Pengaruh metode pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif produk pada bahasan GLB dan GLBB kelas X SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta.

(1)

vii ABSTRAK ABSTRAKABSTRAKABSTRAK

PENGARUH PENGARUH

PENGARUHPENGARUH METODEMETODEMETODEMETODE PEMBELAJARANPEMBELAJARANPEMBELAJARANPEMBELAJARAN KOOPERATIFKOOPERATIF TIPEKOOPERATIFKOOPERATIFTIPETIPETIPE STADSTADSTADSTAD TERHADAP

TERHADAPTERHADAPTERHADAP PRESTASIPRESTASIPRESTASIPRESTASI BELAJARBELAJARBELAJARBELAJAR SISWASISWA ASPEKSISWASISWAASPEKASPEKASPEK KOGNITIFKOGNITIFKOGNITIFKOGNITIF PRODUKPRODUKPRODUKPRODUK PADA

PADAPADAPADA BAHASANBAHASANBAHASANBAHASAN GLBGLBGLBGLB DANDANDANDAN GLBBGLBBGLBBGLBB KELASKELASKELASKELAS XXXX SMASMASMASMA NEGERINEGERINEGERINEGERI 2222 NGAGLIK

NGAGLIK NGAGLIK

NGAGLIK SLEMANSLEMANSLEMANSLEMAN YOGYAKARTAYOGYAKARTAYOGYAKARTAYOGYAKARTA

Leo Ricardo Petrus Sinabariba Universitas Sanata Dharma

2013

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan prestasi belajar siswa menggunakan pembelajaran kooperatif tipe student team-achievement division (STAD), meningkatkan keterlibatan siswa di dalam kelas dan meningkatkan antusiasme siswa pada saat belajar.

Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta. Sedangkan sampel yang diambil adalah kelas X6 (sebanyak 32 siswa) sebagai kelas eksperimen dan X5 (sebanyak 32 siswa) sebagai kelas kontrol.

Analisis dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16. Data hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa untuk uji dua sisi, angka probabilitas (0,000/2=0,000) lebih kecil dari tingkat signifikan uji dua sisi (0,05/2=0,025). Dengan demikian disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada bahasan GLB dan GLBB. Data hasil analisis keterlibatan siswa menunjukkan bahwa keterlibatan siswa di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan keterlibatan siswa di kelas kontrol. Keterlibatan siswa dikelas eksperimen tergolong baik dan keterlibatan siswa di kelas kontrol tergolong cukup baik. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD mendapat tanggapan yang positif dari siswa SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta


(2)

viii ABSTRACT ABSTRACT ABSTRACT ABSTRACT

T

TTTHEHEHEHE INFLUENCEINFLUENCEINFLUENCEINFLUENCE OFOFOFOF CCCOOPERATIVECOOPERATIVEOOPERATIVEOOPERATIVE LEARNINGLEARNINGLEARNINGLEARNING METHODMETHODMETHODMETHOD TYPETYPETYPETYPE SSSSTADTADTADTAD TOWARDSTOWARDSTOWARDSTOWARDS THETHETHETHE ACHIEVEMENTACHIEVEMENT OFACHIEVEMENTACHIEVEMENTOFOFOF STUDENTSSTUDENTSSTUDENTSSTUDENTS THROUGHTHROUGHTHROUGHTHROUGH

THE THE THE

THE PRODUCTPRODUCTPRODUCTPRODUCT OFOFOFOF COGNITIVECOGNITIVECOGNITIVECOGNITIVE ASPECTASPECT BASEDASPECTASPECTBASEDBASEDBASED ONONONON THETHETHETHE DISCUSSION

DISCUSSION DISCUSSION

DISCUSSION OFOFOFOF GLBGLBGLBGLB ANDANDANDAND GLBBGLBBGLBBGLBB ATATATAT THETHE 10THETHE101010THTHTHTH GRADE OFGRADEGRADEGRADEOFOFOF SMASMASMASMA NEGERI

NEGERI

NEGERINEGERI 2222 NGAGLIKNGAGLIKNGAGLIKNGAGLIK SLEMANSLEMANSLEMANSLEMAN YOGYAKARTAYOGYAKARTAYOGYAKARTAYOGYAKARTA

Leo Ricardo Petrus Sinabariba Sanata Dharma University

2013

The research was aimed to improve student achievement using cooperative learning type student-team-achievement division (STAD), designed to increase student’s involvement in class as well as their enthusiasm when studying.

This research's population was students of SMAN 2 Ngaglik Sleman, Yogyakarta. The sample of the experiment was student of class X6 (32 students) as an experimental class and X5 (32 students) as a control class.

The analysis is done by using an SPSS program, the 16th version. Statistical data revealed that two-tailed test, the probability number (0.000/2=0.000) is smaller than the significant level two-tailed test (0.05/2=0.025). So it is concluded that cooperative learning type STAD was proved to increase student achievement in the discussion of GLB and GLBB. The resulting analytical data reveals that student’s involvement in experimental class is better than the control class. Student’s involvement in experimental class is considered as good while in controlled class as good enough. The results of the analysis also prove that cooperative learning type STAD received positive approval by the students of SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta.


(3)

PENGARUH

PENGARUH

PENGARUH

PENGARUH METODE

METODE

METODE

METODE PEMBELAJARAN

PEMBELAJARAN

PEMBELAJARAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

KOOPERATIF

KOOPERATIF

KOOPERATIF

TIPE

TIPE

TIPE

TIPE STAD

STAD

STAD

STAD TERHADAP

TERHADAP

TERHADAP

TERHADAP PRESTASI

PRESTASI BELAJAR

PRESTASI

PRESTASI

BELAJAR

BELAJAR

BELAJAR SISWA

SISWA

SISWA

SISWA ASPEK

ASPEK

ASPEK

ASPEK

KOGNITIF

KOGNITIF

KOGNITIF

KOGNITIF PRODUK

PRODUK

PRODUK

PRODUK PADA

PADA

PADA

PADA BAHASAN

BAHASAN

BAHASAN GLB

BAHASAN

GLB

GLB

GLB DAN

DAN

DAN

DAN GLBB

GLBB

GLBB

GLBB

KELAS

KELAS

KELAS

KELAS X

X

X

X SMA

SMA

SMA

SMA NEGERI

NEGERI

NEGERI

NEGERI 2222 NGAGLIK

NGAGLIK

NGAGLIK

NGAGLIK SLEMAN

SLEMAN

SLEMAN

SLEMAN

YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

SKRIPSI SKRIPSI SKRIPSI SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Leo Ricardo Petrus Sinabariba NIM: 081424017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STAD TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA ASPEK

KOGNITIF PRODUK PADA BAHASAN GLB DAN GLBB

KELAS X SMA NEGERI 2 NGAGLIK SLEMAN

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Leo Ricardo Petrus Sinabariba NIM: 081424017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

iii

My Motto : Ia akan mengenakan karangan bunga yang indah di kepalamu, mahkota yang indah akan dikaruniakannya kepadamu (Amsal 4:9). Ketika Anda menghadapi kesulitan dan rintangan, janganlah mencoba untuk melawannya tetapi taklukan dengan kelembutan dan waktu (St. Francis De Sales)

Dengan penuh kasih kupersembahkan skripsi ini untuk: Bapaku yang di surga Yesus Kristus

Kedua orang tuaku : A. J. Sinabariba dan R. Br. Sihotang Abangku, Kakakku serta Adikku

Bapak A. Atmadi


(7)

(8)

(9)

(10)

vii ABSTRAK ABSTRAKABSTRAKABSTRAK

PENGARUH PENGARUH

PENGARUHPENGARUH METODEMETODEMETODEMETODE PEMBELAJARANPEMBELAJARANPEMBELAJARANPEMBELAJARAN KOOPERATIFKOOPERATIF TIPEKOOPERATIFKOOPERATIFTIPETIPETIPE STADSTADSTADSTAD TERHADAP

TERHADAPTERHADAPTERHADAP PRESTASIPRESTASIPRESTASIPRESTASI BELAJARBELAJARBELAJARBELAJAR SISWASISWA ASPEKSISWASISWAASPEKASPEKASPEK KOGNITIFKOGNITIFKOGNITIFKOGNITIF PRODUKPRODUKPRODUKPRODUK PADA

PADAPADAPADA BAHASANBAHASANBAHASANBAHASAN GLBGLBGLBGLB DANDANDANDAN GLBBGLBBGLBBGLBB KELASKELASKELASKELAS XXXX SMASMASMASMA NEGERINEGERINEGERINEGERI 2222 NGAGLIK

NGAGLIK NGAGLIK

NGAGLIK SLEMANSLEMANSLEMANSLEMAN YOGYAKARTAYOGYAKARTAYOGYAKARTAYOGYAKARTA

Leo Ricardo Petrus Sinabariba Universitas Sanata Dharma

2013

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan prestasi belajar siswa menggunakan pembelajaran kooperatif tipe student team-achievement division (STAD), meningkatkan keterlibatan siswa di dalam kelas dan meningkatkan antusiasme siswa pada saat belajar.

Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta. Sedangkan sampel yang diambil adalah kelas X6 (sebanyak 32 siswa) sebagai kelas eksperimen dan X5 (sebanyak 32 siswa) sebagai kelas kontrol.

Analisis dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16. Data hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa untuk uji dua sisi, angka probabilitas (0,000/2=0,000) lebih kecil dari tingkat signifikan uji dua sisi (0,05/2=0,025). Dengan demikian disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada bahasan GLB dan GLBB. Data hasil analisis keterlibatan siswa menunjukkan bahwa keterlibatan siswa di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan keterlibatan siswa di kelas kontrol. Keterlibatan siswa dikelas eksperimen tergolong baik dan keterlibatan siswa di kelas kontrol tergolong cukup baik. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD mendapat tanggapan yang positif dari siswa SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta


(11)

viii ABSTRACT ABSTRACT ABSTRACT ABSTRACT

T

TTTHEHEHEHE INFLUENCEINFLUENCEINFLUENCEINFLUENCE OFOFOFOF CCCOOPERATIVECOOPERATIVEOOPERATIVEOOPERATIVE LEARNINGLEARNINGLEARNINGLEARNING METHODMETHODMETHODMETHOD TYPETYPETYPETYPE SSSSTADTADTADTAD TOWARDSTOWARDSTOWARDSTOWARDS THETHETHETHE ACHIEVEMENTACHIEVEMENT OFACHIEVEMENTACHIEVEMENTOFOFOF STUDENTSSTUDENTSSTUDENTSSTUDENTS THROUGHTHROUGHTHROUGHTHROUGH

THE THE THE

THE PRODUCTPRODUCTPRODUCTPRODUCT OFOFOFOF COGNITIVECOGNITIVECOGNITIVECOGNITIVE ASPECTASPECT BASEDASPECTASPECTBASEDBASEDBASED ONONONON THETHETHETHE DISCUSSION

DISCUSSION DISCUSSION

DISCUSSION OFOFOFOF GLBGLBGLBGLB ANDANDANDAND GLBBGLBBGLBBGLBB ATATATAT THETHE 10THETHE101010THTHTHTH GRADE OFGRADEGRADEGRADEOFOFOF SMASMASMASMA NEGERI

NEGERI

NEGERINEGERI 2222 NGAGLIKNGAGLIKNGAGLIKNGAGLIK SLEMANSLEMANSLEMANSLEMAN YOGYAKARTAYOGYAKARTAYOGYAKARTAYOGYAKARTA

Leo Ricardo Petrus Sinabariba Sanata Dharma University

2013

The research was aimed to improve student achievement using cooperative learning type student-team-achievement division (STAD), designed to increase student’s involvement in class as well as their enthusiasm when studying.

This research's population was students of SMAN 2 Ngaglik Sleman, Yogyakarta. The sample of the experiment was student of class X6 (32 students) as an experimental class and X5 (32 students) as a control class.

The analysis is done by using an SPSS program, the 16th version. Statistical data revealed that two-tailed test, the probability number (0.000/2=0.000) is smaller than the significant level two-tailed test (0.05/2=0.025). So it is concluded that cooperative learning type STAD was proved to increase student achievement in the discussion of GLB and GLBB. The resulting analytical data reveals that student’s involvement in experimental class is better than the control class. Student’s involvement in experimental class is considered as good while in controlled class as good enough. The results of the analysis also prove that cooperative learning type STAD received positive approval by the students of SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta.


(12)

ix KATA KATA KATA

KATA PENGANTARPENGANTARPENGANTARPENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Bapa di surga yang begitu besar melimpahkan kasih-Nya kepada penulis sehingga laporan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si. selaku ketua program studi pendidikan fisika dan dosen pembimbing skripsi, yang telah memberikan bimbingan serta masukan yang baik dengan penuh perhatian dan kesabaran.

2. Romo Prof. Dr. Paul Suparno, SJ. selaku pembimbing akademik yang telah sabar mendengarkan keluhan penulis pada saat melakukan penelitian dan menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma.

3. Seluruh dosen-dosen Universitas Sanata Dharma terutama Pendidikan Fisika. Terimakasih atas pendidikan dan ilmu yang telah diberikan.

4. Mas Arif, Pak Sugeng dan Mbak Heni di sekretariat JPMIPA, Mas Agus dan Mas Made di ruang baca skipsi JPMIPA atas segala bantuannya.


(13)

x

5. Bapak Drs. Suharno selaku Plt. Kepala SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta, yang telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melaksankan penelitian.

6. Ibu Dra. Enik Sri Agustini selaku wakil kepala sekolah bagian kurikulum SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta, atas bantuan dan waktu luang yang diberikan dalam memberi masukan kepada peneliti saat melakukan penelitian.

7. Ibu Titik Retno Kusumawati, S.Pd. selaku guru fisika SMA Negeri 2 Ngaglik, atas segala bantuan dan masukan selama peneliti melakukan penelitian.

8. Seluruh guru dan karyawan di SMA Negeri 2 Ngaglik yang telah membantu dan memberikan senyuman hangat kepada peneliti saat melakukan penelitian. 9. Muridku siswa-siswi SMA Negeri 2 Ngaglik kelas X5 dan kelas X6,

terimakasih atas kerjasama dan partisipasinya pada saat melakukan penelitian. 10. Ma, terimakasih buat cinta kasihmu kepada kami anakmu. Pa, motivasimu

adalah kekuatan bagiku untuk tetap bisa berkarya.

11. Inanguda (L. Br. Turnip), Abang (Maruba, Marudut), kakak (Marietta, Parmin, Yustina, Kristina, Dame), adikku Yosefa dan seluruh keluarga yang telah mendoakan dan memberikan dukungan materi dan spiritual serta kasih yang tiada henti.

12. Teman-teman P.Fis 2008 (Enggar, Salib, Frater Radja, Frater Silva, Efraim, Suster Renata, Mitha, Tinha, Katrin, Afrina, Lina...) dan almamater tercinta.


(14)

xi

Terimakasih atas kebersamaan dan persahabatan yang indah dan takkan terlupakan.

13. Teman-teman P.Fis 2007 (Wawan, Lulik, Usi, Jane,...) P.Fis 2009, P.Mat 2008, dll. Trimakasih atas kebersamaan dan bantuannya.

14. Teman-teman Fire Community (Glo, Willy, Pipin, Ryan, Ka Sil, Radit,...) dan Pak Samuel R. Subekti. Trimakasih buat dukungan doa-doa dan bantuannya. 15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, trimakasih buat doa

dan dukungan yang telah diberikan.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran dari semua pihak akan penulis terima dengan senang hati. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca.

Yogyakarta, 20 Januari 2013. Penulis,


(15)

xii

DAFTAR DAFTARDAFTARDAFTAR ISIISIISIISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

DAFTAR TABEL... xviii

BAB BAB BABBAB I.I.I.I. PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Batasan Masalah... 4

D. Tujuan Penelitian... 4

E. Manfaat Penelitian... 5

BAB BAB BABBAB II.II.II.II. LANDASANLANDASANLANDASANLANDASAN TEORITEORITEORITEORI A. Prestasi Belajar... 6


(16)

xiii

1. Faktor Internal Prestasi Belajar ... 7

2. Faktor Eksternal Prestasi Belajar ... 7

C. Pembelajaran Kooperatif... 8

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif... 8

2. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif... 9

3. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif... 10

D. Students Teams-Achievement Davisions (STAD)... 11

E. Hasil Belajar Sebagai Objek Penilaian... 14

F. Ranah Kognitif dan Penentuan Skor... 16

1. Ranah Kognitif Berkenaan Dengan Hasil Belajar... 16

a. Pengetahuan (C1)... 16

b. Pemahaman (C2)... 17

c. Aplikasi (C3)... 17

d. Analisis (C4)... 17

e. Sintesis (C5)... 18

f. Evaluasi (C6)... 18

2. Aspek Kemampuan Menyelesaikan Soal Fisika Ragam Essai... 20

3. Penerapan Aspek Ranah kognitif dan Penentuan Skor... 22

G. Tinjauan Penelitian Sebelumnya (Penelitian STAD)... 24

H. Perbedaan Penelitian ini dengan Tinjauan Penelitian Sebelumnya... 26

I. Materi Penelitian... 27

BAB BAB BABBAB III.III.III.III. METODOLOGIMETODOLOGIMETODOLOGIMETODOLOGI PENELITIANPENELITIANPENELITIANPENELITIAN A. Jenis Penelitian... 33


(17)

xiv

B. Subjek Penelitian... 33

C. Tempat dan Waktu Penelitian... 33

D. Rancangan Penelitian... 34

E. Treatment... 36

1. Kelas Eksperimen... 36

2. Kelas Kontrol... 37

F. Instrumen Penelitian... 37

1. Instrumen Perlakuan... 38

2. Instrumen Pengukuran... 40

G. Metode Analisis Data... 43

1. Uji Normalitas... 43

2. Uji Homogenitas... 43

3. Uji T... 44

a. Uji T Dua Sampel Berpasangan(Paired Samples T-Test)... 44

b. Uji T Untuk Dua Sampel Independen (Independent Samples T-Test)... 44

4. Uji Lembar Pengamatan Siswa (Lembar Observasi)... 45

5. Wawancara... 46

BAB BAB BABBAB IV.IV.IV.IV. HASILHASILHASILHASIL PENELITIANPENELITIANPENELITIANPENELITIAN DANDANDANDAN PEMBAHASANPEMBAHASANPEMBAHASANPEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian... 47

B. Data dan Analisis Data... 48

1. Data Penelitian Pretes dan Postes... 48


(18)

xv

b. Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 51

c. Uji T Dependen Pretes dan Postes... 55

1) Analisis data pretes dan postes kelas eksperimen... 55

2) Analisis data pretes dan postes kelas kontrol... 58

d. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Metode STAD dengan Metode Ceramah... 61

2. Data keterlibatan siswa... 66

a. Keterlibatan Siswa di Kelas Eksperimen... 66

b. Keterlibatan Siswa di Kelas Kontrol... 69

c. Uji Normalitas Data Keterlibatan Siswa... 71

d. Perbedaan Keterlibatan Siswa di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 73

3. Wawancara... 77

C. Pembahasan... 80

1. Prestasi Belajar Metode STAD dengan Metode Ceramah... 80

2. Keterlibatan Siswa Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol... 83

3. Wawancara Siswa Kelas Eksperimen dan Guru Fisika... 84

D. Keterbatasan Penelitian... 86

BAB BAB BABBAB V.V.V.V. KESIMPULANKESIMPULANKESIMPULANKESIMPULAN A. Kesimpulan... 87

B. Saran... 87

DAFTAR DAFTAR DAFTARDAFTAR PUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA... 89

LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRANLAMPIRAN... 91


(19)

xvi

DAFTAR DAFTAR DAFTAR

DAFTAR LAMPIRANLAMPIRANLAMPIRANLAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Kampus... 91

Lampiran 2. Surat Keterangan Kegiatan Penelitian Mahasiswa... 92

Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian... 94

Lampiran 4. Membagi Siswa ke dalam Tim Kelas Eksperimen... 95

Lampiran 5a. Silabus Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... 97

Lampiran 5b. Silabus Metode Ceramah... 107

Lampiran 6a. RPP Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... 116

Lampiran 6b. RPP Metode Ceramah... 128

Lampiran 7. Handout Siswa... 139

Lampiran 8. Soal dan Jawaban Pretes dan Postes... 144

Lampiran 9. Lembar Tugas dan Kunci Jawaban... 154

Lampiran 10. Kuis Individual dan Kunci Jawaban... 160

Lampiran 11. Lembar Pengamatan Siswa... 163

Lampiran 12. Lembar Pertanyaan Wawancara... 166

Lampiran 13a. Lembar Skor Kemajuan Individual ... 167

Lampiran 13b.Lembar Rangkuman Tim... 169

Lampiran 14. Jawaban Pretes Siswa Kelas Eksperimen... 172

Lampiran 15. Jawaban Pretes Siswa Kelas Kontrol... 173

Lampiran 16. Jawaban Postes Siswa Kelas Eksperimen... 174


(20)

xvii

Lampiran 18. Rekognisi Tim... 179 Lampiran 19. Foto Kegiatan Pembelajaran... 181


(21)

xviii

DAFTAR DAFTAR DAFTAR

DAFTAR TABELTABELTABELTABEL

Halaman

Tabel 2.1. Kategori Jenis dan Kata Kerja Operaional Ranah Kognitif... 19

Tabel 2.2. Penerapan Aspek Kemampuan Menyelesaikan Soal Fisika Kategori Jenis dan Kata Kerja Operaional... 22

Tabel 2.3. Tabel Pemberian Skor Kategori Jenis... 24

Tabel 2.4. Tabel Rangkuman Persamaan GLBB... 32

Tabel 3.1. Interval Keterlibatan Siswa... 45

Tabel 4.1. Jadwal dan Kegiatan Penelitian... 47

Tabel 4.2. Data Pretes Postes di Kelas Eksperimen dan Kontrol... 49

Tabel 4.3. Output Uji Normalitas Pre-Pos... 51

Tabel 4.4a. Output Pertama Uji T Independen Pretes... 52

Tabel 4.4b. Output Kedua Uji T Independen Pretes... 53

Tabel 4.5a. Output Pertama Uji T Dependen Pre-Pos Eksperimen... 56

Tabel 4.5b. Output Kedua Uji T Dependen Pre-Pos Eksperimen... 56

Tabel 4.5c. Output Ketiga Uji T Dependen Pre-Pos Eksperimen... 57

Tabel 4.6a. Output Pertama Uji T Dependen Pre-Pos Kontrol... 58

Tabel 4.6b. Output Kedua Uji T Dependen Pre-Pos Kontrol... 59

Tabel 4.6c. Output Ketiga Uji T Dependen Pre-Pos Kontrol... 60

Tabel 4.7a. Output Pertama Uji T Independen Nilai Postes... 61

Tabel 4.7b. Output Kedua Uji T Independen Nilai Postes... 62


(22)

xix

Tabel 4.9. Interval Keterlibatan Siswa Kelas Eksperimen... 68 Tabel 4.10. Data yang tidak dianalisis Kelas Eksperimen... 68 Tabel 4.11. Data Skor Keterlibatan Siswa Kelas Kontrol... 69 Tabel 4.12. Interval Keterlibatan Siswa Kelas Kontrol... 70 Tabel 4.13. Data yang tidak dianalisis Kelas Kontrol... 71 Tabel 4.14. Output Uji Normalitas Keterlibatan Siswa... 72 Tabel 4.15a. Output Pertama Uji T Independen Keterlibatan Siswa... 73 Tabel 4.15b. Output Kedua Uji T Independen Keterlibatan Siswa... 74


(23)

1 BAB BABBABBAB 1111 PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A. A.

A.A. LatarLatarLatarLatar BelakangBelakangBelakangBelakang Masalah.Masalah.Masalah.Masalah.

Dalam proses belajar mengajar fisika, pendidik mendapat suatu tantangan yang besar untuk menyampaikan materi dan ilmu pengetahuan yang akan diajarkan. Banyak hal yang menyebabkan tantangan tersebut. Salah satunya dapat disebabkan banyaknya materi fisika yang akan disampaikan harus selesai dalam waktu yang sudah ditentukan. Akibatnya kebanyakan guru mengajar dengan terburu-buru tanpa terkadang melihat pencapaian yang telah diterima siswa dalam belajar.

Berdasarkan pengalaman yang pernah dialami peneliti sendiri dalam program pengalaman lapangan (PPL) pada tahun 2011, peneliti melihat beberapa siswa bermalas-malasan saat belajar. Peneliti yang pada saat itu melakukan praktek mengajar, berusaha mendekati siswa tersebut dan menanyakan apa yang mengakibatkan siswa tersebut malas belajar. Berikut sekilas pembicaraan yang dilakukan oleh peneliti dengan siswa sewaktu melaksanakan program lapangan:

Peneliti : “Kenapa? Kok lemas?”

Siswa : “Bosan pak, nggak ngerti pelajarannya” Peneliti : “Bosan kenapa? Kan bisa ditanyakan?”

Siswa : “Pelajarannya terlalu susah, banyak rumus yang susah dimengerti, bosen cuma denger terus”


(24)

Dari pembicaraan singkat tersebut, peneliti sempat berpikir bahwa kemungkinan besar masalah yang dihadapi para siswa saat proses belajar mengajar berlangsung adalah kebosanan. Siswa bosan dengan metode ceramah yang kebanyakan yang dilakukan oleh guru, siswa hanya mendengarkan guru yang sedang berbicara di depan.

Tampaknya hal inilah yang menjadi tantangan bagi para pendidik, bagaimana agar materi yang disampaikan oleh guru dapat diterima oleh siswa dengan baik dan dapat meningkatkan prestasi belajar para siswanya. Banyak hal yang telah dilakukan oleh para pendidik untuk menarik perhatian siswanya saat mengajar. Salah satunya yaitu penggunaan berbagai macam metode pembelajaran. Penggunaan metode belajar saat ini tampaknya telah menjadi pilihan utama dalam praktek pendidikan. Perlu adanya metode-metode pembelajaran yang baik dari guru. Metode yang dimaksud adalah metode pembelajaran aktif dan terdapat interaksi yang baik antara pendidik dengan murid atau interaksi murid dengan murid yang sedang belajar.

Dalam buku Metodologi Pembelajaraan Fisika karangan Suparno: 2007, pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang bersifat filsafat konstruktivisme dan menyenangkan. Arti dari filsafat kontrutivisme itu sendiri yaitu filsafat yang mempelajari hakikat pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu terjadi. Menurut filsafat konstruktivisme, pengetahuan itu adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri yang menekuninya. Bila yang sedang menekuni adalah siswa, maka pengetahuan itu adalah bentukan siswa sendiri (Suparno, 2007: 8). Pembelajaran kooperatif merujuk


(25)

pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran (Slavin, 2010: 4). Dari defenisi pembelajaran kooperatif di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar kelompok merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang menyenangkan dan dapat membantu siswa untuk memahami bahasan atau materi yang ada.

Berdasarkan beberapa masalah dan persoalan di atas, maka peneliti memilih melakukan penelitian yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan judul: Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team-Achievement Division (STAD) terhadap Prestasi Belajar Siswa Aspek Kognitif Produk pada Bahasan GLB dan GLBB Kelas X SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta.

B. B.

B.B. RumusanRumusanRumusanRumusan Masalah.Masalah.Masalah.Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe student team-achievement division (STAD) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa aspek kognitif produk pada bahasan GLB dan GLBB kelas X semester 1 SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta?

2. Apakah penggunaan pembelajaran kooperatif tipe student team-achievement division (STAD) dapat meningkatkan keterlibatan belajar siswa dalam belajar?


(26)

3. Apakah penggunaan pembelajaran kooperatif tipe student team-achievement division (STAD) dapat meningkatkan antusiasme siswa dalam belajar?

C. C.

C.C. BatasanBatasanBatasanBatasan Masalah.Masalah.Masalah.Masalah.

Agar permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak meluas maka perlu adanya batasan masalah. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut:

1. Aspek yang dinilai hanya aspek kognitif produk siswa saja. Aspek afektif dan aspek psikomotorik tidak termasksud dalam penelitian ini.

2. Bahasan materi yang akan diteliti hanya materi GLB dan GLBB bidang horizontal. GLBB bidang vertikal tidak ikut dalam bahasan penelitian.

D. D.

D.D. TujuanTujuanTujuanTujuan Penelitian.Penelitian.Penelitian.Penelitian.

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan prestasi belajar fisika materi GLB dan GLBB pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta.

2. Meningkatkan keterlibatan siswa di kelas X SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta.


(27)

E. E.

E.E. ManfaatManfaatManfaatManfaat Penelitian.Penelitian.Penelitian.Penelitian.

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Sekolah dan Bagi Guru.

a. Menjadi masukan upaya peningkatan mutu sekolah

b. Dapat menambah wawasan pendidik dalam usaha peningkatan proses belajar dan mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik.

c. Menumbuhkan budaya meneliti pada guru. 2. Bagi Siswa.

Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, antusiasme siswa dan keterlibatan siswa pada saat pelajaran berlangsung di dalam kelas.

3. Bagi Peneliti.

a. Dapat menambah pengalaman menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe student team-achievement division (STAD) dan dapat menjadi masukan yang baik untuk peneliti agar dapat mendorong kemajuan pendidikan khususnya pelajaran fisika.

b. Menambah wawasan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika sebelum terjun langsung ke dunia pendidikan saat mengajar.


(28)

6

BAB BAB BABBAB IIIIIIII LANDASAN LANDASAN LANDASAN

LANDASAN TEORITEORITEORITEORI

A. A.

A.A. PrestasiPrestasiPrestasiPrestasi Belajar.Belajar.Belajar.Belajar.

Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu “prestasi” dan “belajar”. Dalam Kamus Pintar Bahasa Indonesia (Wahyu: 2006), prestasi merupakan hasil baik yang dicapai, sedangkan belajar adalah berusaha untuk memperoleh ilmu atau menguasai suatu ketrampilan; berlatih. Jika digabungkan kedua kata tersebut, maka prestasi belajar adalah hasil baik yang dicapai dari suatu usaha untuk memperoleh ilmu atau menguasai suatu ketrampilan. Sedangakan Winkel (1996: 226) secara lengkap mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang. Prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar merupakan kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran tertentu, dan untuk prestasi belajar fisika itu sendiri merupakan kemampuan atau tingkat penguasaan siswa terhadap materi fisika yang diberikan oleh guru pada saat mengajar fisika di dalam kelas.

B. B.

B.B. FaktorFaktorFaktorFaktor yangyangyangyang MempengaruhiMempengaruhiMempengaruhiMempengaruhi PrestasiPrestasiPrestasiPrestasi Belajar.Belajar.Belajar.Belajar.

Ahmadi (2008: 38), menjelaskan prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya


(29)

baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan faktor terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya bagi dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dari dalam diri (internal) adalah:

1. Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.

2. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas:

a. Faktor intelektif yang meliputi:

1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.

2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.

b. Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. 3. Faktor kematangan fisik maupun psikis.

Sedangkan faktor-faktor yang dari luar siswa (eksternal) yaitu: 1. Faktor sosial yang terdiri atas:

a. Lingkungan keluarga b. Lingkungan sekolah c. Lingkungan masyarakat d. Lingkungan kelompok


(30)

2. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian. 3. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.

Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.

C. C.

C.C. PembelajaranPembelajaranPembelajaranPembelajaran Kooperatif.Kooperatif.Kooperatif.Kooperatif.

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang bersifat filsafat konstruktivisme dan menyenangkan. Filsafat konstruktivisme maksudnya yaitu filsafat yang mempelajari hakikat pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu terjadi (Suparno, 2007: 8).

Berikut beberapa definisi pembelajaran kooperatif menurut ahli adalah: a. Suparno (2007: 134), Cooperative Learning atau Belajar Bersama adalah model pembelajaran di mana siswa dibiarkan belajar dalam kelompok, saling menguatkan, mendalami, dan bekerja sama untuk semakin menguasai bahan.

b. Slavin (2010: 4), pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang membutuhkan kerja sama antar


(31)

siswa untuk saling menguatkan, saling membantu satu sama lain untuk semakin menguasai bahan atau materi pembelajaran di dalam kelompok.

2. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif.

Menurut Sanjaya (2006: 249), keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran di antaranya yaitu:

a. Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. b. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan

dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

c. Membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

d. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam pembelajaran.

e. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termaksud mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-managewaktu, dan sikap positif terhadap sekolah.

f. Melalui pembelajaran ini dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.


(32)

Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

g. Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

3. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif.

Beberapa macam pembelajaran kooperatif yang kebanyakaan atau secara umum digunakan adalah:

a. Students Teams-Achievement Davisions (STAD) b. Teams Games-Tournament (TGT)

c. Jigsaw

d. Team Accelerated Instruction (TAI) e. Group Investigation (GI)


(33)

D. D.

D.D. StudentsStudentsStudentsStudents TeamsTeamsTeamsTeams----AchievementAchievement DivisionAchievementAchievementDivisionDivisionDivision (STAD).(STAD).(STAD).(STAD).

STAD adalah metode pembelajaran kooperatif untuk pengelompokan kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota, keanggotaan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku (Suyatno, 2009: 52).

Menurut Slavin (2010: 143), STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang sederhana. Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikann pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu.

Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Jika semua siswa ingin agar timnya mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu timnya untuk mempelajari materinya. Mereka harus mendukung teman satu timnya untuk bisa melakukan yang terbaik, menunjukkan norma bahwa belajar itu penting, berharga, dan menyenangkan. Para siswa bekerja sama setelah guru menyampaikan materi pelajaran. Mereka boleh bekerja berpasangan dan membandingkan jawaban masing-masing, mendiskusikan setiap ketidaksesuaian, dan saling membantu satu sama lain jika ada yang salah


(34)

dalam memahami. Mereka boleh mendiskusikannya dari pendekatan penyelesaian masalah, atau mereka juga boleh saling memberikan kuis mengenai objek yang sedang mereka pelajari. Mereka bekerja dengan teman satu timnya, menilai kekuatan dan kelemahan mereka untuk membantu mereka berhasil dalam kuis.

Deskripsi dari komponen utama dari STAD adalah sebagai berikut: 1. Presentasi Kelas.

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi belajar dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama prentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.

2. Tim.

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.


(35)

Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran ini melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.

Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam pembelajaran, dan itu adalah untuk memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antarkelompok, rasa harga diri, penerimaan terhadap siswa-siswamainstream.

(pembagian siswa ke dalam tim lihat pada lampiran 4). 3. Kuis.

Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.


(36)

4. Skor Kemajuan Individual.

Gagasan di balik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.

(skor kemajuan individual lihap pada lampiran 13). 5. Rekognisi Tim.

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk perhargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.

(kertas penghargaan rekognisi tim lihat pada lampian 18).

E. E.

E.E. HasilHasilHasilHasil BelajarBelajarBelajarBelajar SebagaiSebagaiSebagaiSebagai ObjekObjekObjekObjek Penilaian.Penilaian.Penilaian.Penilaian.

Menurut Sudjana (2010: 22), dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klarifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.


(37)

1. Ranah Kognitif.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

2. Ranah Afektif.

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Sikap terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian guru. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.

3. Ranah Psikomotoris.

Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau kesepakatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk ketrampilan (skill) dan kemampuan bertindak setelah ia


(38)

menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ini sebenarnya tahap lanjutan dari hasil belajar afektif yang baru tampak dalam kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

F. F.

F.F. RanahRanahRanahRanah KognitifKognitifKognitifKognitif dandandandan PenentuanPenentuanPenentuanPenentuan Skor.Skor.Skor.Skor.

1. Ranah Kognitif Berkenaan dengan Hasil Belajar. a. Pengetahuan (C1).

Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut termaksud pula pengetahuan faktual di samping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya. Tipe hasil belajar pengetahuan termaksud kognitif tingkat rendah yang paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hafal menjadi prasyarat bagi pemahaman. Hal ini berlaku bagi semua bidang studi.


(39)

b. Pemahaman (C2).

Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi daripada pengetahuan. Namun, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab, untuk dapat memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal.

c. Aplikasi (C3).

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulang-ulang menerapannya pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila tetap terjadi proses pemecahan masalah. Kecuali itu, ada satu unsur lagi yang perlu masuk, yaitu abstraksi tersebut perlu berupa prinsip atau generalisasi, yakni sesuatu yang umum sifatnya untuk diterapkan pada situasi khusus. d. Analisis (C4).

Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hirarkinya atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan


(40)

kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, untuk hal lain memahami cara bekerjanya, untuk hal lain lagi memahami sistematikanya. Bila kecakapan analisis telah dapat berkembang pada seseorang, maka ia akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif.

e. Sintesis (C5).

Pernyataan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berfikir berdasar pengetahuan hafalan, berfikir pemahaman, berfikir aplikasi, dan berfikir analisis dapat dipandang sebagai berpikir konvergen yang satu tingkat lebih rendah daripada berpikir divergen. Dalam berpikir kovergen, pemecahan atau jawabannya akan sudah diketahui berdasarkan yang sudah dikenalnya. Berfikir sintesis adalah berfikir divergen. Dalam berpikir divergen, pemecahan atau jawabannya belum dapat dipastikan.

f. Evaluasi (C6).

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materil, dll. Dilihat dari segi tersebut maka dalam evaluasi perlu adanya suatu kriteria atau standar tertentu.

Menurut Winkel (2004: 279), sedapat mungkin menggunakan kata-kata operasional dalam perumusan tujuan instruksional khusus (TIK),


(41)

sebagaimana dijelaskan dalam keenam kategori jenis ranah kognitif tersebut, maka diusun suatu daftar kata kerja operasional yang menyuruh siswa untuk berbuat sesuatu. Dari perbuatan siswa, maka dapat diketahui apakah siswa telah memperoleh kemampuan internal tertentu sesuai dengan kategori yang bersangkutan dalam sistematika pengklasifikasian.

Daftar kategori jenis dan kata kerja operasional ranah kognitif dapat dilihat dalan tabel 2.1. sebagai berikut:

Tabel Tabel Tabel

Tabel 2.1.2.1.2.1.2.1. TabelTabelTabelTabel KategoriKategoriKategoriKategori JenisJenisJenisJenis dandandandan KataKataKataKata KerjaKerjaKerjaKerja OperasionalOperasionalOperasionalOperasional RanahRanahRanahRanah Kognitif

Kognitif Kognitif Kognitif

Pengetahuan(C1)

Pengetahuan(C1)Pengetahuan(C1)Pengetahuan(C1) Pemahaman(C2)Pemahaman(C2)Pemahaman(C2)Pemahaman(C2) Penerapan(C3)Penerapan(C3)Penerapan(C3)Penerapan(C3) Analisis(C4)Analisis(C4)Analisis(C4)Analisis(C4) Sintesis(C5)Sintesis(C5)Sintesis(C5)Sintesis(C5) Penilaian(C6)Penilaian(C6)Penilaian(C6)Penilaian(C6) Mengutip Menyebutkan Menjelaskan Menggambar Membilang Mengidentifikasi Mendaftar Menunjukkan Memberi label Memberi indeks Memasangkan Menamai Menandai Membaca Menyadari Menghafal Meniru Mencatat Mengulang Mereproduksi Meninjau Memilih Menyatakan Mempelajari Memperkirakan Menjelaskan Mengkategorikan Mencirikan Merinci Mengasosiasikan Membandingkan Menghitung Mengkontraskan Mengubah Mempertahankan Menguraikan Menjalin Membedakan Mendiskusikan Menggali Mencontohkan Menerangkan Mengemukakan Mempolakan Memperluas Menyimpulkan Meramalkan Merangkum Menugaskan Mengurutkan Menentukan Menerapkan Menyesuaikan Mengkalkulasi Memodifikasi Mengklasifikasi Menghitung Membangun Membiasakan Mencegah Menentukan Menggambarkan Menggunakan Menilai Melatih Menggali Mengemukakan Mengadaptasi Menyelidiki Mengoperasikan Mempersoalkan Mengkonsepkan Menganalisis Mengaudit Memecahkan Menegaskan Mendeteksi Mendiagnosis Menyeleksi Merinci Menominasikan Mendiagramkan Megkorelasikan Merasionalkan Menguji Mencerahkan Menjelajah Membagankan Menyimpulkan Menemukan Menelaah Memaksimalkan Memerintahkan Mengedit Mengaitkan Memilih Mengabstraksi Mengatur Menganimasi Mengumpulkan Mengkategorikan Mengkode Mengombinasikan Menyusun Mengarang Membangun Menanggulangi Menghubungkan Menciptakan Mengkreasikan Mengoreksi Merancang Merencanakan Mendikte Meningkatkan Memperjelas Memfasilitasi Membentuk Merumuskan Menggeneralisasi Membandingkan Menyimpulkan Menilai Mengarahkan Mengkritik Menimbang Memutuskan Memisahkan Memprediksi Memperjelas Menugaskan Menafsirkan Mempertahankan Memerinci Mengukur Merangkum Membuktikan Memvalidasi Mengetes Mendukung Memilih Memproyeksikan


(42)

Pengetahuan(C1)

Pengetahuan(C1)Pengetahuan(C1)Pengetahuan(C1) Pemahaman(C2)Pemahaman(C2)Pemahaman(C2)Pemahaman(C2) Penerapan(C3)Penerapan(C3)Penerapan(C3)Penerapan(C3) Analisis(C4)Analisis(C4)Analisis(C4)Analisis(C4) Sintesis(C5)Sintesis(C5)Sintesis(C5)Sintesis(C5) Penilaian(C6)Penilaian(C6)Penilaian(C6)Penilaian(C6) Mentabulasi Memberi kode Menelusuri Menulis Menjabarkan Melaksanakan Meramalkan Memproduksi Memproses Mengaitkan Menyusun Mensimulasikan Memecahkan Melakukan Mentabulasi Memproses Meramalkan Mengukur Melatih Mentransfer Menggabungkan Memadukan Membatas Mereparasi Menampilkan Menyiapkan Memproduksi Merangkum Merekonstruksi

2. Aspek Kemampuan Menyelesaikan Soal Fisika Ragam Essai.

Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan aspek ranah kognitif kategori jenis dengan skripsi penelitian tentang analisis kesalahan dalam menyelesaikan soal fisika ragam essai oleh Alphonsus Liguori Suwito (961424006). Tujuan dari penerapan ini adalah agar mempermudah peneliti dalam pemberian skor pada nilai siswa dan mencoba mengajarkan siswa cara mengisi soal-soal fisika ragam essai dengan baik.

Dalam skripsi tersebut (Suwito, 2004: 22), disebutkan bahwa prakiraan yang dapat diajukan berkaitan dengan jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal fisika ragam essai adalah bahwa kesalahan siswa terkait dengan aspek kemampuan menyelesaikan soal.

Prakiraan aspek kemamampuan menyelesaikan soal tersebut meliputi:


(43)

a. Kesalahan mengindetifikasi besaran yang diketahui secara transparan.

b. Kesalahan mengindentifikasi besaran yang diketahui secara tidak transparan.

c. Kesalahan mengindentifikasi besaran yang ditanyakan.

d. Kesalahan mengindentifikasi besaran yang diketahui secara tidak langsung.

e. Kesalahan mengindentifikasi besaran vektor. f. Kesalahan mengindentifikasi besaran skalar. g. Kesalahan menentukan simbol.

h. Kesalahan menuliskan satuan.

i. Kesalahan mengkonversi satuan ke dalam bentuk yang saling cocok.

2. Kesalahan menggambarkan diagram bebas. a. Kesalahan menggambarkan objek atau sistim.

b. Kesalahan menentukan besaran yang ada pada objek atau sistim. 3. Kesalahan menggambar grafik dan mengindentifikasi formula.

a. Kesalahan menggambar grafik secara langsung dibutuhkan. b. Kesalahan menggambar grafik melalui ploting data.

c. Kesalahan mengindentifikasi formula dasar. d. Kesalahan mengindentifikasi formula antara. 4. Kesalahan melakukan penyelesaian secara matematik.


(44)

b. Kesalahan mensubsitusi nilai besaran ke dalam satu persamaan. c. Kesalahan menghitung nilai suatu besaran dengan perhitungan

matematik.

Dari aspek-aspek kemampuan menyelesaikan soal fisika ragam essai dalam penelitian tersebut, maka peneliti menerapkan aspek ranah kognitif kategori jenis dengan aspek kemampuan menyelesaikan soal fisika ragam essai.

3. Penerapan Aspek Ranah kognitif dan Pemberian Skor.

Berdasarkan penjabaran kata kerja operaional perilaku ranah kognitif dalam Taksonomi Blooms pada tabel 2.1 di atas, maka hasil penerapan kategori jenis dengan aspek kemampuan menyelesaikan soal fisika ragam essai yang diperkirakan penulis dapat dilihat pada tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel

TabelTabelTabel 2.2.2.2.2.2.2.2. PenerapanPenerapanPenerapanPenerapan AspekAspekAspekAspek KemampuanKemampuanKemampuanKemampuan MenyelesaikanMenyelesaikanMenyelesaikanMenyelesaikan SoalSoalSoalSoal FisikaFisikaFisikaFisika Kategori

Kategori

KategoriKategori JenisJenisJenisJenis dandandandan KataKata KerjaKataKataKerjaKerjaKerja OperaionalOperaionalOperaionalOperaional

No. Aspek Kemampuan Menyelesaikan Soal Fisika

Kategori Jenis Kata Kerja Operasional 1. Mengidentifikasi besaran dan satuan.

a. Mengidentifikasi besaran yang diketahui secara transparan b. Mengidentifikasi besaran yang

diketahui secara tidak transparan c. Mengindentifikasi besaran yang

ditanyakan

Pengetahuan (C1)

Pemahaman (C2)

Pengetahuan (C1)

Menyebutkan

Mengemukakan


(45)

d. Mengindentifikasi besaran yang diketahui secara tidak langsung e. Mengindentifikasi besaran

vektor

f. Mengindentifikasi besaran skalar g. Menentukan simbol

h. Menuliskan satuan

i. Mengkonversi satuan ke dalam bentuk yang saling cocok

Pemahaman (C2) Pengetahuan (C1) Pengetahuan (C1) Pengetahuan (C1) Pengetahuan (C1) Pemahaman (C2) Mengemukakan Mengidentifikasi Mengidentifikasi Menulis Menulis Mengubah

2. Menggambarkan diagram bebas a. Menggambarkan objek atau

sistim

b. Menentukan besaran yang ada pada objek atau sistim

Analisa (C4)

Pengetahuan (C1)

Mendiagramkan

Menulis

3. Menggambar grafik dan mengindentifikasi formula:

a. Menggambar grafik secara langsung dibutuhkan

b. Menggambar grafik melalui ploting data

c. Mengindentifikasi formula dasar d. Mengindentifikasi formula

antara Penerapan (C3) Penerapan (C3) Penerapan (C3) Penerapan (C3) Menggambar Menggambar Menerapkan Menyesuaikan

4. Melakukan penyelesaian secara matematik

a. Memanipulasi persamaan b. Mensubsitusi nilai besaran ke

dalam satu persamaan

c. Menghitung nilai suatu besaran dengan perhitungan matematik

Pemahaman (C2) Pemahaman (C2) Pemahaman (C2) Mengubah Menjabarkan Menghitung


(46)

Dalam tiap tingkatan kemampuan diberikan skor menurut tingkatan kategori jenis oleh taksonomi Blooms. Pemberian skor dapat dilihat pada tabel 2.3. sebagai berikut:

Tabel Tabel Tabel

Tabel 2.3.2.3.2.3.2.3. TabelTabelTabelTabel PemberianPemberianPemberianPemberian SkorSkorSkorSkor dandandandan KategoriKategoriKategoriKategori JenisJenisJenisJenis

Kategori Jenis Skor

Pengetahuan (C1) 1

Pemahaman (C2) 2

Penerapan (C3) 3

Analisis (C4) 4

Sintestis (C5) 5

Evaluasi (C6) 6

Pemberian skor di atas didasarkan bahwa, kategori jenis C6 tergolong kategori jenis yang paling tinggi dan C1 merupakan kategori jenis yang paling rendah, sehingga pemberian skor didasarkan atas tingkat kesulitan dari kategori jenis itu sendiri.

G. G.

G.G. TinjauanTinjauanTinjauanTinjauan PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian SebelumnyaSebelumnyaSebelumnyaSebelumnya (Penelitian(Penelitian(Penelitian(Penelitian STAD)STAD)STAD)STAD)....

Pada penelitian sebelumnya, terdapat dua mahasiswa pendidikan fisika USD yang telah melakukan penelitian dengan menggunakan metode STAD. Kedua mahasiswa tersebut adalah Bernadeta Rini Indriyani (041424010) dan Teguh Setiyanto (041424040). Bernadeta Rini Indriyani dalam penelitiannya ingin mengetahui efektivitas pembelajaran fisika pokok bahasan kalor dengan metode STAD menggunakan LKS dalam hal peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan dengan metode ceramah dan dalam hal keterlibatan siswa dan Teguh Setiyanto dalam penelitiannya ingin meningkatkan kualitas


(47)

pembelajaran melalui pendekatan kooperatif sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VIIB SMP Negeri I Berbah Kabupaten Sleman Tahun Ajaran 2010/2011.

Hasil penelitian dari kedua peneliti ini adalah sebagai berikut: 1. Bernadeta Rini Indriyani (041424010).

Pada penelitiannya membahas tentang:

a. Efektivitas pembelajaran fisika pokok bahasan kalor dengan metode STAD menggunakan LKS dalam hal peningkatan hasil belajar.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa metode STAD menggunakan LKS lebih baik dari metode ceramah dan terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

b. Efektivitas pembelajaran fisika pokok bahasan kalor dengan metode STAD menggunakan LKS dalam keterlibatan siswa.

Keterlibatan siswa dibagi menjadi dua yaitu keterlibatan individual dan keterlibatan klasikal. Siswa yang terlibat dalam keterlibatan individual sebanyak 48% sedangkan siswa yang terlibat dalam keterlibatan klasikal sebanyak 72%.

Kelemahan penelitian tersebut tidak membandingkan antara keterlibatan siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol (Indriyani, 2009).

2. Teguh Setiyanto (041424040).

Penelitian yang dilakukan membahas tentang peningkatan kualitas pembelajaran melalui pendekatan kooperatif sehingga dapat meningkatkan


(48)

aktivitas dan prestasi belajar. Peningkatan kualitas diukur dari dua siklus yang dilakukan oleh peneliti yaitu sebagai berikut:

a. Siklus I.

Dari hasil penelitiannya siklus I meningkatkan keaktifan siswa menjadi kategori sedang yaitu 50,15% (21 siswa dari 36 siswa)

b. Siklus II.

Siklus II lebih baik dari siklus I yaitu meningkatkan keaktifan siswa menjadi kategori tinggi 71,50% (31 siswa dari 36 siswa).

c. Keaktifan belajar fisika siswa, hasil angket siswa dan hasil wawancara. Penelitian yang dilakukan mendapat tanggapan yang baik dari siswa setelah dilaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Setiyanto, 2011).

H. H.

H.H. PerbedaanPerbedaanPerbedaanPerbedaan PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian iniiniiniini dengandengan TinjauandengandenganTinjauanTinjauanTinjauan PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian Sebelumnya.Sebelumnya.Sebelumnya.Sebelumnya.

Setelah melihat hasil penelitian yang dilakukan oleh kedua peneliti sebelumnya, maka dalam penelitian ini peneliti ingin menunjukkan hal yang berbeda yaitu sebagai berikut:

1. Membandingkan prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2. Membandingkan keterlibatan siswa di kelas eksperimen dan keterlibatan siswa di kelas kontrol.


(49)

I.I.I.I. MateriMateriMateriMateri Penelitian.Penelitian.Penelitian.Penelitian.

Materi yang akan diajarkan dalam penelitian ini adalah gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan.

1. Gerak Lurus Beraturan (GLB)

a. Pengertian GLB dan Grafik GLB.

Gerak Lurus Beraturan (GLB) didefinisikan sebagai gerak suatu benda dengan lintasan lurus dan kecepatannya tetap.

Grafik kecepatan terhadap waktu berbentuk garis lurus horizontal yang sejajar dengan sumbu waktu (t). Ini dikarenakan kecepatan suatu benda yang melakukan gerak lurus beraturan selalu konstan/tetap.

Grafik posisi terhadap waktu yang dihasilkan, yaitu berbentuk garis lurus miring/condong ke atas. Jika garis itu semakin curam, berarti kecepatan yang dilakukan semakin besar.


(50)

b. Kinematika Gerak Lurus Beraturan.

Untuk kecepatan rata-rata v−, perpindahan ∆x dan selang waktu t

∆ telah kita nyatakan hubungannya sebagai berikut:

t x v ∆ ∆ = −

Karena dalam GLB kecepatan adalah konstan, maka kecepatan rata-rata sama dengan kecepatan atau kelajuan sesaat v.

t v x atau t x

v ∆ = ∆

∆ ∆ =

dengan: ∆x= perpindahan atau jarak

untuk posisi awal x0 ketika t0 =0, maka

0 x x x= −

∆ dan ∆t =tt0 ∆t =t−0=t Dengan demikian, vt x x vt x x vt x + = = − = ∆ 0 0

dimana: x = posisi akhir (m) x0= posisi awal (m) v = kecepatan (m/s)

t = waktu (s)

2. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB).

a. Defenisi dan Grafik Gerak Lurus Berubah Beraturan.

Gerak lurus beraturan (GLBB) adalah gerak suatu benda dengan percepatan yang konstan. Benda yang bergerak dengan percepatan yang konstan dibedakan menjadi gerak yang dipercepat dan gerak


(51)

yang diperlambat. Percepatan yang positif disebut dengan percepatan sedangkan percepatan yang negatif disebut juga perlambatan. Misalnya: gerak benda pada bidang miring, gerak jatuhnya sebuah benda (biasa disebut gerak jatuh bebas), dan ada pula dalam kehidupan sehari-hari yaitu seperti gerak pesawat ketika akan tinggal landas atau ketika mendarat.

Benda yang melakukan GLBB memiliki percepatan yang tetap, sehingga grafik percepatan terhadap waktu (a-t) berbentuk garis lurus horizontal sejajar sumbu waktu t.

Percepatan tetap artinya benda mengalami perubahan kecepatan yang sama dalam selang waktu yang sama. Grafik kecepatan terhadap waktu (v-t) berbentuk garis lurus condong ke atas dengan gradien yang tetap. Grafik kecepatan terhadap waktu yang mengalami pertambahan kecepatan yang sama dalam selang waktu yang sama, dapat digambar sebagai berikut dengan titik asal (0,0):


(52)

b. Kinematika Gerak Lurus Berubah Beraturah (GLBB).

Percepatan rata-rata adalah hasil bagi antara perubahan kecepatan (Δv) dengan selang waktu berlangsungnya perubahan kecepatan tersebut. t v a ∆ ∆ = − ...(1)

Perubahan kecepatan adalah beda kecepatan akhir (v) dengan kecepatan awal (vo), sehingga persamaan menjadi:

o o t t v v a − − =

Jika yang didapatkan keadaan awal adalah keadaan dimana to=0,

maka persamaan menjadi

t v v a=o

Persamaan yang menghubungkan kecepatan pada saat t (v), kecepatan awal, dan percepatan (a), yaitu

at v

v= o + ...(2)

Untuk perpindahan, jika benda memulai gerakan dari posisi awal xo pada saat t=0 dan posisinya adalah x pada saat t, perpindahan

0 x x x= −

∆ diberikan oleh

t v x=−


(53)

Kecepatan benda berubah sesuai persamaan diatas, sehingga kecepatan rata–rata adalah nilai tengah dari kecepatan awal v0 dan kecepatan akhirv, sehingga:

) ( 2

1 v v

v= o +

...(4)

Dengan mensubsitusi v− dari persamaan (4) ke dalam persamaan (3) diperoleh hubungan antara ∆x,v0 dant

t v v t

v

x= = 12( o + )

∆ − ...(5)

Kita dapat menghilangkanvdengan mensubsitusi persamaan (2) ke dalam persamaan (5). Sehingga,

) 6 ..( ... 2 1 )] ( [ 2 1 ] [ 2 1 2 0 0 at t v x t at v v t v v x o o + = ∆ + + = + = ∆

Subsitusi ∆x=xx0, sehingga di peroleh persamaan

2 2 2 12 1 at t v x x at t v x x o o o o + + = + = −

dimana:x0adalah posisi benda pada saat t = 0 diukur dari titik acuan xadalah posisi benda pada saattberikutnya.


(54)

Kita dapat menghilangkan peubah t dengan mensubsitusi

a v v

t=o (yang diperoleh dari v v at o +

= ) ke dalam persamaan (6).

x a v v a v v x a v v v v a v v v a v v v v a a v v v a v v a a v v v at t v x ∆ + = − = ∆ − + + − = ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ + − + − = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = + = ∆ 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 0 2 2 0 2 0 2 0 2 2 0 0 2 0 2 0 2 2 0 0 2 0 0 0 2 0

Merangkum seluruh persamaan GLBB yang berlaku ke dalam tabel 2.4 sebagai berikut:

Tabel

TabelTabel 2.4.Tabel2.4.2.4.2.4. TabelTabelTabelTabel RangkumanRangkuman PersamaanRangkumanRangkumanPersamaanPersamaanPersamaan GLBBGLBBGLBBGLBB

No. Variabel-variabel yang berhubungan Persamaan (1) Kecepatan, waktu, percepatan v=vo +at (2) Kecepatan awal, akhir dan rata-rata ( )

2

1 v v

v−= o +

(3) Jarak, kecepatan, waktu x vt v v t

o ) ( 2 1 + = = ∆ −

(4) Jarak, percepatan, waktu 2

0t 12at v

x= + ∆

(5) Kecepatan, jarak, percepatan v =v 2 +2ax 0

2 Catatan: ∆x=xx0


(55)

33

BAB BABBABBAB IIIIIIIIIIII METODOLOGI

METODOLOGIMETODOLOGIMETODOLOGI PENELITIANPENELITIANPENELITIANPENELITIAN

A. A.

A.A. JenisJenisJenisJenis Penelitian.Penelitian.Penelitian.Penelitian.

Penelitian ini termaksud dalam jenis penelitian kuantitatif dan kualitatif. Termaksud dalam riset kuantitatif karena dalam penelitian ini menggunakan statistik untuk mengetahui apakah pembelajaran kooperatif tipe student team-achievement division (STAD) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa atau tidak, dan termaksud dalam penelitian kualitatif karena dalam penelitian ini ingin melihat antusiasme dan tanggapan siswa terhadap penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

B. B.

B.B. SubjekSubjekSubjekSubjek Penelitian.Penelitian.Penelitian.Penelitian.

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta. Sedangkan sampel yang diambil yaitu kelas X6 dan kelas X5. Kelas X6 dan kelas X5 sama-sama berjumlah 32 orang. Kelas X6 terdiri dari 13 siswa putra dan 19 siswa putri. Sedangkan Kelas X5 terdiri dari 11 orang siswa putra dan 21 orang siswa putri.

C. C.

C.C. TempatTempatTempatTempat dandandandan WaktuWaktuWaktuWaktu Penelitian.Penelitian.Penelitian.Penelitian.

1. Tempat Penelitian.

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Ngaglik. SMA ini terletak di Jl. Kaliurang Km. 12, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.


(56)

2. Waktu Penelitian.

Oktober 2012 sampai nopember 2012

D. D.

D.D. RancanganRancanganRancanganRancangan Penelitian.Penelitian.Penelitian.Penelitian.

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu: pembuatan instrumen, mengerjakan soal pretes, pembelajaran kooperatif tipe student teamss-achievement division (STAD) untuk kelas X6 dan pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah pada kelas X5, mengerjakan soal postes serta wawancara.

Tahap design penelitian dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut:

1. Pembuatan Instrumen.

Instrumen yang disusun terdiri dari instrumen perlakuan dan instrumen pengukuran. Instrumen perlakuan meliputi silabus dan RPP, sedangkan

Pembuatan Instrumen Mengerjakan Soal Pretes

Student Teams-Achievement Division (STAD) kelas X6 Metode Konvensional kelas X5

Mengerjakan Soal Postes Wawancara


(57)

instrumen pengukuran meliputi pretes dan postes, lembar tugas, kuis individual, lembar pengamatan siswa dan pertanyaan wawancara.

2. Mengerjakan soal pretes.

Soal pretest diberikan pada siswa sebelum dilakukan pembelajaran kooperatif tipe student team-achievement division (STAD) dan metode konvensional yaitu ceramah. Tes ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman awal siswa terkait materi yang akan diajarkan.

3. Pembelajaran kooperatif tipe student team-achievement division (STAD) dan metode konvensional yaitu ceramah.

Pembelajaran kooperatif tipe student team-achievement division (STAD) di kelas X6 dan metode ceramah di kelas X5 dilakukan untuk melihat prestasi belajar setelah mengikuti proses belajar mengajar di dalam kelas. 4. Mengerjakan Soal Postes.

Soal postes (tes akhir) diberikan setelah proses belajar mengajar dengan pembelajaran kooperatif tipe student team-achievement division (STAD) dan metode konvensional yaitu ceramah selesai dilaksanakan. Test ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mengikuti pembelajaran.

5. Wawancara.

Wawancara akan dilakukan setelah proses belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD selesai digunakan. Wawancara bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran tersebut.


(58)

E. E.

E.E. Treatment.Treatment.Treatment.Treatment.

Treatment yang digunakan adalah melakukan pembelajaran pada dua kelas, yaitu pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

1. Kelas Eksperimen.

Kelas eksperimen menggunakana pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas X6. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen adalah sebagaia berikut:

a. Diawal pembelajaran, peneliti memberikan soal pretes tentang bahasan GLB dan GLBB kepada siswa. Dimana, soal pretes disini bertujan untuk mengetahui pemahaman awal siswa.

b. Peneliti melakukan pembelajaran di kelas eksperimen dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bahasan GLB dan GLBB.

c. Untuk melihat keterlibatan siswa di dalam kelas eksperimen, peneliti menghadirkan 2 orang observer untuk menilai keseluruhan keterlibatan siswa dalam belajar.

d. Setelah proses pembelajaran kooperatif tipe STAD selesai dilakukan, peneliti melakukan postes kepada siswa.

e. Hasil pretes dan postes dianalisis untuk melihat apakah metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa atau tidak.

f. Wawancara di kelas eksperimen dilakukan setelah mengetahui nilai postes siswa.


(59)

2. Kelas Kontrol.

Kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensionl yaitu ceramah di kelas X5. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan pada kelas kontrol adalah sebagai berikut:

a. Sama dengan kelas eksperimen, sebelum melakukan pembelajaran peneliti melakukan pretes terlebih dahulu untuk melihat pengetahuan awal siswa

b. Peneliti melakukan pembelajaran konvensional dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, contoh dan latihan soal.

c. Pada saat peneliti melakukan pengajaran, 2 orang teman dihadirkan peneliti untuk melihat keterlibatan siswa d dalam kelas kontrol.

d. Setelah proses pembelajaran selesai, peneliti memberikan soal postes kepada siswa.

e. Hasil pretes dan postes dianalisis, kemudian dilihat apakah metode pembelajaran ini dapat membantu meningkatkan prestasi belajar siswa atau tidak.

F. F.

F.F. InstrumenInstrumenInstrumenInstrumen Penelitian.Penelitian.Penelitian.Penelitian.

Instrumen penelitian ini dikelompokkan menjadi dua sebagai berikut: (1) instrumen perlakuan, yaitu silabus dan RPP (2) instrumen pengukuran yaitu pretes dan postes, lembar tugas, kuis individual, lembar pengamatan siswa (lembar observasi) dan pertanyaan wawancara.


(60)

1. Instrumen Perlakuan. a. Silabus.

Adapun komponen atau bagian-bagian yang terkandung dalam silabus adalah standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, alokasi waktu, penilaian dan sumber belajar. Format silabus yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

SILABUS SILABUS SILABUS SILABUS

Satuan Pendidikan :

Mata pelajaran :

Kelas / Semester :

Standar kompetensi :

Kompetensi dasar

Materi pembelajaran

Kegiatan pembelajaran

Indikator Alokasi waktu

Penilaian Sumber belajar

(lihat pada lampiran 5)

b. RPP.

Selain silabus, dalam setiap mengajar guru harus mempunyai pegangan yang digunakan untuk mengontrol jalannya kegiatan pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP ini


(61)

berisi rancangan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Format RPP yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Rancangan

RancanganRancanganRancangan PelaksanaanPelaksanaanPelaksanaanPelaksanaan PembelajaranPembelajaranPembelajaranPembelajaran RPP

RPP RPP RPP

Satuan Pendidikan :

Kelas / Semester :

Mata Pelajaran :

Materi Pembelajaran :

Jumlah Pertemuan :

Standar Kompetensi: Kompetensi Dasar:

Indikator Pencapaian Kompetensi: A. Tujuan Pembelajaran

B. Materi Ajar C. Alokasi Waktu D. Metode Pembelajaran E. Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Pertemuan

PertemuanPertemuan PertamaPertamaPertamaPertama (1x45(1x45(1x45(1x45 menit)menit)menit)menit)

No. Kegiatan Waktu

1 Pendahuluan 5 menit

2 Kegiatan Inti 35 menit


(62)

Pertemuan Pertemuan

PertemuanPertemuan KeduaKeduaKeduaKedua (2x45(2x45(2x45(2x45 menit)menit)menit)menit)

No. Kegiatan Waktu

1 Pendahuluan 5 menit

2 Kegiatan Inti 80 menit

3 Penutup 5 menit

F. Penilaian Hasil belajar G. Sumber Belajar/ Alat/ Media.

(lihat pada lampiran 6)

2. Instrumen Pengukuran. a. Pretes dan Postes.

Pretes diberikan pada awal pembelajaran, sedangkan postes diberikan setelah pembelajaran telah selesai dilakukan. Tujuan pretes dan postes yaitu untuk mengetahui pemahaman siswa dan perkembangannya diawal dan diakhir pembelajaran dengan metode yang digunakan. Pretes dan postes disusun berdasarkan konsep-konsep yang berkaitan dengan bahasan mengenai GLB dan GLBB. Kriteria pembuatan soal untuk pretes dan postes dilakukan dengan sama, yang meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Soal pretes dan postes akan berbentuk soal uraian dengan jumlah sebanyak 6 soal.


(63)

b. Lembar Tugas.

Lembar tugas merupakan salah satu media yang sering digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Lembar tugas sangat membantu guru di dalam kelas karena dapat membantu siswa dalam belajar. Lembar tugas berisi tentang latihan soal yang meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi yang biasanya akan dikerjakan siswa setelah siswa saat belajar. Lembar tugas ini dapat mengoptimalkan hasil dan prestasi belajar siswa.

Dalam penelitian ini lembar tugas digunakan sebagai media dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD. Lembar tugas dimaksudkan sebagai panduan untuk membantu siswa pada saat diskusi di dalam kelompok. Oleh karena itu lembar tugas disusun oleh peneliti secara berurutan agar dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran yang telah diajarkan. Lembar tugas didiskusikan di dalam kelompok.

(daftar pertanyaan dan jawaban lembar tugas pada lampiran 9)

c. Kuis Individual.

Kuis individual digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah pembelajaran kooperatif tipe STAD dilakukan sekitar satu atau dua periode. Kuis individual merupakab salah satu komponen utama pembelajaran kooperatif tipe STAD.


(64)

(daftar pertanyaan dan jawaban lembar kuis individual lihat pada lampiran 10)

d. Lembar Pengamatan Siswa.

Lembar pengamatan digunakan untuk melihat keterlibatan siswa di dalam kelas. Daftar lembar pengamatan keterlibatan siswa disusun dengan aspek sebagai berikut:

1. Kemampuan siswa berpartisipasi aktif di dalam kelas dan kelompok (bersifat umum).

2. Kemampuan siswa menjawab pertanyaan guru.

3. Siswa memperhatikan guru saat mengajar atau menjelaskan. 4. Mengajukan pertanyaan di dalam kelompok dan kepada guru.

(daftar lembar pengamatan siswa lihat pada lampiran 11)

e. Pertanyaan Wawancara.

Wawancara akan dilakukan setelah penelitian selesai dilaksanakan. Wawancara akan ditujukan kepada guru fisika dan kepada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Siswa yang diwawancarai hanya diambil beberapa saja. Siswa yang diwawancarai adalah siswa yang memiliki kriteria pencapaiannya hasil pretes dan postes yang baik dan buruk. Maksudnya adalah siswa yang hasil pretes dan postes mengalami peningkatan dan tidak mengalami peningkatan. Adapun tujuan wawancara ini dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan oleh peneliti. Apakah metode penelitian ini


(65)

akan berpengaruh positif terhadap antusiasme siswa di dalam kelas dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

(daftar pertanyaan wawancara lihat pada lampiran 12)

G. G.

G.G. MetodeMetodeMetodeMetode AnalisisAnalisisAnalisisAnalisis Data.Data.Data.Data.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS for

windowversi 16 dengan analisis uji statistik meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas.

Uji normalitas merupakan prasyarat agar data dapat dianalisis statistik. Uji normalitas diuji dengan menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov. Jika data yang dianalisis berdistribusi normal maka data dapat diuji dengan menggunakan metode parametrik, sedangkan jika data tidak berdistribusi normal dapat digunakan metode statistik non-parametrik (Santoso, 2010: 367). Data yang diuji normalitas melipusi semua data yang didapatkan setelah penelitian selesai dilakukan.

2. Uji Homogenitas.

Tujuan dari uji homogenitas adalah untuk mengetahui apakah kedua kelas yang akan diteliti memiliki varians yang sama atau tidak, dengan kata lain uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas yang akan diteliti sungguh-sungguh memiliki keadaan awal yang sama atau berbeda. Uji varians diuji dengan menggunakan uji t independen dengan data nilai pretes dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(66)

3. Uji T.

Dalam penelitian ini uji t meliputi:

a. Uji T Dua Sampel Berpasangan (Paired Samples T-Test)

Uji ini dilakukan terhadap dua sampel yang berpasangan. Sampel yang berpasangan diartikan dengan subjek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda (Santoso, 2010: 276). Data yang diuji stastitik paired samples t-test yaitu:

1) Data pretes dan postes pada kelas eksperimen 2) Data pretes dan postes pada kelas kontrol.

b. Uji T Untuk Dua Sampel Independen (Independent Samples T-Test) Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata (mean) antara dua populasi dengan melihat rata-rata kedua sampel tersebut (Santoso, 2010: 264).

Data yang diuji stastitik independen samples t-test yaitu:

1) Nilai pretes dari kelas eksperimen dan nilai pretes dari kelas kontrol (uji homogenitas)

2) Nilai postes dari kelas eksperimen dan nilai postes dari kelas kontrol (melihat perbedaan mean).

3) Keterlibatan siswa dari kelas eksperimen dan keterlibatan siswa dari kelas kontrol.


(67)

4. Lembar Pengamatan Siswa (Lembar Observasi).

Peneliti menggunakan lembar observasi untuk melihat keterlibatan siswa di dalam kelas. Lembar observasi di analisis dengan cara menjumlahkan seluruh skor tiap-tiap siswa dalam lembar observasi. Skor minimal pada siswa yaitu 4 dan skor maksimal pada siswa 16. Dari uraian tersebut, peneliti dapat mencari interval keterlibatan siswa di dalam kelas sebagai berikut:

34 124

4 16

tan

= =

− =

− =

Interval NilaiKeterliba Minimal Skor

Maksimal Skor

Interval

Dari interval di atas, maka dapat dibuat tabel untuk melihat keterlibatan siswa di dalam kelas. Tabel hasil keterlibatan siswa dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel Tabel Tabel

Tabel 3.1.3.1.3.1.3.1. TabelTabelTabelTabel IntervalIntervalIntervalInterval KeterlibatanKeterlibatanKeterlibatanKeterlibatan SiswaSiswaSiswaSiswa

Keterangan Interval frekuensi % frekuensi

Keterlibatan siswa sangat baik 14-16

Keterlibatan siswa baik 11-13

Keterlibatan siswa cukup baik 8-10


(68)

5. Wawancara.

Wawancara dianalisis dengan cara melihat tanggapan guru dan siswa pada pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dimana hasil wawancara tersebut akan dideskripsikan dan ditarik sebuah kesimpulan apakah

pembelajaran kooperatif tipe STAD tersebut sungguh dapat


(69)

47

BAB BAB BABBAB IVIVIVIV HASIL

HASIL HASIL

HASIL PENELITIANPENELITIANPENELITIANPENELITIAN DANDANDANDAN PEMBAHASANPEMBAHASANPEMBAHASANPEMBAHASAN

A. A.

A.A. DESKRIPSIDESKRIPSIDESKRIPSIDESKRIPSI PENELITIANPENELITIANPENELITIANPENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta, pada tanggal 20 oktober 2012 sampai 30 november 2012. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X6 dan kelas X5. Kelas X6 dikategorikan sebagai kelas eksperimen, pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kelas X6 terdiri dari 13 siswa putra dan 19 siswi putri. Sedangkan kelas X5 terdiri dari 11 siswa putra dan 21 siswa putri. Kelas X5 dikategorikan sebagai kelas kontrol, pembelajaran dengan metode konvensional yaitu metode ceramah dan tanya jawab.

Alasan peneliti memilih SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta sebagai tempat penelitian karena peneliti pernah ke sekolah tersebut untuk melakukan penelitian mata kuliah Metodologi Penelitian Pembelajaran Fisika semester VII. Peneliti kurang lebih sudah mengetahui keadaan sekolah dan berharap dapat memberikan kontribusi yang baik bagi kemajuan pendidikan di SMA tersebut.

Jadwal dan kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel

TabelTabelTabel 4.1.4.1.4.1.4.1. JadwalJadwalJadwalJadwal dandandandan KegiatanKegiatanKegiatanKegiatan PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

Kelas Hari/Tanggal Pukul Kegiatan


(70)

pembelajaran STAD kepada siswa

Selasa, 30 oktober 2012 08.30 – 10.00 Siswa mempelajari materi GLB Kamis, 01 november 2012 10.15 – 11.00 Membahas soal, kuis GLB Selasa, 04 november 2012 08.30 – 10.00 Siswa mempelajari materi GLBB Kamis, 08 november 2012 10.15 – 11.00 Membahas soal, kuis GLBB Selasa, 13 november 2012 08.30 – 10.00 Mempelajari materi, membahas

soal dan rekognisi tim Selasa, 20 november 2012 08.30 – 10.00 Postes, wawancara.

X5 Selasa, 23 oktober 2012 12.00 – 13.30 Perkenalan, pretes, menjelaskan tujuan penelitian.

Selasa, 30 oktober 2012 12.00 – 13.30 Peneliti mengajar materi GLB Kamis, 01 november 2012 07.45 – 08.30 Membahas materi, tugas dan soal Selasa, 04 november 2012 12.00 – 13.30 Peneliti mengajar materi GLBB Kamis, 08 november 2012 07.45 – 08.30 Membahas materi, tugas dan soal Selasa, 13 november 2012 12.00 – 13.30 Mempelajari materi dan

membahas soal. Selasa, 20 november 2012 12.00 – 13.30 Postes.

B. B.

B.B. DATADATADATADATA DANDANDANDAN ANALISAANALISAANALISAANALISA DATADATADATADATA 1.

1.

1.1. DATADATADATADATA PENELITIANPENELITIANPENELITIANPENELITIAN PRETESPRETESPRETESPRETES DANDANDANDAN POSTES.POSTES.POSTES.POSTES.

Berikut ini akan dijabarkan data penelitian berupa pretes dan postes untuk pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas eksperimen (X6) dan metode ceramah di kelas kontrol (X5) pada tabel 4.2.


(71)

Tabel Tabel Tabel

Tabel 4.2.4.2.4.2.4.2. DataDataDataData PretesPretesPretesPretes PostesPostesPostesPostes KKKKelaselaselaselas EEEEksperimenksperimenksperimenksperimen dandandandan KKKKelaselaselaselas kontrolkontrolkontrolkontrol.... Kode

Siswa

Metode Eksperimen (X6) Metode Ceramah (X5)

Nilai Pretes Nilai Postes Nilai Pretes Nilai Postes

A1 1,81 7,72 1,01 7,05

A2 1,41 7,65 0,07 2,82

A3 0,94 6,71 1,07 5,03

A4 0,2 4,7 0,27 2,21

B1 1,68 6,71 1,54 5,1

B2 0,4 4,03 0,2 3,29

B3 0,74 5,03 0,54 1,81

B4 0,54 5,03 0,27 2,75

C1 2,75 7,79 0,81 5,44

C2 0,54 5,7 1,68 7,11

C3 0,34 5,37 1,01 6,38

C4 0,6 3,36 0,47 1,74

D1 0,94 4,63 1,01 3,76

D2 1,68 6,11 0,2 4,7

D3 0,07 3,7 0,74 5,44

D4 0,13 4,5 1,41 5,7

E1 1,07 5,64 1,01 2,62

E2 0,81 5,37 0,4 3,83

E3 0,07 4,97 0,81 3,42

E4 0,34 2,75 0,34 3,36

F1 1,01 4,56 1,41 7,25

F2 1,68 5,17 0,54 3,62

F3 0,2 4,43 0,47 1,14

F4 0,4 5,5 0,4 2,42

G1 1,07 4,83 0,07 2,55

G2 0,13 3,22 0,07 3,15

G3 0,54 6,71 0,94 4,43

G4 0,47 5,84 0,07 1,74


(72)

H2 0,4 4,56 1,68 6,17

H3 0,34 3,96 0,54 4,5

H4 0,67 4,97 0,13 6,58

a. a.

a.a. UjiUjiUjiUji NormalitasNormalitasNormalitasNormalitas PretesPretesPretesPretes dandandandan Postes.Postes.Postes.Postes.

Uji normalitas dilakukan sebagai prasyarat agar data dapat dianalisis. Uji normalitas sendiri digunakan untuk mengetahui apakah data atau sampel yang akan digunakan terdistribusi dengan normal atau tidak. Uji normalitas di uji dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.0 dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Pengujian signifikan dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas (p) dengan level signifikan (α=0.05) yang diperoleh dari perhitungan SPSS 16.

Metode pengambilan keputusan untuk uji normalitas adalah dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Jika nilai probabilitas (p) > 0,05 berarti tidak ada perbedaan antara distribusi data dengan distribusi normal, artinya data berdistribusi normal.

b. Jika nilai probabilitas (p) < 0,05 berarti terdapat perbedaan antara distribusi data dengan distribusi normal, artinya data tidak berdistribusi normal.

Untuk uji dua sisi, setiap sisi dibagi 2, maka: a. Jika nilai probabilitas/2 > 0,025 maka data normal b. Jika nilai probabilitas/2 > 0,025 maka data tidak normal


(1)

(2)

Lampiran 18.

SERTIFIKAT SERTIFIKAT


(3)

(4)

Lampiran 19.

FOTO FOTO

FOTOFOTO KEGIATANKEGIATANKEGIATANKEGIATAN PEMBELAJARANPEMBELAJARANPEMBELAJARANPEMBELAJARAN 1.

1.

1.1. KelasKelasKelasKelas EksperimenEksperimenEksperimenEksperimen (X6).(X6).(X6).(X6). Suasana

SuasanaSuasanaSuasana BelajarBelajarBelajarBelajar Kelompok:Kelompok:Kelompok:Kelompok:

Kuis


(5)

Wawancara

WawancaraWawancaraWawancara Siswa:Siswa:Siswa:Siswa:

Foto


(6)

2. 2. 2.

2. KelasKelasKelasKelas KontrolKontrolKontrolKontrol (X5).(X5).(X5).(X5). Suasana

SuasanaSuasanaSuasana Belajar:Belajar:Belajar:Belajar:

Foto


Dokumen yang terkait

Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

2 14 159

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Peningkatan prestasi belajar Matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada operasi hitung pecahan sederhana siswa kelas III SD Karitas Ngaglik Sleman.

0 2 132

Pengaruh persepsi siswa tentang metode pengajaran, media pengajaran, dan pengelolaan kelas terhadap prestasi belajar ekonomi siswa : studi kasus siswa SMA Negeri 1 Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.

0 1 204

Peningkatan motivasi dan prestasi belajar sejarah siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe mind mapping di kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik

0 0 194

PENGARUH PEMBELAJARAN DIAGRAM ROUNDHOUSE TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF DAN METAKOGNITIF SISWA SMA N 1 NGAGLIK SLEMAN YOGYAKARTA.

0 0 12

penelitian adi wijaya

0 0 7

Perbedaan metode ceramah dengan metode simulasi komputer terhadap hasil belajar fisika yang menekankan aspek kognitif siswa kelas X SMA Negeri I Ngemplak pada pokok bahasan gerak lurus beraturan [GLB] - USD Repository

0 1 139

KOOPERATIF TIPE TIPE STAD STAD STAD TERHADAP TERHADAP TERHADAP PRESTASI PRESTASI PRESTASI BELAJAR BELAJAR BELAJAR SISWA SISWA SISWA ASPEK ASPEK KOGNITIF KOGNITIF PRODUK PRODUK PRODUK PADA PADA PADA BAHASAN BAHASAN BAHASAN GLB GLB GLB DAN DAN DAN GLBB GLBB

0 0 203