Tabel 2.1 Sifat fisis dan morfologis serta sifat kimia kayu akaisa, gmelina dan sengon 6
Nilai Parameter
akasia gmelina sengon Sifat fisis dan morfologis
a.Panjang serat - Min. mm
- Max. mm - Rata-rata mm
b.Diameter serat - luar {Dµ}
- lumen, {Lµ} c.Tebal dinding {W µ}
d.Bilangan runkel 2WL Sifat Kimia
a.Sellulosa alpha b.Holosellulosa
c.Pentosan d.Ekstraktif
e.Lignin f.Abu
0,51 1,31
0,90
21,18 12,40
4,39 0,71
46,98 77,85
16,12 5,00
22,40
0,31 -
- 1,02
28,38 18,94
0,5 -
45,64 77,4
- 6,32
25,41 -
0,57 1,48
1,01 30,77
24,49 3,14
0,26 48,07
77,27 16,43
2,84 21,58
0,84 Sumber : Massijaya , 1992 dan Kasmudjo, 1990.
2.2 Papan Komposit Kayu dan Bambu
Jenis kayu cepat tumbuh telah banyak digunakan dan menunjukkan
kesesuaian sebagai bahan baku papan partikel komposit Dephut, 2006.
Penggunaan lapisan venir pada bagian permukaan papan partikel dapat memperbaiki sifat papan sehingga mirip dengan kayu lapis. Kombinasi papan partikel
yang dilapisi dengan venir ini disebut com-ply Haygreen dan Bowyer 1993. Panel com-ply terbuat dari venir dan partikel. Terdiri dari 3 lapis, dimana venir sebagai
lapisan luar dan partikel sebagai core. Pada com-ply yang tersusun 5 lapis, memiliki lapisan venir di bagian tengahnya dan arahnya tegak lurus dengan venir luar
Maloney 1993. Penggunaan lapisan pada papan partikel seperti yang disebutkan di atas dewasa ini semakin beragam, sebagai upaya alternatif untuk mendapatkan papan
yang terbuat dari berbagai macam bahan sehingga akan semakin beragam pula sifat dan tampilan dekoratifnya. Penggunaan lapisan karton gelombang dapat
meningkatkan nilai MOE dan MOR papan dari limbah kertas koran Massijaya 1997, begitu pula halnya dengan penggunaan limbah kantong semen Suhasman
2005 dan penggunaan lapisan bilah bambu dari papan partikel kayu karet dengan perekat phenol formaldehida Sudijono dan Subiyakto 2002.
Penggunaan bambu sebagai produk komposit telah berkembang, tetapi umumnya dalam bentuk papan partikel dari serat bambu dan plywood dari bilah
bambu tradeindia.com, 2007. Penggunaan bilah bambu sebagai balok laminasi telah diteliti oleh Nugroho dan Ando 2000, Setyo dan Sudibyo 2005.
Untuk penggunaan konstruksi, ada beberapa jenis bambu yang biasa dipakai. Salah satunya adalah bambu tali atau biasa juga disebut bambu apus Giganthocloa
apus Bl.Ex Schult.f. Kurz. Menurut Sulthoni 1988 diacu pada penelitian Morisco 1999 bambu tali tidak mudah diserang bubuk sekalipun tidak diawetkan. Oleh
karena itu, bambu jenis ini banyak dipakai sebagai bahan bangunan. Tabel 2.2 Kandungan kimia Gigantochloa apus
Kandungan Kimia Nilai
Selulosa Lignin
Pentosan Abu
Silika Kelarutan dalam air dingin
Kelarutan dalam air panas Kelarutan dalam alkohol benzena
Kelarutan dalam NaOH 1 52,1
24,9 19,3
2,75 0,37
5,2 6,4
1,4 25,1
Sumber : Gusmailina dan Sumadiwangsa 1988 diacu dalam Krisdianto et al., 2007