Hubungan Variabel Eksogen Pola Asuh Dengan Variabel Endogen Stunting

☎ ✡ ☞ Pola asuh bukanlah merupakan faktor tunggal yang dapat menyebabkan stunting. Hal tersebut karena sebelum menyebabkan stunting, pola asuh membentuk pola diet anak terlebih dahulu Black dan Abound, 2011. Dalam penelitian ini asupan makan baik kelompok case dan kelompok control memiliki rata – rata lebih rendah dari yang dianjurkan oleh AKG 2013. Sehingga diasumsikan bahwa pola asuh kelompok case dan control juga masih rendah. Meskipun terlihat ada perbedaan poin antara kelompok case dan kelompok control, namun hasil uji U menyatakan tidak ada perbedaan rata – rata antara kelompok case dan control. Maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh terkait gizi masih rendah. Selain itu, hasil univariat penelitian ini juga menggambarkan bahwa ibu anak atau walinya banyak diantara mereka yang bekerja atau beraktifitas fisik diluar rumah. Ibu yang bekerja, akan lebih sedikit memiliki waktu bermain dengan anak Yousafzai dkk,. 2014. Waktu bermain dengan anak merupakan kesempatan ibu untuk memiliki hubungan atau berinteraksi dengan anak, sehingga rendahnya waktu bermain akan berhubungan dengan rendahnya interaksi antara ibu dan anak. Pada akhirnya menurunkan kualitas pola asuh terhadap anak Yousafzai dkk,. 2014. Selain itu, hasil penelitian ini baik di kelompok case atau control banyak ibu dari anak atau walinya memiliki pekerjaan seperti mengajar atau berdagang. Sudah diketahui sebelumnya, bahwa pada kelompok case ibu yang bekerja lebih banyak jika dibandingkan dengan ibu pada ☎ ✡ ✌ kelompok control. Sehingga waktu bermain ibu dengan anak pada kelompok case lebih sedikit jika dibandingkan dengan kelompok control. Oleh karena itu, meskipun memiliki pola asuh yang sama rendah, namun kelompok case memiliki kesempatan untuk berinteraksi antara anak dan ibu jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan kelompok control. Sehingga, kemungkinan hal ini yang menyebabkan kelompok case mengalami stunting. Peneliti menyarankan bagi ibu yang memiliki pekerjaan selain pekerjaan rumah tangga atau memiliki aktifitas fisik diluar rumah lebih tinggi. Ibu disarankan untuk lebih baik dalam membagi waktu antara waktu dengan keluarga terutama anak dengan waktu bekerja. Contoh rekomendasi pembagian waktunya seperti berikut. Bagi ibu yang berdagang mengajar, ibu dapat membeli sarapan yang sudah siap tersedia seperti nasi uduk, nasi lengko atau ketupat sayur. Ibu yang sudah selesai mengajar dapat berbelanja sayuran untuk waktu makan siang dan makan malam. Bahan belanjaan ini dapat dioleh pada waktu yang bersamaan sehingga anak tidak akan terlewat makan malamnya. Karena ibu yang lelah, peneliti mengasumsikan bahwa anak memiliki risiko tinggi untuk tidak makan malam. Sehingga, makan malam diolah bersamaan dengan makan siang. Kemudian, pada sore hari ketika anak sudah beristirahat siang dan ibu juga sudah menyelesaikan tugas – tugasnya. Ibu dapat mengobrol dengan anak di rumah sambil menonton tv atau mengonsumsi makanan ringan. Jika ibu memiliki keperluan untuk berpergian disore hari maka ☎ ✡ ✆ sebaiknya ibu mengikutsertakan anak – anak. Waktu malam, ketika anak – anak memiliki waktu belajar, ibu dapat menyelesaikan tugas – tugas dari sekolah seperti menilai hasil pekerjaan siswa dan sebagainya. Hal ini dapat dilakuan bersama oleh anak, karena anak akan sibuk juga dengan pelajaran dari sekolahnya.

L. Hubungan Variabel Eksogen Terhadap Variabel Endogen Melalui Variabel Intervenning

Pathway stunting yang dimulai dari pola asuh ialah pola asuh mempengaruhi perilaku makan, perilaku makan yang salah akan membentuk stunting sehingga dalam hal ini asupan energi, protein dan lemak merupakan perantara antara pola asuh terhadap stunting. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pola asuh terhadap stunting melalui asupan energi, protein, lemak dan infeksi dengan nilai T Test 1,97. Namun, diantara semua perantara penyakit infeksi merupakan variabel laten dengan hubungan yang kuat terhadap pola asuh. Hal ini menggambarkan bahwa pola asuh terhadap penyakit infeksi memiliki hubungan yang kuat terhadap kejadian stunting. Hubungan antara orang tua dan anak, akan mempengaruhi anak – anak baik secara emosional dan pengembangan sosial. Selain itu, hubungan orang tua dan anak ditemukan sebuah bukti bahwa hubungan tersebut merupakan faktor penentu kesehatan Waylen dkk., 2008. Pola asuh terhadap anak selain berdampak pada diet makan, pola asuh juga dapat mempengaruhi kesehatan fisik anak Waylen dkk., 2008. ☎ ✡ ✝ Selain itu, pola asuh juga dapat mempengaruhi perkembangan sosial seperti perilaku, gangguan hiperaktif, kecemasan dan depresi Waylen dkk., 2008. Pola asuh terhadap anak merupakan penentu dalam pola makan anak dan kesehatan fisik anak. Namun, hasil dari pola asuh terhadap pola makan dan kesehatan anak tidak dapat diukur secara langsung dengan menggunakan antropometri, yang mana hasil pengukuran antropometri ini digunakan untuk menyatakan keadaan stunting. Perubahan komposisi tubuh yang pada akhirnya secara tidak langsung digambarkan dalam melalui pengukuran antropometri. Sehingga, diketahui bahwa tubuh mengalami stunting adalah kekurangan energi, protein dan lemak Briend dkk., 2015. Pola asuh memiliki hubungan terhadap energi, protein, lemak dan penyakit infeksi. Namun, energi, protein, lemak dan penyakit infeksi memiliki afinitas yang besar terhadap perubahan komposisi tubuh, hal berlawanan dengan pola asuh. Sedangkan, untuk menyatakan anak mengalami stunting atau tidak, harus melalui pengukuran antropometri terkait tinggi badan yang berhubungan dengan komposisi tubuh. Padahal dalam penelitian ini, energi, protein, lemak dan penyakit infeksi tidak memiliki hubungan langsung terhadap stunting. Sehingga, tidak ada hubungan antara pola asuh terhadap stunting melalui energi, protein, lemak dan penyakit infeksi.