- 18 -
mencakup indikator: ketaatan kepada norma keluarga, menghormati orang tua dan yang lebih tua sebagai dasar kebaikan, otoritas orang tua
berpengaruh terus menerus sepanjang hidup dan ketergantungan. Dimensi individualism
menggambarkan suatu masyarakat dimana pertalian antar individu cenderung memudar. Dimensi collectivism vs individualism
mencakup tingkat kebebasan anggota keluarga untuk menyatakan pendapat, loyalitas pada anggota keluarga lain, keleluasaan untuk mandiri, kebutuhan
untuk berkomunikasi dan perasaan yang muncul akibat melanggar aturan atau norma keluarga. Dimensi femininity vs masculinity mencakup derajat
dominasi penetapan aturan dalam keluarga, pembagian peran orangtua, perhatian pada anggota yang lebih kuat, dan hasrat untuk hidup lebih baik.
Sedangkan dimensi uncertainty avoidance mencakup indikator yang meliputi: toleransi terhadap situasi yang tidak pasti dan mempunyai
inisiatif, keluarga menjadi tempat belajar dan memiliki aturan.
C. Kultur Sekolah
1. Pengertian Kultur Sekolah Kultur merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh suatu
kelompok masyarakat, yang mencakup cara berpikir, perilaku, sikap, nilai yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun abstrak. Kultur ini juga dapat
dilihat sebagai suatu perilaku, nilai-nilai, sikap hidup, dan cara hidup untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan, dan sekaligus cara untuk
memandang persoalan dan memecahkannya. Oleh karena itu, suatu kultur secara alami akan diwariskan oleh satu generasi kepada generasi berikutnya.
- 19 -
Sekolah merupakan lembaga utama yang didesain untuk memperlancar proses transmisi kultural antar generasi tersebut.
Antropolog Clifford Geertz mendefinisikan kultur sebagai suatu pola pemahaman
terhadap fenomena sosial, yang terekspresikan secara eksplisit maupun implisit. Merujuk pada konteks organisasi Depdiknas, 2004 kultur adalah
kualitas kehidupan yang diwujudkan dalam aturan-aturan atau norma, tata kerja, kebiasaan, gaya seorang anggota. Kualitas itu tumbuh dan berkembang
sesuai nilai-nilai dan spirit atau keyakinan yang dianut oleh organisasi. Kultur dapat dipahami dari dua sisi batiniah dan lahiriah. Dari sisi batiniah berupa
nilai, prinsip, semangat, keyakinan yang dianut oleh organisasi. Pada sisi lahiriah berupa aturan atau prosedur yang mengatur hubungan antar anggota
organisasi baik formal maupun informal, prosedur kerja yang harus diikuti anggota organisasi, kebiasaan kerja yang dimiliki keseluruhan anggota
kelompok. Kultur sekolah merupakan suatu sistem sosial yang mempunyai
organisasi yang unik dan pola relasi sosial diantara anggotanya yang bersifat unik pula. Tiap-tiap sekolah mempunyai kultur yang bersifat unik. Tiap-tiap
sekolah mempunyai aturan, kebiasaan, serta lambang-lambang yang memberikan corak khas kepada sekolah yang bersangkutan. Kultur
mempunyai pengaruh mendalam terhadap proses dan cara belajar siswa. Apa yang dihayati siswa berupa sikap dalam belajar, sikap terhadap kewibawaan
dan juga sikap terhadap nilai-nilai bukan berasal dari kurikulum sekolah yang bersifat formal melainkan berasal dari kultur sekolah.
- 20 -
Kultur sekolah diartikan sebagai kualitas kehidupan sebuah sekolah yang tumbuh dan berkembang berdasarkan nilai atau spirit yang dianut
sekolah tersebut. Kualitas ini mewujud dalam bentuk bagaimana keseluruhan anggota sekolah, kepala sekolah, para guru, para tenaga kependidikan
bekerja, belajar dan berhubungan satu sama lainnya, sebagaimana telah menjadi tradisi sekolah Depdiknas, 2004. Jadi sesuai dengan hal yang
terkait dengan kultur, maka kultur sekolah bisa diartikan sebagai suatu nilai yang dianut oleh sekolah yang mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya
kualitas kehidupan sekolah. Menurut Dapiyanta 1995:93 kultur sekolah merupakan perilaku lahir
batin dari komunitas sekolah dalam menjalankan kehidupan sekolah yang berpola dan mentradisi. Mentradisi disini tidak berarti berhenti, melainkan
dinamis, selalu berproses. Kultur sekolah yang positif dapat menghasilkan produk kultur yang baik seperti: peningkatan kinerja individu dan kelompok,
peningkatan kinerja sekolah dan institusi, terjamin hubungan yang sinergi antara warga sekolah, timbul iklim akademik yang baik serta interaksi yang
menyenangkan. Kultur sekolah yang kondusif akan tercermin dalam organisasi sekolah, deskripsi tugas sekolah, kebijakan, aturan, tata tertib
sekolah, kepemimpinan dan hubungan serta penampilan fisik Arief Ahmad,http:www.pikiran-rakyat.comcetak1004110310.htm
Berdasarkan pengertian kultur tersebut di atas, kultur sekolah dapat dideskripsikan sebagai pola nilai-nilai, norma-norma, sikap, ritual, mitos dan
kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah. Kultur PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- 21 -
sekolah tersebut sekarang ini dipegang bersama baik oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi maupun siswa, sebagai dasar mereka dalam
memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah www.geocities. compakguruonlinepradigma_pdd_ms_depan_36.httm.
2. Dimensi Kultur Sekolah
Kultur dapat dibedakan ke dalam enam tingkatan, yaitu: a national level, a regional level etc, a gender level, a generation level, a social class
level, dan an organization or corporate level Hofstede, 1994:10. Pada
tingkatan nasional, kultur dapat dikenali berdasarkan dimensi yang mencakup: power distance from small to large, collectivism vs
individualism, femininity vs masculinity, dan uncertanity avoidance from weak to strong.
Dimensi power distance jarak kekuasaan merupakan tingkat dalam nama kekuasaan anggota institusi didistribusikan secara berbeda. Pada
sekolah, dimensi power distance jarak kekuasaan mencakup indikator: perlakuan guru terhadap proses pembelajaran terpusat pada siswa,
kesempatan bertanya, kebebasan menyampaikan kritik, komunikasi dua arah di kelas, peran orang tua pada anak di sekolah, aturan dan norma dalam
sekolah, pengembangan kemampuan dan bakat serta orang tua yang merasa diuntungkan dengan proses pembelajaran di sekolah. Dimensi collectivism vs
individualism mencakup: kebebasan mengungkapkan pendapat, penyelesaian
tugas dari guru, tingkat penerimaan guru oleh orang lain, sikap positif dalam mengerjakan tugas, dan tujuan berprestasi. Dimensi femininity vs masculinity
- 22 -
mencakup indikator suasana kompetisi kelas, berorientasi pada prestasi dan kompetensi guru. Sedangkan dimensi uncertainty avoidance mencakup
indikator tingkat penerimaan siswa dengan kekurangan guru, kejelasan guru dalam menerangkan dan kedekatan hubungan antara guru, siswa, dan orang
tua.
D. Kecerdasan Emosional