✆ ☞
1. Gambaran Wilayah
Kecamatan Haurgeulis,
Kabupaten Indramayu.
Haurgeulis merupakan salah satu kecamatan yang berada di kabupaten Indramayu. Haurgeulis memiliki luas wilayah sebesar 64,46
km
2
, yang mana luas ini memenuhi 3,07 wilayah kabupaten Indramayu. Haurgeulis memiliki 10 desa dengan jumah 95 RW dan
257 RT. Haurgeulis memiliki iklim hujan dengan curah 97 hari dalam
satu tahun. Hal ini menggambarkan bahwa Haurgeulis memiliki iklim panas dan jarang mengalami hujan. Mata pencarian mayoritas
penduduk Haurgeulis adalah petani dan buruh bangunan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya wilayah persawahan sekitar daerah
Haurgeulis.
Dalam segi kesehatan, Haurgeulis memiliki 3 puskesmas yang terdiri dari 3 puskesmas utama. Haurgeulis tidak memiliki puskesmas
pembantu. Dalam segi akses pangan, Haurgeulis memiliki sebuah pasar utama di pusat wilayah Haurgeulis. Status gizi Ibu hamil pada
tahu 2006 diketahui sebanyak 25,9 ibu mengalami anemia yang disebabkan oleh faktor ekonomi, umur kehamilan, pantangan makanan
dan prioritas konsumsi makan. Selain anemia, Kekurangan Energi Kronis KEK pada ibu hamil tahun 2006 sebanyak 20,9, paling
banyak terdiri dari kelompok ibu yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS dan ibu yang berusia 18 – 35 tahun. KEK pada ibu hamil
erat dengan faktor – faktor usia ibu hamil, usia kawin pertama ibu hamil, pendidikan ibu dan konsumsi suplemen.
✆ ✌
2. Gambaran Siswa Siswi MI Muhammdiyah Haurgeulis Indramayu Tahun 2015
Madrasah Ibtidaiyah MI Muhammdiyah merupakan salah satu sekolah berbasis agama islam yang berada di wilayah kecamatana
Haurgeulis, di desa Al – Hanan. MI Muhammadiyah memiliki bangunan dua lantai yang terdiri dari 5 ruangan kelas dan 1 ruangan
gudang. MI Muhammadiyah memiliki bangunan sendiri untuk ruangan guru dan kepala sekolah. MI Muhammadiyah juga memiliki sebuah
lapangan yang digunakan untuk bermain atau berolahraga. Bangunan MI Muhammdiyah berada dalam sebuah gang kecil,
sehingga akses untuk jajanan tidak sebanyak dengan sekolah – sekolah lain yang berada di pinggir jalan besar. Oleh karena itu, anak – anak
banyak yang memilih jajan disekitar wilayah sekolah, yang belum sepenuhnya teraspal dan masih merupakan tanah basah.
MI Muhammdiyah memiliki sistem pembelajaran yang dimulai dari jam 7 pagi hingga jam 1 siang. MI Muhammadiyah membiasakan
para siswa untuk melakukan sholat dhuhah dan sholat dzuhur khusus anak kelas 4 hingga kelas 6 berjamaah.
Siswa MI Muhammadiyah terdiri dari 174 siswa, yang terbagi didalamnya adalah kelas 1 hingga kelas 6. Kelas 1 terdiri dari 33 siswa
dan siswi. Kelas 2 terdiri dari 40 siswa dan siswi. Kelas 3 terdiri dari 23 siswa dan siswi. Kelas 4 terdiri dari 28 siswa dan siswi. Kelas 5
terdiri dari 28 siswa dan siswi terakhir kelas 6 terdiri dari 22 siswa dan siswi.
✆ ✆
Orang tua terutama ibu para siswa MI Muhammadiyah memiliki mata pencarian yang bervariasi. Kebanyakan dari mereka adalah ibu
rumah tangga, pedagang, guru dan pembantu rumah tangga. Orang tua yang berprofesi sebagai pedagang, membuka dagangan di pasar,
memiliki toko atau lapak pribadi serta sebagai penjaga di sebuah toko. Sedangkan profesi guru, ada yang menjadi guru sekolah dasar, guru
sekolah menengah pertama dan guru sekolah menengah atas. Ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga biasanya menerima
panggilan pekerjaan yang tidak menentu waktu dan tempatnya. Seperti sebagai kuli bangunan, ikut ke sawah untuk panen padi atau sebagai
kuli nyuci di rumah orang dan lain sebagainya. Pekerjaan ini hanya dilakukaan disaat mereka dipanggil oleh pemilik kepentingan.
Ibu yang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga ada juga yang hingga menjadi Tenaga Kerja Wanita TKW di luar negeri. Sehingga
anak ikut tinggal bersama bibi atau kakek neneknya.
✆ ✝
3. Rata - Rata Asupan Energi Protein dan Lemak
Distribusi asupan energi protein dan lemak siswa MI Muhammadiyah Haurgeulis 2015 dapat dilihat pada tabel 5.1
Tabel 5.1 Rata - Rata Asupan Energi Protein Lemak Siswa Siswi MI
Muhammadiyah Haurgeulis Tahun 2015 Variabel
Rata – Rata Asupan
Total Case
Control Energi
1.451,4 kkal 1.428,4 kkal
1.468,3 kkal
Protein 47,54 gr
47,40 gr 47.60 gr
Lemak 50,38 gr
48,60 gr 51,70 gr
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa rata – rata asupan kelompok total, untuk energi sebesar 1.451,4 kkal, dan untuk kelompok case dan
control sebesar 1.428,4 kkal dan 1.468,3 kkal. Kemudian rata – rata asupan protein kelompok total sebesar 47.54 gr, kelompok case
sebesar 47,4 gr dan kelompok control sebesar 47,60 gr. Terakhir rata – rata asupan lemak kelompok total sebesar 50.38 gr, kelompok case
sebesar 48,60 gr dan kelompok control sebesar 51,70 gr.
Tabel 5.2 Rata - Rata Asupan Potein Nabati Siswa Siswi MI
Muhammadiyah Haurgeulis Tahun 2015 Rata – Rata
Asupan Total
Case Control
Protein Nabati
23,13 gr 24,50 gr
22,13 gr Berdasarkan tabel 5.2 diketahui, bahwa asupan protein nabati total
sebesar 23,13 gr, kelompok case sebesar 24.50 gr dan kelompok
✆ ✞
control 22,13 gr. Hal ini menunjukan bahwa asupan protein nabati pada kelompok case lebih tinggi jika dibandingkan dengan asupan
protein nabati kelompok control.
Tabel 5.3 Rata - Rata Asupan Kalsium Siswa Siswi MI Muhammadiyah
Haurgeulis Tahun 2015
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui, bahwa asupan kalsium total sebesar 195 mg, kelompok case 192 mg dam kelompok control 197
mg. Hal ini menunjukkan bahwa asupan kalsium pada kelompok case lebih rendah dari rata – rata kelompok total.
Perbedaan rata – rata dilakukan uji beda dua mean non parametrik atau uji U. Berikut adalah hasil Uji U untuk asupan energi, protein dan
lemak antara kelompok case dan control 5.3
Variabel Rata – Rata
Asupan Total
Case Control
Kalsium
195 mg 192 mg
197 mg
✆ ✟
Tabel 5.4 Hasil Uji U Asupan Energi, Protein dan Lemak Antara
Kelompok Case dengan Kelompok Control di MI Muhammadiyah tahun 2015
Variabel Asymp. Sig. 2-tailed
Energi
0,9
Protein
0,5
Lemak
0,5
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui, bahwa tidak ada perbedaan asupan energi, protein dan lemak antara kelompok case dan control
karena nilai Sig 0,05. Selain energi, protein dan lemak. Uji U juga dilakukan pada
asupan kalsium. Berikut hasil uji U untuk asupan kalsium
Tabel 5.5 Hasil Uji U Asupan Kalsium Antara Kelompok Case dengan
Kelompok Control di MI Muhammadiyah tahun 2015. Variabel
Asymp. Sig. 2-tailed Kalsium
0,7
Protein Nabati
0,3
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui, bahwa tidak ada perbedaan rata – rata asupan kalsium dan protein nabati, antara kelompok case dan
kelompok control dengan nilai sig 0,05 yaitu Sig = 0,7 dan 0,3.
✝ ✠
4. Rata - Rata Penyakit Infeksi
Distribusi riwayat penyakit infeksi yang pernah dialami oleh siswa MI Muhammadiyah haurgeulis tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.6 Distribusi Riwayat Penyakit Infeksi Siswa MI Muhammadiyah
Haurgeulis Tahun 2015 Riwayat
Penyakit Infeksi
Total Case
Control N
N N
Terinfeksi 30
45,5 14
50 16
42,1 Tidak
Terinfeksi 36
54,5 14
50 22
57,9 66
100 28
100 38
100
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa dari jumlah 66 siswa MI Muhammadiyah Haurgeulis, pada tahun 2015 terdapat 30 anak yang
memiliki riwayat penyakit infeksi dan 36 anak yang tidak terinfeksi. Kemudian pada kelompok case dengan jumlah 28 siswa terdapat 14
anak mengalami penyakit infeksi dan 14 anak tidak mengalami penyakit infeksi. Selain itu, pada kelompok control sebanyak 38 anak
diantaranya 16 anak mengalami penyakit infeksi dan 22 lainnya tidak mengalami penyakit infeksi.
✝ ☎
Tabel 5.7 Distribusi Riwayat Penyakit Infeksi Siswa MI Muhammadiyah
Haurgeulis Tahun 2015 Riwayat Penyakit
Infeksi Total
Case Control
N N
N ISPA
28 14
14 Diare
5 3
4
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa kelompok case dan control sama banyak yang mengalami penyakit ISPA yaitu sebanyak
14 responden. Namun, pada kelompok control lebih banyak yang mengalami penyakit infeksi diare jika dibandingkan dengan kelompok
case yaitu 4 responden.
Tabel 5.8 Hasil Uji U Penyakit Infeksi Antara Kelompuk Stunting
dengan Kelompok Tidak Stunting di MI Muhammadiyah tahun 2015
Variabel Asymp. Sig. 2-tailed
Penyakit Infeksi
0,9
Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa tidak ada perbedaan riwayat penyakit infeksi antara kelompok case dan control karena nilai Sig
0,05 yaitu Sig = 0,9.
✝ ✡
5. Rata - Rata Pola Asuh
Distribusi pola asuh siswa MI Muhammadiyah Haurgeulis tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.9.
Tabel 5.9 Distribusi Rata - Rata Pola asuh Siswa MI Muhammadiyah
Haurgeulis Tahun 2015 Variabel
Rata - rata poin Total
Case Control
Pola asuh 105,3
104,5 105,8
Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa rata – rata nilai pola asuh terkait gizi pada kelompok total adalah sebesar 105,3 poin.
Kemudian rata – rata nilai pola asuh terkait gizi pada kelompok case adalah sebesar 104,5 poin dan terakhir rata – rata nilai pola asuh
terkait gizi pada kelompok control adalah sebesar 105,8 poin.
Tabel 5.10 Gambaran Pekerjaan Ibu atau Wali Siswa Siswi Pada
Kelompok Case dan Kelompok Control di MI Muhammadiyah tahun 2015
Variabel Mean point
Total Case
Control Ibu Rumah Tangga
20 5
15
Kuli 4
2 2
Guru 11
5 6
Pedagang 27
14 13
Karyawan 4
2 2
Berdasarkan tabel 5.10 diketahui, bahwa ada sebanyak 20 ibu atau wali yang tidak melakukan pekerjaan lain selain menjadi ibu rumah
tangga. Kelompok case sebanyak 5 ibu atau wali dan kelompok
✝ ☛
control sebanyak 15 ibu atau wali. Hal ini menggambarkan bahwa ibu atau wali pada kelompok case lebih banyak yang memiliki pekerjaan
lain selain menjadi ibu rumah tangga.
Tabel 5.11 Hasil Uji U Pola Asuh Antara Kelompok Case dengan
Kelompok Control di MI Muhammadiyah tahun 2015 Variabel
Asymp. Sig. 2-tailed Pola asuh
0,9
Berdasarkan tebal 5.11 diketahui bahwa tidak ada perbedaan pola asuh terkait gizi antara kelompok case dan kelompok control dengan
nilai sig 0,05 yaitu 0,9.
6. Rata - Rata Pendapatan Keluarga
Gambaran distribusi rata – rata pendapatan keluarga siswa MI Muhammadiyah Haurgeulis tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.12.
Tabel 5.12 Distribusi Rata – Rata Pendapatan Keluarga Siswa MI
Muhammaidyah tahun 2015 Variabel
Mean Total
Case Control
Pendapatan Keluarga
1.563.848,0 1.601.785,7 1.535.894,7
Berdasarkan tabel 5.12 diketahui, bahwa rata – rata pendapatan dalam sebulan pada keluarga siswa MI Muhammadiyah Haurgeulis
tahun 2015 kelompok total sebesar Rp 1.563.848, pada kelompok case sebesar Rp 1.601.785,7 dan pada kelompok control sebesar
1.535.894,7.
✝ ☞
Tabel 5.13 Hasil Uji U Antara Kelompok Case dengan Kelompok Control
di MI Muhammadiyah tahun 2015 Variabel
Asymp. Sig. 2-tailed Pendapatan Keluarga
0,6
Berdasarkan tabel 5.13 diketahui bahwa tidak ada perbedaan rata – rata pendapatan keluarga antara kelompok case dan control dengan
nilai Sig 0,05 yaitu 0,6.
7. Gambaran Pendidikan Ibu atau Wali Murid
Distribusi lama tahun pendidikan formal yang ditempuh oleh ibu atau wali murid Siswa MI Muhammadiyah Haurgeulis tahun 2015
dapat dilihat pada tabel 5.14.
Tabel 5.14 Distribusi Rata – Rata Lama Tahun Pendidikan Oleh Ibu Atau
Wali Murid, Siswa MI Muhammadiyah tahun 2015 Variabel
Rata - rata tahun Total
Case Control
Pendidikan Ibu
10,6 10,7
10.5
Berdasarkan tabel 5.14 diketahui, bahwa rata – rata lama pendidikan ibu atau wali murid yang bertanggung jawab untuk
merawat dan menyediakan makan siswa siswi MI Muhammadiyah, Haurgeulis, Indramayu tahun 2015. Diketahui untuk kelompok total
adalah selama 10,6 tahun, kemudian kelompok case adalah selama 10,7 tahun dan terakhir kelompok control selama 10,5 tahun.
✝ ✌
Tabel 5.15 Nilai Modus Lama Tahun Pendidikan Oleh Ibu Atau Wali
Murid, Siswa MI Muhammadiyah tahun 2015 Variabel
Modus Total
Case Control
Pendidikan Ibu
9 12
9
Berdasarkan tabel 5.15 diketahui, bahwa nilai modus untuk lama tahun pendidikan ibu adalah kelompok total 9 tahun, kelompok case
12 tahun dan kelompok control 9 tahun. Nilai mode untuk menggambarkan lama tahun yang paling sering keluar di setiap
masing – masing kelompok. Sehingga diketahui bahwa kelompok case memiliki tahun pendidikan yang lebih lama jika di bandingkan
dengan kelompok total dan control yaitu 12 tahun atau setara dengan Sekolah Menengah Atas SMA.
Tabel 5.16 Hasil Uji U Antara Kelompok Case dengan Kelompok Control
di MI Muhammadiyah tahun 2015 Variabel
Asymp. Sig. 2-tailed Pendidikan
0,5
Tabel 5.16 menggambarkan, bahwa tidak ada perbedaan rata – rata lama tahun pendidikan yang ditempuh oleh ibu atau wali murid siswa
siswi MI Muhammdiyah, Haurgeulis, Indramayu tahun 2015 dengan nilai Sig 0,05 yaitu 0,5.
✝ ✆
8. Gambaran Pengetahuan Ibu
Distribusi pengetahuan ibu siswa MI Muhammadiyah Haurgeulis
tahun 2015 terkait pengetahun gizi dapat dilihat pada tabel 5.17. Tabel 5.17
Distribusi Rata- Rata Pengetahun Ibu Siswa MI Muhammadiyah Haurgeulis Tahun 2015 Terkait Pengetahun Gizi
Variabel Rata – rata
Total Case
Control Pengetahuaan
13,09 13,71
12,63
Berdasarkan tabel 5.17 diketahui, bahwa rata – rata pengetahuan ibu atau wali murid siswa siswi MI Muhammadiyah, Haurgeulis,
Indramayu tahun 2015 untuk kelompok total adalah 13 poin. Artinya, nilai rata – rata ibu siswa menjawab benar adalah 13 poin dari 20 poin
pertanyaan terkait pengetahun gizi. Kemudian untuk kelompok case sebesar 13,7 poin dan terakhir kelompok control sebesar 12,6 poin.
Tabel 5.18 Hasil Uji U Antara Kelompok Case dengan Kelompok Control di
MI Muhammadiyah tahun 2015 Variabel
Asymp. Sig. 2-tailed Pengetahuaan Ibu
0,09
Berdasarkan tabel 5.18 diketahui bahwa tidak ada perbedaan rata – rata antara pengetahuaan ibu atau wali murid siswa siswi MI
Muhammadiyah, Haurgeulis, Indramayu tahun 2015 dengan nilai Sig 0,05 yaitu 0,09.
✝ ✝
9. Gambaran Jumlah Anak Dalam Keluarga
Distribusi rata - rata jumlah anak dalam satu keluarga atau satu rumah dari siswa MI Muhammadiyah Haurgeulis tahun 2015 dapat
dilihat pada tabel 5.19.
Tabel 5.19 Distribusi Jumlah Anak Dalam Keluarga atau Rumah Siswa MI
Muhammdaiyah Haurgeulis Tahun 2015 Variabel
Rata – rata Total
Case Control
Jumlah Anak 3,0
3,2 2,9
Berdasarkan tabel 5.19 diketahui, bahwa rata – rata jumlah anak yang dimiliki dalam keluarga atau yang tinggal dalam satu rumah
untuk kelompok total, case dan control adalah sebanyak 3 anak.
Tabel 5.20 Urutan Anak yang Dilahirkan Dalam Keluarga atau Rumah Siswa
MI Muhammdaiyah Haurgeulis Tahun 2015. Variabel
Modus Case
Control Urutan kelahiran
3 2
Berdasarkan tabel 5.20 diketahui, bahwa anak pada kelompok case lebih sering terjadi pada anak yang dilahirkan pada urutan ke 3 dan
anak pada kelompok control lebih sering dilahirkan pada urutan ke 2.
✝ ✞
Tabel 5.21 Hasil Uji U Antara Kelompok Case dengan Kelompok
Control di MI Muhammadiyah tahun 2015 Variabel
Asymp. Sig. 2-tailed Jumlah Anak
0,5
Berdasarkan tabel 5.21 diketahui, bahwa tidak ada perbedaan rata – rata jumlah anak dalam keluarga atau yang tinggal dalam satu rumah
antara kelompok case dan control dengan nilai Sig 0,05 yaitu 0,5.
C. Bivariat 1. Analisis dengan Partial Least Square PLS
Analisis dengan PLS-SEM normalnya terdiri dari dua model yaitu model pengukuran atau sering disebut outer model dan
model struktural inner model Latan dan Ghozali, 2012a. Outer model menggambarkan validitas antara indikator dengan variabel
latennya sedangkan inner model menggambarkan hubungan atau kekuatan antara indikator dengan variabel latennya Latan dan
Ghozali, 2012a. Sehingga, untuk melakukan analisis dengan PLS-SEM
harus melakukan analisis outer model terdahulu kemudian melakukan analisis inner model, jika hasil outer model lebih kecil
dari 0,7 maka variabel tersebut tidak valid sehingga harus dikeluarkan dan tidak dapat dilakukan analisis inner model.
✝ ✟
2. Evaluasi Outer Model
Evaluasi diagram jalur atau analisis outer model dilakukan setelah diagram jalur tersedia. Berikut hasil evaluasi diagram jalur.
Tabel 5.22 Hasil Analisis Outer Model
Pola asuh
Stunting Energi Infeksi Lemak Protein Nilai
Outer
1,000 1,000
1,0000 1,000
1,000 1,000
Pada penelitian ini, model indokator adalah indikator formatif. Hal ini berarti adalah hasil evaluais outer model akan
selalu memiliki nilia 1,000 sehingga selanjutnya akan dilakukan evaluasi inner model.
3. Evaluasi Inner Model
Evaluasi inner model dilakukan untuk melihat hubungan antar variabel. Berikut hasil analisis inner model:
Tabel 5.23 Hasil Analisis Inner Model
Variabel R Square
Stunting
0,0300
Energi
0,0200
Protein
0,0032
Lemak
0,0012
Infeksi
0,0004
Berdasarkan tabel 5.23. diketahui nilai r square dari setiap variabel. Nilai r square merupakan nilai yang menunjukan
✞ ✠
kekuatan hubungan antara setiap variabel. R square dikatakan kuat jika memiliki nilai 0,5 dan dikatan lemah jika memiliki
nilai 0,5. Variabel stunting memiliki nilai r square sebesar 0,03
yang artinya, asupan energi anak, asupan protein anak, asupan lemak anak dan penyakit infeksi anak memiliki hubungan yang
lemah terhadap stunting yaitu sebesar 3. Variabel Energi, protein, lemak, dan infeksi memiliki nilai
R Square masing – masing sebesar 0,0200, 0,0032, 0,0012 dan 0,00004 yang artinya pola asuh memiliki hubungan yang lemah
terhadap variabel energi, protein, lemak dan infeksi yaitu setiap variabel masing – masing sebesar 2, 0,32, 0,21 dan 0,004.
4. Hubungan Variabel Eksogen dan Variabel Intervenning terhadap Variabel Endogen
Hubungan langsung dalam penelitian ini adalah hubungan langasung setiap variabel yaitu asupan energi terhadap stunting,
asupan protein terhadap stunting, asupan lemak terhadap stunting,
infeksi anak terhadap stunting dan pola asuh terhadap stunting.
✞ ☎
Tabel 5.24 Hubungan Variabel Eksogen dan Variabel Intervenning
terhadap Variabel Endogen di MI Muhammadiyah Haurgeulis Tahun 2015
Setelah diketahui kekuatan hubungan antar vaiabel, inner model juga digunakan untuk melihat hubungan antar variabel.
Dikatakan berhubungan jika t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 1,96. Berdasarkan tabel 5.23 diketahui, bahwa tidak ada variabel
yang berhubungan dengan variabel stunting karena semua nilai t test dari 1,97.
Tabel 5.25 Hubungan Variabel Eksogen terhadap Variabel
Intervenning pada MI Muhammadiayah tahun 2015 Energi
Original Sampel
Standar Error
T Test Pola Asuh
0,14 0,14
0,95
Berdasarkan tabel 5.25 diketahui, bahwa variabel pola asuh tidak berhubungan langsung dengan variabel asupan energi karena
nilai t hitung 1,97 yaitu 0,95.
Stunting Original
Sample Standar
Error T test
Energi
0,10 0,24
0,50
Protein
-0,20 0,20
1,18
Lemak
0,20 0,20
0,80
Infeksi
0,10 0,13
0,21
Pola asuh
0,04 0,12
0,20
✞ ✡
Tabel 5.26 Hubungan Variabel Eksogen terhadap Variabel
Intervenning pada MI Muhammadiayah tahun 2015 Protein
Original Sampel
Standar Error
T Test Pola Asuh
0,06 0,11
0,50
Berdasarkan tabel 5.26 diketahui, bahwa variabel pola asuh tidak berhubungan langsung dengan variabel asupan protein karena
nilai t test 1,97 yaitu 0,50.
Tabel 5.27 Hubungan Variabel Eksogen terhadap Variabel
Intervenning pada MI Muhammadiayah tahun 2015 Lemak
Original Sampel
Standar Error
T Test Pola Asuh
0,03 0,12
0,30
Berdasarkan tabel 5.27 diketahui, bahwa variabel pola asuh tidak berhubungan langsung dengan variabel asupan lemak karena
nilai t test 1,97 yaitu 0,30.
✞ ☛
Tabel 5.28 Hubungan Variabel Eksogen terhadap Variabel
Intervenning pada MI Muhammadiayah tahun 2015 Infeksi
Original Sampel
Standar Error
T Test Pola Asuh
0,02 0,07
0,26
Berdasarkan tabel 5.28 diketahui, bahwa variabel pola asuh tidak berhubungan langsung dengan variabel infeksi karena nilai t
test 1,97 yaitu 0,26. Hasil inner model menghasilkan sebuah diagram yanga
menggambarkan hubungan. Berikut diagram hasil evaluasi inner model.
❝ ❯
B ag
an 5.
1 B
ag an Eva
lu asi
Oute r
da n
Inne r
Model
❞ ❡
❢ ❢
❢ ❣
❤ ✐
✐ ✐
❥ ❦
❧ ♠
♥ ♦
♣ q
r s
t ✉
✈ ✇
❧ ①
② ③
♣ r
④ ⑤
⑥ ⑦
⑧ ⑨
⑩ ❶
❷ ❸
❶ ❹
❸ ❺
❻ ❦
❼ ❧
③ ⑦
♦
❥ ❦
❧ ♠
♥ ♦
❽ ❾
❿ ➀
❻ ❦
❼ ❧
③ ⑦
♦ ➁
♠ ➂
➃ ❧
♦ ❦
✇ ❧
① ②
③
➁ ➂
➄ ②
✐ ❤
➅ ✐
❞ ❡
❢ ❢
❢ ❞
❡ ❢
❢ ❢
❞ ❡
❢ ❢
❢ ➆
➇ ➈
➈ ➈
✞ ✌
Bagan 5.1 mengambarakan hasil evaluasi outer dan inner model. Bentuk persegi panjang menunjukkan indikator dan bentuk lingkaran
menunjukkan variabel laten. Berikut keterangannya : 1 Indikator pola asuh terhadap variabel pola asuh memiliki nilai outer
1,000. 2 Indikator energi terhadap variabel energi memiliki nilai outer 1,000
3 Indikator protein terhadap variabel protein memiliki nilai outer 1,000. 4 Indikator lemak terhadap variabel lemak memiliki nilai outer 1,000.
5 Indikator infeksi terhadap variabel infeksi memiliki nilai outer 1,000. 6 Indikator TBU terhadap variabel stunting memiliki nilai outer 1,000.
7 Variabel pola asuh terhadap variabel energi memiliki nilai t test 0,95 8 Variabe pola asuh terhadap variabel protein memiliki nilai t test 0,50
9 Variabel pola asuh terhadap variabel lemak memiliki nilai t test 0,30 10 Variabel pola asuh terhadap variabel infeksi memiliki nilai t test 0,76
11 Variabel pola asuh terhadap variabel stunting memiliki nilai t test 0,20 12 Variabel energi terhadap variabel stunting memiliki nilai t test 0,50
13 Variabel lemak terhadap variabel stunting memiliki nilai t test 0,80 14 Variabel protein terhadap variabel stunting memiliki nilai t test 1,18
15 Variabel infeksi terhadap variabel stunting memiliki nilai t test 0,21
✞ ✆
5. Hubungan Antara Variabel Eksogen Terhadap Variabel Endogen melalui Variabel Intervenning
Untuk melihat hubungan tidak langsung antara pola asuh dengan stunting yang diperantarai oleh varaibel energi, protein,
lemak dan penyakit infeksi penulis melakukan uji Sobel Test dengan Aorian Version. Berikut hasil Uji Aroian dapat dilihat pada
tabel berikut Tabel 5.29
Hasil Uji Arorian Pola Asuh dengan Stunting Melalui Energi
Variabel Stunting
T Test Pola Asuh
0,35
Berdasarkan tabel 5.29 diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pola asuh ibu atau wali murid MI
Muhammadiyah, Haurgeulis, Indramayu tahun 2015 dengan kejadian stunting melalui asupan energi anak karena nilai T Test
1,96 yaitu 0,35. Hal ini membuktikan bahwa energi merupakan
variabel intervening lemah. Tabel 5.30
Hasil Uji Arorian Pola Asuh dengan Stunting Melalui Protein
Variabel Stunting
T Test Pola Asuh
0,39
Berdasarkan tabel 5.30 diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pola asuh ibu atau wali murid MI
✞ ✝
Muhammadiyah, Haurgeulis, Indramayu tahun 2015 dengan kejadian stunting melalui asupan protein anak karena nilai T Test
1,96 yaitu 0,39. Hal ini membuktikan bahwa protein merupakan variabel intervening lemah.
Tabel 5.31 Hasil Uji Arorian Pola Asuh dengan Stunting Melalui
Lemak Variabel
Stunting T Test
Pola Asuh 0,19
Berdasarkan tabel 5.31. diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pola asuh ibu atau wali murid MI
Muhammadiyah, Haurgeulis, Indramayu tahun 2015 dengan kejadian stunting melalui asupan lemak anak karena nilai T Test
1,96 yaitu 0,19. Hal ini membuktikan bahwa lemak merupakan variabel intervening lemah.
✞ ✞
Tabel 5.32 Hasil Uji Arorian Pola Asuh dengan Stunting Melalui
Penyakit Infeksi Variabel
Stunting T Test
Pola Asuh 0,69
Berdasarkan tabel 5.32 diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pola asuh ibu atau wali murid MI
Muhammadiyah, Haurgeulis, Indramayu tahun 2015 dengan kejadian stunting melalui penyakit infeksi anak karena nilai T Test
1,96 yaitu 0,69. Hal ini membuktikan bahwa infeksi anak merupakan variabel intervening kuat.
✞ ✟
BAB IV PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian terkait faktor – faktor yang berhubungan dengan stunting pada siswa siswi MI Muhammadiyah Haurgeulis Indramayu
tahun 2015, penulis menyadari ada beberapa keterbatasan penelitian, yaitu
1. Pada penelitian ini pengumpulan data untuk kelompok case tidak
terpenuhi 7 responden case. Hal ini disebabkan karena waktu yang disediakan untuk pengumpulan data sudah habis namun hingga
akhir batas waktu yang ditetepakan ke 6 responden tidak dapat ditemui baik letak rumah responden atau ibu responden. Kemudian
1 responden merupakan kesalahan sasaran orang.
2. Pada penelitian ini pengukuran makanan seperti nasi kuning, nasi
lengko, nasi uduk yang merupakan sarapan yang sering disebutkan oleh responden menggunakan satu ukuran dari satu tempat
pembelian. Hal ini disebabkan karena tempat pembelian banyak tempat yang sulit untuk dicapai.
3. Pada penelitian ini, tidak ditanyakan riwayat masa kehamilan ibu
selama mengandung responden. Hal ini disebabkan karena dikhawatirkan ibu sulit untuk mengingat.
✟ ✠
4. Ada beberapa variabel dalam model PLS yang tidak dimasukan,
namun sesungguhnya
perlu dimasukan
karena dapat
mempengaruhi nilai hasil penelitian. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu penelitian. Sehingga, beberapa variabel tidak
dimasukan kedalam model PLS.
B. Kejadian Stunting Pada SiwaSiswi MI Muhammadiyah Haurgeulis Indramayu tahun 2015
Sebanyak 28 anak yang mengalami stunting dan 38 anak yang tidak mengalami stunting. Stunting pada anak sekolah akan meyebabkan
gangguan perkembangan kognitif seperti penurunan IQ, apatis, tidak percaya diri, sulit berkonsentrasi sehingga mengalami penurunana prestasi
akademik di sekolah Nency dan Arifin, 2005. Pernyataan tersebut didukung oleh data prestasi dari hasil observasi
pada saat penelitian. Diketahui bahwa, dari 3 peringkat teratas setiap masing – masing kelas atau juara kelas. Hampir semua yang menempati
peringkat teratas adalah anak pada responden kelompok control. Namun dua diantaranya yaitu juara pertama untuk tingkat kelas 5 dan juara ke 2
untuk tingkat kelas 2 di tempati oleh responden kelompok case. Meskipun tidak ada data anak yang mengalami tidak naik kelas baik pada responden
case dan control. Namun, hal ini tetap menjadi perhatian khusus untuk anak – anak pada kelompok case. Mengingat bahwa pada usia anak
sekolah dasar sudah diketahui secara signifikan bahwa pada masa ini
✟ ☎
perkembangan kognitif, sosial dan emosial anak sedang mengalami masa
emasnya Almatsier dkk., 2011.
Tidak tercapainya tinggi badan sesuai umur dinyatakan dalam istilah Stunting. Hal ini terjadi karena kekurangan asupan nutrisi menahun
Sharlin dan Edelstein, 2011. Meskipun sekarang sudah banyak istilah lain untuk menyatakan hasil pembagian kegagalan tumbuh, namun istilah
stunting tetap merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kekurangan nutrisi secara menahun hingga saat ini Sharlin dan Edelstein,
2011. Stunting dimulai pada masa kehamilan. Pertumbuhan janin
tergantung oleh nutrisi ibu pada saat kehamilan. Jika ibu mengalami kekurangan nutrisi selama kehamilan, maka bayi yang dilahirkan akan
berisiko untuk mengalami kependekan Prendergast dan Humphrey, 2014. Kependekan pada masa setelah melahirkan, akan terus berlanjut
hingga usia 2 tahun atau 1000 hari pertama kehidupan. Sudah diketahui sebelumnya bahwa 2 tahun pertama atau 1000 hari pertama kehidupan
merupakan masa paling penting untuk dapat mengejar keterlanbatan pertumbuhan. Jika pada masa ini dapat terkejar dengan perbaikan dalam
segi nutrisinya, maka kemungkinan besar anak tidak akan mengalami stunting pada masa sekolah Prendergast dan Humphrey, 2014.
Setelah 2 tahun, anak yang tetap mengalami stunting hingga masa usia sekolah 5 tahun akan mengalami penurunan prestasi belajar
Prendergast dan Humphrey, 2014. Pada anak usia sekolah yang mengalami stunting, biasanya ia akan sering mengalami penyakit infeksi.
✟ ✡
Namun, masa sekolah adalah masa yang baik untuk memperbaiki pola makan anak agar dapat mengejar keterlambatan pertumbuhan pada masa
pubertas Prendergast dan Humphrey, 2014. Masa pubertas merupakan masa yang penting kedua untuk
mengejar keterlambatan pertumbuhan setelah masa 1000 hari pertama dalam kehidupan. Pada masa ini, melakukan intervensi untuk memperbaiki
keadaan yang sudah stunting akan lebih efektif. Selain itu, pola makan yang sebelumnya sudah terbentuk sejak usia sekolah akan sangat
membantu pengejaran pertumbuhan Prendergast dan Humphrey, 2014. Jika pada masa pubertas, remaja perempuan yang mengalami
stunting dapat memperbaiki gizinya, maka pada masa persiapan kehamilan anak yang akan dilahirkan kemungkinan kecil untuk melahirkan anak
dengan keadaan pendek atau stunting. Namun, jika tidak dapat memperbaiki gizinya, pada masa kehamilan akan banyak mengalami
masalah kehamilan seperti obesitas, diabetes, penyakit vascular dan lain sebagainya, sehingga akan berpeluangan untuk melahirkan anak dengan
keadaan pendek atau stunting Prendergast dan Humphrey, 2014. Meskipun belum ada acuan yang pasti di Indonesia untuk
menyatakan rata – rata tinggi anak usia sekolah, namun Indonesia menggunakan acuan yang diterbitkan oleh WHO pada tahun 2007. Di
sebutkan bahwa rata – rata tinggi anak usia 6 – 12 tahun adalah 115 cm – 150 cm dengan rata – rata kenaikan 0,625 cmbulan WHO, 2007.
Penelitian yang dilakukan oleh Yu Shang 2013 di China, menyatakan bahwa stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat
✟ ☛
yang masih tinggi terjadi pada usia anak sekolah dasar Shang dkk., 2010. Banyak faktor yang dapat menyebabkan stunting pada usia anak sekolah
dasar diantaranya adalah asupan makanan, penyakit infeksi, pola asuh ibu, jumlah anak dalam keluarga, pendapatan, pendidikan dan pengetahuaan
Smeru dkk, 2010 dan Ernawati, 2006 .
C. Rata - Rata Asupan Energi Protein Lemak
Hasil penelitian ini diketahui bahwa rata – rata asupan energi siswasiswi MI Muhammadiyah Haurgeulis Indramayu tahun 2015 untuk
kelompok total adalah sebesar 1.451,4 kkal. Sementara itu, untuk kelompok case sebesar 1.428,4 kkal dan untuk kelompok control sebesar
1.468,3 kkal. Jika dibandingkan dengan rata – rata Angka Kecukupan Gizi AKG 2013, terlihat bahwa rata – rata asupan energi kelompok total
siswa siswi MI Muhammadiyah, Haurgeulis Indramayu tahun 2015 lebih rendah dari rata – rata asupan energi yang disarankan oleh AKG 2013
yaitu sebesar 1.887,5 kkal. Setelah mengetahui rata – rata dari setiap kelompok, hasil uji U
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata – rata asupan energi kelompok case dan kelompok control dengan nilai 0,9.
Melihat rata – rata antara kelompok case dan kelompok control memang terlihat bahwa kelompok case memiliki rata – rata supan energi lebih
rendah dari rata – rata kelompok total, sedangkan kelompok control memiliki rata – rata asupan energi yang lebih tinggi dari rata – rata
kelompok total. Namun, selisih kedua kelompok tidak jauh berbeda dan
✟ ☞
belum cukup untuk menggambarkan perbedaan setiap kelompok, oleh karenanya hasil uji U menyatakan tidak ada perbedaan rata – rata antara
kelompok case dan kelompok control. Tidak terdapat perbedaan rata – rata asupan energi pada kelompok
case dan control menunjukan bahwa asupan energi siswasiswi MI Muhammadiyah, Haurgeulis, Indramayu tahun 2015 semuanya rendah,
selain itu, keduanya case dan control juga memiliki rata – rata asupan yang kurang dari rata – rata yang disarankan oleh AKG.
Selanjutnya, rata – rata asupan protein siswa siswi MI Muhammadiyah Haurgeulis Indramayu tahun 2015 untuk kelompok total
adalah sebesar 42,85 gr, kelompok case 47,4 gr dan kelompok control 47,6 gr. Jika dibandingkan dengan AKG 2013, menunjukan bahwa rata –
rata asupan protein kelompok total siswa siswi MI Muhammadiyah, Haurgeulis Indramayu tahun 2015 lebih rendah dari rata – rata asupan
protein yang disarankan oleh AKG 2013 yaitu sebesar 50 gr. Setelah mengetahui rata – rata dari setiap kelompok, hasil uji U
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata – rata asupan protein kelompok case dan kelompok control dengan nilai 0,5.
Melihat rata – rata antara kelompok case dan kelompok control memang terlihat bahwa kelompok case memiliki rata – rata supan protein lebih
rendah dari rata – rata kelompok total, sedangkan kelompok control memiliki rata – rata asupan protein yang lebih tinggi dari rata – rata
kelompok total. Namun, selisih kedua kelompok ini tidak jauh berbeda dan belum cukup untuk menyatakan perbedaan pada masing – masing