kurang memahami dan mengerti untuk apa dan bagaimana program tersebut dilakukan. Kondisi ini yang mendorong masyarakat bersikap tidak
peduli dan tidak bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan kegagalan program tersebut. Beberapa contoh program pemberdayaan yang
digulirkan pemerintah yang belum menunjukkan manfaat yang signifikan secara berkelanjutan bagi masyarakat dan bahkan hanya menciptakan
ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah adalah Gerakan Rehabilitasi Lahan Gerhan, Raskin, Gaskin, dana bergulir, BLT dan
sebagainya Suharto dan Yuliani, 2005.
2.2.3 Pembangunan Peternakan
Pada tahun 1999 hingga 2001 pasokan daging sapi asal impor di Indonesia telah mencapai 15-22 dari kebutuhan daging sapi Ditjend
Bina Produksi Peternakan, 2002. Ketergantungan impor daging dan sapi potong, antara lain disebabkan oleh ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan permintaan daging dari pemotongan sapi lokal yang disebabkan oleh meningkatnya permintaan daging. Pemenuhan
permintaan daging sapi bila hanya dipenuhi melalui pemotongan sapi lokal, maka dapat berakibat terjadi pengurasan populasi sapi lokal, karena
terjadi pemotongan terhadap sapi muda yang ukurannya masih kecil dan terhadap sapi betina produktif. Kondisi ini sangat berbahaya jika kita
mengacu pada keinginan pemerintah untuk berswasembada daging pada tahun 2014. Sapi potong lokal saat ini sangat beragam dan sebagian
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
besar 94 dikelola dan dikembangkan dengan pola peternakan rakyat cow-calf operation dalam skala usaha kecil dan terintegrasi dengan
kegiatan lain, sehingga fungsi sapi potong sangat kompleks dalam menunjang kehidupan peternak Gunawan, 2003.
Sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan teknologi merupakan faktor yang saling terkait dalam pembangunan pertanian yang dipayungi
oleh suatu kelembagaan sebagai faktor penggerak suatu kesatuan sistem produksi guna menunjang keberlanjutan pertanian. Fungsi dari ke empat
faktor tersebut saling menunjang, jika salah satunya tidak berfungsi maka akan mempengaruhi sub sistem lain. Oleh karena itu dalam penerapan
teknologi harus ada keseimbangan antara sub sistem sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan kelembagaan. Kelembagaan dalam hal ini
tidak saja menyangkut kelembagaan usahatani, melainkan juga peranan kelembagaan-kelembagaan penunjang dalam pengembangan pertanian
yang dapat mendukung pembangunan dan usaha agribisnis. Masalah-masalah pembangunan pertanian di negara-negara
sedang berkembang bukan semata-mata karena ketidaksiapan petani menerima inovasi, tetapi disebabkan oleh ketidakmampuan perencana
program pembangunan pertanian menyesuaikan program-program itu dengan kondisi dari petani-petani yang menjadi klien dari program-
program tersebut. Pentingnya lembaga-lembaga di pedesaan dalam pembangunan pertanian karena; 1 banyak masalah-masalah pertanian
hanya dapat dipecahkan oleh suatu lembaga; 2 organisasi dapat
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
memberi pada usaha-usaha pertanian karena sangat terkait dengan penyebaran dan pengembangan teknologi. Dalam jangka panjang, dalam
pembangunan pertanian, kemampuan masyarakat petani untuk bekerjasama sama pentingnya dengan perolehan pengetahuan teknis;
dan 3 Pada suatu waktu masyarakat desa akan bersaing dengan dunia luar, sehingga perlu mereka terorganisasi. Lembaga-lembaga tingkat desa
dapat menyediakan pengalaman dalam keterampilan yang harus dipelajari masyarakat desa agar dapat mengorganisasikan diri. Ciri-ciri peternakan
rakyat yakni skala usaha realtif kecil, merupakan skala rumah tangga, merupakan usaha sampingan, menggunakan teknologi yang sederhana
dan bersifat padat karya serta berbasis organisasi kekeluargaan. Usaha peternakan rakyat memiliki posisi yang sangat lemah dan sangat peka
terhadap perubahan. Alternatif pengembangan adalah dengan melakukan reformasi modal, penciptaan pasar, sistim kelembagaan dan input
teknologi. Tujuannya adalah untuk merubah usaha rakyat menjadi usaha yang maju Ilham,2004.
Lebih lanjut Ilham 2004 memaparkan
Selama ini jika diamati, pengertian membangun peternakan identik dengan tugas pokok dan
fungsi dari Departemen Pertanian cq Ditjen Peternakan di tingkat pemerintah pusat atau Dinas Peternakan di tingkat provinsi, yaitu
subsektor yang bergerak dalam bidang produksi dengan pendekatan sistem agrobisnis. Namun, realitasnya keberpihakan kebijakan
pembangunannya lebih diarahkan untuk memenuhi kepentingan konsumsi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
dan bukan produksi. Sering kali pemerintah cukup panik manakala harga produk peternakan membumbung naik. Padahal, seharusnya pemerintah
cukup bertindak bijak, yaitu bahwa peningkatan harga akan menyebabkan peningkatan produksi dan penyerapan tenaga kerja sehingga akan
mampu meningkatkan daya beli dan pola konsumsi masyarakat pedesaan.
Dalam agribisnis peternakan, subsistem yang terlibat saling terkait dan saling menentukan keragaan dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Keragaan Agribisnis Peternakan
PEM ASARAN
-
Inform asi pasar
-
Int elejen pasar
-
Kebijakan pasar
BUDIDAYA
SUBSISTEM PENUNJANG
-
Penelit ian dan Pengem bangan
-
Penyuluhan
-
Keuangan Perkredit an
-
Kesehat an Hew an
-
Transport asi dll. AGRIBISNIS HULU
- Usaha bibit - Indust ri pakan
- Indust ri farm asi - Indust ri alsinnak
AGRIBISNIS HILIR
-
Pem ot ongan hew an
-
Indust ri pengolahan susu daging t elur
-
Rest oran
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2.2.4 Kelembagaan