d.
Mendorong berfikir kreatif.
e.
Membantu para peserta melihat dari perspektif yang berbeda
f. Meningkatkan kesadaran akan perlunya berubah.
g.
Meningkatkan kesadaran diri.
E. Hakikat Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan
Experiential Learning
Menurut ASCA Dollarhide, Collete. T Saginak, Kelli A, 2012: 164:
“School counselors build effective teams by encouraging geniune collaboration among all school staff to work toward the common goals of
equity, access, and academic success of every student.” dalam pernyataan tersebut, terkandung makna bahwa guru BK berkolaborasi dengan seluruh
staff di sekolah untuk bekerja bersama demi mencapai tujuan berupa keadilan, akses, dan kesuksesan akademik setiap siswa. Sedangkan
menurut Kemendikbud 2014 layanan bimbingan klasikal adalah format kegiatan BK yang melayani sejumlah peserta didik dalam rombongan
belajar satu kelas. Menurut Kolb dalam Sinaga, 2013, menerangkan bahwa
experiential learning merupakan tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus menerus mengalami perubahan
guna meningkatkan keefektivan dari hasil belajar. Selain itu, menurut Association for Experiential Education dalam Purnami Rohayati, 2013
experiential learning
merupakan sebuah
proses dimana
para PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pembelajar membangun pengetahuan, keterampilan dan nilai dari pengalaman langsung.
Berdasarkan definisi di atas, bimbingan klasikal kolaboratif dengan
pendekatan experiential learning adalah kegiatan bimbingan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru BK bersama dengan guru mata
pelajaran dimana siswa berdinamika dalam bimbingan dengan menggabungkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai dari pengalaman
langsung sebagai media belajar. Menurut Artati 2016, proses bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning tergambar
sebagai berikut :
Gambar 2.1. Proses Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Leaning
F. Hakikat Ramaja
1. Pengertian Remaja
Menurut Hurlock 1980 istilah adolescene atau remaja berasal dari kata Latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa. Istilah adolescene, seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental,
emosional, sosial, dan fisik. Sedangkan menurut Piaget dalam Ali Mohammad Asrori,
2009:9 remaja adalah usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak merasa bahwa
dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.
Berdasarkan definisi para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa dimana individu mengalami masa pertumbuhan
atau perkembangan dalam berbagai aspek dari masa anak menuju remaja.
2. Ciri-ciri Remaja
Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai tujuh belas tahun dan akhir masa remaja dari usia enam belas
tahun sampai delapan belas tahun, yaitu usia matang secara hukum. Masa remaja mempunyai cirri-ciri tertentu yang membedakannya
dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri masa remaja diantaranya
adalah sebagai
berikut Hurlock,
1980: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Periode penting
Usia remaja merupakan masa yang penuh dengan kejadian penting yang menyangkut mengenai pertumbuhan dan perkembangan
rohani maupun jasmani. b.
Periode peralihan Usia remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menuju
masa masa remaja. c.
Periode perubahan Perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran menjadi
dewasa yang mandiri, perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
d. Masa mencari identitas
Remaja mencoba mencari identitas diri dengan berpakaian, berbicara dan berperilaku yang sama dengan kelompoknya.
3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan
remaja difokuskan
pada upaya
meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan dan berusaha mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Tugas-
tugas perkembangan remaja menurut Hurlock dalam Ali Mohammad Asrori, 2009 adalah sebagai berikut:
a. Mampu menerima keadaan fisik.
b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia remaja.
c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis. d.
Mencapai kemandirian emosional. e.
Mencapai kemandirian ekonomi. f.
Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan
orang tua. h.
Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.
i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab
kehidupan keluarga.
G. Kerangka Berpikir
Karakter mandiri adalah watak, kepribadian, sifat yang terbentuk dari kehidupan seseorang yang tidak tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas atau masalah kehidupan sehari-hari. Dewasa ini, karakter mandiri belum sepenuhnya dihayati oleh sebagian siswa.
Layanan bimbingan klasikal kolaboratif dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan experiential learning. Dalam memberikan
layanan bimbingan klasikal kolaboratif diperlukan kolaborasi dengan guru mata pelajaran. Proses layanan bimbingan klasikal ini menggunakan
pendekatan experiential learning, dimana proses ini menggunakan pengalaman sebagai media bimbingan. Dengan menggunakan pendekatan
ini, diharapkan mampu meningkatkan karakter mandiri siswa.
H. Hipotesis Penelitian