sama cooperating, konsep pengaturan diri self-regulating, dan konsep penilaian autentik authentic assessment.
CTL merupakan pendekatan yang merujuk pada keseluruhan situasi, latar belakang, atau lingkungan yang berhubungan dengan pembelajar. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kontekstual a berkaitan dengan konteks kehidupan siswa sehari-hari dan
lingkungan terdekat siswa, b peristiwa yang terjadi bersifat aktual dan faktual, c memanfaatkan berbagai media yang sealamiah mungkin, d pengembangan
materi berbasis masalah dan bersifat original, e memanfaatkan metode pembelajaran yang memberikan peluang kepada siswa untuk bekerja sama dengan
siswa lain agar terjadi tukar-menukar gagasan berdiskusi untuk saling beradu argumen, dan f Evaluasi pembelajaran mencerminkan autentisitas.
2.3.4 Komponen Pembelajaran Kontekstual
Johnson 2010:65 menyebutkan bahwa sistem CTL mencakup delapan komponen yang meliputi a membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, b
melakukan pekerjaan yang berarti, c melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, d bekerja sama, e berpikir kritis dan kreatif, f membantu individu untuk
tumbuh dan berkembang, g mencapai standar yang tinggi, dan h menggunakan penilain autentik.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa pendekatan kontekstual mempraktikkan konsep belajar yang mengaitkan materi yang
dipelajari dengan situasi dunia nyata siswa. Pendekatan kontekstual dapat diterapkan dalam mata pelajaran apa saja, tidak terkecuali dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Sanjaya 2006:262 menjelaskan bahwa CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki tujuh komponen:
a. kontruktivisme, adalah sebuah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. b.
inkuiri, artinya, proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
c. bertanya questioning, bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari
keingintahuan setiap
individu; sedangkan
menjawab pertanyaan
mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. d.
masyarakat belajar learning community, dapat dilakukan dengan menetapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang
anggotanya heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya.
e. pemodelan, adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu
sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. f.
refleksi reflection, adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian
atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. g.
penilaian nyata authentic assessment, adalah proses yang dilakukan guru mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan
siswa. Dalam pembelajaran kontekstual guru berperan sebagai pengelola kelas.
Guru bertugas menentukan strategi-strategi dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan asas-asas pembelajaran kontekstual di atas, tugas-tugas guru pada proses pembelajaran dapat disimpulkan sebagai berikut ini.
Tabel 2.2 Tugas Guru dalam Pembelajaran
Berdasarkan Komponen Pembelajaran Kontekstual
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1 Melaksanakan
kegiatan inkuiri untuk semua topik
Guru menyajikan kejadian-kejadian yang menimbulkan konflik kognitif dan rasa ingin tahu
siswa.
Tahap 2 Mengembangkan
sifat ingin tahu Guru memberikan pertanyaan berdasarkan
topikkejadian yang disajikan
Tahap 3 Menciptakan
masyarakat belajar Guru membimbing siswa untuk belajar kelompok
dan bekerjasama dengan teman sekelopoknya dalam bertukar pengalaman dan berbagi ide.
Tahap 4 Menghadirkan model
Guru menampilkan contoh pembelajaran agar siswa dapat berpikir, bekerja, dan belajar.
Tahap 5 Melakukan refleksi
Guru menyimpulkan materi pembelajaran dan menganalisis manfaat pembelajaran.
2.3.5 Strategi Pembelajaran Kontekstual