Penentuan Sasaran Pelatihan Pelaksanaan Pelatihan dan Pemantauan Pelatihan Evaluasi Pelatihan

27 5. Menetapkan peringkat kebutuhan pelatihan dengan memplotkan rata-rata KKJ dan KKP untuk masing- masning jenis kemampuan ke dalam Diagram Peringkat Kebutuhan Pelatihan. Tehnik penentuan kebutuhan pelatihan menggunakan metode TNA – T ini memiliki keunggulan dalam hal memperkecil penilaian yang bersifat subyektif dari pihak yang memberi penilaian maupun pihak yang dinilai, sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh tehnik ini adalah apabila pihak yang memiliki penilaian atau yang dinilai tidak memberikan informasi yang sebenarnya, sehingga hasil penilaian bersifat bias Uswandi, 2001.

2.3.7 Penentuan Sasaran Pelatihan

Sasaran yang ingin dicapai dalam pelatihan dan pengukuran dapat bersifat tekhnikal dan perilaku. Berdasarkan analisis kebutuhan pelatihan dapat diketahui sasaran yang ingin dicapai dalam pelatihan. Menurut Katz dalam Usmandi 2001, sasaran yang ingin dicapai dalam pelatihan biasanya mencakup tiga jenis keterampilan yang dimiliki karyawan, yaitu: 1. Keterampilan teknis; melalui kemampuan menggunakan alat-alat, prosedur dan teknik suatu bidang khusus. 2. Keterampilan manusiawi; meliputi kemampuan memahami orang lain dam memotivasi orang lain. 3. Kemampuan konseptual; mencakup kemampuan untuk memadukan semua kepentingan dalam organisasi. Sasaran pelatihan perlu diketahui, karena bermanfaat sebagai tolak ukur untuk menentukan berhasil atau tidaknya program pelatihan dan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pelatihan dan sebagai bahan 28 pertimbangan dalam menentukan metode pelatihan yang digunakan Siagian dalam Uswandi, 2001.

2.3.8 Pelaksanaan Pelatihan dan Pemantauan Pelatihan

Pelaksanaan suatu program pelatihan dan pengembangan dapat dikatakan berhasil apabila dalam diri para peserta terjadi suatu proses transformasi. Proses transformasi tersebut dapat dinyatakan berlangsung dengan baik apabila paling sedikit terdapat dua hal, yaitu: 1. Peningkatan kemampuan dalam melaksanakan tugas. 2. Perubahan prilaku yang tercermin dalam sikap, disiplin dan etos kerja. Agar pelaksanaan pelatihan dapat berjalan dengan baik, perlu adanya suatu model yang dapat dijadikan sebagai pedoman penerapan program pelatihan. Suatu model pelatihan yang memperlihatkan tiga tahap terdiri dari tahap analisis, tahap latihan dan pengembangan, dan tahap evaluasi. Gambar 1 me nunjukan model program pelatihan tersebut. 29 Gambar 1. Model Program Pelatihan Schuler dan Jackson, 1997.

2.3.9 Evaluasi Pelatihan

Evaluasi pelatihan idealnya dilakukan dalam jangka waktu 6 bulan setelah pelatihan, namun jangka waktu 3 bulan juga dapat dilakukan. Evaluasi pelatihan sangat penting dilakukan untuk melihat seberapa besar kontribusi pelatihan terhadap sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Evaluasi dilakukan bukan sekedar mengetahui pendapat peserta terhadap pelatihan ataupun peningkatan pengetahuan seseorang, melainkan terutama mengukur perubahan perilaku serta dampaknya pada perusahaan serta peningkatan produktivitas kinerja. Pada Tahap Penilaian Tahap pelatihan dan pengembangan Tahap Evaluasi Melalui Kebutuhan Instruksi § Organisasi § Pekerjaan § Orang § Demografi Mencapai tujuan Menyeleksi media latihan dan prinsip belajar Melakukan Latihan Membentuk kondisi untuk pemeliharaan Mengembangkan kreteria Menguji peserta pelatihan terlebih dahulu Memantau pelatihan Mengevaluasi latihan Mengevaluasi Transfer 30 umumnya perusahaan yang sedang mengalami krisis beranggapan bahwa pelatihan dapat menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi oleh perusahaan. Pendapat ini tidak terlalu benar karena itu evaluasi pelatihan perlu dilakukan Kirk Patrick dalam Siregar, 1999.

2.4 Penelitian Terdahulu

Penentuan kebutuha n tidak hanya dapat dilakukan dengan menggunakan metode TNA – T saja, tetapi juga dilakukan dengan metode PHA Proses Hirarki Analitik. Aryati 1997 melakukan penelitian tentang Perencanaan Pelatihan Tenaga Kerja studi kasus di PT Coca Cola Pan Java Bottling Company, unit Lampung. Dalam penelitiannya, Aryanti mengkaji aspek yang mempengaruhi pelatihan tenaga kerja serta bentuk rekomendasi perencanaan pelatihan tenaga kerja, khususnya pada level lini dan manajer menengah dengan metode PHA. Sabariah 2003 melakukan penelitian tentang Kajian Kebutuhan Pelatihan Karyawan Tingkat Tata Usaha Keuangan, Afdeling Kebun dan karyawan Divisi Teknik di PT Perkebunan Nusantara VIII Sukabumi. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut untuk mengana lisis kebutuhan pelatihan di PT Perkebunan Nusantara VIII dengan menggunakan TNA – T. Rekomendasi yang diberikan berdasarkan hasil penelitian mengenai pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan oleh karyawan tingkat Tata Usaha Keuangan, dan untuk karyawan afdeling kebun pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan bakat dan kemampuan dengan menggunakan metode TNA – T Doloksaribu 2002, melakukan penelitian tentang Analisis Kebutuhan Pelatihan Karyawan Tingkat Penyelia Supervisor dan Operasional Produk si