tebal papan terkecil pada papan berlapis anyaman bambu dengan kulit, lebar bilah 2 cm dan tidak berbeda nyata dengan papan berlapis anyaman bambu baik dengan
kulit maupun tanpa kulit.
Gambar 5.6 Pengembangan tebal papan komposit setelah perendaman 24 jam.
Rendahnya pengembangan tebal pada papan berlapis anyaman bambu dengan kulit, disebabkan lebih rendahnya daya serap air papan tersebut, demikian
pula sebaliknya, tingginya pengembangan tebal pada papan tanpa lapisan karena daya serap air papan tersebut juga paling tinggi dibandingkan papan lainnya.
Tetapi hal ini tidak terjadi pada papan berlapis venir, dimana papan ini mempunyai daya serap air yang relatif lebih rendah dari papan berlapis anyaman
bambu tanpa kulit, tetapi pengembangan tebalnya lebih tinggi dibandingkan dengan papan berlapis anyaman bambu tanpa kulit. Hal ini mengindikasikan
pengembangan tebal venir lebih tinggi dibandingkan pengembangan tebal lapisan bambu.
Jika dibandingkan dengan standar JIS A 5908:2003 yang mensyaratkan pengembangan tebal papan maksimal 12, maka pengembangan tebal papan
dapat memenuhi standar, kecuali papan tanpa lapisan dan papan berlapis venir.
2.83 4.12
2.56 3.35
4.38 5.85
4.31 6.32
7.49 3.67
A B
C D
E F
G H
I J
6.94 10.11
8.95 8.63
11.41 11.71
11.92 12.85
37.93
21.54
10 20
30 40
50 60
Jenis Lapisan
P e
ng e
m ba
ng a
n T
e b
a l
2 jam 24 jam
JIS A 5908:2003
Gambar 5.7 Pengembangan tebal papan komposit pada arah lapisan anyaman bambu
Keterangan : sama dengan Gambar 5.1
5.3.2 Sifat Mekanis Papan Komposit
Sifat mekanik papan terlihat dari nilai MOR dan MOE, keteguhan rekat dan kuat pegang sekrup.
1 MOR dan MOE
Nilai MOR papan komposit yang dihasilkan berada pada kisaran 138–386 kgfcm
2
. Nilai MOR papan tertinggi pada papan berlapis anyaman bambu tegak lurus sebesar 386 kgfcm
2
dan terendah pada papan tanpa lapisan sebesar 138 kgfcm
2
, seperti terlihat pada Gambar 5.8. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 43, memperlihatkan
bahwa jenis lapisan berpengaruh nyata terhadap MOR papan, dimana MOR tertinggi pada papan berlapis anyaman bambu dengan kulit, arah anyaman saling
tegak lurus dengan lebar bilah 2 cm, tidak berbeda nyata dengan papan berlapis venir, papan berlapis anyaman bambu dengan kulit saling tegak lurus 1 cm, papan
berlapis anyaman bambu tanpa kulit saling tegak lurus 1 cm dan papan berlapis anyaman bambu dengan kulit saling tegak lurus dengan kulit 2 cm, berbeda nyata
dengan papan lainnya, dan terendah pada papan tanpa lapisan. Hal tersebut memperlihatkan bahwa arah anyaman berpengaruh nyata terhadap MOR papan,
tetapi bagian bambu, dalam hal ini kulit dan tanpa kulit serta lebar anyaman tidak berpengaruh nyata.
192 292
197 332
228 386
190 316
359
138 100
200 300
400 500
A B
C D
E F
G H
I J
Jenis Lapisan MO
R k
g f
c m
2
JIS A 5908:2003 Berlapis venir
Sejajar panjang papan
Berlapis venir Tegak lurus
panjang papan
Gambar 5.8 MOR papan komposit pada arah lapisan anyaman bambu yang berbeda
Keterangan : sama dengan Gambar 5.1. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa anyaman bambu tegak
lurus mempunyai kekuatan dalam memikul beban yang lebih tinggi dibandingkan dengan anyaman bambu yang miring. Hal tersebut disebabkan pada saat
pembebanan, terjadinya perlemahan lapisan bambu pada saat menerima beban pada arah 0
o
, tetapi di sisi lain pada arah 90
o
terjadi penguatan pada anyaman bambu pada saat menerima beban karena beban yang diterima masih dapat
ditahan oleh bilah bambu yang arahya tegak lurus. Hal berbeda terjadi pada anyaman miring, di mana tidak ada arah bilah bambu yag dapat meneruskan
beban yang diterima. Berdasarkan standar JIS A 5908:2003, nilai MOR yang disyaratkan adalah 150 kgfcm
2
pada arah tegak lurus arah panjang papan dan 300