Peningkatan motivasi dan prestasi belajar sejarah siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe mind mapping di kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik

(1)

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

MIND MAPPING DI KELAS X IPS 1 SMA NEGERI 1 NGAGLIK SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh: Jatrina NIM: 131314056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

MIND MAPPING DI KELAS X IPS 1 SMA NEGERI 1 NGAGLIK SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh: Jatrina NIM: 131314056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan penuh ucapan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Kedua orang tua saya “Bapak Ayub Len dan Ibu Ernita Lifan” dan Adik -adik saya “Stepani Juari, Heber Repandi, dan Ulem Aprillona” yang selalu mendukung serta mendoakan saya.


(6)

v

MOTTO

Karena masa depan sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang. (Amsal 23:18)

Kamu tidak pernah gagal hingga kamu berhenti mencoba. (Albert Einstein)

Jangan pernah berhenti belajar, karena hidup tidak pernah berhenti mengejar. (Jatrina)


(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 24 Juli 2017 Penulis,


(8)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Jatrina

NIM : 131314056

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

MIND MAPPING DI KELAS X IPS 1 SMA NEGERI 1 NGAGLIK” Dengan demikian, saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain dan mempublikasikannya di internet untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian peryataan ini, saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 24 Juli 2017

Yang menyatakan,


(9)

viii

ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIPE MIND MAPPING DI

KELAS X IPS 1 SMA NEGERI 1 NGAGLIK Jatrina

Universitas Sanata Dharma 2017

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan (1) motivasi belajar sejarah siswa selama penerapan model pembelajaran kooperatif, (2) prestasi belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran Mind Mapping.

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kurt Lewin yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik, Sleman yang melibatkan 32 siswa. Objek penelitian adalah motivasi, prestasi dan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, kuesioner, dan tes. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dengan persentase.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: terjadi peningkatan motivasi belajar siswa dari skor rata-rata motivasi pada keadaan awal 70,20 dan meningkat menjadi 77,26 atau 7,06% pada siklus II. Terjadi peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata keadaan awal 74,34, meningkat menjadi 77,85 atau 3,51% pada siklus I, dan meningkat menjadi 85,30 atau 7,45% pada siklus II. Dari segi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada keadaan awal yang mencapai KKM sebesar 56,25%, pada siklus I meningkat menjadi 75% dan pada siklus II mengalami peningkatan 93,75%.


(10)

ix

ABSTRACT

IMPROVING MOTIVATION AND LEARNING ACHIEVEMENT HISTORY THROUGH TYPE MIND MAPPING MODEL IN CLASS X IPS

1 SMA NEGERI 1 NGAGLIK Jatrina

Sanata Dharma University 2017

This study aims to improve (1) students motivation to learn the history during the implementation of cooperative learning model, (2) students learning achievement after the application of learning model Mind Mapping.

The research method used has Classroom Action Research (PTK) using Kurt Lewin model which includes planning, implementation, observation, and reflection. Subjects in the study were the students of class X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik, Sleman involving 32 students. The objects of research are motivation, achievement and model of cooperative learning type Mind Mapping. Data collection used observation, interviews, questionnaires, and tests. Data analysis used comparative descriptive analysis technique with percentage.

The results of this study indicate that: there is an increase in student motivation from the average score of motivation at the initial state of 70.20 and increased to 77.26 or 7.06% in cycle II. An increase in student achievement can be seen from the initial average value of 74.34 that increased to 77.85 or 3.51% in cycle I, and increased to 85.30 or 7.45% in cycle II. In terms of Minimum Exhaustiveness Criteria (KKM) at the initial state reached the KKM of 56.25%, in the first cycle and increased to 75% and in the second cycle increased 93.75%. Keyword: Improving Learning, Learning Achievement and Mind Mapping


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan karunianya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Motivasi Dan Prestasi Belajar Sejarah Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping Di Kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan kemudahan

bagi penulis selama menuntut ilmu di Program Studi Pendidikan Sejarah. 3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang telah

membimbing penulis dengan segala kasih, perhatian, kesabaran dan selalu memotivasi selama penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. A.K. Wiharyanto, M.M., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing penulis dengan segala kasih, perhatian, kesabaran dan selalu memotivasi selama penulisan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan sekretariat Progam Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberi dukungan selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

6. Kepala SMA Negeri 1 Ngaglik yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.


(12)

xi

7. Kepada Bapak Triyana, S.Pd., selaku guru sejarah SMA Negeri 1 Ngaglik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis ketika penelitian berlangsung.

8. Seluruh siswa SMA Negeri 1 Ngaglik khususnya siswa kelas X IPS 1 tahun ajaran 2016/2017.

9. Kedua orang tua dan adik-adik saya yang telah memberikan dukungannya baik dukungan moral berupa semangat maupun dukungan finansial serta doa yang selalu dipanjatkan kepada Tuhan Yesus untuk saya.

10.Kepada sahabat, dan teman-teman angkatan 2013 Program Studi Pendidikan Sejarah yang selama ini memberi semangat dan motivasi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 24 Juli 2017 Penulis,


(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Pemecahan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Kajian Teori... 9

1. Konsep Motivasi ... 9

2. Konsep Belajar ... 11

3. Konsep Sejarah ... 15

4. Pembelajaran Sejarah ... 16

5. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah ... 17

6. Prestasi belajar ... 18


(14)

xiii

8. Pembelajaran Kooperatif ... 23

9. Model Pembelajaran Mind Mapping ... 24

B. Materi Pembelajaran ... 26

C. Penelitian yang Relevan ... 26

D. Kerangka Berpikir ... 27

E. Hipotesis ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 29

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Setting Penelitian ... 30

1. Tempat Penelitian ... 30

2. Waktu Penelitian ... 30

C. Subjek Penelitian ... 31

D. Objek penelitian ... 31

E. Variabel-variabel Penelitian ... 31

F. Definisi Oprasional Variabel ... 31

G. Metode Pengumpulan Data ... 33

1. Observasi ... 33

2. Dokumentasi ... 33

3. Tes ... 33

4. Wawancara ... 33

5. Kuesioner ... 34

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 34

1. Alat Pengumpulan Data ... 34

2. Validitas dan Reliabilitas ... 35

3. Hasil Uji Coba Instrumen ... 38

I. Desain Penelitian ... 40

J. Analisis Data ... 40

1. Analisis Kualitatif ... 41

2. Analisis Kuantitatif ... 41

3. Analisis Komparatif ... 46


(15)

xiv

1. Pra Siklus ... 48

2. Rencana Tindakan ... 49

a. Siklus 1 ... 49

b. Siklus 2 ... 50

L. Indikator Keberhasilan... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Deskripsi Pelaksanaan ... 52

1. Observasi Pra Siklus ... 52

2. Siklus I ... 60

a. Perencanaan Siklus I ... 61

b. Tindakan Siklus I ... 61

c. Observasi Kegiatan Belajar Siswa ... 63

d. Refleksi Siklus I ... 68

3. Siklus II ... 69

a. Perencanaan Siklus II ... 70

b. Tindakan Siklus II... 71

c. Observasi Kegiatan Belajar Siswa ... 72

d. Refleksi Siklus II ... 79

B. Komparasi Aktivitas Belajar, Motivasi dan Prestasi Belajar ... 79

1. Komparasi Aktivitas Belajar Siswa di Kelas ... 79

a. Komparasi Pra Siklus dengan Siklus I ... 80

b. Komparasi Siklus I dengan Siklus II ... 81

2. Komparasi Motivasi Belajar Siswa ... 81

3. Komparasi Prestasi Belajar Siswa ... 82

a. Komparasi Pra Siklus dengan Siklus I ... 85

b. Komparasi Siklus I dengan Siklus II ... 87

C. Pembahasan ... 90

1. Motivasi Belajar Sejarah Siswa ... 90

2. Prestasi Belajar Sejarah Siswa ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

A. Kesimpulan ... 96


(16)

xv

DAFTAR PUSTAKA ... 98 LAMPIRAN ... 100


(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar I : Kerangka Berpikir………. 28

Gambar II : Bagan Siklus Penelitian………. 40 Gambar III : Diagram Keadaan Awal Motivasi Belajar Siswa………….. 57 Gambar IV : Diagram Keadaan Awal Prestasi Belajar Siswa……… 60 Gambar V : Diagram Prestasi Belajar Siswa Kelas X IPS 1 Siklus I…… 67 Gambar VI : Diagram Keadaan Motivasi Belajar Siswa Siklus II………. 76 Gambar VII : Diagram Prestasi Belajar Siswa Kelas X IPS 1 Siklus II….. 78 Gambar VIII : Diagram Komparasi Motivasi Pra Siklus dengan Siklus II... 84 Gambar IX : Diagram Komparasi Prestasi Pra Siklus dengan Siklus I….. 87 Gambar X : Diagram Komparasi Prestasi Siklus I dengan Siklus II……. 90


(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Keterangan Penilaian Acuan Patokan I (PAP I) ... 41

Tabel 2: Penilaian Kegiatan Belajar Siswa kelas X IPS 1 (On Task) ... 42

Tabel 3: Penilaian Kegiatan Belajar Siswa kelas X IPS 1 (Off Task) ... 42

Tabel 4: Penilaian Kegiatan Kooperatif Belajar Siswa ... 43

Tabel 5: Contoh Angket Motivasi Belajar Siswa ... 44

Tabel 6: Keterangan Penilaian Acuan Patokan 1 (PAP I) ... 44

Tabel 7: Analisis Motivasi Belajar Sejarah Siswa ... 44

Tabel 8: Keterangan Penilaian Acuan Patokan 1 (PAP I) ... 45

Tabel 9: Analisis Prestasi Belajar Sejarah Siswa ... 45

Tabel 10: Analisis Komparatif Aktivitas Belajar Siswa ... 46

Tabel 11: Analisis Komparatif Prestasi Belajar Siswa ... 47

Tabel 12: Analisis Komparatif Prestasi Belajar Siswa ... 47

Tabel 13: Indikator Keberhasilan ... 51

Tabel 14: On Task ... 53

Tabel 15: Off Task ... 53

Tabel 16: Data Kegiatan Kooperatif Siswa Pra Siklus ... 55

Tabel 17: Data Keadaan Awal Motivasi Belajar Siswa Kelas X IPS 1 ... 56

Tabel 18: Data Analisis Keadaan Awal Motivasi Siswa ... 57

Tabel 19: Data Keadaan Awal Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas X IPS 1 ... 58

Tabel 20: Data Analisis Prestasi Belajar Pra Siklus... 59

Tabel 21: Data Kegiatan Kooperatif Siswa Pertemuan 1 Siklus I ... 64

Tabel 22: Data Kegiatan Kooperatuf Siswa Pada Pertemuan 2 Siklus I ... 64

Tabel 23: Data Prestasi Belajar Siswa Kelas X IPS 1 Siklus I ... 65

Tabel 24: Data Analisis Prestasi Siswa Pada Siklus I ... 67

Tabel 25: Data Kegiatan Belajar Siswa Siklus II ... 73

Tabel 26: Data Motivasi Belajar Siswa Kelas X IPS 1 Siklus II ... 74

Tabel 27: Data Analisis Motivasi Siswa ... 75

Tabel 28: Hasil Prestasi Siswa Siklus II ... 76

Tabel 29: Data Analisis Prestasi Siswa Siklus II ... 78


(19)

xviii

Tabel 31: Komparasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus II ... 81

Tabel 32: Komparasi Motivasi Belajar Siswa Pra Siklus dengan Siklus II ... 82

Tabel 33: Komparasi Tingkat Motivasi Belajar Pra Siklus dan Siklus II ... 83

Tabel 34: Komparasi Prestasi Belajar Siswa Pra Siklus dengan Siklus I ... 85

Tabel 35: Komparasi Tingkat Prestasi Siswa Pra Siklus dengan Siklus I ... 86

Tabel 36: Komparasi Prestasi Belajar Siswa Siklus I dengan Sikus II ... 87


(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penelitian ... 100

Lampiran 2a Surat Izin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma ... 101

Lampiran 2b Surat Izin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik ... 102

Lampiran 2c Surat Izin Penelitian dari DISDIKPORA ... 103

Lampiran 2d Surat Pernyataan Sudah Melakukan Penelitian di SMA ... 104

Lampiran 3 Silabus ... 105

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 113

Lampiran 5a Kisi-Kisi Soal Uji Kompetensi I ... 133

Lampiran 5b Kisi-Kisi Soal Uji Kompetensi II ... 140

Lampiran 6a Soal Uji Kompetensi I... 143

Lampiran 6b Soal Uji Kompetensi II ... 150

Lampiran 7 Kisi-kisi Instrumen Motivasi ... 154

Lampiran 8 Kuesioner Motivasi ... 157

Lampiran 9 Daftar Hadir Siswa Kelas X IPS 1... 160

Lampiran 10 Lembar Diskusi Kelompok ... 161

Lampiran 11 Lembar Jawaban ... 162

Lampiran 12 Validitas Motivasi ... 163

Lampiran 13 Reliabilitas Motivasi ... 164

Lampiran 14a Validitas Soal PG Siklus I ... 165

Lampiran 14b Validitas Soal Essay Siklus I ... 166

Lampiran 14c Validitas Soal PG Siklus II ... 167

Lampiran 14d Validitas Soal Essay Siklus II ... 168

Lampiran 15a Reliabilitas Soal PG Siklus I ... 169

Lampiran 15b Reliabilitas Soal Essay Siklus I ... 170

Lampiran 15c Reliabilitas Soal PG Siklus II ... 171

Lampiran 15d Reliabilitas Soal Essay Siklus II ... 172


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2001 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan diri, masyarakat, bangsa, dan negara.1

Pendidikan merupakan suatu proses interaksi manusia dengan lingkungannya yang berlangsung secara sadar dan terencana dalam rangka mengembangkan segala potensinya, baik jasmani (kesehatan fisik) dan rohani (pikir, rasa, karsa, karya, cipta, dan budi nurani) yang menimbulkan perubahan positif dan kemajuan, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang berlangsung secara terus-menerus guna mencapai tujuan hidup. Pendidikan dapat dipahami sebagai proses dan hasil. Sebagai proses, pendidikan merupakan serangkaian kegiatan interaksi manusia dengan lingkungannya yang dilakukan secara sengaja dan terus menerus. Sementara sebagai hasil, pendidikan menunjuk pada hasil interaksi manusia dengan lingkungannya berupa perubahan dan peningkatan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

1 Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan : Asas dan Filsafat Pancasila ,Yogyakarta, Ar-Ruzz


(22)

Pendidikan dewasa ini sangat memprihatinkan karena siswa banyak yang kurang memperhatikan mata pelajaran pada saat guru menerangkan dan guru aktif sedangkan siswa menjadi pasif. Materi yang diajarkan kurang menarik perhatian siswa, guru masih memakai model ceramah, sehingga siswa kurang memperhatikan, sehingga siswa merasa bosan, selain itu, kondisi kelas yang kurang kondusif misalnya siswa main sendiri, ribut sendiri, dan berbicara kepada temannya sehingga tidak memperhatikan guru yang menerangkan pelajaran serta main HP (handphone) sendiri. Dalam proses pembelajaran juga terdapat siswa yang sangat pasif, tidak berpendapat ataupun mengajukan pertanyaan, sehingga mengakibatkan guru yang aktif sendiri. Sarana dan prasarana kurang lengkap karena guru tidak menggunakan media dalam pembelajaran, seperti laptop, LCD, dan gambar, misalnya peta. Akibat kondisi itu, pasti akan terasa ada yang kurang dan pembelajaran kurang optimal sehingga menyebabkan munculnya masalah dalam proses berlangsungnya pembelajaran.

Dalam interaksi belajar mengajar ditemukan bahwa proses belajar yang dilakukan oleh siswa merupakan kunci keberhasilan belajar. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar. Aktivitas mempelajari tergantung pada jenis dan sifat bahan. Lama waktu mempelajari juga tergantung pada kemampuan siswa. Aktivitas belajar tersebut juga dapat diketahui oleh guru dari perlakuan siswa terhadap bahan belajar. Proses belajar sesuatu dialami oleh siswa dan aktivitas belajar sesuatu dapat diamati oleh guru.2


(23)

Seorang guru sejarah juga harus dapat memberi pengertian bahwa pendidikan sejarah mempunyai fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian bangsa, kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang baik. Hal ini merupakan tugas seorang pendidik yang cukup sulit karena sampai saat ini masih terus dipertanyakan keberhasilannya dalam mendidik. Oleh karena itu, perlu diperbaiki dalam pelaksanaan proses pembelajarannya.

SMA Negeri 1 Ngaglik Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta merupakan sekolah yang akreditasinya A. Memiliki 39 guru, siswa laki-laki berjumlah 230 dan perempuan berjumlah 312, memiliki 2 jurusan, ruang kelas berjumlah 22, memiliki 1 perpustakaan. Banyak prestasi dan penghargaan yang telah diraih oleh SMA Negeri 1 Ngaglik baik melalui akademik maupun non akademik. Lingkungan SMAN 1 Ngaglik cukup nyaman dan indah. Ruang kelasnya juga rapi dan bersih sehingga nyaman untuk belajar. Selain itu, terdapat perpustakaan untuk para siswa untuk membaca dan mengerjakan tugas kelompok. Namun, dalam proses pembelajaran di SMAN 1 Ngaglik, ternyata banyak guru-guru yang masih menggunakan model yang kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran dan terkadang model pembelajaran bersifat guru sentris (teacher centered), sehingga siswa menjadi pasif. Selama proses belajar, banyak siswa yang masih berbicara dengan teman-temannya, ada yang ribut sendiri, main HP, dan siswa tersebut juga tidak bertanya jika merasa tidak tahu, mereka hanya diam, sehingga proses belajar dan mengajar kurang efektif.


(24)

Demikian halnya di kelas X IPS 1. Dalam proses kegiatan belajar mengajar guru masih bersifat guru sentris (teacher centered), sehingga siswa merasa bosan, akibatnya mereka malas belajar, tidak memperhatikan guru, asik berbicara dengan teman sebangkunya, sibuk main Hp sendiri (handphone), bahkan ada yang tidur dalam kelas. Selain itu, siswa juga kurang tepat waktu (on time) pada saat masuk kelas dan selama proses kegiatan belajar mengajar.

Keadaan ini didukung hasil wawancara dengan guru sejarah kelas X IPS I SMA Negeri 1 Ngaglik menyatakan bahwa, siswa kurang disiplin sehingga menyebabkan keterlambatan masuk kelas, kurangnya kesiapan siswa dalam pelajaran sejarah sehingga siswa kurang aktif dalam pelajaran sejarah, siswa sibuk main HP sendiri, asik berbicara dengan teman sebangkunya, banyak siswa tidak membawa buku paket dan hanya bawa LKS. Sehingga ketika mengerjakan tugas dan jawabannya tidak ada di LKS, siswa akan cenderung mencari di internet. Keadaan tersebut berakibat pada proses kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga kurang mendorong munculnya motivasi belajar sejarah. Selain itu, keadaan prestasi kurang memadai, di mana prestasi siswa banyak yang tidak memenuhi KKM yang ditentukan yaitu 75. Dari jumlah 32 orang siswa yang mencapai KKM baru 18 orang dengan presentase 56,25% dan yang belum mencapai KKM 14 orang siswa dengan presentase 43,75%.

Selain itu, berdasarkan hasil wawancara siswa di kelas X IPS 1 bahwa, pelajaran sejarah kurang menarik dan kurang menyenangkan. Keadaan kelas pada proses pembelajaran berlangsung ramai karena banyak siswa yang main dengan temannya, ribut sendiri, main HP sendiri, akan tetapi pada saat pemutaran film


(25)

sejarah semuanya diam dan memperhatikan. Ketika guru melakukan diskusi ada siswa yang aktif dan ada yang pasif sehingga kegiatan diskusi kurang efektif. Ketika siswa mengalami kesulitan dalam pelajaran sejarah mereka akan cenderung mencari (searching) di google dari pada melihat buku paket dan buku-buku yang berkaitan dengan sejarah. Guru juga tidak pernah menerapkan model pembelajaran ketika proses kegiatan belajar mengajar sehingga siswa merasa bosan dengan pelajaran sejarah.

Penggunaan model pembelajaran yang kurang menarik dapat mengurangi perhatian siswa terhadap pembelajaran sejarah maka guru harus menggunakan pembelajaran di dalam kelas seperti diskusi, tanya jawab, dan membentuk kelompok belajar. Hal ini akan memenuhi kebutuhan siswa dan akan menghindari terjadinya kejenuhan yang dialami siswa. Selain penggunaan model yang kurang menarik, masalah lain yang muncul adalah masalah materi dan buku pelajaran sejarah. Secara umum pembelajaran sejarah hanya bersumber pada buku paket untuk dibaca atau LKS untuk dikerjakan secara naratif tanpa diberikan bukti yang konkrit visual seperti gambar, peta dan video.

Oleh karena itu, dalam pelaksanaan proses pembelajaran perlu adanya inovasi pembelajaran dengan berbagai model yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar sejarah siswa. Salah satunya model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa yaitu Mind Mapping dari Tony Buzan. Ia menuliskan tentang pola pemetaan otak yang menggunakan standar baru dengan mengikuti pola curah gagasan atau brainstorming. Mind Mapping atau peta pikiran adalah sebuah diagram yang digunakan untuk mempresentasikan


(26)

kata-kata, ide-ide (pikiran), tugas-tugas atau hal-hal lain yang dihubungkan dari ide pokok otak. Peta pikiran juga digunakan untuk menggeneralisasikan, memvisualisasikan serta mengklasifikasikan ide-ide dan sebagai bantuan dalam belajar, berorganisasi, pemecahan masalah, pengambilan keputusan serta dalam menulis. Model Mind Mapping ini juga merupakan model yang sangat tepat untuk menjabarkan proses tersebut dengan mudah dan efisien.3

Berdasarkan manfaat yang diperoleh dari model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping tersebut untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah, khususnya siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik menjadi subjek penelitian, dengan judul penelitian yaitu “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah melalui model pembelajaran Kooperatif tipe Mind Mapping pada siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik”.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengambil batasan masalah yang diajukan dalam penelitian ini : Apakah penelitian tindakan kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping dapat meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik.


(27)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping dapat meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik?

2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik?

D. Pemecahan Masalah

Cara pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai model pembelajaran yang inovatif salah satunya yaitu Mind Mapping. Dalam proses pembelajaran sejarah, model ini dapat digunakan karena siswa ikut terlibat langsung dan menjadi aktif, sehingga diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar sejarah.

E. Tujuan

Tujuan dari penelitan sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping.


(28)

2. Untuk meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Mind Mapping.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi SMA Negeri 1 Ngaglik

Penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif mengajar di sekolah dalam upaya meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

2. Bagi Guru

Guru mendapat alternatif dalam mengajar dan lebih kreatif dalam menggunakan model pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping dapat memberi inspirasi baru bagi guru-guru khususnya guru mata pelajaran sejarah sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

3. Bagi Siswa

Manfaat bagi siswa untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar sejarah melalui model pembelajaran Mind Mapping dan menambah wawasan yang baru.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti dalam menerapkan model pembelajaran Mind Mapping pada pembelajaran sejarah dan menambah pengalaman peneliti sebagai calon guru sejarah.


(29)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Motivasi Belajar

Pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi kekuatan penggerak belajar. Kekuatan penggerak tersebut berasal dari berbagai sumber. Pada peristiwa pertama, motivasi siswa yang rendah menjadi lebih baik setelah siswa memperoleh informasi yang benar. Pada peristiwa kedua, motivasi belajar dapat menjadi rendah dan dapat memperbaiki kembali. Pada kedua peristiwa tersebut peranan guru untuk mempertinggi motivasi belajar siswa sangat berarti. Pada peristiwa ketiga, motivasi diri siswa tergolong tinggi. Timbul pertanyaan-pertanyaan seperti (i) kekuatan apa yang menjadi penggerak belajar siswa, (ii) berapa lama kekuatan tersebut berpengaruh dalam kegiatan belajar, dan (iii) dapatkah kekuatan tersebut dipelihara.

Siswa belajar karena dorongan kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah dan tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi dianggap sebagai dorongan mental yang mengerakan dan menggarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi


(30)

terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar.4

Motivasi dapat bersifat internal dan eksternal. Beberapa penulis atau ahli yang lain menyebutkan motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi internal atau motivasi instrinsik, adalah dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan aktivitas.5 Sedangkan motivasi eksternal adalah dorongan yang berasal luar diri individu. Tentu setiap siswa melakukan aktivitas belajar diharapkan didorong oleh motivasi internal, karena hal itu menjadi pertanda telah tumbuhnya kesadaran dari dalam diri siswa untuk belajar secara sungguh-sungguh. Namun demikian tidak berarti bahwa motivasi eksternal tidak memiliki posisi yang penting bagi para siswa, karena hasil-hasil penelitian juga banyak menunjukkan bahwa pemberian motivasi menjadi faktor yang memberi pengaruh besar bagi pencapaian hasil belajar atau kesuksesan seseorang.6

Sardiman (1986) mengemukakan ciri-ciri motivasi yang ada pada diri seseorang adalah: Tekun dalam menghadapi tugas atau dapat pekerjaan secara terus menerus dalam waktu lama; ulet menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa, tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh; menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar, lebih suka bekerja sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain; tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapatnya; tidak mudah melepaskan apa yang diyakini; senang mencari dan memecahkan masalah.7

4 Dimyati dan Mudjiono, op.cit., hlm. 80.

5 Anurrahman, Belajar dan Pembelajaran,Bandung, Alfabeta, 2012, hlm. 115. 6 Ibid, hlm. 116.


(31)

2. Konsep Belajar

Belajar merupakan proses dasar dari pada perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkahlakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil. Oleh karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.

Belajar itu terarah kepada pencapaian tujuan. Orang yang lapar merasakan kondisi yang tidak seimbang dalam dirinya. Dia menolak untuk mengatasi hal lapar yang diderita. Kebutuhan itu sendiri melahirkan keinginan untuk makan sebagai motivasinya untuk memenuhi kebutuhan untuk mengatasi lapar.8

a. Gambaran tentang tempat belajar

Suatu tempat adalah arah atau sikap terhadap pekerjaan. Di dalam suatu tempat terdapat berbagai alternatif obyek atau materi. Terhadap beberapa alternatif obyek atau materi tempat ditolak atau dihindari, sedangkan beberapa obyek atau materi yang lainnya dipilih sebagai tempat yang akan direalisir dalam belajar. Apabila tidak ada tempat belajar, maka tidak akan banyak yang diperoleh dari belajar. Manfaat dari pada tempat belajar adalah membuat si pelajar mempunyai kepekaan terhadap ketepatan berbagai alternatif tindakan mencapai tujuan.9

8 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Malang, Bina Aksara, 1983, hlm.99-100. 9 Ibid, hlm. 101.


(32)

b. Beberapa akitivitas Belajar

Meskipun orang telah mempunyai tujuan tertentu dalam belajar serta telah memilih tempat yang tepat untuk merealisir tujuan itu, namun tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan sangat dipengaruhi oleh situasi. Setiap situasi di manapun dan kapan saja memberi kesempatan belajar kepada seseorang. Situasi ini ikut menentukan tempat belajar yang dipilih. Berikut ini dikemukakan beberapa contoh aktivitas belajar dalam beberapa situasi.10

1)Mendengarkan

Dalam kehidupan sehari-hari kita bergaul dengan orang lain. Dalam pergaulan itu terjadi komunikasi verbal berupa percakapan. Percakapan memberikan situasi tersendiri bagi orang-orang yang terlibat ataupun yang tidak terlibat tetapi secara tidak langsung mendengar informasi. Situasi ini memberi kesempatan kepada seseorang untuk belajar. Seseorang menjadi belajar atau tidak dalam situasi ini, tergantung ada atau tidaknya kebutuhan, motivasi, dan tempat seseorang. Dengan adanya kondisi pribadi seperti itu memungkinkan seseorang tidak hanya mendengar, melainkan mendengarkan secara aktif dan bertujuan. Mendengarkan yang demikian akan memberikan manfaat bagi perkembangan pribadi seseorang.

2)Memandang

Setiap stimuli visual memberikan kesempatan bagi seseorang untuk belajar. Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dapat dipandang, akan tetapi tidak semua pandangan atau penglihatan adalah belajar. Meskipun


(33)

pandangan kita tertuju kepada suatu objek visual, apabila dalam diri tidak terdapat kebutuhan, motivasi, serta tempat tertentu untuk mencapai suatu tujuan, maka pandangan yang demikian tidak termasuk belajar.11

3)Menulis atau mencatat

Mencatat yang termasuk sebagai belajar yaitu apabila dalam mencatat itu orang menyadari kebutuhan serta tujuannya, serta menggunakan tempat tertentu agar catatan itu nantinya berguna bagi pencapaian tujuan belajar. Mencatat yang menggunakan tempat tertentu akan dapat dipergunakan sewaktu-waktu tanpa adanya kesulitan. Catatan-catatan tidak hanya sekedar fakta-fakta, melainkan terdiri atas materi apapun yang dibutuhkan untuk memahami dan memanfaatkan informasi bagi perkembangan pribadi individu.12

4)Membaca

Belajar adalah aktif dan membaca untuk keperluan belajar hendaknya dilakukan di meja belajar dari pada tempat tidur karena dengan sambil tiduran itu perhatian dapat terbagi. Dengan demikian, belajar sambil tiduran menggangu tempat belajar. Belajar memerlukan tempat. Membaca untuk keperluan belajar. Misalnya dengan memulai memperhatikan judul-judul bab, topik-topik utama dengan berorentasi kepada kebutuhan dan tujuan. Kemudian memilih topik yang relevan dengan kebutuhan atau tujuan. Tujuan membutuhkan materi yang dipelajari.13

11 Ibid, hlm.103. 12 Ibid, hlm. 104. 13 Ibid, hlm 105.


(34)

5)Membuat ikhtisar atau ringkasan, dan menggarisbawahi

Banyak orang merasa terbantu dalam belajarnya karena menggunakan ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya. Ikhtisar atau ringkasan ini memang dapat membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang. Untuk keperluan belajar yang intensif, bagaimanapun juga hanya membuat ikhtisar adalah belum cukup. Sementara membaca, pada hal-hal yang penting diberi garis bawah. Hal ini sangat membantu dalam usaha menemukan kembali material itu di kemudian hari.14

Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut: (i) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pebelajar; (ii) Respon si pebelajar (iii) Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respon si pebelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku respon yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.15

c. Tujuan Belajar16

1)Siswa memiliki latar pengalaman dan kemampuan awal dalam proses belajar. 2)Tujuan pembelajaran merupakan sasaran belajar bagi siswa.

3)Kegiatan belajar mengajar merupakan tindak pembelajaran guru di kelas. 4)Dalam proses belajar, guru meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotoriknya.

5)Perilaku siswa merupakan hasil proses belajar. Penguatan perilaku yang dikehendaki tersebut dilakukan dengan pengulangan, latihan, drill atau aplikasi.

14 Ibid, hlm. 106. 15 Ibid, hlm. 9.


(35)

6)Setelah siswa lulus, berkat hasil belajar, siswa menyusun program belajar sendiri. Dalam penyusunan program belajar sendiri tersebut, maka tidak sedikit siswa berlaku secara mandiri.

3. Konsep Sejarah

Sejarah sebagai ilmu terikat pada prosedur penelitian ilmiah. Sejarah juga terikat pada penalaran yang bersandar pada fakta (bahasa Latin Factus berarti “apa yang sudah selesai”). Kebenaran sejarah terletak dalam kesediaan sejarawan untuk meneliti sumber sejarah secara tuntas, sehingga diharapkan ia akan menggungkap secara objektif. Hasil akhir yang diharapkan ialah kecocokan antara pemahaman sejarawan dengan fakta.17

Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu. Jangan dibayangkan bahwa membangun kembali masa lalu itu untuk kepentingan masa lalu sendiri, itu antikuarianisme dan bukan sejarah. Selain itu, jangan dibayangkan masa lalu yang jauh. Kata sejarawan Amerika, sejarah itu ibarat orang yang naik kereta menghadap ke belakang. Ia dapat melihat ke belakang ke samping kanan dan kiri. Satu-satunya kendala ialah ia tidak bisa melihat masa depan.18

Banyak contoh sejarawan bukanlah orang yang memang terdidik untuk menjadi sejarawan, tetapi penulis sejarah dapat datang dari mana saja. Wartawan, guru, politisi, sastrawan, dan pendeta boleh saja menulis sejarah. Kalau dokter atau insinyur harus datang dari orang yang menang dididik dalam ilmunya, tidak demikian sejarawan. Sejarah adalah ilmu yang terbuka. Kenyataan bahwa sejarah menggunakan bahasa sehari-hari, tidak menggunakan istilah-istilah teknis,

17 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta, Tiara Wacana, 2013, hlm. 10. 18 Ibid, hlm. 14.


(36)

memperkuat keterbukaan itu. Keterbukaan itu membuat siapa pun dapat mengaku sebagai sejarawan secara sah, asal hasilnya dapat dipertanggungjawabkan sebagai ilmu.19

4. Pembelajaran Sejarah

Seseorang yang mempelajari sejarah, harus memahami hubungan antara sejarah sebagai ilmu, dan sejarah sebagai pendidikan. Hubungan antara konsep dasar sejarah dan pelajaran sejarah di sekolah, dijelaskan dalam Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu. Terkait dengan pendidikan di sekolah dasar hingga sekolah menengah, pengetahuan masa lampau tersebut melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian siswa.20

Dennis Gunning menjelaskan bahwa secara umum pembelajaran sejarah bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik, dan menyadarkan siswa untuk mengenal diri dan lingkungannya, serta memberikan perspektif historikalitas. Sedangkan secara spesifik, tujuan pembelajaran sejarah ada tiga yaitu, mengajarkan konsep, mengajarkan keterampilan intelektual, dan memberikan informasi kepada siswa. Dengan demikian, pembelajaran sejarah tidak bertujuan untuk menghafal pelbagai peristiwa sejarah. Keterangan tentang kejadian dan peristiwa sejarah hanyalah merupakan suatu alat dan juga merupakan suatu media untuk mencapai tujuan. Sudah barang tentu tujuan di sini dikaitkan

19 Ibid, hlm. 16.


(37)

dengan arah baru pendidikan modern, yaitu menjadikan siswa mampu mengaktualisasikan diri sesuai dengan potensi dirinya dan menyadari keberadaannya untuk ikut serta dalam menentukan masa depan yang lebih manusiawi bersama-sama dengan yang lain. Sebaliknya material kurikulum, penaksiran kebutuhan kelas, aktivitas kebutuhan kelas, buku teks sangat berhubungan dengan ruang kelas, sehingga memudahkan guru untuk mempraktekkannya.21

5. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah

Pendekatan saintifik berkaitan erat dengan metode saintifik. Metode saintifik (ilmiah) pada umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data. Metode ilmiah pada umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Oleh karena itu, kegiatan percobaan dapat diganti dengan kegiatan memperoleh informasi dari berbagai sumber.22

Menurut Dyar, seorang innovator adalah pengamat yang baik dan selalu mempertanyakan suatu kondisi yang ada dengan mengajukan ide baru. Innovator mengamati lingkungan sekitarnya untuk memperoleh ide dalam melaksanakan sesuatu yang baru. Mereka juga aktif membangun jaringan untuk mencari ide baru, menyerahkan ide baru, atau menguji pendapat mereka. Seorang innovator selalu mencoba hal baru berdasarkan pemikiran dan pengalamannya. Seorang innovator akan berpetualang ke tempat yang baru untuk mencoba ide inovatifnya.

21 Ibid, hlm. 43-44.

22 Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta, PT


(38)

Berdasarkan teori Dyer tersebut, dapat dikembangkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran yang memiliki komponen proses pembelajaran antara lain: 1) mengamati ; 2) menanya ; 3) mencoba/ mengumpulkan informasi ; 4) menalar/ asosiasi, membentuk jejaringan (melakukan komunikasi). Tahapan aktivitas belajar yang dilakukan dengan pembelajaran saintifik tidak harus dilakukan mengikuti prosedur yang kaku, namun dapat disesuaikan dengan pengetahuan yang hendak dipelajari. Pada suatu pembelajaran mungkin dilakukan observasi terlebih dahulu sebelum memunculkan pertanyaan, namun pada pembelajaran yang lain mungkin siswa mengajukan pertanyaan terlebih dahulu sebelum melakukan ekperimen dan observasi.23

6. Prestasi Belajar Sejarah

Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi, prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu.

Hasil belajar nampak dalam suatu prestasi yang diberikan oleh siswa, misalnya menyebutkan huruf-huruf dalam abjad secara berurutan. Maka setiap


(39)

prestasi yang tepat merupakan suatu pernyataan perbuatan belajar.24 Prestasi yang dituntut dari siswa adalah suatu prestasi yang bersifat spesifik atau satu katagori hasil karena prestasi belajar itu berbeda-beda sifatnya, tergantung dari bidang yang di dalamnya siswa menunjukkan prestasi, misalnya dalam bidang pengetahuan atau pemahaman (bidang kognitif).25

Menurut Zaenal Arifin prestasi adalah hasil dari kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Prestasi merupakan hasil suatu usaha yang telah dilaksanakan menurut batas kemampuan dari pelaksanaan usaha tersebut. Sutratinah Tirtonagoro menyatakan bahwa prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dalam bentuk simbol, angka, huruf, atau kalimat yang dapat mencerminkan hasil usaha yang sudah dicapai oleh anak dalam periode tertentu.

Prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada priode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumrn tes yang relevan.

24 W.S. Winkel, Psikolagi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta, PT Gramedia, 1984, hlm. 48. 25 Ibid, hlm. 102.


(40)

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar sejarah 1) Faktor Internal

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern ini dapat dibagi lagi menjadi tiga faktor yakni: (a) Faktor jasmaniah, (b) Faktor psikologis, dan (c) Faktor kelelahan.

2) Faktor Eksternal

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar diri individu yang sedang belajar. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapat di kelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu: (a) Faktor keluarga, (b) Faktor sekolah, dan (c) Faktor masyarakat.

Adapun dalam penelitian ini yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan perubahan belajar di sekolah. Pengertian prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukkan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai. Sedangkan prestasi belajar hasil usaha belajar yang berupa nilai-nilai sebagai ukuran kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, prestasi belajar ditunjukkan dengan nilai angka.

7. Teori Kontruktivisme dalam Pembelajaran Sejarah

Secara filosofis, belajar menurut teori kontruktivisme adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep, atau kaidah-kaidah yang siap diambil atau diingat. Manusia harus


(41)

mengkontstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Borich dan Tambari medefinisikan konstruktivisme dalam belajar sebagai sebuah pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun sedikit demi sedikit makna terhadap apa yang dipelajarinya dengan membangun hubungan secara internal atau keterkaitan dengan fakta-fakta yang diajarkan. Definisi konstruktivisme dalam belajar tersebut, menekankan belajar terjadi hanya ketika siswa aktif struktur kognitif mereka terlibat dalam pengalaman-pengalaman pembangunan skema.26

Konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam diri manusia. Unsur-unsur konstruktivisme telah lama dipraktekkan dalam proses belajar dan pembelajaran baik di tingkat sekolah dasar, menengah, maupun universitas, meskipun belum jelas terlihat.27

Berdasarkan faham konstruktivisme, dalam proses belajar mengajar, guru tidak serta merta memindahkan pengetahuan kepada siswa dalam bentuk yang serba sempurna. Dengan kata lain, siswa harus membangun suatu pengetahuan itu berdasarkan pengalamannya masing-masing. Pembelajaran adalah hasil dari usaha siswa itu sendiri. Pola pembinaan ilmu pengetahuan di sekolah merupakan suatu skema, yaitu aktivitas mental yang digunakan oleh siswa sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan pengabstrakan. Pikiran siswa tidak akan menghadapi

26 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta, Ar-Ruzz

Media, 2015, hlm. 164-165.

27http://www.academia.edu/9804852/pendekatan_konstruktivisme_dalam_pembelajaran_sejarah_u

ntuk_menumbuhkan_berfikir_kritis_siswa_melalui_pembelajaran_berbasis_masalah.html, Diakses pada tanngal 6 Maret 2017, pukul 19.15 WIB.


(42)

kenyataan dalam bentuk yang terasing dalam lingkungan sekitar. Realita yang diketahui siswa adalah realita yang dia bina sendiri. siswa sebenarnya telah mempunyai satu tempat idea dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif terhadap lingkungan mereka. Untuk membantu siswa dalam membina konsep atau pengetahuan baru, guru harus memperkirakan struktur kognitif yang ada pada mereka. Apabila pengetahuan baru telah disesuaikan dan diserap untuk dijadikan sebagian daripada pegangan kuat mereka, barulah kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina.

John Dewey, menguatkan teori konstruktivisme ini dengan mengatakan bahwa pendidik yang cakap harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran sebagai proses menyusun atau membina pengalaman secara berkesinambungan. Beliau juga menekankan kepentingan keikutsertakan siswa di dalam setiap aktivitas pengajaran dan pembelajaran. Ditinjau persepektif epistemologi yang disarankan dalam konstruktivisme, maka fungsi guru akan berubah. Perubahan akan berlaku dalam teknik pengajaran dan pembelajaran, penilaian, penelitian dan cara melaksanakan kurikulum. Sebagai contoh, perspektif ini akan mengubah kaidah pengajaran dan pembelajaran yang menumpu kepada kemampuan siswa mencontoh dengan tepat apa saja yang disampaikan oleh guru, kepada kaidah pengajaran dan pembelajaran yang menumpu kepada kemampuan siswa dalam membina skema pengkonsepan berdasarkan pengalaman yang aktif. Ia juga akan mengubah tumpuan penelitian dari pembinaan model berdasarkan kaca mata guru kepada pembelajaran sesuatu konsep ditinjau dari kaca mata siswa.


(43)

8. Pembelajaran Kooperatif

Kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif adalah pemetaan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut.28 Dalam metode pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang yang menguasai materi yang disampaikan oleh guru.29

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil kaloboratif yang anggotannya terdiri dari dua sampai enam kelompok dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa dan siswa dengan guru (Multi Way Traffic Communication).

Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem pelajaran bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggungjawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukan seorang diri.

28 Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS, Jakarta,

PT. Bumi Aksara, 2008, hlm. 4.

29 Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Bandung, Nusa Media, 2008,


(44)

Isjoni (2009: 27) memaparkan beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu; Setiap anggota kelompok memiliki peran, terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga juga teman-teman sekelompoknya., guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

9. Model Pembelajaran Mind Mapping

Mind Mapping atau pemetaan pikiran adalah teknik pemanfaatan seluruh otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Otak sering kali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk, dan perasaan. Peta pemikiran menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik ini dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal (asli) dan memicu ingatan yang mudah.30 Cara ini juga menenangkan, menyenangkan, dan kreatif. Mind Mapping dimulai dari sebuah topik yang berada di tengah kertas, kemudian sub topik harus disusun secara acak, tetapi wajib mengelilingi topik utama yang berada di tengah-tengah kertas. Mengapa demikian karena Mind Mapping mengikuti pola atas dalam menjabarkan sebuah informasi.31

Pemetaan pikiran membantu pembelajaran mengatasi kesulitan, mengetahui apa yang hendak ditulis, serta bagaimana mengorganisasi gagasan, sebab teknik ini mampu membantu pembelajar menemukan gagasan, mengetahui

30 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013, Yogyakarta, Ar-Ruzz

Media, 2014, hlm. 105.


(45)

apa yang akan ditulis pembelajar, serta bagaimana memulainya. Peta pemikiran sangat baik untuk merencanakan dan mengatur perbagai hal. Untuk membuat peta pikiran, ada beberapa langkah yang perlu ditempuh.

Langkah-langkah Mind Mapping32

1) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 2) Guru menyajikan materi

3) Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.

4) Suruhlah seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.

5) Seluruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya, sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.

6) Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.

7) Kesimpulan/penutup.

Kelebihan dan Kelemahan Mind Mapping33

Kelebihan 1) Cara ini cepat

2) Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dalam pemikiran.

3) Proses mengambarkan diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain. 4) Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis. Kelemahan

1) Hanya siswa yang aktif yang terlibat, 2) Tidak seluruh siswa belajar

3) Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan.

32 Aris Shoimin, op.cit., hlm. 107. 33 Aris Shoimin, op.cit., hlm. 106-107.


(46)

B. Materi Pembelajaran

Materi dalam pembelajaran ini diambil dari Kompetensi Dasar, yaitu;

3.8 Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.

Dalam pembahasan materi akan membahas tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam Indonesia. Adapun materi pembelajaran yang akan di bahas ada akulturasi dan perkembangan budaya Islam dan proses integrasi nusantara.

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dapat menjadi acuan oleh peneliti dan harus sesuai variabel-variabel yang ada dalam judul penelitian. Peneliti yang relevan dapat dikatakan relevan jika penelitian tersebut sudah dilakukan oleh yang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Kukuh Adi Pratama mahasiswa Universitas Muria Kudus dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping Sebagai Upaya Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada Siswa Kelas V SD 2 Ploso Kudus. Menunjukkan hasil bahwa penerapan model Mind Mapping, meningkat di setiap siklus. Persentase ketuntasan hasil belajar klasikal pada siklus II meningkat 57% dari siklus I dan meningkat pada siklus II menjadi 92% dari kondisi awal sebelum PTK. Persentase aktivitas belajar siswa meningkat dari 64% pada siklus I menjadi 71% pada siklus II. Sedangkan presentase pengelolaan pembelajaran guru meningkat dari skor 2,5 pada siklus I menjadi 3,2 pada siklus


(47)

II. Selain itu juga terjadi peningkatan pada keaktifan siswa dari skor 61 pada siklus meningkat menjadi 72 pada siklus II.

D. Kerangka Berpikir

Model pembelajaran Mind Mapping pada dasarnya untuk meningkatkan cara berpikir secara terstruktur. Selain itu, model ini memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Siswa yang aktif dalam proses pembelajaran akan meningkat motivasinya untuk belajar dan akan meningkatkan prestasi belajar siswa

Model kooperatif tipe Mind Mapping atau pemetaan pikiran ini merupakan cara cepat, teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dalam pemikiran, proses mengambarkan diagram dapat memunculkan ide-ide yang lain, diagram yang sudah terbentuk dapat menjadi panduan untuk menulis. Hal ini diharapkan dapat memecahkan masalah dalam proses belajar dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap pelajaran Sejarah. Terdapat kelebihan dari model kooperatif Mind Mapping yaitu,cara ini cepat, teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dalam pemikiran, proses mengambarkan diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain, diagram yang sudah terbentuk dapat menjadi panduan untuk peneliti.

Pada dasarnya model pembelajaran Mind Mapping dibuat untuk meningkatkan aktivitas dan kreatifitas siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Dengan demikian motivasi akan meningkat dan meningkatkan pula prestasi belajar sejarah siswa.


(48)

Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas, maka dapat digambarkan dalam bagan yaitu sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Berpikir

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka, hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping dapat meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik.


(49)

29 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.

Suharsimi (2002) menjelaskan PTK melalui paparan gabungan definisi dari tiga kata, penelitian, tindakan, kelas sebagai berikut:

1. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.34

Tujuan PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesionalnya.


(50)

PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.35 Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran sehingga meningkatkan motivasi dan prestasi belajar sejarah siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik.

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ngaglik pada kelas X IPS 1. Dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2016/2017.

2. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, yakni dari bulan Maret 2017 sampai dengan bulan Mei 2017. Adapun pelaksanaan kegiatan ini dimulai dari penyusunan proposal dan instrumen pada bulan Maret 2017. Kemudian pada bulan April-Mei 2017 dilakukan pengumpulan data melalui tindakan pada siklus I dan siklus II. Terhadap data-data yang telah diperoleh, kemudian dilakukan analisis dan pembahasan pada bulan Mei 2017. Setelah proses analisis dan pembahasan selesai, maka pada bulan Mei 2017 peneliti menyusun laporan hasil penelitian tindakan kelas.


(51)

C. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik yang berjumlah 32 orang.

D. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah meningkatkan motivasi dan prestasi belajar sejarah siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Mind Mapping.

E. Variabel-variabel Penelitian

Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan terikat, yaitu:

1. Variabel bebas (X) : model pembelajaran Mind Mapping 2. Variabel terikat (Y) : motivasi dan prestasi belajar sejarah

F. Definisi Operasional

Adapun definisi oprasional dari variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Motivasi

Motivasi merupakan kekuatan mental yang menjadi kekuatan penggerak belajar. Kekuatan penggerak tersebut berasal dari berbagai sumber. Motivasi memiliki beberapa indikator diantaranya tekun, dorongan, ulet, ketertarikan, penghargaan dan mengaktifkan belajar.


(52)

2. Belajar

Belajar merupakan suatu proses dan bukan suatu hasil. Oleh karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Beberapa akitivitas belajar yaitu mendengarkan, memandang, menulis atau mencatat, membaca, dan membuat ikhtisar atau ringkasan, dan menggaris bawahi.

3. Prestasi belajar

Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan perubahan belajar di sekolah. Pengertian prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukkan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai.

4. Pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem pelajaran bekerja sama dengan anggota lainnya. Berikut ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif yaitu bekerja sama dalam kelompok, Menghargai pendapat teman, Mengkomunikasikan jawaban kepada anggota kelompok, Membantu anggota kelompok dalam memecahkan masalah saat pembelajaran, Mengambil giliran saat diskusi, bertanggung jawab terhadap kelompok dan melakukan presentasi.

5. Model Pembelajaran Mind Mapping

Mind Mapping atau pemetaan pikiran adalah teknik pemanfaatan seluruh otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk


(53)

membentuk kesan. Karena siswa terlibat aktif dalam diskusi kelompok, berperan langsung, saling membantu, kreatif, inovatif dalam membuat Mind Mapping dan percaya diri karena siswa menyampaikan hasil kerja kelompok.

G. Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

Pengamatan atau observasi adalah suatu proses pengambilan data dalam penelitian tindakan kelas ini. Observasi digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan kondisi atau interaksi belajar mengajar, tingkah laku, dan interaksi kelompok.

2. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan pada pra siklus, dan siklus 1 serta siklus II. Dokumentasi ini dilaksanakan ketika wawancara guru, siswa dan ketika proses pembelajaran dalam kelas.

3. Tes

Tes yang dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses dalam pembelajaran baik sebelum dan sesudah dilaksanakan dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II.

4. Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam penerapan model pembelajaran tipe Mind Mapping.


(54)

5. Kuesioner

Kuesioner diberikan kepada siswa lalu siswa menjawab guna melihat peningkatan terhadap motivasi siswa.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya untuk mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah diperoleh data tersebut.36 Berikut merupakan instrument pengumpulan data;

1. Alat Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi yang dilakukan secara langsung untuk melihat aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Alat yang digunakan yaitu lembar observasi aktivitas siswa di kelas.

b. Dokumentasi

Alat yang digunakan dalam dokumentasi yaitu laporan nilai ulangan siswa untuk mengetahui prestasi belajar sejarah siswa.

c. Tes hasil belajar

Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Tes berarti saat dilaksanakannya pengukuran dan penilaian dengan menggunakan alat-alat tes yaitu soal pilihan ganda dan uraian serta tugas diskusi kelompok.


(55)

d. Wawancara

Alat pengumpulan data berupa lembar pertanyaan untuk guru dan siswa. e. Kuesioner

Alat pengumpulan data berupa lembar kuesioner motivasi belajar siswa dengan pembagian dua tahap yaitu, pada pra siklus dan siklus II. Penentuan skor kuesioner menggunakan skala likert terdiri dari lima kategori, yaitu: pernyataan positif, pilihan jawaban “Sangat Setuju” (SS) diberi skor 5, “Setuju” (S) diberi skor 4, “Ragu-ragu” diberi skor 3, “Tidak Setuju” (TS) diberi skor 2, “Sangat Tidak Setuju” (STS) diberi skor 1. Sebaliknya untuk pernyataan negatif, pilihan jawaban “Sangat Setuju” (SS) diberi skor 1, “Setuju” (S) diberi skor 2, “Ragu-ragu” diberi skor 3, “Tidak Setuju” (TS) diberi skor 4, “Sangat Tidak Setuju” (STS) diberi skor 5.37

2. Validitas dan Realibilitas a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkkan tingkat kesahihan suatu tes. Sebuah instrumen atau tes dikatakan memiliki validitas kontruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti ingatan (pengetahuan), pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Dengan kata lain sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila soal-soalnya mengukur setiap aspek berpikir seperti yang di uraikan standar kompentensi, KD, maupun indikator yang terdapat dalam kurikulum.38

37 Sugiyono, Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta, 2012, hlm.93. 38 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta, PT Bumi Aksara, 1999, hlm.


(56)

Untuk mengetahui tingkat validitas uji coba instrumen, maka peneliti melakukan perhitungan menggunakan r hitung dari masing-masing item soal menggunakan kolerasi Product Moment dari Pearson.

Validitas

Keterangan :

rXY : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang di korelasikan.

N : Jumlah Peserta Tes X : Skor item

Y : Skor total X2 : Kuadrat dari X Y2 : kuadrat dari Y

XY:Jumlah perkalian Xdengan Y

Setelah dihitung dengan rumus tersebut, maka untuk mengetahui besar taraf signifikan butir item dihitung dengan rumus :

Keterangan : t = Taraf signifikan

r = Korelasi skor item dengan skor total n = Jumlah butir item

b. Reliabilitas

Reliabilitas artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. Reliabilitas merupakan suatu instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Dalam uji reliabilitas ini butir soal yang diujikan hanyalah butir soal yang valid saja, bukan


(57)

butir soal yang diujicobakan. Apabila diperoleh angka negatif, maka diperoleh kolerasi yang negatif.39

Koefisien Alpha merupakan rumus dasar untuk menerapakan koefisien reliabilitas dalam pendekatan konsistensi-internal, dan rumus ini menghasilkan suatu estimasi reliabilitas yang tepat dalam hampir semua situasi.40 Dalam mencari reliabilitas instrumen, rumus yang digunakan adalah rumus Alpha sebagai berikut41:

1) Langkah 1. Mencari σ2 setiap item

2) Langkah 2. Mencari jumlah varian semua item (∑σ2)

Dalam mencari jumlah varian semua item adalah dengan menjumlahkan σ2 semua item.

Contoh σ2(1) + σ2(2) + σ2(3) + ... 3) Langkah 3. Mencari Varian Total

Keterangan simbol langkah 1 sampai langkah 3, sebagai berikut: σ2 : Varian item

∑σ2 : Jumlah varian semua item σt2 : Varian total

∑X2 : Jumlah kuadrat skor total (∑X)2 : Kuadrat dari jumlah skor total

N : Jumlah Siswa

39 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2016, hlm. 222. 40 Samsi Haryanto, Pengantar Teori Pengukuran Kepribadian, Surakarta, Sebelas Maret

University Press, 1994, hlm. 35.


(58)

4) Langkah 4. Memasukan ke dalam rumus r11 (Alpha)

Keterangan:

r11 : Reliabilitas yang dicari n : Jumlah butir soal

∑σ2 : Jumlah varian semua item

I. Hasil Uji Coba Instrumen

Berikut ini merupakan hasil dari pengujian instrumen penelitian di lapangan yang dilakukan oleh peneliti.

1. Validitas

Dalam instrumen dinyatakan valid jika mencapai taraf signifikan 0,70 ke atas. Bila taraf signifikan instrumen tersebut berada di bawah 0,70 maka instrumen dinyatakan gugur. Berikut ini merupakan hasil pengujian validitas di lapangan.

a) Motivasi

Berdasarkan hasil pengujian instrumen pada pra siklus, dari 40 item yang valid berjumlah 39 item dan instrumen yang gugur berjumlah 1 item, yaitu item nomer 33.

b) Prestasi

Berdasarkan hasil pengujian instrumen di lapangan pada siklus I, dari 25 pilihan ganda yang valid 22 dari 25 item dan instrumen yang gugur berjumlah 3 item, yaitu nomor 4, 8, dan 24. Soal Essay yang valid berjumlah 5 item. Kemudian pada siklus II, dari 25 item pilihan ganda yang valid berjumlah 17 item


(59)

dan instrumen yang gugur berjumlah 8 item, yaitu nomor 1, 3, 5, 6, 7, 8, 11 dan 23. Selain itu, pada soal essay yang valid berjumlah 5 item.

2. Reliabilitas

Instrumen dinyatakan reliabel jika taraf signifikannya mencapai 0,70 ke atas. Bila taraf signifikan instrumen tersebut dibawah 0,70 maka instrumen dinyatakan tidak reliabel. Berikut ini merupakan hasil pengujian reliabel di lapangan.

1) Motivasi

Berdasarkan hasil pengujian instrumen di lapangan, tingkat reliabilitas instrumen pada pra siklus adalah r= 0,831 atau taraf signifikannya 0,993.

2) Prestasi

Berdasarkan hasil pengujian instrumen di lapangan, tingkat reliabilitas instrumen Pilihan Ganda (PG) pada siklus I adalah r= 0,831 atau taraf signifikannya 0,993 dari 25 item dan tingkat reliabilitas instrumen Essay pada siklus I adalah 0,456 atau taraf signifikannya 0,90 dari 5 item. Selanjutnya, tingkat reliabilitas instrumen Pilihan Ganda (PG) pada siklus II adalah r= 0,429 atau taraf signifikannya 0,975 dari 25 item dan tingkat reliabilitas instrumen Essay pada siklus II adalah r= 0,480 atau taraf signifikannya 0,90 dari 5 item. Berdasarkan hasil dari pengujian instrumen di atas, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini layak digunakan untuk melakukan penelitian.


(60)

I. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian tindakan kelas menggunakan Model Kurt Lewin yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Desain penelitiannya sebagai berikut:

Gambar II:. Siklus Penelitian42

J. Analisis Data

Pada penelitian tindakan kelas ini, data dianalisis sejak tindakan pembelajaran yang dilakukan, melalui hasil lapangan, data observasi, tes siswa dan dokumentasi. Setelah data terkumpul dilakukan perhitungan yang bertujuan

42 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2016, hlm. 144. Motivasi dan prestasi belajar


(61)

untuk menyederhanakan, mentransfer data kasar ke catatan lapangan. Langkah selanjutnya yaitu melakukan analisis data. Analisis data meliputi:

1. Analisis kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk memberikan gambaran perilaku siswa dalam pembelajaran sejarah dengan materi langkah-langkah penelitian sejarah secara sederhana dengan mengacu pada data non tes berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi.

2. Analisis data kuantitatif

Data kuantitatif dilakukan pada data observasi kegiatan belajar, motivasi, dan prestasi belajar siswa. Data kuantitatif ini dinyatakan dalam bentuk angka dan analisis dengan teknik statistik.43 Kemudian, data tersebut dianalisis menggunakan Penilaian Acuan Patokan I (PAP I).44

Tabel 1: Keterangan Penilaian Acuan Patokan (PAP I)

Tingkat Kegiatan Belajar Kriteria

90% - 100% Sangat Tinggi

80% - 89% Tinggi

70% - 79% Cukup

60% - 69% Kurang

0% - 59% Sangat Kurang

a. Observasi Kegiatan Belajar Siswa kelas X IPS 1 SMAN 1 Ngaglik

Observasi dilakukan menggunakan lembar observasi. Observasi dilakukan uuntuk mengetahui keadaan awal sebelum dilakukan model pembelajaran Mind Mapping.

43 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2011, hlm. 199. 44 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 236.


(62)

On Task

Tabel 2: Penilaian Kegiatan Belajar Siswa kelas X IPS 1

No Aspek yang Diamati Jumlah Siswa Presentase 1 Siswa memperhartikan guru

2 Siswa mencatat penjelasan materi yang di sampaikan oleh guru

3 Siswa aktif bertanya

4 Siswa terlibat aktif dalam diskusi 5 Siswa menjalin kerjasama dalam

kelompoknya

6 Siswa mampu mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya

7 Siswa mampu menyimpulkan materi pembelajaran

8 Siswa mampu merefleksikan materi pembelajaran

Off Task

Tabel 3: Penilaian Kegiatan Belajar Siswa kelas X IPS 1

No Aspek yang Diamati Jumlah Siswa Presentase 1 Siswa ribut sendiri saat guru

menjelaskan materi pembelajaran 2 Siswa main HP sendiri saat

pembelajaran berlangsung 3 Siswa mengantuk di dalam kelas

4 Siswa asik mengobrol dengan temannya 5 Siswa sering keluar masuk kelas saat

proses pembelajaran berlangsung

N = Nilai hasil pengamatan

∑ Skor Perolehan = Hasil perolehan dari aspek yang dinilai

∑ Skor Maksimal = Hasil kali skor kriteria maksimal dengan jumlah aspek yang diamati

Selain itu, peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa dalam aspek kooperatif belajar siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik. Berikut ini merupakan tabel aspek kooperatif belajar siswa:


(63)

Tabel 4: Penilaian Kegiatan Kooperatif Belajar Siswa

No. Aspek Kooperaif yang Diamati Jumlah Persentase 1. Mengambil giliran saat diskusi

2. Bertanggung jawab terhadap kelompok 3. Bekerja sama dalam kelompok

4. Memberikan pendapat, gagasan saat diskusi 5. Menghargai pendapat teman

6. Mengkomunikasikan jawaban kepada anggota kelompok

7. Presentasi hasil kerja kelompok

8. Mendengarkan teman saat diskusi kelompok

N = Nilai hasil pengamatan

∑ Skor Perolehan = Hasil perolehan dari aspek yang dinilai

∑ Skor Maksimal = Hasil kali skor kriteria maksimal dengan jumlah aspek yang diamati

b Data motivasi belajar siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik

Pada data motivasi belajar siswa dapat dilakukan pada pra siklus, siklus I dan siklus II. Data dianalisis dengan menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP I) sebagaimana yang digunakan dalam pengukuran prestasi. Adapun rumus yang digunakan untuk menganalisis data motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut:

N = Nilai hasil pengamatan

∑ Skor Perolehan = Hasil perolehan dari aspek yang dinilai

∑ Skor Maksimal = Hasil kali skor kriteria maksimal dengan jumlah aspek yang diamati

1) Tabel motivasi belajar siswa

Untuk mengetahui motivasi belajar sejarah siswa, peneliti membuat skala sikap dalam bentuk pernyataan berjumlah 40 butir. Contoh tabel skala sikap sebagai berikut:


(64)

Tabel 5: Contoh Angket Motivasi Belajar Siswa

No Pernyataan Pilihan

STS TS RR S SS

1. 2. 3. 4. 5. Keterangan:

STS : Sangat Tidak Setuju TS : Tidak Setuju

RR : Ragu-ragu S : Setuju

SS : Sangat Setuju

2) Menghitung tingkat motivasi belajar siswa

Adapun cara untuk menentukan tingkat motivasi belajar siswa yaitu dengan menggunakan Penilaian Acuan Patokan I (PAP I) sebagai berikut:

a. Menentukan skala motivasi belajar siswa

Tabel 6: Keterangan Penilaian Acuan Patokan (PAP I)

Tingkat Kegiatan Belajar Kriteria

90% - 100% Sangat Tinggi

80% - 89% Tinggi

70% - 79% Cukup

60% - 69% Kurang

0% - 59% Sangat Kurang

b. Tabel tingkat motivasi belajar siswa

Tabel 7: Analisis Motivasi Belajar Sejarah Siswa

No Kriteria Skala

Motivasi Frekuensi

Persentase

(%) Rata-Rata 1 Sangat Tinggi 90-100

2 Tinggi 80-89

3 Cukup 70-89

4 Rendah 60-69


(65)

c. Data prestasi belajar siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik

Pada data prestasi belajar sisiwa, diambil pada siklus I dan siklus II lalu dianalisis dengan menggunakan Penelitian Acuan Patokan I (PAP I). Adapun rumus yang digunakan untuk menganalisis data prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut:

N = Nilai hasil pengamatan

∑ Skor Perolehan = Hasil perolehan dari aspek yang dinilai

∑ Skor Maksimal = Hasil kali skor kriteria maksimal dengan jumlah aspek yang diamati

1) Menghitung tingkat prestasi belajar siswa

Untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa baik pada kondisi awal maupun pada siklus I dan siklus II, peneliti menggunakan PAP I dengan KKM 75 yang sudah ditetapkan oleh sekolah. Berikut cara untuk menentukan tingkat prestasi belajar siswa:

a. Menentukan skala prestasi belajar siswa

Tabel 8: Keterangan Penilaian Acuan Patokan (PAP I)

Tingkat Kegiatan Belajar Kriteria

90% - 100% Sangat Tinggi

80% - 89% Tinggi

70% - 79% Cukup

60% - 69% Kurang

0% - 59% Sangat Kurang

b. Tabel tingkat prestasi belajar siswa

Tabel 9: Analisis Prestasi Belajar Sejarah Siswa

No Kriteria Skala

Motivasi Frekuensi

Persentase

(%) Rata-Rata 1 Sangat Tinggi 90-100

2 Tinggi 80-89

3 Cukup 70-89

4 Rendah 60-69


(66)

2) Menghitung persentase

Untuk melihat peningkatan prestasi belajar siswa, dapat dilihat melalui presentase siswa yang mencapai KKM berdasarkan ketentuan dan tidak mencapai KKM. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut:

a. Menghitung persentase jumlah siswa mencapai KKM

b. Menghitung persentase jumlah siswa tidak mencapai KKM

3. Analisis Komparatif

Pada penelitian ini analisis komparatif, yaitu membandingkan hasil pengamatan kegiatan belajar, motivasi belajar, dan prestasi belajar siswa antara pra siklus, siklus I dan siklus II dengan pada menggunakan model pembelajaran Mind Mapping. Analisis komparatif ini bertujuan untuk melihat peningkatan kegiatan belajar, motivasi, dan prestasi belajar siswa sebelum dan setelah penerapan model Mind Mapping.

Pada penelitian ini analisis komparatif, yaitu membandingkan hasil pengamatan kegiatan belajar, motivasi belajar, dan prestasi belajar siswa antara pra siklus dengan pada saat siklus mengunakan model pembelajaran.

a. Tabel analisis komparatif aktivitas belajar siswa Tabel 10: Analisis Komparatif Aktivitas Belajar Siswa

No. Aspek Kooperatif yang Diamati

Pra

Siklus Siklus I Siklus II Selisih Ket.

Jmh % Jmh % Jmh % Naik Turun

1. Mengambil giliran

saat diskusi

2.

Bertanggung jawab terhadap kelompok


(67)

3. Bekerja sama dalam kelompok 4. Memberikan pendapat, gagasan saat diskusi

5. Menghargai

pendapat teman

6.

Mengkomunikasikan jawaban kepada anggota kelompok

7. Presentasikan hasil

kerja kelompok

8.

Mendengarkan teman saat diskusi kelompok

b. Tabel analisis komparatif motivasi belajar siswa Tabel 11: Analisis Komparatif Motivasi Belajar Siswa

No. Nama Motivasi Selisih Ket Persentase

Pra Siklus Siklus II

1. 2. 3. 4. 5. Jumlah Rata-rata Tertinggi Terendah

c. Tabel analisis komparatif prestasi belajar siswa Tabel 12: Analisis Komparatif Prestasi Belajar Siswa

No. Nama

Pra Siklus Siklus I Persentase

Nilai Tuntas Tidak

Tuntas Nilai Tuntas

Tidak

Tuntas Naik Turun

1. 2. 3. 4. 5. Jumlah Persentase Rata-rata Tertinggi Terendah


(68)

K. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Pra Siklus

a. Permintaan Izin

Permintaan izin kepada ketua jurusan PIPS, setelah itu Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, selanjutnya Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, dan yang terakhir Kepala SMA Negeri 1 Ngaglik.

b. Observasi

Observasi yang dilakukan untuk mengumpulkan data dan melihat kondisi di dalam kelas. Observasi ini dilakukan di kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik yang berjumlah 32 siswa.

Observasi ini digunakan untuk mengetahui model pembelajaran serta media yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran, sebelum peneliti menerapkan model pembelajaran Mind Mapping.

c. Penyusunan Rencana Pembelajaran (RPP)

Peneliti dalam melakukan penelitian tindakan kelas terlebih dahulu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan memperhatikan materi pokok beserta indikatornya.

d. Menyiapkan Media Pembelajaran

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah power point, kertas manila, dan pensil warna.


(1)

Lampiran 15a

(

Reliabilitas Soal PG Siklus I

)

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 32 100,0

Excludeda 0 0,0

Total 32 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alphaa

N of Items ,993 25


(2)

(

Reliabilitas Soal Essay Siklus I

)

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 32 100,0

Excludeda 0 0,0

Total 32 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items ,456 5


(3)

Lampiran 15c

(

Reliabilitas Soal PG Siklus II

)

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 32 100,0

Excludeda 0 0,0

Total 32 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items ,429 25


(4)

(

Reliabilitas Soal Essay Siklus II

)

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 32 100,0

Excludeda 0 0,0

Total 32 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items ,480 5


(5)

Lampiran 16

(

Dokumentasi

)

Proses Pembelajaran di Kelas


(6)

Presentasi Hasil Kerja Kelompok


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 REMBANG, PURBALINGGA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

0 16 229

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT Peningkatan Motivasi Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments) Siswa Kelas IV MI M Gading 1 Klaten Utara Tahu

0 2 16

Peningkatan motivasi dan prestasi belajar sejarah melalui model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 2 Ngaglik.

0 1 212

Peningkatan motivasi dan prestasi belajar sejarah melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik.

0 2 206

Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa SD Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping

0 2 9

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SEJARAH MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 RAWALO KABUPATEN BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2011-2012

0 0 13

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL MIND MAPPING DI KELAS IV SD NEGERI 1 KALIREJO

0 0 16

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI MELALUI TIPE PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA PESERTA DIDIK KELAS X-1 DI SMA MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 20112012

0 0 21

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BERTUKAR PASANGAN

0 6 324

Peningkatan kreativitas dan prestasi belajar sejarah melalui model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping pada siswa kelas XC SMA N 1 Cangkringan Sleman Yogyakarta - USD Repository

0 1 167