6.2.2. Kelayakan Teknis
Dari sisi kelayakan teknis pengembangan agribisnis peternakan di Kabupaten Pamekasan saat ini sangat menunjang, dimana petani ternak
saat ini sudah mulai terbukaresponsif terhadap perubahan dan adaptasi teknologi peternakan seperti teknologi pakan, reproduksi, Inseminasi
Buatan, Biogas dll, sehingga akan memudahkan transfer pengetahuan yang dilakukan oleh penyuluh lapangan petenakan. Selain itu adanya
perguruan tinggi bidang peternakan di Kabupaten Pamekasan semakin mempermudah peningkatan kemampuan teknis petani ternak, dengan de
sa-desa binaan yang telah terbentuk. Peranan dan potensi peternakan sapi Madura di Kabupaten
Pamekasan sangat besar. Sapi Madura memiliki berbagai karakteristik reproduksi, ketahanan terhadap kekeringankekurangan pakan yang
sangat menguntungkan, juga masyarakat peternak di Kabupaten Pamekasan telah sejak lama memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
memadai dalam memelihara dan mengembangkan ternak sapi Madura. Bahkan yang paling utama adalah beternak sapi Madura telah terbukti
memberi lapangan pekerjaan yang sangat besar dan memberikan kontribusi yang berarti bagi pendapatan asli daerah PAD Kabupaten
Pamekasan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
6.2.3. Kelayakan Manajerial
Kelayakan manajerial pengembangan agribisnis peternakan di Kabupaten Pamekasan dari institusi eksternal seperti lembaga
penyuluhan, litbang sangat mendukung. Keberadaan institusi penunjang tadi membuat kondisi petani ternak saat ini sudah mulai responsif
terhadap perubahan dan adopsi teknologi peternakan. Tenaga penyuluh sebagai tenaga pembina langsung di lapangan mempunyai kompetensi
yang baik di bidangnya, karena adanya program diklat untuk menunjang kinerja penyuluh peternakan, adanya perguruan tinggi jurusan peternakan
yang terus-menerus mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang peternakan. Namun kelayakan manajerial di tingkat peternak masih belum
layak, karena sistem beternak yang dipakai masih memakai pola tradisional, dimana tidak adanya kemampuan person peternak dalam
perencanaan usaha, keuangan pengelolaan organisasi dsb.
6.2.4. Kelayakan Kelembagaan