Rata - Rata Riwayat Penyakit Infeksi

☎ ✠ ✠ infeksi dan asupan nutrisi digambarkan dalam sebuah lingkaran yang saling berhubungan timbal balik. Meskipun memiliki hubungan timbal balik antara infeksi dan asupan nutrisi, dalam penulisan laporan ini peneliti hanya menggunakan infeksi yang menyebabkan terganggunya penyerapan zat gizi oleh tubuh. infeksi tersebut adalah infeski diare dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA. ISPA biasanya disertai oleh kenaikan panas tubuh, sehingga menyebabkan kebutuhan makan bertambah. Namun, panas pada ISPA ini juga menyebabkan menurunkan nafsu makan anak padahal kebutuhan makan bertambah, namun nafsu makan berkurang. Sehingga anak akan berisiko mengalami gangguan pertumbuhan tubuh Anshori, 2013. Buang air besar lebih dari 3 kali sehari atau diare dan terjadi selama 2 minggu berturut – turut atau lebih dari 14 hari akan berakibat malabsorpsi karbohidrat, lemak dan protein lebih sering adalah malabsorbsi lemak sehingga anak akan berisiko untuk mengalami gangguan pertumbuhan tubuh Mansjoer dkk., 2009. Hal ini disebabkan karena kuman penyebab diare yang masuk kedalam lingkungan usus akan berkembang dan meracuni mukosa usus sehingga menurunkan daerah permukaan usus. Pada akhirnya akibat dari penurunan daerah permukaan usus ini menyebabkan perubahan kemampuan penyerapan cairan dan elektrolit. Cairan dan elektrolit yang tidak terserap ini bergeser ke rongga usus sehingga meningkatkan isi rongga usus. Padahal rongga usus ini ☎ ✠ ☎ sedang mengalami penurunan permukaan. Adanya kejadian tersebut membuat cairan akan lebih sering dikeluarkan Hidayat, 2008. Riwayat penyakit infeksi ini ditanyakan dalam kurun waktu semenjak anak masuk kelas 1 SD. Jadi, semenjak anak duduk dibangku kelas 1 sekolah dasar SD atau 6 tahun yang lalu, pernah mengalami penyakit ISPA seperti batuk, demam, pilek, radang tenggorokan, pneunomia dan diare lebih dari 14 hari, maka anak tersebut dinyatakan terkena infeksi. Tetapi, jika anak mengalami penyakit infeksi tersebut sebelum duduk dibangku kelas 1 SD, maka anak akan dinyatakan tidak terkena penyakit infeksi. Setelah mengetahui rata – rata dari setiap kelompok, hasil uji U menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata – rata riwayat penyakit infeksi antara kelompok case dan kelompok control dengan nilai 0,3. Berdasarkan hasil kuesioner, diketahui bahwa kelompok case dan control sama banyak yang memiliki riwayat penyakit infeksi. Sehingga, hal ini yang menyebabkan tidak ada perbedaan rata – rata penyakit infeksi pada kelompok case dan control. Namun, jika dipisahkan antara penyakit ISPA dan diare, pada kelompok control lebih banyak anak – anak yang memiliki riwayat penyakit infeksi diare jiak dibandingkan dengan kelompok case. Namun penyakit diare yang terjadi pada setiap kelompok yaitu kelompok case dan kelompok control dialami hanya terjadi kurang dari 14 hari atau kurang dari dua minggu. ☎ ✠ ✡ Diare merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan stunting. Namun, tidak semua jenis diare yang sudah dijelaskan pada BAB II dapat menyebabkan stunting. Hanya, diare yang terjadi selama 2 minggu berturut – turut atau selama 14 hari tanpa henti yang menyebabkan stunting. Oleh karenannya, kelompok control tidak mengalami stunting seperti pada kelompok case meskipun sama – sama memiliki riwayat penyakit infeksi, karena penyakit infeksi yang dialami tidak memenuhi syarat untuk menyebabkan stunting. Sehingga, dalam penulisan ini peneliti menyarankan pada para siswa siswi MI Muhammadiyah untuk lebih memperhatikan kebersihan diri lebih baik lagi. Seperti kebiasaan mencuci tangan disaat sebelum makan jajan, setelah dari toilet serta tidak jajan sembarangan. Agar senantiasa terjaga kebersihan dan kesehatannya.

E. Rata - Rata Pola Asuh Ibu Atau Wali Murid

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata – rata pola asuh untuk kelompok total memiliki skor akumulatif sebesar 105,3 poin, kelompok case sebesar 104,5 point dan kelompok control 105,8 point. Skor pola asuh ini dipengaruhi oleh beberpa hal dianataranya adalah kegiatan ibu ketika diluar rumah seperti berdagang, mengajar atau bekerja dan keharmonisan hubungan ibu dan bapak. Rendahnya asupan makanan dan terjangkit penyakit infeksi tidak terlepas dari pola asuh ibu atau walinya. Hal ini terkait dengan istilah pola asuh itu sendiri yaitu sebuah interaksi antara ibu dan anak, semakin erat ☎ ✠ ☛ interaksi tersebut maka semakin baik kualitas dan kuantitas peran ibu dalam mengasuh anak Adriani dan Wijatmadi, 2012. Diantara banyaknya tugas ibu atau wali dalam menagasuh anak dua diantaranya adalah terkait dengan urusan makan sehari hari dan kesehatan anak. Selain itu, dalam tumbuh kembang anak kasih sayang ibu merupakan kebutuhan dasar menunjang pertumbuhan yang sempurna, sehingga dikhawatirkan jika anak kurang mendapatkan kasih sayang terutama dari ibu akan menggangu pertumbuhan anak. Hal ini dibuktikan dari hasil observasi bahwa ibu yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, atau berdagang makanan keliling atau mengajar kebanyakan anak – anaknya memiliki kebebasan memilih jajanan sesuka mereka. Selain itu bagi orang tua yang bercerai atau tinggal beda rumah biasanya anak akan di jaga oleh kakek atau neneknya yang mana kebanyakan kakek dan neneknya juga membebaskan cucu mereka untuk memilih jajanan. Dalam hal ini, membebaskan anak untuk memilih jenis dan jumlah jajanan mereka sendiri memiliki skor terendah yaitu 1 poin. Selain pekerjaan dan hubungan keharmonisan, riwayat penyakit anak juga mempengaruhi skor pola asuh tersebut. Hal ini terbukti dari hasil wawancara kepada ibu selama melakukan pengisian kuesioner pola asuh. Ketika peneliti menanyakan kebiasaan ibu terkait jajan anak, ibu tersebut menyatakan bahwa ia merupakan orang yang melarang anaknya untuk bebas memilih dan menentukan jajan anaknya. Hal ini terkait dengan riwayat anaknya yang pernah mengalami penyakit pneunomia.