Sarana dan Prasarana Masukan Input

Persediaan OAT menjadi salah satu faktor terpenting dalam program TB paru. Puskesmas Pijorkoling sudah memiliki persediaan yang cukup. Puskesmas meminta persediaan obat ke PRM, sehingga Puskesmas Pijorkoling meminta obat ke Puskesmas Padangmatinggi. OAT diberikan oleh Instalasi Gudang Farmasi Kota Padangsidimpuan kepada 2 PRM yakni Puskesmas Sadabuan dan Puskesmas Padangmatinggi, dengan membuat permintan obat ke dinas kesehatan. Selanjutnya, dinas kesehatan juga membuat permintaan obat ke instalasi gudang farmasi.

5.2 Proses process

Aspek yang terdapat dalam proses pelaksanaan program penanggulangan TB paru di Puskesmas Pijorkoling terdiri dari penemuan kasus, pemeriksaan BTA positif, dan penyuluhan.

5.2.1 Penemuan Kasus Tuberkulosis

Penemuan penderita TB merupakan langkah pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB paru. Penemuan penderita TB paru secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB, penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat Kemenkes, 2011. Penemuan penderita TB paru dilakukan secara pasif, artinya penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka tersangka yang datang berkunjung ke puskesmas. Semua tersangka penderita harus diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari berturut-turut, yaitu sewaktu, pagi, sewaktu SPS. Penemuan penderita TB paru yang terdapat di Puskesmas Pijorkoling yaitu dengan cara menunggu penderita datang sendiri memeriksakan diri ke puskesmas penemuan suspek secara pasif. Dengan kata lain, puskesmas Pijorkoling melakukan penemuan kasus secara pasif, namun didukung juga dengan penyuluhan secara aktif oleh petugas. Prosedur dalam penemuan kasus yang telah dilakukan yaitu berdasarkan anamnese dan gejala-gejala umum TB paru, setelah itu dilakukan pemeriksaan dahak, jika hasil pemeriksaan BTA + maka dilakukan penyuluhan kepada penderita dan keluarga penderita. Penemuan kasus dengan cara penjaringan penderita TB paru ke desa pernah dilakukan, sementara penemuan kasus dengan mengunjungi rumah penderita TB paru tidak pernah dilakukan. Hal ini dikarenakan banyaknya pekerjaan petugas TB paru di puskesmas. Petugas TB paru mengatakan bahwa jadwal penjaringan dilaksanakan bersamaan dengan jadwal puskesmas keliling dan penjaringan tersebut dilakukan hanya sekali sebulan. Jadwal puskesmas keliling bersamaan juga dengan jadwal puskesmas lainnya untuk turun ke lapangan. Penemuan kasus secara aktif juga sangat diperlukan untuk mencegah penularan TB paru, misalnya dilakukan penjaringan kasus di sekitar wilayah tempat tinggal penderita TB paru. Hal ini perlu dilakukan mengingat penularan penyakit TB paru sangat cepat, terutama di lingkungan kumuh dan terdapat padat penduduk, namun hal ini belum pernah dilakukan karena petugas TB paru mempunyai banyak tugas dan terhambat dengan jumlah petugas yang sedikit. Berdasarkan penelitian Sutimbuk dkk 2012 mengatakan bahwa penemuan kasus tuberkulosis sudah dilaksanakan di Puskesmas Kabupaten Bangka Tengah,