Evaluasi Pelatihan IHT Karakteristik Responden

62 Pelatihan diselenggarakan divisi SDM sebagai program pengembangan sumberdaya manusia, dengan harapan perusahaan mendapatkan kontribusi dari para pakerja berupa kinerja yang meningkat, dan produktivitas yang tinggi. Keuntungan yang didapatkan karyawan dari pelatihan yang diikuti yaitu untuk meningkatkan kompetensi, menambah wawasan dan pengalaman, keahlian dll.

6.2.1 Evaluasi Pelatihan IHT

Jumlah peserta IHT yang diambil dari Unit Usaha Telung Buyut sebanyak delapan orang, dan Unit Usaha Kedaton sebanyak 12 orang pada tahun 2006. Kegiatan IHT pada tahun 2006 yang dilaksanakan PT Perkebunan Nusantara VII bertujuan untuk peningkatan kompetensi pekerja, perubahan sikap dan perilaku yang lebih baik, kinerja pekerja didalam melaksanakan pekerjaan semakin meningkat, motivasi yang tinggi, dan meningkatnya kejujuran dan kedisiplinan karyawan didalam bekerja. Pelatihan lebih banyak diberikan pada karyawan tingkat pimpinan sampai penyelia yaitu sinder dan mandor. Hasil dari evaluasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dalam jangka waktu tahunan, enam bulanan, dan tiga bulanan untuk kegiatan IHT yaitu evaluasi berupa penilaian perubahan sikap dan perilaku oleh atasan sebelum dan sesudah pelatihan. Pencapaian kinerja juga dapat diukur dari jumlah produksi lapang yang dihasilkan, karena sinder dan mandor di lapangan sudah diberikan beban kerja kontrak target produksi untuk dicapai selama satu tahun. Hasil produksi dari afdeling satu dan tujuh menunjukan pencapaian produksi yang ditetapkan, sedangkan afdeling dua, tiga, empat, lima, enam, dan delapan tidak mencapai target produksi yang ditetapkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bila produksi menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan kinerja, 63 berarti kinerja para karyawan mandor tanaman Unit Usaha Telung Buyut pada umumnya masih belum baik. Hasil produksi karet di lapanganPerkebunan Unit Usaha Telung Buyut dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Hasil Produksi Karet di LapanganPerkebunan Unit Usaha Telung Buyut Tahun 2006 Dalam Kilogram Afde ling Produksi Karet Target Realisasi I II III IV V VI VII VIII 263.000 1.018.000 1.086.000 1.021.000 1.140.000 1.172.000 1.466.000 1.029.000 321.873 1.006.024 1.042.441 892.154 1.056.903 1.105.380 1.487.141 951.886 Sumber : PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Telung Buyut, 2006. Naik turunnya produksi bagi perusahaan merupakan salah satu faktor tolak ukur kinerja hasil perkebunan yang menjadi tanggung jawab masing- masing afdeling. Tidak tercapainya target produksi lapangan bagi karyawan tidak hanya disebabkan oleh kinerjanya yang rendah, tetapi juga karena faktor alam. Selama ini masih ada karyawan yang merasa bahwa tidak tercapainya produksi karena faktor alam. Padahal menurut perusahaan hal tersebut dapat diatasi dengan cara merubah jam kerja dan cara kerja untuk dapat menghasilkan produksi sesuai dengan target yang ditentukan. Sebagai contoh, seorang penyadap dalam cuaca hujan dari malam hari hingga pagi hari ia akan merubah pola dengan tidak datang lebih awal, tapi datang setelah hujan berhenti dan akan berada lebih lama di areal dengan menambah porsi pekerjaan agar target produksi hari itu tercapai. Sebagai contoh lain, karyawan mulai mencoba mengenali karakteristik tanaman pada blok lahan ketika karyawan 64 mendapat hasil lebih pada tap A, setelah menyelesaik an tap B dan C atau D, yang lebih sedikit hasilnya begitu kembali ke tap A karyawan akan berusaha secara maksimal untuk menggali potensi produksi pada tap tersebut. Sinder dan mandor tanaman mempunyai peran yang besar didalam keberhasilan pelaksanaan kegiatan di lapanganperkebunan. Terutama peranan para karyawan dalam mengkoordinir para penyadap untuk dapat termotivasi bekerja sesuai dengan keingikan perusahaan, karena target produksi yang sudah direncanakan menjadi tanggung jawab satu afdeling yaitu sinder, mandor, serta para penyadap. Pelatihan sudah dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan kinerja karyawan. Namun, pelatihan tersebut belum dapat meningkatkan kinerja karyawan didalam melaksanakan pekerjaan. Hal tersebut bisa disebabkan kurangnya motivasi yang diberikan oleh perusahaan berupa penghargaan reward seperti pemberian bonus, intensif, dan promosi jabatan untuk meningkatkan kinerja, serta kurangnya peringatan berupa hukuman punisment seperti Surat Peringatan SP bila produksi tidak tercapai. Produksi Unit Usaha Kedaton dilihat dari produksi karet yang dihasilkan di lapangan yaitu afdelingperkebunan satu dan tiga menunjukan sudah tercapainya target produksi yang ditetapkan. Namun, untuk afdeling empat tidak tercapai target produksi yang ditetapkan. Produksi karet yang dihasilkan di lapangan pada tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 16. 65 Tabel 16. Hasil Produksi Karet di LapanganPerkebunan Unit Usaha Kedaton Tahun 2006 Dalam Kilogram Afdeling Produksi Karet Target Realisasi I III IV 35.694 53.685 73.624 43.988 61.471 62.306 Sumber : PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Kedaton, 2006. Tinggi dan rendahnya produksi disebabkan karena keberhasilan kinerja seorang karyawan sinder dan mandor tanaman didalam melaksanakan pekerjaan di lapangan. Bila dilihat dari upaya peningkatan SDM melalui pelatihan IHT dari hasil evaluasi Tabel 17 menunjukan adanya perubahan sikap dan perilaku dalam bekerja bagi para karyawan mandor tanaman Unit Usaha Kedaton. Namun, perubahan sikap dan perilaku tersebut tidak didukung dalam keberhasilan produksi di lapangan. Hal tersebut tidak hanya dikarenakan faktor keahlian, keterampilan atau pengetahuan yang dimiliki para karyawan saat ini, namun kurangnya motivasi yang diberikan oleh perusahaan kepada para karyawan untuk dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi. Evaluasi yang telah dilakukan divisi SDM berupa kuesioner ataupun wawancara yang ditanyakan langsung kepada atasan di unit usaha, mengenai kemampuan berkomunikasi, memimpin, kerjasama, efektifitas diri, sikap mental dan kewirausahaan. Penilaian evaluasi pra dan pasca pelatihan IHT yang diberikan oleh atasan karyawan langsung, yaitu sinder tanaman menunjukan adanya perubahan sikap dan perilaku. Penilaian diberikan berdasarkan range nilai dari 81-90 baik sekali, 71-80 baik, 61-70 cukup, 51-60 kurang, dan 51 kurang sekali. Penilaian tersebut adalah nilai rata-rata dari kemampuan berkomunikasi, memimpin, kerjasama, efektifitas 66 diri, sikap mental dan kewirausahaan. Salah satu indikator, misalnya unt uk kemampuan memimpin seorang mandor tanaman mempunyai nilai sangat baik artinya mandor mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan, dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu dengan mudah dan sangat meyakinkan. Evaluasi penilaian sikap dan perilaku mandor Telung Buyut dan Kedaton Berdasarkan pra dan pasca pelatihan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Evaluasi Penilaian Sikap dan Perilaku Mandor Telung Buyut dan Kedaton Berdasarkan Pra dan Pasca Pelatihan IHT Tahun 2006 No Responden Penilaian Pra Pelatihan Pasca Pelatihan Mandor Telung Buyut 6 8 9 10 11 12 15 16 73,22 baik 76,11 baik 80,00 baik 77,96 baik 76,67 baik - 78,52 baik - 75,19 baik 79,81 baik 81,52 baik sekali 82,19 baik sekali 78,11 baik - 80,07 baik sekali - Mandor Kedaton 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 80,03baik sekali 75 baik 79,92 baik - 79,96 baik 69,8cukup 73,33 baik - 75,22 baik 73,33 baik 73,14 baik - 82,88 baik sekali 80 baik 82,66 baik sekali - 82,8 baik sekali 72,9 baik 77,29 baik - 80,15 baik sekali 77,29 baik 75,51 baik - Sumber : PT Perkebunan Nusantara VII Bandar Lampung, 2006.

6.2.2 Evaluasi Pelatihan Field and Mill Day