m

1

. v

1

+ m

2

. v

2

= m

1

. v

1

+ m

2

. v

2

(12) Hukum kekekalan Energi Kinetik

1/2

m

1

. v

1 2

+

1/2

m

2

. v

2

2

=

1/2

m

1

. v

1 ‘2

+

1/2

m

2

. v

2 ‘2

(13)


(33)

Pada jenis tumbukan ini berlaku Hukum kekekalan momentum dan tidak berlaku hukum kekekalan energi kinetik karena terjadi perubahan Ek.

c. Tumbukan tak elastik

Pada tumbukan tak lenting sama sekali berlaku hukum kekekalan momentum, tetapi hukum kekekalan energi kinetik tidak berlaku. Setelah terjadi tumbukan kedua benda bersatu dan bergerak bersama dengan kecepatan yang sama.


(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor Prastowo (2011: 22) metodologi penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati dalam penelitian ini. Penelitian ini dikatakan penelitian kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk mengungkap skema kognitif awal siswa dan perubahannya mengenai momentum dan impuls.

B. Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini siswa berjumlah lima orang kelas XI. Kelima partisipan dalam penelitian ini semuanya perempuan. Pemilihan kelima partisipan pada penelitian ini dilakukan dengan convenience sampling, yaitu suatu kelompok individual yang secara convenient siap untuk diteliti (Suparno. 2014: 45). Peneliti mengenal tiga orang partisipan, tiga orang tersebut merupakan murid bimbingan belajar peneliti. Sedangkan dua orang lainnya belum, dua orang tersebut dikenalkan oleh teman peneliti. Pemilihan partisipan yang sudah dikenal dalam penelitian


(35)

ini penting, hal ini dikarenakan dalam penelitian ini di perlukan keterbukaan partisipan pada peneliti.

C. Design Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan suatu penelitian yang mendetail dari subyek, keadaan, atau kejadian khusus. Studi kasus mudah untuk dilakukan dan juga tidak perlu menggeneralisasikan apapun.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – April 2016 di Yogyakarta

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen penelitiannya adalah soal tes konseptual yang digunakan untuk mendeskripsikan skema kognitif awal siswa. Selain instrumen soal konseptual, instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri dengan menggunakan metode wawancara yang bersifat bebas dan klinis.

Soal tes konseptual ini dibuat berdasarkan indikator – indikator mengenai momentum dan impuls. Peneliti membuat kisi – kisi soal tes,


(36)

hal ini dimaksudkan untuk validitas soal tes. Kisi – kisi dan soal tes dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk dikoreksi sehingga komponen soal tes dikategorikan baik. Soal tes ini dalam bentuk pilihan ganda 18 nomor dan isian sebanyak 2 nomor. Soal tes terlampir dalam (Lampiran 1)

Berdasarkan hasil pengerjaan soal tes oleh partisipan, maka peneliti melakukan wawancara. Sebelum melakukan wawancara, terlebih dahulu peneliti menyiapkan draf pertanyaan, ilustrasi terkait momentum dan impuls serta contoh dalam kehidupan sehari – hari. Wawancara ini dilakukan untuk memfasilitasi partisipan menambahkan dan atau mengubah pemahamannya melalui pertanyaan yang bersifat mendalam, ilustrasi nyata dan konfirmasi serta contoh.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu yang pertama metode soal tes untuk mengetahui pemahaman awal partisipan, kedua dengan metode wawancara yang bersifat bebas dan klinis. Wawancara ini digunakan untuk memfasilitasi serta mengungkap perubahan pemahaman partisipan mengenai momentum dan impuls, melalui pertanyaan, ilustrasi dan konfirmasi dari peneliti. Sehingga partisipan bisa mengasimilasi, mengakomodasi, dan akhirnya dapat menyeimbangkan skema kognitif


(37)

yang dimilikinya dengan konsep baru. Kegiatan wawancara antara peneliti dan siswa direkam menggunakan recorder melalui sebuah handphone agar data yang diperlukan dapat diarsipkan dan digunakan kembali saat diperlukan.

G. Metode Analisis Data

Berdasarkan hasil pengerjaan soal tes partisipan, peneliti membuat tabel berupa hasil jawaban kelima partisipan. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti memberikan tanda pada soal yang paling sering dijawab salah oleh partisipan. Hal ini menjadi acuan bagi peneliti saat akan melakukan wawancara. Dalam wawancara, peneliti lebih menekankan pada indikator soal yang belum dipahami siswa, hal ini bertujuan untuk memfasilitasi partisipan dalam mengembangkan dan atau mengubah pemahamannya sehingga menjadi sesuai. Hasil wawancara direkam menggunakan recorder, kemudian hasil wawancara tersebut dibuat dalam transkrip wawancara. Berdasarkan transkrip wawancara, dilakukan pengkodingan untuk mengungkapkan proses perubahan skema kognitif melalui asimilasi dan akomodasi. Pengkodingan ini dimaksudkan untuk memberi tanda pada bagian mana terjadi proses perubahan skema kognitif. Setelah itu proses asimilasi dan akomodasi skema kognitif partisipan dianalisis secara deskriptif.


(38)

1. Transkrip wawancara

Hasil rekaman wawancara ditulis dalam bentuk dialog tertulis, untuk mempermudah mengidentifikasi pemahaman siswa. Transkrip wawancara terlampir dalam (Lampiran 4, 5, 6, 7, dan 8)

2. Pengkodingan skema kognitif siswa dan perubahannya

Berdasarkan transkrip wawancara, peneliti membuat pengkodingan skema kognitif siswa dan perubahannya. Peneliti melakukan pengkodingan dengan membuat peta konsep yang merepresentasikan skema awal siswa. Setelah itu peneliti juga melakukan pengkodingan dengan membuat tabel yang menunjukkan proses perubahan skema kognitif siswa pada bagian yang terdapat proses asimilasi dan akomodasi mengenai momentum dan impuls. Pengkodingan ini berarti memberi tanda pada bagian proses perubahan skema kognitif siswa. Selanjutnya peneliti mendeskripsikan isi tabel proses perubahan skema kognitif siswa tesebut.


(39)

BAB IV

ANALIS DAN PEMBAHASAN A. Data

Data disajikan dalam bentuk transkrip wawancara terlampir (lampiran 4, 5, 6, 7, 8)

B. Analisis Dan Pembahasan

1. Skema Pemahaman Awal Partisipan a. Siswa A

Skema pemahaman diatas menunjukkan pemahaman awal siswa A. Siswa A memahami bahwa momentum itu termasuk besaran turunan, sedangkan siswa belum dapat memahami apa itu momentum. Siswa memahami bahwa hubungan impuls dan momentum itu perubahan momentum menyebabkan impuls. Hal ini sesuai bahwa hubungan momentum dan impuls yaitu impuls


(40)

merupakan perubahan momentum (Tipler, 2001:242). Siswa mengetahui bahwa impuls adalah hasil kali antara F gaya dan t waktu, namun pemahaman ini bersifat menghafal rumus saja. Siswa memahami bahwa hukum kekekalan momentum itu adalah momentumnya konstan, namun pemahaman ini belum jelas sehingga siswa harus mengembangkan pemahamannya menjadi lebih sesuai. Siswa memahami bahwa hukum kekekalan momentum dapat terjadi pada tumbukan, namun siswa belum dapat mengetahui hukum kekekalan ini terjadi pada tumbukan yang mana. Siswa memahami tumbukan sebagai beda yang bergerak lalu bertabrakan satu sama lain, siswa harus manambahkan penjelasan mengenai keadaan benda setelah tabrakan/tumbukan.


(41)

b. Siswa B

Skema pemahaman diatas merepresentasikan pemahaman awal siswa B. Siswa memahami momentum itu dipengaruhi massa dan kecepatan, namun belum jelas bagaimana hubungannya sehingga siswa harus menambahkan penjelaskan tentang hubungannya dengan momentum. Siswa memahami momentum itu termasuk besaran skalar, namun pemahaman ini belum tepat, sehingga siswa harus mengubah pemahamannya menjadi lebih sesuai. Siswa memahami bahwa hubungan impuls dan momentum itu saling mempengaruhi, pemahaman siswa belum jelas seperti apa pengaruhnya, sehingga siswa harus menambahkan penjelasan tentang hubungan momentum dan impuls secara mendalam. Siswa memahami impuls sebagai hasil kali antara gaya dan t waktu sentuh, namun ini bersifat menghafal rumus. Siswa memahami


(42)

hukum kekekalan momentum sebagai momentumnya nol, pemahaman ini belum tepat sehingga siswa harus mengubah struktur pemahamannya menjadi lebih sesuai. Siswa mengetahui hukum kekekalan momentum dapat terjadi pada tumbukan, namun siswa harus memberikan penjelasan mengenai jenis tumbukan yang menerapkan hukum kekekalan momentum.

c. Siswa C

Skema pemahaman diatas merepresentasikan pemahaman awal siswa C. Siswa memahami momentum sebagi hasil kali antara massa dan kecepatan. Siswa memahami momentum termasuk besaran pokok, pemahaman ini belum tepat sehingga siswa harus mengubah struktur pemahamannya menjadi lebih sesuai. Siswa belum mempunyai pemahaman awal tentang impuls, sehingga siswa harus menambahkan pemahamannya sehingga menjadi lebih


(43)

kompleks terkait impuls. Siswa memahami hukum kekekalam momentum sebagai momentum yang nilainya konstan, namun belum ada penjelasan mengenai momentum yang nilainya konstan. Siswa memahami hukum kekekalan momentum terjadi pada tumbukan, namun belum ada penjelasan tentang jenis tumbukan yang menerapkan hukum kekekalan momentum. Siswa memahami momentum itu sebagai tabrakan benda, namun siswa harus menambahkan penjelasan mengenai akibat setelah tabrakan/tumbukan.

d. Siswa D

Skema pemahaman diatas merepresantasikan pemahaman awal siswa D. Siswa memahami momentum adalah hasil bagi antara massa dan kecepatan, pemahaman ini belum tepat sehingga siswa


(44)

harus mengubah struktur pemahamannya menjadi lebih sesuai. Siswa memahami bahwa momentum termasuk besaran turunan, pemahaman ini belum lengkap sehingga siswa harus menambahkan pemahaman baru untuk melengkapi pemahaman yang sudah ada. Siswa memahami impuls sebagai usaha yang dilakukan, pemahaman ini belum tepat sehingga siswa harus mengubah struktur pemahamannya tentang impuls agar sesuai. Siswa memahami hukum kekekalan momentum adalah momentumnya tetap, belum ada penjelasan lebih lanjut tentang momentum yang nilainya tetap. Siswa mengetahui hukum kekekalan momentum dapat terjadi pada namun tumbukan, namun masih perlu penjelasan tumbukan yang menerapkan hukum kekekalan momentum. Siswa memahami tumbukan sebagai tabrakan benda yang bergerak, pemahaman ini belum lengkap sehingga masih perlu penjelasan tentang akibat tumbukan/tabrakan tersebut.


(45)

e. Siswa E

Skema pemahaman diatas merepresentasikan pemahaman awal siswa E. Siswa memahami momentum sebagai usaha yang dilakukan, pemahaman ini belum tepat sehingga siswa harus mengubah struktur pemahamannya menjadi lebih sesuai. Siswa memahami bahwa momentum termasuk besaran turunan, pemahaman ini belum lengkap sehingga siswa harus menambah pemahamannya menjadi lebih komplek dan sesuai. Siswa memahami impuls sebagai gaya, ini menunjukkan belum ada penjelasan tentang gaya yang dimaksud. Siswa memahami hukum kekekalam momentum itu sebagai momentum yang bertahan lama, pemahaman siswa ini belum jelas sehingga perlu penjelasan tentang momentumnya bertahan lama tersebut.


(46)

Berdasarkan peta konsep awal dari kelima siswa diatas, dapat diketahui bahwa pemahaman awal kelima siswa bervariasi ada pemahaman yang belum lengkap dan belum jelas, selain itu juga terdapat pemahaman siswa yang masih salah. Secara keseluruhan kelima siswa sudah memahami tumbukan walaupun belum lengkap, namun kelima siswa belum memahami momentum, impuls, hukum kekekalan momentum, hubungan momentum dan impuls, selain itu terdapat pula pemahaman yang belum jelas dan masih salah. Pemahaman awal yang paling lengkap dimiliki oleh siswa A sedangkan pemahaman yang masih kurang dimiliki siswa E, namun pemahaman siswa masih perlu penjelasan sehingga menjadi lengkap dan sesuai.

2. Perubahan Pemahaman Secara Asimilasi

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, peneliti dapat mengungkap pemahaman kelima siswa tentang momentum dan impuls. Peneliti juga mengungkap proses perubahan pemahaman siswa secara asimilasi. Pemahaman siswa berdasarkan wawancara melalui asimilasi tentang momentum dan impuls adalah sebagai berikut: a. Siswa A

Proses perubahan pemahaman siswa A melalui asimilasi tentang momentum dan impuls terdapat pada tabel dibawah ini:


(47)

Tabel 1 Proses Perubahan Pemahaman Melalui Asimilasi Siswa A:

Pemahaman Siswa Keterangan

Momentum itu dipengaruhi massa dan kecepatan benda, yang hubungannya sebanding S:mmm diam agak lama

P:Misalnya ada mobil dan truk yang bergerak ke arah mu dengan kecepatan sama besar, mana yang akan lebih sulit dihentikan?

S:Ya, truk mba, kan truk itu paling berat, kalo dilihat dari bentuknya truk lebih gede dari mobil

P:Bentuknya lebih gede itu maksudnya apanya itu?

S:bentuknya lebih gede itu berarti massa truk lebih besar daripada mobil

P:Misalnya ada dua mobil, mobil A bergerak cepat dan mobil B bergerak lebih cepat, mana yang lebih sulit dihentikan?

S: Pastilah mobil A yang lebih sulit dihentikan, kan lebih cepat daripada mobil B

P: Mobil A lebih cepat dari mobil B itu maksudnya apa? S: Mobil A memiliki kecepatan yang lebih besar daripada mobil B, sehingga lebih sulit dihentikan mba, karena semakin cepat benda bergerak akan semakin sulit untuk dihentikan. P:Momentum apa ya laila? S:Momentum itu dimana suatu benda yang memiliki massa

Peneliti memberikan ilustrasi untuk membantu siswa dalam proses mengingat faktor apa yang mempengaruhi

momentum

Pernyataan ini menunjukkan bahwa siswa sudah dapat membangun kembali

ingatannya terkait dua benda dengan kecepatan tertentu

Pernyataan ini menunjukkan bahwa siswa dapat menjelaskan pengaruh kecepatan terhadap momentum berdasarkan ilustrasi

Pernyataan ini menunjukkan bahwa siswa sudah cukup mengetahui konsep momentum walaupun belum lengkap,

Ini menunjukkan bahwa siswa sudah cukup mengetahui


(48)

yang bergerak dengan kecepatan tertentu

P:Oh gitu ya? Hubungan massa dan kecepatan dengan

momentum gimana?

S:Hubungannya massa sebanding dengan momentum begitupun dengan kecepatan. P:Oh sebanding maksudnya gimana?

S: Ya itu kalo massa benda

besar nanti hasil

momentumnya juga akan besar, kalo kecepatan juga sama mba, saat kecepatan benda semakin besar maka nanti momentumnya juga semakin besar

hubungan massa dan kecepatan dengan momentum, namun belum lengkap

Pernyataan ini menunjukkan bahwa siswa dapat memahami konsep momentum, siswa mengubah pemahamannya

Momentum termasuk besaran vektor karena mengikuti kecepatan yang termasuk besaran vektor

S:Momentum itu besaran

turunan

P:besaran turunan itu besaran yang gimana?

S:Besaran yang diturunkan ya P:Misalnya mobil bergerak dengan kecepatan 10 km/jam ke timur, besaran apa saja yang ada?

S:Ada nilai kecepatanya mba 10 km/jam

P:Lalu?

S:kan mobilnya bergerak ke timur

P:Lalu gimana, kecepatan kamu bilang punya nilai dan juga arah, kalo gitu kecepatan

Pernyataan siswa sudah benar, namun belum lengkap

Peneliti memberikan ilustrasi untuk membantu siswa


(49)

termasuk besaran apa?

S:Kalo punya nilai dan juga punya arah itu besaran vektor yak

P:Lalu gimana?

P:kalo momentum termasuk besaran apa?

S:mmm momentum, P:Momentum apa tadi la? S:Momentum itu dipengaruhi massa dan kecepatan

P:Lalu momentum termasuk besaran apa?

S:Oh, kalo gitu berarti momentum juga besaran vektor, karena ngikut kan ada kecepatannya

Siswa sudah mengetahui besaran yang dipengaruhi nilai dan arah

Peneliti mengkonfirmasi pemahaman awal siswa, untuk membantu siswa mengubah pemahamannya

Ini menunjukkan siswa sudah memahami besaran momentum, siswa mengubah

pemahamannya Hukum kekekalan momentum

yaitu momentum awal sebelum tumbukan sama dengan

momentum setelah tumbukan apabila tidak ada gaya lain yang mengganggu

S:Hukum kekekalan

momentum itu momentumnya konstan mba

P:Momentumnya konstan maksudnya gimana?

S:berarti nilai momentumnya yaitu massa yang dikalikan dengan kecepatan nanti konstan/tetap

P:Massa yang dikalikan dengan kecepatan yang mana yang konstan?

S:Massa yang dikalikan dengan kecepatan benda sebelum terjadi tumbukan itu sama nilainya dengan massa yang dikalikan dengan kecepatan benda setelah terjadi tumbukan

Ini menunjukkan bahwa siswa sudah cukup mengetahui tentang hukum kekekalam momentum, namun belum lengkap

Peneliti memberikan pertanyaan yang sesuai, untuk membantu siswa

Pernyataan ini menunjukkan siswa sudah cukup memahami tentang hukum kekekalan momentum


(50)

mba

P:Jadi hukum kekekalan momentum itu maksudnya nilai momentumnya sama?

S:Ya sama saat bendanya gerak mba

P:Kalo salah satu benda nya diam gimana?

S:mmm nda tau mba

P:Misalnya laila punya bola pingpong ni, lalu kamu lempar ke arah tembok, bola pingpong itu punya momentum ?

S:iya punya momentum mba P:Oh gitu ya, kalo setelah itu bola pingpong nabrak tembok lalu mantul dan bola pingpong bergerak ke arah kamu

melempar, punya momentum nda la?

S:Pingpong nya mantul lalu balik ke arah ku, iya mba punya P:Nilai momentum sebelum dan sesudah nabrak tembok gimana ya la sama atau beda?

S:Nilai momentumnya kayanya sama lah mba

P:Kenapa nilainya sama? S:mmm karena terjadi pada benda yang sama

P:Kamu tadi bilang kalo sebelum dan sesudah tabrakan punya momentum, ada gaya lain selain dari lemparan laila tadi? S:Kan pingpongnya mantul nah ada gaya gesek kecil kan dia mantulnya cuma bentar P:Jadi gaya geseknya berpengaruh nda la?

S:Kalo nilainya kecil jadi nda

Peneliti memberikan ilustrasi dengan bola pingpong yang dilempar ke tembok

Peneliti memberikan ilustrasi lanjutan untuk membantu siswa mengubah pemahamannya

Peneliti mengkonfirmasi pernyataan awal siswa

Peneliti menanyakan tentang nilai momentum pada bola pingpong yang dilempar tadi Pernyataan ini menunjukkan siswa sudah mengetahui bahwa gaya gesek pengaruhnya kecil sehingga diabaikan


(51)

berpengaruh mba berarti nda gaya lain mba

P:Kalo nda ada gaya lain nilai momentumnya gimana?

S:Nilai momentumnya sebelum dan sesudah tumbukan sama karena nda gaya lain yang mengganggu

bahwa siswa sudah memahami hukum kekekalan momentum, siswa mengubah

pemahamannya menjadi sesuai

Berdasarkan tabel diatas, perubahan pemahaman siswa A melalui asimilasi tentang momentum dan impuls, pemahaman awal siswa belum dapat mengingat apa-apa. Peneliti memfasilitasi siswa memberikan ilustrasi tentang dua benda yang bergerak dengan kecepatan yang sama dan dua benda yang identik bergerak dengan kecepatan tertentu. Setelah menerima ilustrasi tersebut, siswa mengetahui dan dapat menjelaskan bahwa massa dan kecepatan yang mempengaruhi momentum. Siswa memahami momentum dipengaruhi oleh massa dan kecepatan yang hubungannya sebanding. Hal ini sesuai dengan konsep sebenarnya, momentum merupakan hasil kali massa dan kecepatan (Tipler, 2001:219). Ini berarti siswa mengalami perubahan pemahaman secara asimilasi yaitu siswa mengembangkan, manambahkan persepsi baru ke dalam pola pemahamannya yang sudah ada (Suparno, 2001).

Pemahaman awal siswa sudah benar mengenai momentum termasuk besaran turunan, namun belum lengkap. Sehingga peneliti


(52)

memberikan pertanyaan dan ilustrasi untuk membantu siswa mengubah pemahamannya, selain itu peneliti juga mengkonfirmasi pernyataan siswa. Siswa memahami kecepatan termasuk besaran vektor yaitu besaran yang dipengaruhi oleh nilai dan arah. Siswa memahami bahwa momentum juga termasuk besaran vektor karena mengikuti kecepatan yang termasuk besaran vektor. Hal ini sesuai dengan konsep sebenarnya momentum termasuk besaran vektor (Tipler, 2001:219). Ini berarti siswa mengalami perubahan pemahaman melalui asimilasi tentang besaran momentum.

Siswa sudah mengetahui tentang hukum kekekalan momentum, namun saat peneliti mengkonfirmasi pernyataan yang berlawanan siswa tidak tau. Peneliti memberikan ilustrasi tentang bola pingpong yang dilempar, untuk membantu siswa mengubah pemahamannya. Selain itu peneliti juga mengkonfirmasi dan menanyakan momentum bola pingpong sebelum dan setelah bertabrakan dengan tembok. Siswa mengetahui bahwa tidak ada gaya lain yang mengganggu yang menjadi syarat hukum kekekalan momentum. Siswa mengubah pemahamannya menjadi lebih sesuai, ditunjukkan dengan “Nilai momentumnya sebelum dan sesudah tumbukan sama karena nda

gaya lain yang mengganggu”. Hal ini sesuai dengan konsep


(53)

maka momentum total sistem tetap (Tipler, 2001:221). Siswa mengalami perubahan pemahaman melalui asimilasi tentang hukum kekekalan momentum.

b. Siswa B

Proses perubahan pemahan siswa B melalui asimilasi tentang momentum dan impuls terdapat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2 Proses Perubahan Pemahaman Melalui Asimilasi Siswa B:

Pemahaman siswa Keterangan

Impuls itu sama dengan perubahan momentum, yang hubungannya sebanding S:Hubungan momentum dan

impuls sama mba

P:Sama itu maksudnya gimana? S:Maksudnya impuls itu

mempengaruhi momentum P:Mempengaruhinya gimana? S:mmm impuls kan punya gaya sama waktu, nah gaya sama waktu ini akan mempengaruhi besarnya nilai dan arah dari momentumnya

P:Hubungannya momentum dan impuls itu berdasarkan hukum II Newton, ingat nda ven Hukum II Newton?

S:Itu F = m.a, jumlah gaya nya sama dengan massa dikalikan dengan percepatan bendanya P:Oh gitu, percepatan itu apa to? S:Percepatan itu ada kecepatan awal dan kecepatan akhir tiap waktu

Pernyataan ini menunjukkan pemahaman awal siswa mengenai hubungan impuls dan momentum belum jelas

Peneliti mengingatkan siswa terkait yang menjadi dasar hubungan momentum dan impuls


(54)

P:Itu berarti apa?

S:Ada perubahan kecepatan tiap waktu

P:Lalu kalo berdasarkan hukum II Newton gimana hubungannya

S:Oh ini ∆V / ∆t dimasukkan ke a

nya mba

P:Coba gimana S:sambil nulis ini

F = m. a

F = m . ∆V / ∆t

P:Impuls tadi apa?

S:Impuls itu gaya dikalikan dengan waktu

P:oh gitu, lalu gimana? S:Berarti, gini kan ya mba

F = m. a F = m . ∆V / ∆t

F. ∆t = m . ∆V I = m. ∆V

P:Momentum tadi apa ya ven? S:Momentum itu massa dikalikan dengan kecepatan mba

P:lalu gimana lagi itu S:Oh ya, berarti

F = m. a

F = m . ∆V / ∆t F. ∆t = m . ∆V I = m. ∆V I = ∆P

P:Hubungan impuls dengan momentum apa ven?

S:Jadi hubungan momentum dengan impuls adalah impuls itu sama dengan perubahan

momentum

P:Perubahannya gimana? S:Perubahannya sebanding mba,

semakin besar perubahan momentumnya nanti nilai impulsnya juga besar

Siswa mulai mengingat kembali pemahaman yang telah dimilikinya

Pernyataan ini menunjukkan bahwa siswa sudah

mengetahui hubungan impuls dan momentum


(55)

Pemahaman awal siswa tentang hubungan momentum dan impuls yaitu sama, pemahaman ini belum jelas menunjukkan apa, siswa harus menjelaskan tentang hubungan momentum dan impuls sama apa. Peneliti membantu siswa dengan memberikan clue tentang hukum Newton yang menjadi dasar penjelasan hubungan antara momentum dan impuls. Siswa dapat mengingat dan menjelaskan hubungan momentum dan impuls berdasarkan hukum Newton. Siswa memahami hubungan momentum dan impuls

ditunjukkan dengan “semakin besar perubahan momentumnya

nanti nilai impulsnya juga besar”. Hal ini sesuai dengan konsep sebenarnya impuls merupakan perubahan momentum (Tipler, 2001:242). Ini menunjukkan siswa mengalami perubahan pemahaman melalui asimilasi yaitu menambahkan pemahaman baru ke dalam pola pemahamannya sehingga menjadi sesuai (Suparno: 1997).

c. Siswa C

Proses perubahan pemahan siswa C melalui asimilasi tentang momentum dan impuls terdapat pada tabel dibawah ini:


(56)

Pemahaman siswa Keterangan Impuls berarti gaya yang

diberikan selama waktu sentuh kedua benda yang hubungannya sebanding

S:Iya mba, impuls itu mmm(diam agak lama) oya

impuls itu pokoknya lambangnya I

P:Misalnya sebuah tim sepak bola agar dapat menang dalam sebuah pertandingan, apa yang mereka lakukan?

S:Ya itu pemain sepak bolanya menendang sekencang –

kencangnya dan cepat kegawang lawan lalu ntar bolanya gol

P:Menendang sekencang – kencang dan cepat itu berarti apa?

S:Menendang, jadinya pemain bola memberi dorongan mba P:Dorongan itu apa to? S:Ya dorongan nantikan bolanya bergerak

P:Yang menyebabkan bolanya bergerak apa?

S:Oh, yang menyebabkan benda bergerak kan gaya mba, nah kan karena ada dorongan berupa dari kaki pemain bola makanya bolanya bergerak, kalo cepat berarti waktu sentuhnya singkat P:Impuls itu apa?

S:Impuls Itu berarti gaya yang diberikan dikalikan dengan waktu yang singkat selama memberikan gaya mba

Siswa belum memahami impuls, pernyataan siswa ini belum jelas menunjukkan apa

Peneliti memberikan ilustrasi untuk membantu siswa

mengingat kembali pemahaman siswa

Pernyataan ini berupa penjelasan dari pertanyaan peneliti

Pernyataan ini menunjukkan siswa sudah mengetahui gaya dan waktu sentuh mempengaruhi impuls

Siswa memahami impuls sebagai hasil kasil gaya dan waktu sentuhnya, siswa mengembangkan

pemahamannya menjadi lebih komplek


(57)

Pemahaman siswa tentang impuls sudah benar, namun masih bersifat menghafal. Peneliti memberikan ilustrasi, pertanyaan yang sesuai dan mendalam disertai konfirmasi untuk membantu siswa mengubah pemahamannya, sehingga siswa mengetahui gaya dan waktu sentuh mempengaruhi impuls. Siswa mengubah pemahamannya

menjadi lebih tepat, ini ditunjukkan dengan “Impuls Itu berarti gaya

yang diberikan dikalikan dengan waktu yang singkat”. Hal ini sesuai dengan konsep sebenarnya impuls merupakan hasil kali gaya dangan waktu sentuhnya (Tipler, 2001:242). Ini berarti siswa mengalami perubahan skema kognitif melalui asimilasi, yaitu menambahkan pemahaman atau persepsi yang sesuai kedalam pola pemahamannya (Suparno, 1997).

d. Siswa D

Proses perubahan pemahan siswa D melalui asimilasi tentang momentum dan impuls terdapat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4 Proses Perubahan Pemahaman Melalui Asimilasi Siswa D:

Pemahaman siswa Keterangan

Momentum termasuk besaran vektor karena mengikuti kecepatan yang termasuk besaran vektor

Pemahaman awal siswa mengenai besaran momentum sudah benar namun belum


(58)

S:Momentum itu termasuk besaran turunan

P:Besaran turunan besaran yang gimana?

S:Besaran turunan itu

besaran yang punya nilai dan arah atau nilai dan jarak aku

lupa

P:Misalnya sebuah motor bergerak dengan kecepatan 10 km/jam kearah timur,

menurutmu ada besaran apa saja?

S:Ada km/jam besaran turunan, lalu ada kecepatan besarnya 10 km/jam, lalu kecepatan punya arah mba P:Oh gitu ya kecepatan punya nilai dan punya arah ya, kecepatan termasuk besaran apa?

S:mmm(diam agak lama) kayanya antara besaran skalar dan vektor mba

P:Besaran skalar besaran yang gimana? besaran vektor

besaran yang gimana?

S:Oh iya mba kalo besaran vektor itu dipengaruhi arah kalo besaran skalar itu yang nda dipengaruhi arah

P:Lalu kecepatan tadi termasuk besaran apa? S:Kan tadi kecepatan punya nilai dan punya arah berarti kecepatan termasuk vektor mba P:Kalo momentum termasuk besaran apa?

S:Kayanya momentum termasuk besaran vektor P:Kenapa momentum termasuk

lengkap

Siswa masih mempertahankan pemahamannya yang belum tepat

Peneliti memberikan ilustrasi nyata terkait benda yang bergerak dengan kecepatan tertentu

Siswa berusaha mengingat kembali pemahamannya

Ini menunjukkan siswa sudah mengetahui tentang besaran vektor

Peneliti mengkonfirmasi mengenai momentum termasuk besaran apa

Siswa susdah memahami bahwa momentum termasuk besaran vektor, siswa mengubah


(59)

besaran vektor?

S:Kan besaran momentum itu ngikutin kecepatannya mba, karena kecepatan termasuk besaran vektor jadi

momentum termasuk besaran vektor

pemahaman

Impuls gaya yang diberikan pada benda selama waktu sentuh yang hubungannya sebanding

S:Impuls itu gaya yang diberikan dipengaruhi waktu

P:Impuls itu ada gaya dan waktu, hubungannya dengan impuls gimana?

S:Mba bingung aku

P:Misalnya kamu punya palu mau memasukkan paku ni kedalam kayu ni, gimana? S:Pakunya dipukul – pukul pake palu mba

P:Dipukul- pukulnya gimana? S:Dipukul-pukulnya keras tapi cepat – cepat mba

P:Dipukul keras itu maksudnya apa?

S:Ada gaya yang mendorong paku kedalam kayu dari palu yang tadi dipukul-pukul mba P:Tadi kamu bilang selain dipukul keras juga dengan cepat-cepat itu maksudnya apa?

S:mmm(diam sejenak) itu palunya pas mukul paku kan keras ni berarti gayanya besar lalu dilakukan dengan cepat berarti waktu sentuh si palu dengan paku singkat

P:Oh gitu ya, pakunya diberi

Pemahaman siswa mengenai impuls sudah benar, namun belum sepenuhnya lengkap

Peneliti memberikan ilustrasi tentang paku yang dipukul dengan palu

Pernyataan ini menunjukkan siswa mengetahui bahwa gaya dan waktu sentuh mempengaruhi impuls


(60)

gaya yang besar dengan waktu sentuh paku dan palu singkat P:Impuls itu apa?

S:Berarti kalo gitu gaya yang diberikan dan waktu

sentuhnya cepat itu sebanding mba dengan impuls kan ya

Siswa sudah memahami impuls dan hubungan gaya dan waktu sentuh, siswa menambahkan pemahaman baru kedelam pola pemahamannya yang sudah ada

Siswa memahami momentum termasuk besaran turunan sudah benar namun belum lengkap, ditunjukkan dengan “Momentum itu

termasuk besaran turunan”. Peneliti memberikan pertanyaan yang sesuai dan ilustrasi tentang benda yang bergerak dengan kecepatan tertentu, untuk membantu siswa mengembangkan pemahamannya menjadi lebih sesuai. Siswa mengetahui besaran vektor memiliki nilai dan juga arah, siswa mengubah pemahamannya menjadi lebih lengkap,

ini ditunjukkan dengan “momentum juga termasuk besaran vektor

karena mengikuti kecepatan yang termasuk besaran vektor”. Hal ini sesuai dengan konsep sebenarnya, momentum termasuk besaran vektor (Tipler, 2001:219). Siswa mengalami perubahan pemahaman melalui asimilasi, yaitu menambahkan pemahaman atau persepsi baru ke dalam pola pemahaman yang sudah ada, buka mengubah pola pemahaman (Suparno, 1997).

Pemahaman awal siswa tentang impuls sudah benar namun belum lengkap, peneliti memberikan ilustrasi tentang paku yang


(61)

dipukul dengan palu, untuk membantu siswa mengembangkan pemahamannya. Selain itu peneliti mengkonfirmasi pernyataan siswa agar mengetahui bahwa siswa yakin dengan pernyataannya. Siswa mengetahui gaya dan waktu sentuh mempengaruhi impuls, dimana hubungannya sebanding. Hal ini sesuai dengan konsep sebenarnya, impuls merupakan hasil kali gaya yang diberikan dengan waktu sentuhnya (Tipler, 2001:242). Ini menunjukkan bahwa siswa mengalami perubahan pemahaman melalui asimilasi yaitu siswa mengembangkan, menambahkan pemahaman atau persepsi baru bukan mengubah struktur yang sudah ada ke dalam pola pemahamannya (Suparno, 1997).

e. Siswa E

Proses perubahan pemahan siswa E melalui asimilasi tentang momentum dan impuls terdapat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5 Proses Perubahan Pemahaman Melalui Asimilasi Siswa E

Pemahaman siswa Keterangan

Momentum itu termasuk besaran turunan dan besaran vektor karena mengikuti kecepatan

S:mmm momentum itu termasuk besaran turunan

Pernyataan siswa tentang besaran momentum ini sudah


(62)

kayak nya

P:Besaran turunan itu besaran yang gimana?

S:Besaran yang dari besaran pokok

P:Kalo misalnya ada sebuah motor yang bergerak dengan kecepatan 10 km/jam ke arah timur nih, besaran apa saja yang ada?

S:Itu kan motornya bergerak dengan kecepatan 10 km/jam lalu ke arah timur

P:Kecepatan punya nilai dan punya arah gitu ya? Kalo ada nilai dan juga arah berarti kecepatan termasuk besaran apa?

S:Iya gitu mba, kalo nda salah besaran yang punya nilai dan juga arah itu besaran vektor, kalo gitu berarti kecepatan termasuk besaran vektor kan ya mba

P:Momentum termasuk besaran apa van?

S:Oh momentum berarti juga termasuk besaran vektor mba P:Kenapa kok termasuk besaran vektor?

S:Momentum kan massa benda yang dikalikan dengan

kecepatannya, tadi kan kecepatan itu termasuk besaran vektor nah kalo gitu berarti momentum juga besaran vektor karena ada kecepatannya

benar namun belum lengkap

Peneliti memberikan ilustrasi untuk membantu siswa mengubah pemahamannya menjadi lebih komplek

Siswa sudah mengetahui bahwa kecepatan termasuk besaran vektor

Peneliti memberikan pertanyaan tentang besaran momentum

Pernyataan ini berarti siswa sudah memahami besaran momentum, siswa juga mengubah pemahamannya

Impuls itu gaya yang diberikan pada benda dalam waktu sentuh


(63)

yang singkat, yang mana hubungannya sebanding

S:mmm mungkin yang mempengaruhi impuls gaya mba

P:Gaya yang bagaimana ni? S:Gaya yang gimana ya hehe P:Misalnya ivana mau memasukkan paku kedalam kayu ni pake palu, gimana caranya?

S:Kalo mau memasukkan paku kedalam kayu ya pakunya dipukul yang kencang pake palu tapi dengan cepat supaya pakunya cepat masuk kedalam kayu

P:Dipukul dengan kencang berarti apa?

S:Usaha mukulnya ngasi gaya ke pakunya

P:Gaya yang diterima paku gimana?

S:Kan dipukulnya kencang berarti gaya yang diberikan besar ya mba

P:Tadi kan kamu bilang

pakunya dipukul yang kencang tapi dengan cepat, dengan cepat ini maksudnya gimana?

S:Kan dipukul dengan cepat berarti waktu sentuh antara palu dengan paku itu singkat P:Impuls apa ya van?

S:Impuls adalah gaya yang diberikan pada benda dalam waktu yang singkat

P:Hubungan gaya dan waktu sentuhnya gimana?

S:Kayanya hubungannya sebanding mba

Siswa sudah mengetahui bahwa gaya mempengaruhi impuls namun belum lengkap

Peneliti membarikan ilustrasi untuk membantu siswa mengubah pemahamannya

Peneliti memberikan pertanyaan lanjutan untuk membantu siswa mengubah pemahamannya

Siswa sudah cukup mengetahui faktor yang mempengaruhi impuls


(64)

P:Oh gitu ya, hubungannya sebanding maksudnya gimana?

S:Iya mba, kalo misalnya gaya yang diberikan besar dalam waktu yang singkat nah nanti nilai impulsnya juga semakin besar gitu

Pernyataan ini menunjukkan siswa sudah memahami tentang impuls, siswa mengubah

pemahamannya

Pemahaman awal siswa tentang besaran momentum sudah

benar namun belum lengkap, ditunjukkan dengan “momentum itu

termasuk besaran turunan”. Peneliti memberikan ilustrasi tentang benda yang bergerak dengan kecepatan tertentu, selain itu juga disertai dengan pertanyaan yang sesuai dan mendalam. Siswa mengetahui besaran yang punya nilai dan juga arah yaitu besaran vektor. Siswa memahami momentum termasuk besaran vektor, ini ditunjukkan

dengan “berarti momentum juga besaran vektor karena ada

kecepatannya”. Hal ini sesuai dengan konsep sebenarnya, momentum

termasuk besaran vektor (Tipler, 2001:219). Ini berarti siswa mengalami perubahan pemahaman melalui asimilasi, yaitu siswa menambahkan pemahaman atau persepsi baru ke dalam pola pemahaman yang sudah ada (Suparno, 1997).

Siswa memahami impuls dipengaruhi oleh gaya, pernyataan ini sudah benar namun belum lengkap. Peneliti memfasilitasi siswa


(65)

dengan ilustrasi tentang palu untuk memasukkan paku ke dalam kayu, di samping itu juga peneliti memberikan pertanyaan yang sesuai dan juga mendalam, untuk membantu siswa mengembangkan pemahamannya. Siswa memahami impuls ditunjukkan dengan

impuls dipengaruhi gaya dan waktu sentuh dimana hubungannya

sebanding”, ini berarti siswa mengembangkan pemahamannya menjadi lebih sesuai, siswa mengalami perubahan skema kognitif melalui asimilasi.

Berdasarkan analisis dan pembahasan dari perubahan pemahaman melalui asimilasi kelima siswa, dapat diketahui bahwa kelima siswa mengalami perubahan pemahaman melalui asimilasi. Siswa A mengalami perubahan pemahaman melalui asimilasi tentang momentum, besaran momentum, dan hukum kekekalan momentum. Siswa B mengalami perubahan pemahaman melalui asimilasi tentang hubungan antara momentum dan impuls. Siswa C mengalami perubahan pemahaman melalui asimilasi tentang impuls. Siswa D dan E mengalami perubahan pemahaman melalui asimilasi tentang besaran momentum, dan impuls. Perubahan pemahaman terjadi melalui wawancara klinis dengan melibatkan pemberian ilustrasi nyata, pertanyaan – pertanyaan yang sesuai dan bersifat mendalam yang disertai dengan konfirmasi. Asimilasi adalah suatu proses dimana


(66)

individu mengintegrasikan, menambahkan persepsi, pemahaman baru kedalam pola pemahamannya yang sudah ada (Suparno, 1997).

3. Perubahan Pemahaman Secara Akomodasi

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, peneliti dapat mengungkap pemahaman kelima siswa melaui akomodasi tentang momentum dan impuls. Peneliti juga mengungkap proses perubahan pemahaman siswa melalui akomodasi ketika diberi pertanyaan, ilustrasi dan konfirmasi. Perubahan pemahaman siswa melalui akomodasi tentang momentum dan impuls berdasarkan wawancara adalah sebagai berikut:

a. Siswa A

Proses perubahan pemahan siswa A melalui akomodasi tentang momentum dan impuls terdapat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1 Proses Perubahan Pemahaman Melalui Akomodasi Siswa A

Pemahaman siswa Keterangan

Impuls itu dipengaruhi gaya F dan waktu sentuhnya, dimana hubungannya sebanding


(67)

S:Impuls itu I=F. t

P:Itu gimana maksudnya?F itu apa, t itu apa?lalu hubungan dengan impuls gimana?

S:F itu gaya lalu t itu waktu sentuh, lalu hubungannya sebanding dengan impuls P:Oh gitu, sebanding maksudnya gimana?

S:Kalo gaya nya besar dan

waktu sentuh nya lama nanti impulsnya besar

P:Oh gitu, kalo misalnya gaya nya besar, tapi waktu sentuhnya cuma sebentar punya impuls nda?

S:mmm punya impuls tapi kecil mba

P:Misalnya kamu mau memasukkan paku kedalam kayu,kan pake palu itu gimana caranya?

S:Kalo nda salah itu palunya dipukul yang kencang ke pakunya dan cepat

P:Dipukul yang kencang palunya dan cepat maksudnya gimana?

S:Oh itu kalo kenceng kan nanti gayanya besar, tapi cepat P:Cepat, gimana maksudnya? S:Berarti waktu sentuhnya cuma bentar, waktunya singkat

gitu

P:Lalu impuls apa?

S:Impuls itu hasil kali antara gaya F dan waktu sentuh

P:Syarat terjadi impuls apa?

S:Ada gaya yang diberikan dalam waktu yang singkat

Ini menunjukkan siswa sudah cukup mengetahui impuls, walaupun belum lengkap

Pernyataan terkait waktu sentuh yang harus besar ini belum tepat Peneliti menanyakan pertanyaan yang berlawanan dengan pernyataan siswa

Ini menunjukkan bahwa pernyataan siswa belum tepat Peneliti memberikan ilustrasi, untuk membantu siswa mengubah pemahamannya Pernyataan ini siswa dapat menjelaskan terkait dengan ilustrasi

Ini menunjukkan siswa mengubah pemahamannya tentang konsep dan faktor yang mempengaruhi impuls


(68)

Pernyataan siswa tentang impuls sudah benar namun pernyataan tersebut belum lengkap dan bersifat menghafal. Peneliti memberikan pertanyaan untuk membantu siswa mengembangkan pemahamannya, selain itu peneliti menanyakan pertanyaan yang berlawanan dengan pernyataan siswa, pernyataan siswa kemudian menjadi salah hal ini dikarenakan terjadi konflik kognitif dalam

diri siswa ditunjukkan dengan “Kalo gaya nya besar dan waktu sentuhnya lama nanti nilai momentumnya besar” . Peneliti memfasilitasi siswa dengan memberikan ilustrasi tentang paku dan palu untuk membantu siswa mengubah pemahamannya. Siswa memahami bahwa impuls dipengaruhi gaya dan waktu sentuh yang singkat, siswa mengubah pemahamannya menjadi sesuai,

ditunjukkan dengan “Ada gaya yang diberikan dalam waktu yang singkat sehingga impulsnya besar. Hal ini sesuai dengan konsep sebenarnya, impuls merupakan hasil kali gaya yang diberikan dengan waktu sentuh (Tipler, 2001:242). Ini berarti siswa mengalami perubahan pemahaman melalui akomodasi, yaitu membentuk, memodifikasi pemahaman atau persepsi baru sehingga lebih cocok (Suparno, 1997).


(69)

b. Siswa B

Proses perubahan pemahaman siswa B melalui akomodasi tentang momentum dan impuls terdapat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2 Proses Perubahan Pemahaman Melalui Akomodasi Siswa B

Pemahaman siswa Keterangan

Massa dan kecepatan mempengaruhi momentum, yang hubungannya sebanding S: Momentum itu tergantung massa dan kecepatan

P:Maksudnnya tergantung gimana?

S:Ya berarti mempengaruhi momentum, kalo massanya

besar, nanti momentumnya kecil

P:Nilai momentumnya kecil kenapa?

S:Ya kalo massa bendanya semakin besar, momentumnya semakin kecil

P: kalo ada 2 buah motor, motor A bergerak cepat sedangkan motor B bergerak lebih cepat, menurutmu yang paling sulit dihentikan yang mana?

S:Motor B, karena bergerak lebih cepat

P:Motor B bergerak lebih cepat itu maksudnya gimana?

S: Berarti motor B itu

Pernyataan siswa tersebut sudah benar, namun belum lengkap

Pernyataan siswa terkait pengaruh massa terhadap momentum tersebut belum tepat

Peneliti memberikan ilustrasi untuk membantu siswa mengubah pemahamannya

Pernyataan siswa sudah benar, ilustrasi yang diberikan dapat membawa ingatan siswa


(70)

kecepatannya lebih gede P:Misalnya ada mobil dan truk ni bergerak kearah mu dengan kecepatan yang sama,

menurutmu yang paling sulit dihentikan yang mana? S:Yang paling sulit dihentikan itu truk, itu kan truk, jadi lebih gede mba

P:Truk lebih gede maksudnya gimana?

S:Berarti truk itu massanya lebih besar dari mobil,

makanya paling sulit dihentikan P:Tadi diawal kamu bilang momentum itu tergantung massa dan kecepatan ya? S:Iya, momentum itu tergantung massa bendanya dan kecepatan nya

P:Hubungan massa dan kecepatan dengan momentum itu gimana?

S:Eh, kalo gitu, berarti tadi massa yang besardan

kecepatan benda yang besar itu sama-sama sulit untuk

dihentikan

P:Lalu kalo begitu hubungannya gimana? S:Berarti hubungannya sebanding

P:Hubungannya sebanding maksudnya gimana?

S:Eh jadinya kalo massa benda dan kecepatannya gede nanti momentumnya gede

Peneliti memberikan ilustrasi lanjutan untuk membantu siswa mengubah pemahamannya

Peneliti mengkonfirmasi

pemahaman awal siswa peneliti memberikan pertanyaan untuk mengubah pamahamannya

Pernyataan siswa sudah benar terkait pengaruh hubungan massa dan kecepatan terhadap momentum

Siswa sudah mengetahui hubungan massa dan kecepatan dengan momentum

Pernyataan ini siswa menunjukkan bahwa siswa sudah memahami momentum , siswa mengubah

pemahamannya Momentum itu termasuk


(71)

mengikuti kecepatan yang merupakan besaran vektor S:Momentum itu termasuk

besaran skalar

P:Besaran skalar itu besaran yang bagaimana?

S:Besaran skalar itu punya nilai

P:Ada sebuah motor bergerak dengan kecepatan 10 km/jam berbelok kearah timur untuk menghindari kemacetan, ada besaran apa saja ven?

S: Ada massa motor lalu nilai kecepatannya 10 km/jam, lalu punya arah juga kearah timur tadi

P:Besaran yang punya nilai juga punya arah apa ven? S:Kan tadi besaran yang punya nilai itu besaran skalar berarti kalau besaran yang punya nilai juga punya arah berarti

besaran non skalar hehe P:Tadi kamu bilang besaran skalar itu besaran yang punya nilai berarti kalo besaran non skalar besaran yang tidak punya nilai?

S: Eh, bukan mba aku ingat kalo besaran yang dipengaruhi nilai saja kan besaran skalar,

kalo besaran yang dipengaruhi nilai dan juga arah itu besaran vektor

P:Kamu tadi kan bilang

kecepatan punya nilai dan juga punya arah, lalu gimana? S:Berarti kecepatan termasuk besaran vektor

P:Momentum termasuk besaran

Pernyataan siswa terkait besaran momentum ini belum tepat

Peneliti memberikan ilustrasi terkait benda yang bergerak dengan kecepatan tertentu

Pernyataan siswa sudah benar, namun belum sepenuhnya lengkap, sehingga peneliti memberikan pertanyaan

Peneliti mengkonfirmasi pernyataan siswa agar

mengetahui bahwa siswa yakin dengan pernyataannya

Pernyataan ini menunjukkan siswa mengalami konflik kognitif, sehingga siswa mengubah pemahamannya

Peneliti mengkonfirmasi kembali penyataan siswa pada awal

Pernyataan ini menunjukkan bahwa siswa memahami momentum termasuk besaran


(72)

apa?

S:Kalo begitu momentum juga termasuk besaran vektor ya, karena mengikuti kecepatan yang merupakan besaran vektor

vektor

Siswa mengalami perubahan pemahaman terkait momentum secara akomodasi

Impuls dipengaruhi gaya dan waktu sentuh yang

hubungannya sebanding S:Impuls itu dipengaruhi gaya dan juga waktu

P:Gaya yang mempengaruhi impuls itu gimana?

S:Gayanya harus besar besar

dan waktunya juga lama

P:Gayanya harus besar dan waktunya lama kenapa, kalo gayanya kecil dan waktunya singkat ada pengaruhnya terhadap impuls?

S:Kalo gayanya besar nanti kan impulnya besar, begitu juga dengan waktu

P:Lalu impuls itu apa?

S:Impuls itu gaya dibagi waktu sentuhnya

P:Kamu pernah lihat orang memasukkan paku kedalam kayu kan, itu gimana?

S:Kalo mau memasukkan paku ya dipukul yang keras mba tapi waktu sentuh palu ke pakunya Cuma sebentar kan ya

P:Oh gitu, lalu maksudnya itu gimana?

S:Kalo dipukul yang keras itu

berarti gaya nya gede dan eh waktu sentuhnya singkat

Pernyataan siswa ini

menunjukkan bahwa benar namun belum lengkap, sehingga peneliti memberikan pertanyaan lanjutan

Peneliti memberikan pertanyaan yang berlawanan dengan

pernyataan siswa

Siswa masih mempertahankan pemahamannya yang salah Peneliti memberikan ilustrasi untuk membantu siswa mengubah pemahamannya Pernyataan ini sudah benar dan menunjukkan bahwa siswa dapat membangun kembali ingatannya


(73)

P:Lalu gimana?

S:Berarti impuls itu

dipengaruhi gaya dan waktu sentuh, berarti hubungannya sebanding dengan impuls kan ya mba

Pernyataan ini menunjukkan bahwa siswa memahami konsep impuls, siswa mengubah

pemahamannya menjadi sesuai

Hukum kekekalan momentum nilai momentum benda sebelum tabrakan sama dengan nilai momentumnya setelah tabrakan karena tidah ada gaya lain yang menggangu

S:Hukum kekekalan

momentum itu momentumnya sama dengan nol

P:Kenapa kok sama dengan nol?

S:mmm nda tau mba, bingung aku

P:Kamu bilang hukum kekekalan momentum,

momentumnya nol, itu gimana? S:mmm kenapa ya mba

P:Misalnya ada dua motor begerak ni dijalan Ringroad, punya momentum nda kedua motor itu?

S:Motor bergerak dua duanya punya momentum mba

P:Kemudian kedua motor itu bertemu diperempatan jombor, lalu tabrakan sekarang apakah kedua motor itu punya

momentum?

S:Setelah tabrakan ya momentum kedua motor nol

mba

P:kenapa bisa nol?

S:Kan mereka bergerak ni, lalu

Pernyataan ini belum tepat, siswa belum mengetahui hukum kekakalan momentum

Peneliti memberikan ilustrasi untuk membantu siswa mengubah pemahamannya

Siswa tetap mempertahankan pemahamannya yang salah


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)