43
Tabel 6. Matriks Ikhtisar Penafsiran Diagram Peringkat Kebutuhan Pelatihan
Letak titik potong KKJ – KKP dalam
diagram PKP Imbangan antara KKJ
dan KKP Peringkat Kebutuhan
Pelatihan
Bidang A KKJ jauh di bawah KKP
Kemampuan sangat mendesak sangat perlu
untuk dilatih
Bidang B KKJ dan KKP tidak jauh
berbeda Kemampuan mendesak
perlu dilatih Bidang C
KKP dan KKJ seimbang tidak jauh
Tidak perlu untuk dilatih
Bidang D KKP menyamai atau
melebihi KKJ Kemampuan untuk
kemajuan karir
Sumber : Harris, 1993
4.5. Keterbatasan Penelitian
Pengambilan sampel hanya dilakukan didua unit usaha yaitu Telung Buyut dan Kedaton PT Perkebunan Nusantara VII Bandar Lampung. Adapun
keterbatasan – keterbatasan yang dimiliki dalam penelitian ini adalah : 1. Pengambilan sampel responden di Unit Usaha Telung Buyut untuk karyawan
tingkat sinder tanaman hanya diambil yang mengikuti pelatihan Field and Mill Day pada tahun 2006, hal tersebut dikarenakan sinder yang mengikuti
IHT juga mengikuti Field and Mill Day. 2. Pengambilan sampel di Unit Usaha Kedaton hanya pada tingkat mandor
tanaman yang mengikuti IHT. Untuk karyawan tingkat sinder tanaman yang mengikuti pelatihan dimutasi ke unit usaha lain.
3. Unit Usaha Kedaton hanya diambil tiga afdeling dari tujuh afdeling afdeling satu, tiga dan empat, hal tersebut dikarenakan mandor yang mengikuti
pelatihan hanya berada pada tiga afdeling tersebut. Dengan demikian, sinder tanaman yang melakukan penilaian KKJ kepada mandor tanaman hanya tiga
44 orang sinder tanaman. Sedangkan Unit Usaha Telung Buyut mandor tanaman
yang mengikuti pelatihan hanya ada di tujuh afdeling, sehingga atasan yang menilai ada tujuh orang sinder tanaman.
4. Penilaian KKJ yang di berikan sinder kepala tanaman di Unit Usaha Telung Buyut untuk masing- masing sinder mempunyai penilaian yang berbeda-beda,
hal tersebut dikarenakan sinder mempunyai beban tugas kebun yang berbeda-beda areal perkebunan yang luasjumlah tenaga kerja yang lebih
banyak, dll. 5. Penilaian KKJ yang diberikan sinder tanaman kepada mandor tanaman di
Unit Usaha Telung Buyut dan Kedaton berbeda-beda sesuai dengan penilaian pimpinan di afdeling.satu sinder afdeling menilai mandor afdeling
nya sesuai dengan KKJ yang seharusnya dimiliki oleh karyawan mandor di unit usaha perkebunan
BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Sejarah PT Perkebunan Nusantara VII Bandar Lampung
PT Perkebunan Nusantara VII berkantor pusat di Jalan Teuku Umar Nomor 300 Bandar Lampung, sebelumnya merupakan kantor Direksi PT Perkebunan X
Persero. Wilayah kerja perusahaan tersebut berada ditiga propinsi yaitu Propinsi Lampung, Sumatra Selatan dan Bengkulu.
Perusahaan dipimpin oleh seorang direksi utama dan dibantu oleh beberapa direksi bidang. Didalam melaksanakan tugasnya dewan direksi diawasi oleh
dewan komisaris, susunan dewan komisaris utama dan empat orang komisaris anggota.
Pada awal berdirinya PT Perkebunan Nusantara VII mengelola beberapa komoditi yaitu karet, kelapa sawit, teh, tebu dan kakao dengan total areal tanaman
153.323 ha, yang terdiri dari areal milik sendiri Exsiting dan Inti seluas 87.391 ha 57 persen dan areal milik plasma 65.942 ha 43 persen. Areal yang dikelola
di Propinsi Sumatra Selatan mempunyai luas areal tanaman terbesar yaitu 77.723 Ha 50.7 persen, kemudian disusul propinsi Lampung seluas 51.752 Ha 33,8
persen dan propinsi Bengkulu seluas 23.848 Ha 15.5 persen. Pada tahun 1996 dilakukan konsilidasi dan restrukturisasi pada BUMN
perkebunan di Indonesia dengan turut serta dalam melaksanakan kebijaksanaan dan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan nasional pada
umumnya dan sub sektor perkebunan pada khususnya dengan memperoleh keuntungan yang maksimal berdasarkan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.