Rata - Rata Asupan Energi Protein Lemak

✟ ☞ belum cukup untuk menggambarkan perbedaan setiap kelompok, oleh karenanya hasil uji U menyatakan tidak ada perbedaan rata – rata antara kelompok case dan kelompok control. Tidak terdapat perbedaan rata – rata asupan energi pada kelompok case dan control menunjukan bahwa asupan energi siswasiswi MI Muhammadiyah, Haurgeulis, Indramayu tahun 2015 semuanya rendah, selain itu, keduanya case dan control juga memiliki rata – rata asupan yang kurang dari rata – rata yang disarankan oleh AKG. Selanjutnya, rata – rata asupan protein siswa siswi MI Muhammadiyah Haurgeulis Indramayu tahun 2015 untuk kelompok total adalah sebesar 42,85 gr, kelompok case 47,4 gr dan kelompok control 47,6 gr. Jika dibandingkan dengan AKG 2013, menunjukan bahwa rata – rata asupan protein kelompok total siswa siswi MI Muhammadiyah, Haurgeulis Indramayu tahun 2015 lebih rendah dari rata – rata asupan protein yang disarankan oleh AKG 2013 yaitu sebesar 50 gr. Setelah mengetahui rata – rata dari setiap kelompok, hasil uji U menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata – rata asupan protein kelompok case dan kelompok control dengan nilai 0,5. Melihat rata – rata antara kelompok case dan kelompok control memang terlihat bahwa kelompok case memiliki rata – rata supan protein lebih rendah dari rata – rata kelompok total, sedangkan kelompok control memiliki rata – rata asupan protein yang lebih tinggi dari rata – rata kelompok total. Namun, selisih kedua kelompok ini tidak jauh berbeda dan belum cukup untuk menyatakan perbedaan pada masing – masing ✟ ✌ kelompok, oleh karenanya hasil uji U menyatakan tidak ada perbedaan rata – rata antara kelompok case dan kelompok control. Ketidakadaan perbedaan rata – rata asupan protein antara kelompok case dan control menunjukan bahwa asupan siswa siswi MI Muhammadiyah, Haurgeulis, Indramayu tahun 2015 semuanya rendah, karena kedua kelompok tersebut memiliki rata – rata kurang dari rata – rata asupan yang disarankan oleh AKG 2013. Terakhir, rata – rata asupan lemak siswa siswi MI Muhammadiayah Haurgeulis Indramayu tahun 2015 untuk kelompok total adalah sebesar 50,38 gr , kelompok case 48,60 gr dan kelompok control 51,70 gr. Jika dibandingkan dengan AKG 2013, menunjukan menunjukan bahwa rata – rata asupan lemak siswa siswi MI Muhammadiyah, Haurgeulis Indramayu tahun 2015 lebih rendah dari rata – rata asupan lemak yang disarankan oleh AKG 2013 yaitu sebesar 67,75 gr. Diketahui bahwa, rata – rata dari setiap kelompok, hasil uji U menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata – rata asupan lemak antara kelompok case dan kelompok control berdasarkan hasil uij U dengan nilai 0,5. Melihat rata – rata antara kelompok case dan kelompok control memang terlihat bahwa kelompok case memiliki rata – rata supan lemak lebih rendah dari rata – rata kelompok total, sedangkan kelompok control memiliki rata – rata asupan lemak yang lebih tinggi dari rata – rata kelompok total. Namun, selisih kedua kelompok ini tidak jauh berbeda dan belum cukup untuk menyatakan perbedaan dari masing – ✟ ✆ masing kelompok, oleh karenanya hasil uji U menyatakan tidak ada perbedaan rata – rata antara kelompok case dan kelompok control. Tidak ada perbedaan rata – rata asupan lemak antara kelompok case dan control menunjukan bahwa asupan siswa siswi MI Muhammadiyah, Haurgeulis, Indramayu tahun 2015 semuanya rendah. Salin itu, kedua kelompok tersebut memiliki rata – rata kurang dari asupan yang disarankan oleh AKG 2013. Sebagaimana istilah stunting itu digunakan adalah untuk menggambarkan kejadian kekurangan asupan nutrisi selama menahun. Energi, protein dan lemak merupakan nutrisi penting yang menjadi aturan main dalam masa pertumbuhan. Kurangnya energi dan protein akan berdampak pada gangguan pertambahan berat badan dan tinggi badan. sedangkan kekurangan lemak akan menggangu pembentukan otak Sharlin dan Edelstein, 2011 . Berdasarkan hasil food recaal dan food record, diketahui bahwa aneka ragam makanan yang dikonsumsi oleh responden pada masing – masing kelompok yaitu case dan control tidak memiliki keanekaragaman yang jauh berbeda. Seperti, disaat sarapan mereka akan cenderung membeli nasi lengko atau nasi kuning disekitar lingkungan rumah atau lingkungan sekolah. Kemudian, makan siang kebanyakan dari mereka mengonsumsi ikan pindang yang mudah didapatkan dari pasar Haurgeulis. Sehingga, keanekeragaman makanan yang tidak banyak berbeda menyebabkan asupan makanan yang tidak banyak berbeda pula. Oleh ✟ ✝ karena itu semua asupan masing – masing kelompok tidak memiliki rata – rata perbedaan. Hasil analisis food recall dan food record menunjukkan bahwa meskipun tidak ada perbedaan rata – rata asupan energi, protein dan lemak. Namun, sumber protein yang dikonsumsi pada kelompok case lebih banyak berasal dari sumber protein nabati seperti tempe, tahu dan kacang tanah. Hal ini bukan berarti pada kelompok case tidak mengonsumsi makanan sumber protein. Kebanyakan dari mereka mengonsumsi makanan sumber protein hewani seperti bakso pentol biasanya bakso berisikan potongan telur, bakso ikan, bakso sapi atau bakso ayam yang mana bakso ini memiliki kandungan protein lebih rendah jika dibandingkan dengan ayam, ikan, telur dan daging yang belum diolah menjadi bakso. Sehingga, hasil univariat tersebut yang membuat peneliti berasumsi bahwa kelompok case mengalami stunting karena kurangnya asupan protein hewani. Meskipun, tidak ada perbedaan antara asupan protein nabati antara kelompok case dan control namun, kelompok case memiliki kecenderungan asupan protein nabati yang lebih tinggi dari kelompok control. Selain asupan protein yang berasal dari hewani, asupan kalsium pada kelompok case juga lebih rendah jika dibandingkan dengan asupan kalsium kelompok control. Meskipun tidak ada perbedaan yang signifikan, namun asupan kalsium pada kelompok case cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan asupan kalsium kelompok control. ✟ ✞ Protein dan kalsium merupakan zat gizi yang memiliki dampak besar pada pertumbuhan tulang. Pertumbuhan fisik anak terutama dalam pembentukan tulang dan otot sangan membutuhkan asupan protein yang adekuat Primasoni, 2012. Protein lebih penting dalam penyusunan bentuk tubuh jika dibandingkan dengan zat gizi energi Primasoni, 2012. Hal ini terkait dengan molekul – molekul yang membentuk protein, molekul pembentuk protein terdiri dari rantai – rantai asam amino N, C, H, O, dan terkadang S, P, Fe yang terikat satu sama lainnya dalam ikatan peptida dan moleku – moleku ini tidak dimiliki oleh zat gizi lain seperti lemak atau karbohidrat Primasoni, 2012. Protein bersumber dari protein hewani dan protein nabati. Protein nabati memiliki asam amino yang tidak selengkap kandungan asam amino pada protein hewani Primasoni, 2012. Sehingga, protein sumber nabati memperlukan kombinasi sumber protein nabati lainnya untuk melengkapi kandungan asam amino yang kurang Primasoni, 2012. Misalkan, mencampurkan tepung gandum dengan kacang – kacangan, dimana tepung gandum kekurangan asam amino lisin tetepi kelebihan asam amino belerang, sebaliknya kacang – kacangan memiliki kelebihan asam amino lisin dan kekurangan asam amino belerang. Oleh karenanya, kombinasi tepung gandung dengan kacang – kacangan akan meperlengkap kandungan asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh Primasoni, 2012. Sehingga, berdasarkan hasil analisis food recall dan food record diketahui bahwa asupan pada kelompok case lebih banyak mengonsumsi protein sumber nabati jika dibandingkan dengan kelompok control. Oleh ✟ ✟ karenanya, kelompok case mengalami stunting sedangkan kelompok control tidak mengalami stunting. Dalam penulisan ini peneliti menyarankan untuk ibu para siswa siswi MI Muhamadiyah agar menyediakan makanan sumber protein lebih beragam. Baik dari sumber hewani dan sumber nabati. Sumber protein nabati dapat dikombinasikan agar kandungan asam amino dalam protein lebih lengkap dengan sumber protein nabati lainnya contohnya seperti nasi dengan tahu, kacang hijau dengan ketan hitam, seral dengan susu dan selai kacang dengan roti.

D. Rata - Rata Riwayat Penyakit Infeksi

Dalam penelitian ini diketahui bahwa pada kelompok total sebanyak 30 45,5 anak dari jumlah 66 anak memiliki riwayat penyakit infeksi, kelompok case 14 50 anak dari total 28 anak yang mengalami stunting memiliki riwayat penyakit infeksi dan terakhir pada kelompok control sebanyak 16 42,1 anak dari total 38 anak yang tidak mengalami stunting memiliki riwayat penyakit infeksi. Kekurangan asupan tidak hanya memiliki dampak langsung terhadap kejadian stunting. Rendahnya asupan dapat menurunkan imunitas tubuh, sehingga menyebabkan tubuh menjadi sangat mudah terkena infeksi dan pada akhirnya terjadi stunting. Namun, infeksi juga dapat melakukan hal sebaliknya, infeksi seperti diare dan ISPA dapat menggangu penyerapan zat gizi oleh tubuh sehingga tubuh mengalami kurang gizi dan pada akhirya terjadi stunting. Hal tersebut, dikarenakan ☎ ✠ ✠ infeksi dan asupan nutrisi digambarkan dalam sebuah lingkaran yang saling berhubungan timbal balik. Meskipun memiliki hubungan timbal balik antara infeksi dan asupan nutrisi, dalam penulisan laporan ini peneliti hanya menggunakan infeksi yang menyebabkan terganggunya penyerapan zat gizi oleh tubuh. infeksi tersebut adalah infeski diare dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA. ISPA biasanya disertai oleh kenaikan panas tubuh, sehingga menyebabkan kebutuhan makan bertambah. Namun, panas pada ISPA ini juga menyebabkan menurunkan nafsu makan anak padahal kebutuhan makan bertambah, namun nafsu makan berkurang. Sehingga anak akan berisiko mengalami gangguan pertumbuhan tubuh Anshori, 2013. Buang air besar lebih dari 3 kali sehari atau diare dan terjadi selama 2 minggu berturut – turut atau lebih dari 14 hari akan berakibat malabsorpsi karbohidrat, lemak dan protein lebih sering adalah malabsorbsi lemak sehingga anak akan berisiko untuk mengalami gangguan pertumbuhan tubuh Mansjoer dkk., 2009. Hal ini disebabkan karena kuman penyebab diare yang masuk kedalam lingkungan usus akan berkembang dan meracuni mukosa usus sehingga menurunkan daerah permukaan usus. Pada akhirnya akibat dari penurunan daerah permukaan usus ini menyebabkan perubahan kemampuan penyerapan cairan dan elektrolit. Cairan dan elektrolit yang tidak terserap ini bergeser ke rongga usus sehingga meningkatkan isi rongga usus. Padahal rongga usus ini