Potensi dan Permasalahan Pengembangan Sapi Madura

gajah, jerami dan sisa limbah pertanian lainnya dari kategori cukup sampai kurang jumlahnya. Untuk Kecamatan Pakong, Pasean dan Waru, ketersediaan pakan pada musim kemarau cukup, sedangkan daerah Kecamatan Pamekasan, Pademawu, Galis, Proppo, Kadur Batumarmar, Pegantenan dan Palengaan ketersediaan pakan pada musim kemarau kurang. Menurut Irfan dkk 1996 Potensi hijauan makanan ternak HMT di Kecamatan Pasean, Waru dan Pakong terdapat surplus HMT Dihitung dengan mengukur produksi rumput alam dan unggul yang dihasilkan di padang pangonan, tegalan, tanah tandus, galangan sawah dan pinggiran jalan serta produksi hijauan limbah hasil pertanian dari jerami padi, jerami jagung, daun ubi kayu dan ubi jalar, sedangkan kebutuhan ternak akan HMT dihitung berdasarkan satuan ternak.

5.2. Potensi dan Permasalahan Pengembangan Sapi Madura

Populasi sapi Madura di Kabupaten Pamekasan pada tahun 2009 tercatat 97.899 ekor dengan kepadatan 1,002 ekorha. Jumlah sapi betina lebih banyak dari pada sapi jantan. Populasi tersebut mengalami peningkatan rata-rata 1,3 pertahun dibandingkan populasi 5 tahun terakhir. Jumlah pemotongan di Rumah Potong Hewan pada tahun 2009 sebanyak 1.120 ekor jantan 824 ekor dan betina 295 ekor, sedangkan pengeluaran ternak dengan daerah tujuan Surabaya dan sekitarnya serta Jakarta tercatat 18.270 ekor Dinas Peternakan Kabupaten Pamekasan, 2009. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Kepadatan ternak di Kabupaten Pamekasan termasuk kategori yang sangat padat dengan areal yang sempit, sumber hijauan makanan ternak HMT yang tumbuh di pinggir jalan, pematang, pinggir kali dan sungai serta limbah pertanian dalam jumlah yang sedikit. Dengan kondisi yang demikian pada umumnya mempunyai daya tamping 0,25 ekorha. Kabupaten Pamekasan terdiri dari 13 kecamatan dimana pemetaan dari segi pemeliharaan daerah sumber bibit dan usaha penggemukan tidak begitu jelas. Namun saat ini usaha penggemukan sapi Madura sudah hampir merata di semua kecamatan di wilayah utara Kabupaten Pamekasan, yaitu Kecamatan Batumarmar, Kecamatan Pasean, Kecamatan Waru serta di wilayah tengah yaitu Kecamatan Pakong, Kecamatan Pegantenan dan Kecamatan Palengaan. Dinas Peternakan Kabupaten Pamekasan, 2009. Mata pencarian penduduk Kabupaten Pamekasan umumnya sebagai petani yang sebagian besar merangkap sebagai peternak. Diperkirakan jumlah peternak di Kabupaten Pamekasan sekitar 65 ribu kepala keluarga dengan kepemilikan 1,7 ekorkeluarga, sehingga jumlah tersebut secara langsung juga merupakan sumber pendapatan yang akan dinikmati oleh 260.000 penduduk. Peranan dan potensi peternakan sapi Madura di Kabupaten Pamekasan sangat besar. Selain berbagai karakteristik reproduksi, ketahanan terhadap kekeringankekurangan pakan yang sangat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber menguntungkan, juga masyarakat peternak di Kabupaten Pamekasan telah sejak lama memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai dalam memelihara dan mengembangkan ternak sapi Madura. Bahkan yang paling utama adalah beternak sapi Madura telah terbukti memberi lapangan pekerjaan yang sangat besar dan memberikan kontribusi yang berarti bagi pendapatan asli daerah PAD Kabupaten Pamekasan. Kutsiyah 2002, menyatakan bahwa dibalik keunggulan tersebut, ternyata masih banyak permasalahan dalam pengembangan sapi Madura, yaitu: • Proses seleksi negative penurunan sifat produksi dan sifat reproduksi sapi Madura. Penurunan sifat ini disebabkan oleh perkawinan sesame keluarga ternak inbreeding dalam waktu yang sangat lama, pemotongan bibit induk dan pejantan unggul, penggunaan induk dan pejantan bermutu jelek dan factor pendukung lainnya. • Belum adanya pengembangan agroindustri sapi potong yang mendekatkan input produksi seperti teknologi, modal, lembaga koperasi sampai kepada tingkat petani dapat mengakses langsung kebutuhannya dengan mudah. • Infrastruktur untuk pengembangan peternakan tidak optimal • Perkembangan IB di Kabupaten Pamekasan sangat lambat hanya 20 dari induk produktif yang menggunakan IB Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber • Pelaksanaan program persilangancrossbred tidak terarah sehingga dapat merugikan mutu genetic sapi Madura untuk masa yang akan datang • Kemudahan peternak dan pedagang ternak untuk memotong sapi bibit dan pejantan unggul dan tidak ada recording ternak • Ketersediaan pakan pada musim kemarau tidak mencukupi • Optimalisasi yang memadukan input genetic, nutrisi dan kesehatan masih sangat kurang kurang memperhatikan economic dan environment value • Manajemen beternak masih tradisional

5.3. Gambaran Umum Wilayah Eks- Kawedanaan Waru