Kesimpulan Pengembangan Papan Komposit Berlapis Anyaman Bambu Dari Jenis Kayu Cepat Tumbuh Dengan Perekat Poliuretan

7.5 Saran

Mengingat harga perekat PU sangat mahal dibandingkan harga perekat berbasis formaldehida, maka perlu penelitian lain mengenai penggunaan perekat non- formaldehida yang lain. Hal tersebut dimaksudkan sebagai pembanding penggunaan perekat PU untuk papan komposit ini guna mendapatkan papan yang berkualitas tinggi, lebih ramah lingkungan dan lebih ekonomis. Selain itu juga diperlukan penelitian-penelitian yang mengkaji penggunaan berbagai bahan baku non-kayu lainnya untuk mengantisipasi pemenuhan kebutuhan produk-produk perkayuan. 8 PEMBAHASAN UMUM DAN KESIMPULAN

8.1 Pembahasan Umum

Kesesuaian beberapa jenis kayu dalam hal ini kayu sengon, akasia dan gmelina dengan perekat polyuretan PU yang digunakan menunjukkan bahwa kayu sengon lebih sesuai, terlihat dari kualitas papan dari kayu sengon lebih baik dibandingkan papan dari jenis kayu akasia dan gmelina pada kadar air partikel kering udara, 12-13. Penentuan kualitas papan berdasarkan standar JIS A 5908:2003, meliputi kerapatan, kadar air, daya serap air, pengembangan tebal, keteguhan patah, modulus elastisitas, keteguhan rekat dan kuat pegang sekrup. Penggunaan perekat PU dimaksudkan untuk menghindari penggunaan perekat berbasis formaldehida karena emisi yang ditimbulkannya berbahaya terhadap kesehatan manusia. Hasil penelitian menunjukkan kadar perekat 6 merupakan kadar perekat yang minimal untuk mendapatkan papan yang memenuhi standar kualitas. Berdasarkan rekomendasi pabrik, penggunaan perekat PU pada kayu dengan kadar air kering udara 12-13, seperti yang dinyatakan di atas, ternyata menimbulkan beberapa permasalahan dalam pembuatan papan komposit. Hal ini disebabkan perekat ini diproduksi oleh pabrik untuk peruntukan kayu lamina dengan proses kempa dingin, sehingga untuk pemakaian papan komposit dengan proses kempa panas, dibutuhkan beberapa modifikasi, diantaranya kesesuaian kadar air partikel yang digunakan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air partikel 7-10 yang dapat menghasilkan papan dengan kualitas yang baik, dalam artian dapat memenuhi standar JIS A 5908:2003. Hal ini terjadi karena penggunaan partikel dengan KA yang sangat tinggi, mengakibatkan terjadinya lower core temperature. Hal tersebut menghambat plastisasi selulosa, mengakibatkan tidak terjadinya proses ikatan secara alami natural bonding, selain itu juga menghambat pengaliran perekat. Pada kadar air yang rendah, partikel kayu membutuhkan proses pengeringan yang lebih lama dan atau temperatur yang lebih tinggi sehingga partikel lebih kering dan mempunyai temperatur yang lebih tinggi surface tempering. Hal tersebut dapat