Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

30 umumnya perusahaan yang sedang mengalami krisis beranggapan bahwa pelatihan dapat menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi oleh perusahaan. Pendapat ini tidak terlalu benar karena itu evaluasi pelatihan perlu dilakukan Kirk Patrick dalam Siregar, 1999.

2.4 Penelitian Terdahulu

Penentuan kebutuha n tidak hanya dapat dilakukan dengan menggunakan metode TNA – T saja, tetapi juga dilakukan dengan metode PHA Proses Hirarki Analitik. Aryati 1997 melakukan penelitian tentang Perencanaan Pelatihan Tenaga Kerja studi kasus di PT Coca Cola Pan Java Bottling Company, unit Lampung. Dalam penelitiannya, Aryanti mengkaji aspek yang mempengaruhi pelatihan tenaga kerja serta bentuk rekomendasi perencanaan pelatihan tenaga kerja, khususnya pada level lini dan manajer menengah dengan metode PHA. Sabariah 2003 melakukan penelitian tentang Kajian Kebutuhan Pelatihan Karyawan Tingkat Tata Usaha Keuangan, Afdeling Kebun dan karyawan Divisi Teknik di PT Perkebunan Nusantara VIII Sukabumi. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut untuk mengana lisis kebutuhan pelatihan di PT Perkebunan Nusantara VIII dengan menggunakan TNA – T. Rekomendasi yang diberikan berdasarkan hasil penelitian mengenai pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan oleh karyawan tingkat Tata Usaha Keuangan, dan untuk karyawan afdeling kebun pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan bakat dan kemampuan dengan menggunakan metode TNA – T Doloksaribu 2002, melakukan penelitian tentang Analisis Kebutuhan Pelatihan Karyawan Tingkat Penyelia Supervisor dan Operasional Produk si 31 pada Departemen Pabrik di PT Agricon LTP Bogor. Metode yang dalam penelitian tersebut untuk mengana lisis kebutuhan pelatihan di PT Agricon LPT Bogor dengan menggunakan TNA–T. Rekomendasi mengenai pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan oleh supervisor dan operasional produksi yang bersifat mengembangkan diri, mengembangkan jiwa kepemimpinan dan peningkatan kualitas kerja dengan metode TNA – T. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu bahwa pada penelitian sebelumnya menganalisis pelaksanaan pelatihan, kondisi karyawan, dan penentuan kebutuhan pelatihan dengan menggunakan metode TNA- T dan PHA, dan rekomendasi diberikan kepada semua karyawan baik yang sudah mengikuti pelatihan maupun yang belum mengikuti pelatihan. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menganalisis pelaksanaan pelatihan, serta melihat kinerja karyawan dari evaluasi pelatihan yang sudah dilakukan. Melakukan analisis kemampuan kerja karyawan, dan menentukan kebutuhan pelatihan dengan menggunakan metode TNA – T, serta rekomendasi pela tihan yang sesuai kepada karyawan sinder dan mandor tanaman yang sudah mengikuti pelatihan sebelumnya.

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

PT Perkebunan Nusantara VII sebagai perusahaan yang bergerak pada bidang agribisnis perkebunan dengan cakupan pemasaran ekspor dan merupakan salah satu perusahaan penghasil devisa negara. Tenaga kerja yang digunakan cukup besar, sehingga sumberdaya manusia merupakan aset yang penting untuk dipertahankan dan ditingkatkan kemampuan dan keterampilannya. Program pengembangan sumberdaya manusia berupa program pelatihan dengan tujuan menghasilkan sumberdaya dengan kemampuan yang sesuai dengan keinginkan perusahaan. Saat ini karet merupakan salah satu komoditas yang memberikan kontribusi penyumbang laba perusahaan dan mempunyai peluang besar yang relatif baik. Perusahaan dituntut untuk meningkatkan produktivitas tanaman maupun etos kerja dan disiplin dari SDM untuk dapat meningkatkan dan mempertahankan laba dengan kinerja sehat AAA. Program pengembangan sumberdaya manusia yang diselenggarakan divisi SDM umum, yaitu pelatihan IHT dan Field and Mill Day kepada sinder dan mandor tanaman, dimana perusahaan belum melakukan kajian secara khusus mengenai analisis kebutuhan pelatihan tersebut. Dengan demikian, mengetahui kemampuan kerja karyawan sinder dan mandor tanaman dirasa perlu dilakukan untuk mengetahui kinerja karyawan saat ini. Pelatihan yang dilakukan PT Perkebunan Nusantara VII berupa pelatihan internal maupun eksternal. Sasaran pelatihan masih fokus pada karyawan tingkat