Kultur Keluarga KAJIAN PUSTAKA

- 15 - disenangi orang lain, ingin mendapatkan kehangatan, ketertarikan, perhatian dan kasih sayang; dominance dominasi merupakan kebutuhan untuk mengontrol aktivitas orang lain, termasuk keluarga dan teman, ingin diposisikan untuk berkuasa agar orang lain mengikuti keinginan dan kesukaan dirinya; physical comfort kenyamanan fisik merupakan kebutuhan untuk kepuasan fisik yang berkaitan dengan keamanan untuk menghindari sakit dan kesukaan terhadap kesenangan jasmani. Sedangkan Weiner 1980:251 mengklasifikasikan menjadi enam kategori yaitu; academic recognition, social recognition, love and affection, dominance, social political belief, dan life philosophy.

B. Kultur Keluarga

1. Pengertian Kultur Keluarga Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Depdikbud, 2002:169, yang dimaksud dengan kultur adalah adat atau kebiasaan yang berlaku. Dalam ilmu antropologi istilah kultur digunakan untuk menjelaskan: 1 keunikan sekelompok masyarakat dibandingkan kelompok masyarakat lainnya; 2 mengapa perilaku sekelompok masyarakat dapat bertahan dari satu generasi ke generasi lainnya Kotter dan Heskett, 1992:3-4. Hingga saat ini muncul berbagai definisi kultur dari para teoritikus dan peneliti. Schein 1991:9 mendefinisikan kultur sebagai: “a pattern of basic assumption-invented, discovered, or developed by a given group as it learns to cope with its problems of external adaptation and internal integration-that has worked well enough to be considered valid and, therefore, to be taught to new members as the correct way to perceive, think, and feel in relation to those problems”. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - 16 - Kultur merupakan asumsi dasar yang ditemukan, dipahami, dan dikembangkan oleh anggota kelompokgrup. Karena asumsi terbukti benar saat digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi kelompok, maka asumsi tersebut diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara pandang, pola pikir, dan perasaan yang benar ketika menghadapi masalah di masa mendatang. Clayde Kluckhon, sebagaimana dikutip Erez 1993:41, menyatakan bahwa: “Culture consist of patterned ways of thinking, feeling, and reacting, acquired and transmitted mainly by symbols, constituting the distinctive achievement of human group, including their embodiments in artifacts: the essential, core of culture consist of traditional i.e. historically derived and sellected ideas and especially their attached values”. Kultur merupakan bentuk pemrograman mental secara kolektif. Kultur membedakan anggota kelompok satu dengan kelompok lainnya dalam cara berpikir, perasaan dan tindakan anggota kelompok. Esensi kultur adalah nilai-nilai yang didasarkan pada pengalaman sejarah masa lalu. Nilai-nilai itu telah terinternalisasi ke dalam diri masing-masing kelompok selama bertahun-tahun dan diyakini mengandung nilai luhur, sehingga sangat sulit untuk berubah. Nilai-nilai itu dalam diri masyarakat tampak dalam pola pikir, rasa dan reaksi masyarakat atas suatu kejadian. Sementara Hofstede 1994:5 mengartikan kultur sebagai: “ a collective phenomenon, because it is at least partly shared with people who live or lived within the same social environment, which is there it was learned. It is the collective programming of the mind wich distinguishes the members of one group or category of people from another”. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - 17 - Hofstede 1994:4 menyebut kultur sebagai: “software of the mind”. Substansi perbedaan tersebut lebih tampak pada praktik kultur daripada nilai-nilai. Sebagai bentuk pemrograman mental secara kolektif, kultur cenderung sulit berubah, kalaupun berubah akan membutuhkan waktu yang lama dan perlahan-lahan. 2. Dimensi Kultur Keluarga Kultur dalam suatu kelompok cenderung sangat sulit untuk berubah, jikalau berubah ini akan membutuhkan waktu yang lama dan secara bertahap. Hal ini disebabkan karena kultur telah terkristalisasi ke dalam lembaga yang telah mereka bangun selama ini. La Midjan 1995:7 menyebutkan bahwa lembaga yang dimaksud antara lain: struktur keluarga, struktur pendidikan, organisasi keagamaan, asosiasi-asosiasi, bentuk pemerintahan, organisasi kerja, lembaga hukum, kepustakaan, pola tata ruang, bentuk bangunan gedung, dan juga teori-teori ilmiah. Kultur dapat dibedakan ke dalam enam tingkatan, yaitu: a national level, a regional level etc, a gender level, a generation level, a social class level, dan an organization or corporate level Hofstede, 1994:10. Pada tingkatan nasional, kultur dapat dikenali berdasarkan dimensi yang mencakup: power distance from small to large, collectivism vs individualism, femininity vs masculinity, dan uncertanity avoidance from weak to strong. Dimensi power distance jarak kekuasaan merupakan tingkat dalam nama kekuasaan anggota institusi didistribusikan secara berbeda. Pada keluarga, dimensi power distance jarak kekuasaan - 18 - mencakup indikator: ketaatan kepada norma keluarga, menghormati orang tua dan yang lebih tua sebagai dasar kebaikan, otoritas orang tua berpengaruh terus menerus sepanjang hidup dan ketergantungan. Dimensi individualism menggambarkan suatu masyarakat dimana pertalian antar individu cenderung memudar. Dimensi collectivism vs individualism mencakup tingkat kebebasan anggota keluarga untuk menyatakan pendapat, loyalitas pada anggota keluarga lain, keleluasaan untuk mandiri, kebutuhan untuk berkomunikasi dan perasaan yang muncul akibat melanggar aturan atau norma keluarga. Dimensi femininity vs masculinity mencakup derajat dominasi penetapan aturan dalam keluarga, pembagian peran orangtua, perhatian pada anggota yang lebih kuat, dan hasrat untuk hidup lebih baik. Sedangkan dimensi uncertainty avoidance mencakup indikator yang meliputi: toleransi terhadap situasi yang tidak pasti dan mempunyai inisiatif, keluarga menjadi tempat belajar dan memiliki aturan.

C. Kultur Sekolah

Dokumen yang terkait

Pengaruh locus of control, kultur keluarga, dan kultur sekolah pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar : survei pada siswa-siswi kelas 3 SMP Negeri dan swasta di Kota Madya Yogyakarta.

0 0 320

Pengaruh jenis kelamin dan locus of control terhadap hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, dan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru : survei pada guru SMA di Kabupaten Sleman, DIY.

0 1 271

Pengaruh locus of control, kultur keluarga, dan kultur sekolah pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa : survei pada siswa-siswi kelas IX SMP Negeri dan Swasta di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

0 1 282

Pengaruh locus of control, kultur keluarga, dan kultur sekolah pada hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa : survey siswa-siswi SMP negeri dan swasta di Kabupaten Kulon Progo.

0 1 294

Pengaruh locus of control, kultur keluarga, dan kultur sekolah pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa : survei pada siswa-siswa SMP Negeri dan Swasta di Kabupaten Sleman - Yogyakarta - USD Repository

0 0 263

PENGARUH KULTUR LINGKUNGAN KERJA DAN LOCUS OF CONTROL PADA HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN

0 2 203

Pengaruh locus of control, kultur keluarga, dan kultur sekolah pada hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa : survey siswa-siswi SMP negeri dan swasta di Kabupaten Kulon Progo - USD Repository

0 0 292

Pengaruh locus of control, kultur keluarga, dan kultur sekolah pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa : survei pada siswa-siswi kelas IX SMP Negeri dan Swasta di Kabupaten Bantul, Yogyakarta - USD Repository

0 1 280

Pengaruh jenis kelamin dan locus of control terhadap hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, dan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru : survei pada guru SMA di Kabupaten Sleman, DIY - USD Repository

0 0 269

Pengaruh locus of control, kultur keluarga, dan kultur sekolah pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar : survei pada siswa-siswi kelas 3 SMP Negeri dan swasta di Kota Madya Yogyakarta - USD Repository

0 0 318