Strategi Program Penanggulangan TB Paru Kebijakan Program Penangulangan TB Paru

4 Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadap peningkatan mutu pelayanan, kemudahan akses untuk penemuan dan pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan. 5 Penemuan dan pengobatan dalam rangka pengendalian TB dilaksanakan oleh seluruh Fasilitas Pelayanan Kesehatan Fasyankes, meliputi Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah BalaiKlinik Pengobatan, Dokter Praktek Swasta DPS dan fasilitas kesehatan lainnya. 6 Pengendalian TB dilaksanakan melalui penggalangan kerja sama dan kemitraan diantara sektor pemerintah, non pemerintah, swasta dan masyarakat dalam wujud Gerakan Terpadu Nasional Pengendalian TB Gedurnas TB. 7 Peningkatan kemampuan laboratorium diberbagai tingkat pelayanan ditujukan untuk peningkatan mutu dan akses layanan. 8 Obat Anti Tuberkulosis OAT untuk pengendalian TB diberikan secara Cuma-Cuma dan dikelola dengan manajemen logistik yang efektif demi menjamin ketersediaannya. 9 Ketersediaan tenaga yang kompeten dalam jumlah yang memadai untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja program. 10 Pengendalian TB lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin dan kelompok rentan lainnya terhadap TB. 11 Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya. 12 Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam MDGs Kemenkes, 2011.

2.4 Kegiatan Program TB Paru

Kegiatan program penanggulangan TB paru meliputi kegiatan pokok dan kegiatan pendukung. Kegiatan pokok mencakup kegiatan penemuan kasus case finding dan penegakan diagnosis. Salah satu kegiatan pendukung program tersebut yaitu penyuluhan kepada masyarakat Wibowo, 2014.

2.4.1 Penemuan Kasus Tuberkulosis

Penemuan penderita tuberkulosis didasarkan pada gejala umum yaitu, batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih. Gejala lain yang sering dijumpai yaitu dahak bercampur dahak, batuk darah, sesak nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan malaise, berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, dan demam meriang lebih dari sebulan. Setiap orang yang datang ke UPK Unit Pelayanan Kesehatan dengan gejala tersebut, harus dianggap sebagai seorang suspek tuberkulosis atau tersangka penderita TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis secara langsung Depkes, 2002. Penemuan penderita merupakan langkah pertama dalam kegiatan tatalaksana pasien TB. Penemuan dan penyembuhan penderita TB menular, secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB, penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat. Kegiatan ini membutuhkan adanya pasien yang memahami dan sadar akan gejala TB, akses terhadap fasilitas kesehatan dan adanya tenaga kesehatan yang kompeten yang mampu melakukan pemeriksaan terhadap gejala dan keluhan tersebut Kemenkes, 2011. Penemuan penderita TB paru secara pasif adalah penjaringan tersangka TB hanya dilaksanakan pada orang yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan puskesmas. Dalam penemuan kasus secara pasif didukung dengan promosi aktif, yaitu petugas kesehatan memberikan penyuluhan secara aktif sehingga masyarakat mengetahui gejala penyakit TB paru. Dengan adanya promosi aktif dapat meningkatkan cakupan penemuan tersangka, hal ini disebut dengan penemuan kasus secara pasif dengan promosi aktif. Pelibatan semua layanan dimaksudkan untuk mempercepat penemuan dan mengurangi keterlambatan pengobatan. Penemuan penderita TB paru secara aktif adalah penjaringan tersangka TB paru dilakukan dengan mengunjungi rumah yang dianggap sebagai sebagai tersangka. Penemuan secara aktif pada masyarakat umum, dinilai tidak cost efektif. Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap a. Kelompok khusus yang rentan atau beresiko tinggi sakit TB seperti pada pasien dengan HIV orang dengan HIV AIDS. b. Kelompok yang rentan tertular TB seperti di rumah tahanan, lembaga pemasyarakatan para narapidana, mereka yang hidup pada daerah kumuh, serta keluarga atau kontak pasien TB, terutama mereka yang dengan TB BTA postif. c. Pemeriksaaan terhadap anak dibawah lima tahun pada keluarga TB harus dilakukan untuk menentukan tindak lanjut apakah diperlukan pengobatan TB atau pencegahan Kemenkes, 2011.