Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter mandiri : studi pra eksperimen pada siswa kelas VIII F SMP Negeri 31 Purworejo tahun ajaran 20
ABSTRAK
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF
DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER MANDIRI
(Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII F SMP Negeri 31 Purworejo Tahun Ajaran 2014/2015)
Novian Andhi Nurcahyo Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Gambaran tingkat karakter mandiri siswa kelas VIII F SMP N 31 Purworejo tahun ajaran 2014/2015 sebelum dan sesudah diberikan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning. (2) Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter mandiri berdasarkan penilaian guru. (3) Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter mandiri berdasarkan penilaian siswa. (4) Signifikansi hasil implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter mandiri.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan pre-experimental design dengan one group pretest-postest design. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 31 Purworejo tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 30 siswa. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) kuesioner karakter mandiri; (2) kuesioner validasi efektivitas program (mitra kolaboratif); (3) kuesioner validasi efektivitas program (siswa). Reliabilitas kuesioner karakter mandiri senilai 0,686. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan kategorisasi dan uji T paired sample test.
Temuan penelitian menunjukkan, tingkat karakter mandiri sebelum dan sesudah diberikan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning secara umum baik. Terdapat peningkatan karakter mandiri dengan nilai signifikansi 2,045, tetapi tidak signifikan. Berdasarkan data validasi efektivitas program yang diisi oleh mitra kolaboratif menunjukkan bahwa terdapat 38 (97,4 %) dari 39 item pada kategori sangat lebih baik dan 1 (2,5 %) item pada kategori lebih baik. Selain itu, data validasi efektivitas program yang diisi oleh siswa menunjukkan bahwa terdapat 6 dari 30 item mendapatkan persentase 100%, 19 item mendapat persentase antara 90-100%, dan 11 item mendapat persentase dibawah 90%. Dengan demikian, implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning efektif meningkatkan karakter mandiri.
Kata kunci: bimbingan klasikal kolaboratif, experiential learning, karakter mandiri
(2)
ABSTRACT
THE EFFECTIVENESS OF CHARACTER EDUCATION
IMPLEMENTATION ON THE BASIS OF COLLABORATIVE CLASS GUIDANCE SERVICE BY USING EXPERIENTIAL LEARNING
APPROACH TO IMPROVE SELF-CONTAINED CHARACTER (Pre-experiment Study to Students of Class VIII F SMP Negeri 31 Purworejo
Academic Year 2014/2015) Novian Andhi Nurcahyo Sanata Dharma University
2016
This research aims to discover: (1) The level of self-contained character among students class VIII F SMP Negeri 31 Purworejo academic year 2014/2015 before and after the collaborative classical guidance by using experiential learning approach. (2) The effectiveness of character education implementation on the basis of collaborative class guidance service by using experiential learning approach to improve self-contained character by teachers’ assessment. (3) The effectiveness of character education implementation on the basis of collaborative class guidance service by using experiential learning approach to improve self-contained character based on students’ assessment. (4)The significance of the results of the character education implementation on the basis of collaborative class guidance service using an experiential learning approach to improve the student’ self-contained character. This research is a quantitative research using the pre-experimental design with one group pretest-posttest design. The research subjects are 30 students of class VIII F SMP Negeri 31 Purworejo academic year 2014/2015. The instruments used in this research are: (1)Self-contained character questionnaire; (2)Validation effectiveness program questionnaire (collaborative partner); (3)Validation effectiveness program questionnaire (students). The reliability of self-contained character questionnaire is 0.686. The data analysis techniques used in the study are the categorization and T-test paired sample test.
The findings showed that the level of self-contained character before and after the collaborative classical guidance service by using experiential learning approach in general is good. There is a significant improvement with the significant value of 2.045, but not significantly.The data of validation effectiveness program filled by collaborative partners showed that there were 38 (97.4%) of the 39 items in the category of “very improved” and 1 (2.5%) item in the category “improved”. Moreover, the data of validation effectiveness program filled by the students showed that there are 6 out of 30 items which get a percentage of 100%, 19 items get a percentage between 90-100%, and the 11 items get a percentage below 90%. In conclusion, the implementation of character education on the bases of collaborative classical guidance by using experiential learning approach effectively improves self-contained character.
(3)
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF
DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER MANDIRI
(Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII F SMP Negeri 31 Purworejo Tahun Ajaran 2014/2015)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Novian Andhi Nurcahyo 121114080
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2016
(4)
(5)
(6)
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Sedikit pengetahuan disertai tindakan
adalah lebih berharga daripada banyak pengetahuan namun tak ada tindakan apapun.
(Kahlil Gibran)
Kupersembahkan Skripsi Ini untuk:
1. Allah SWT
2. Kedua Orang tua
3. Kakak-kakakku (Andhi, Hendrat, dan Ita)
4. Simbok Tumilah
5. Teman-teman BK Angkatan 2012
6. Sahabat-sahabatku
7. Ervin Aprilianti
Terimakasih atas kasih sayang, semangat, dorongan, bantuan, serta doa dalam penyelesaian skripsiku ini.
(7)
(8)
(9)
vii ABSTRAK
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF
DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER MANDIRI
(Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII F SMP Negeri 31 Purworejo Tahun Ajaran 2014/2015)
Novian Andhi Nurcahyo Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Gambaran tingkat karakter mandiri siswa kelas VIII F SMP N 31 Purworejo tahun ajaran 2014/2015 sebelum dan sesudah diberikan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning. (2) Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter mandiri berdasarkan penilaian guru. (3) Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter mandiri berdasarkan penilaian siswa. (4) Signifikansi hasil implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter mandiri.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan pre-experimental design dengan one group pretest-postest design. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 31 Purworejo tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 30 siswa. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) kuesioner karakter mandiri; (2) kuesioner validasi efektivitas program (mitra kolaboratif); (3) kuesioner validasi efektivitas program (siswa). Reliabilitas kuesioner karakter mandiri senilai 0,686. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan kategorisasi dan uji T paired sample test.
Temuan penelitian menunjukkan, tingkat karakter mandiri sebelum dan sesudah diberikan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning secara umum baik. Terdapat peningkatan karakter mandiri dengan nilai signifikansi 2,045, tetapi tidak signifikan. Berdasarkan data validasi efektivitas program yang diisi oleh mitra kolaboratif menunjukkan bahwa terdapat 38 (97,4 %) dari 39 item pada kategori sangat lebih baik dan 1 (2,5 %) item pada kategori lebih baik. Selain itu, data validasi efektivitas program yang diisi oleh siswa menunjukkan bahwa terdapat 6 dari 30 item mendapatkan persentase 100%, 19 item mendapat persentase antara 90-100%, dan 11 item mendapat persentase dibawah 90%. Dengan demikian, implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning efektif meningkatkan karakter mandiri.
Kata kunci: bimbingan klasikal kolaboratif, experiential learning, karakter mandiri
(10)
viii
THE EFFECTIVENESS OF CHARACTER EDUCATION
IMPLEMENTATION ON THE BASIS OF COLLABORATIVE CLASS GUIDANCE SERVICE BY USING EXPERIENTIAL LEARNING
APPROACH TO IMPROVE SELF-CONTAINED CHARACTER (Pre-experiment Study to Students of Class VIII F SMP Negeri 31 Purworejo
Academic Year 2014/2015) Novian Andhi Nurcahyo Sanata Dharma University
2016
This research aims to discover: (1) The level of self-contained character among students class VIII F SMP Negeri 31 Purworejo academic year 2014/2015 before and after the collaborative classical guidance by using experiential learning approach. (2) The effectiveness of character education implementation on the basis of collaborative class guidance service by using experiential learning approach to improve self-contained character by teachers’ assessment. (3) The effectiveness of character education implementation on the basis of collaborative class guidance service by using experiential learning approach to improve self-contained character based on students’ assessment. (4)The significance of the results of the character education implementation on the basis of collaborative class guidance service using an experiential learning approach to improve the student’ self-contained character.
This research is a quantitative research using the pre-experimental design with one group pretest-posttest design. The research subjects are 30 students of class VIII F SMP Negeri 31 Purworejo academic year 2014/2015. The instruments used in this research are: (1)Self-contained character questionnaire; (2)Validation effectiveness program questionnaire (collaborative partner); (3)Validation effectiveness program questionnaire (students). The reliability of self-contained character questionnaire is 0.686. The data analysis techniques used in the study are the categorization and T-test paired sample test.
The findings showed that the level of self-contained character before and after the collaborative classical guidance service by using experiential learning approach in general is good. There is a significant improvement with the significant value of 2.045, but not significantly. The data of validation effectiveness program filled by collaborative partners showed that there were 38 (97.4%) of the 39 items in the category of “very improved” and 1 (2.5%) item in the category “improved”.Moreover, the data of validation effectiveness program filled by the students showed that there are 6 out of 30 items which get a percentage of 100%, 19 items get a percentage between 90-100%, and the 11 items get a percentage below 90%. In conclusion, the implementation of character education on the bases of collaborative classical guidance by using experiential learning approach effectively improves self-contained character
Keywords:bimbingan klasikal kolaboratif, experiential learning, karakter mandiri
(11)
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulisan skripsi dengan judul “Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Mandiri (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VIII F SMP Negeri 31 Purworejo Tahun Ajaran 2014/2015)” dapat terselesaikan dengan lancar. Skripsi ini merupakan karya ilmiah sebagai tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan.
Proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.
3. Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu, memberikan masukan, motivasi, petunjuk, serta memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran kepada penulis.
4. Segenap dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Sanata Dharma atas bimbingan dan pendampingan selama penulis menempuh studi.
(12)
x
5. Stefanus Priyatmoko (Mas Moko) selaku petugas administrasi di Sekretariat Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Sanata Dharma atas pelayanan yang diberikan dengan baik selama penulis menempuh studi. 6. Kepala Sekolah SMP N 31 Purworejo yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
7. F. Sugeng Subagyo, M.Si. selaku guru Bimbingan dan Konseling di SMP N 31 Purworejo yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan, masukan, motivasi, serta menyediakan tempat untuk menginap selama penelitian kepada penulis.
8. Siswa-siswi kelas VIII F SMP N 31 Purworejo tahun ajaran 2014/2015 yang telah bersedia menjadi subyek dan membantu penulis dalam proses pumpulan data digunakan untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Kedua orang tua, yakni Suparno dan Sartilah atas kasih sayang, dukungan, penguatan, pendampingan, serta doa yang diberikan kepada penulis.
10. Kakak, yakni Andhi, Hendrat, dan Ita atas dukungan, kasih sayang, serta motivasi yang diberikan kepada penulis.
11. Simbah Tumilah atas dukungan, penguatan, serta doa yang diberikan kepada penulis.
12. Seluruh teman angkatan 2012 atas doa, dukungan, pengalaman, serta kebersamaan yang diberikan kepada penulis.
13. Sahabat terkasih atas doa, dukungan, pengalaman, serta kebersamaan yang diberikan kepada penulis.
(13)
xi
14. Ervin Aprilianti yang selalu memberikan semangat, dukungan, masukan, kebersamaan, serta doa kepada penulis.
15. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini. Penulis juga sadar bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap kritik dan saran dari pembaca agar menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca. Akhir kata, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 21 September 2016 Penulis
(14)
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR GRAFIK ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah... 5
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 8
1. Manfaat Teoritis ... 8
2. Manfaat Praktis ... 8
G. Definisi Operasional Variabel ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
A. Hakikat Pendidikan Karakter ... 10
1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 10
2. Tujuan Pendidikan Karakter ... 11
(15)
xiii
4. Prinsip Pendidikan Karakter ... 15
B. Hakikat Karakter Mandiri ... 17
1. Pengertian Karakter Mandiri ... 17
2. Aspek-aspek Karakter Mandiri ... 17
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakter Mandiri ... 18
4. Upaya Peningkatan Karakter Mandiri ... 20
C. Hakikat Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif ... 22
1. Pengertian Layanan Bimbingan Klasikal ... 22
2. Tujuan Layanan Bimbingan Klasikal ... 23
3. Pengertian Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif ... 24
4. Tahap-tahap Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif .. 25
D. Hakikat Metode Experiential Learning ... 27
1. Pengertian Metode Experiential Learning ... 27
2. Prinsip Pendekatan Experiential Learning ... 28
3. Efektivitas Metode Experiential Learning ... 28
E. Hakikat Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning ... 29
F. Hakikat Remaja ... 31
1. Pengertian Remaja ... 31
2. Ciri-ciri Remaja ... 31
3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja ... 32
G. Kerangka Berpikir ... 33
H. Hipotesis Penelitian ... 34
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
A. Jenis Penelitian ... 35
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 36
C. Subjek Penelitian ... 36
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 37
1. Teknik Pengumpulan Data ... 37
2. Instrumen ... 37
(16)
xiv
1. Validitas ... 40
2. Reliabilitas Instrumen ... 41
3. Uji Normalitas ... 42
F. Teknik Analisis Data ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47
A. Hasil Penelitian ... 47
B. Pembahasan ... 57
BAB V PENUTUP ... 65
A. Kesimpulan ... 65
B. Keterbatasan Penelitian ... 66
C. Saran ... 67
(17)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Desain Penelitian One Group Pretest-Postest Design ... 35
Tabel 3.2 Tabel Subyek Penelitian ... 37
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Karakter Mandiri ... 38
Tabel 3.4 Kriteria Guilford ... 41
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Karakter Mandiri ... 41
Tabel 3.6 Tabel Hasil Uji Normalitas ... 42
Tabel 3.7 Tabel Kategorisasi Tingkat Karakter Mandiri ... 43
Tabel 3.8 Kategorisasi Tingkat Karakter Mandiri ... 44
Tabel 4.1 Kategorisasi Tingkat Karakter Mandiri Sebelum dan Sesudah diberikan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Mandiri .... 47
Tabel 4.2 Hasil Validasi Efektivitas Program oleh Mitra Kolaboratif ... 50
Tabel 4.3 Kategori Validasi Efektivitas Program oleh Mitra Kolaboratif ... 51
Tabel 4.4 Hasil Validasi Efektivitas Program oleh Siswa ... 53
Tabel 4.5 Item Validasi Efektivitas Program yang Memperoleh Persentase 100% ... 54
Tabel 4.6 Item Validasi Efektivitas Program yang Memperoleh Persentase antara 90-100% ... 54
Tabel 4.7 Item Validasi Efektivitas Program yang Memperoleh Persentase dibawah 90% ... 55
(18)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Leaning ... 30
(19)
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Tingkat Karakter Mandiri Sebelum dan Sesudah diberikan
Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Mandiri ... 48
(20)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Karakter Mandiri ... 71 Lampiran 2 Tabulasi Data Penelitian Pretest ... 77 Lampiran 3 Tabulasi Data Penelitian Postest ... 79 Lampiran 4 Tabulasi Data Penelitian Validasi Efektivitas Program
oleh Siswa ... 81 Lampiran 5 Rencana Pelaksana Layanan ... 82 Lampiran 6 Lembar Validasi Efektivitas Program untuk Siswa ... 116 Lampiran 7 Lembar Validasi Efektivitas Program untuk
Mitra Kolaboratif ... 117 Lampiran 8 Dokumentasi Kegiatan ... 120
(21)
1 BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dari istilah-istilah pokok yang digunakan.
A. Latar Belakang Masalah
Pemerintah dan rakyat Indonesia, dewasa ini tengah gencar-gencarnya mengimplementasikan pendidikan karakter di institusi pendidikan mulai dari tingkat dini (PAUD), sekolah dasar (SD/MI), sekolah menengah pertama (SMP/MTS), sekolah menengah atas (SMA/MA), hingga perguruan tinggi (PT). Melalui pendidikan karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan krisis degradasi karakter atau moralitas anak bangsa ini bisa segera teratasi. Lebih dari itu, diharapkan di masa yang akan datang terlahir generasi bangsa dengan ketinggian budi pekerti atau karakter (Wibowo, 2013).
Namun demikian, pendidikan karakter di sekolah khususnya di Sekolah Menengah Pertama hanya sebatas pada pengenalan nilai-nilai karakter saja, belum sampai pada penerapan kehidupan sehari-hari. Guru Bimbingan dan Konseling (BK) belum dilibatkan dalam pengembangan dan penerapan pendidikan karakter.
Tahun 2014, TIM Peneliti Strategi Nasional (STRANAS) Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Sanata Dharma melakukan
(22)
penelitian evaluasi (terbatas) tentang keterlaksanaan, hambatan-hambatan, dan efektivitas hasil pendidikan karakter terintegrasi dengan pembelajaran di SMP pada 5 kota di Indonesia (Tangerang, Kulon Progo, Yogyakarta, Surakarta, dan Malang). Hasil penelitian menunjukkan:
1. Dilihat dari hasilnya, implementasi pendidikan karakter terintegrasi di SMP, efektivitasnya belum menggembirakan. Temuan evaluatif secara empirik menunjukkan bahwa 36,4% dari 653 siswa SMP di 5 kota yang diteliti masih berada pada kategori kurang baik dan beberapa di antaranya buruk dalam capaian skor karakternya. Hanya 12,3% dari 653 siswa tersebut yang masuk pada kategori baik dengan capaian skor ≥ 7.
2. Teridentifikasi 25 dari 50 butir pernyataan karakter (dari skala pengukuran hasil pendidikan karakter) yang capaian skornya kurang baik dan 5 butir diantaranya bahkan dalam kategori buruk. Jiwa kewirausahaan, kemandirian, rasa ingin tahu, patuh pada peraturan sosial, dan menghargai karya/prestasi orang lain teridentifikasi sebagai 5 nilai karakter yang capaiannya masih buruk, baik pada siswa kelas VII maupun pada siswa kelas VIII.
3. Terdapat kecenderungan bahwa capaian skor hasil pendidikan karakter lebih baik pada siswa kelas VII dibanding pada siswa kelas VIII, baik pada rata-rata capaian skor maupun pada banyaknya ragam nilai karakter. Siswa kelas VII hampir dua kali lebih banyak dari siswa kelas VIII yang mencapai skor karakter pada kategori baik, sebaliknya
(23)
siswa kelas VIII dua kali lebih banyak jumlahnya dari siswa kelas VII yang capaian skornya terpuruk pada kategori kurang baik dan buruk.
Dari hasil data penelitian TIM Peneliti Strategi Nasional (STRANAS) 2014 Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Sanata Dharma, menunjukkan bahwa karakter mandiri pada siswa SMP berada pada kategori buruk. Selain itu, terindentifikasi bahwa pada siswa kelas VIII capaian skor kurang baik dan buruk. Peneliti tertarik untuk meneliti kembali mengenai masalah character building khususnya mengenai karakter mandiri.
Menurut Monks, dkk (1999) orang yang mandiri akan menunjukkan perilaku yang mampu mengambil keputusan, percaya diri, dan kreatif. Remaja yang tidak mandiri akan menimbulkan masalah pada perilaku misalnya pemalu, tidak memiliki motivasi, kebiasaan belajar yang kurang baik, perasaan tidak aman dan tergantung kepada orang tuanya.
Berdasarkan informasi dari guru BK SMP N 31 Purworejo diketahui bahwa belum semua guru menerapkan pendidikan karakter dalam proses belajar mengajar. Kemendiknas (2010) menerangkan bahwa pengembangan karakter tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan namun terintegrasi didalam mata pelajaran, pengembangan diri serta budaya satuan pendidikan. Pengembangan pendidikan karakter bertujuan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai karakter sehingga diharapkan peserta didik mampu menerapkannya kedalam kehidupan sehari-hari.
(24)
Selain itu, karakter mandiri belum sepenuhnya terinternalisasi dalam diri siswa-siswi di SMP N 31 Purworejo. Perilaku individu yang berkarakter merupakan perwujudan fungsi psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor) dan fungsi totalitas sosial dalam konteks interaksi dalam keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat yang berlangsung sepanjang hayat (Kemendiknas, 2010).
Salah satu cara alternatif untuk meningkatkan karakter mandiri adalah dengan melalui layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning. Berdasarkan hasil penelitian Artati (2016) layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning efektif untuk meningkatkan karakter bertanggung jawab.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Mandiri Siswa-siswi Kelas VIII F SMP N 31 Purworejo tahun ajaran 2014/2015”
B. Identifikasi Masalah
Melihat latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
(25)
1. Dilihat dari hasilnya implementasi pendidikan karakter di SMP efektivitasnya belum menggembirakan.
2. Pendidikan karakter di sekolah khususnya di SMP hanya sebatas pada pengenalan nilai-nilai karakter, belum sampai pada penerapan kehidupan sehari-hari.
3. Capaian skor karakter mandiri teridentifikasi buruk.
4. Belum semua guru di SMP N 31 Purworejo menerapkan pendidikan karakter di dalam proses belajar mengajar.
5. Karakter mandiri belum sepenuhnya terinternalisasi dalam diri siswa di SMP N 31 Purworejo.
6. Belum ada praktek di sekolah tentang layanan bimbingan klasikal kolaboratif antara guru BK dengan guru mata pelajaran.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, fokus kajian diarahkan pada masalah yang teridentifikasi di atas khususnya mengenai masalah kemandirian. Maka peneliti fokus pada “Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter mandiri siswa-siswi kelas VIII F SMP N 31 Purworejo tahun
(26)
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran tingkat karakter mandiri siswa kelas VIII F SMP N 31 Purworejo tahun ajaran 2014/2015 sebelum dan sesudah diberikan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter mandiri?
2. Seberapa efektifkah implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter mandiri siswa kelas VIII F SMP N 31 Purworejo tahun ajaran 2014/2015 berdasarkan penilaian guru?
3. Seberapa efektifkah implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter mandiri siswa kelas VIII F SMP N 31 Purworejo tahun ajaran 2014/2015 berdasarkan penilaian siswa?
4. Apakah terdapat peningkatan yang signifikan hasil implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter mandiri siswa kelas VIII F SMP N 31 Purworejo tahun ajaran 2014/2015?
(27)
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran tingkat karakter mandiri siswa kelas VIII F SMP N 31 Purworejo tahun ajaran 2014/2015 sebelum dan sesudah diberikan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning.
2. Untuk mengetahui efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter mandiri siswa kelas VIII F SMP N 31 Purworejo tahun ajaran 2014/2015 berdasarkan penilaian guru.
3. Untuk mengetahui efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter mandiri siswa kelas VIII F SMP N 31 Purworejo tahun ajaran 2014/2015 berdasarkan penilaian siswa.
4. Untuk mengetahui signifikansi hasil implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter mandiri siswa kelas VIII F SMP N 31 Purworejo tahun ajaran 2014/2015.
(28)
F. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap muncul beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan ilmu pengetahuan di bidang bimbingan dan konseling terkait dengan tingkat karakter mandiri sebelum dan sesudah diberikan bimbingan klasikal dan efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter mandiri.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan karakter mandiri dalam diri siswa.
b. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi yang bisa diterapkan dan dikembangkan dalam pelayanan bimbingan di sekolah.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi dalam memberikan pelayanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter mandiri untuk penelitian selanjutnya.
(29)
G. Definisi Operasional Variabel
Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini yaitu: 1. Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan terencana dalam
mengetahui kebenaran atau kebaikan, mencintainya dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Karakter mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. 3. Bimbingan klasikal kolaboratif adalah kegiatan pelayanan bimbingan
yang diberikan guru BK secara tatap muka kepada semua siswa satu kelas dengan melibatkan guru mata pelajaran lain.
4. Experiential learning adalah sebuah proses pembelajaran dimana siswa menggabungkan pengetahuan, keterampilan dan nilai melalui pengalaman-pengalaman langsung.
(30)
10 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini dipaparkan mengenai kajian teori relevan yang mendasari bangunan konseptual penelitian ini yang meliputi: hakikat pendidikan karakter, hakikat karakter mandiri, hakikat layanan bimbingan klasikal kolaboratif, hakikat metode experiential learning, hakikat bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning, hakikat remaja, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.
A. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter
Kemendiknas (dalam Wibowo, 2013) menerangkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif. Menurut Rahardjo (dalam Salim, 2013) pendidikan karakter adalah suatu proses pendidikan yang holistik yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik. Pendidikan karakter sebagai dasar bagi terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip suatu kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan.
(31)
National Commision on Character Education (dalam Yaumi, 2014) mendefinisikan pendidikan karakter adalah pendekatan apa saja yang disengaja oleh personel sekolah, yang sering berhubungan dengan orang tua, anggota masyarakat, membantu peserta didik dan remaja menjadi peduli, penuh prinsip, dan bertanggung jawab. Sementara itu, menurut Thomas Lickona (dalam Yaumi, 2014) mendefinisikan pendidikan karakter adalah usaha yang disengaja untuk mengembangkan karakter yang baik berdasarkan nilai-nilai inti yang baik untuk individu dan baik untuk masyarakat.
Berdasarkan definisi dari para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan karakter adalah pelaksanaan, praktek, tindakan seorang pendidik dalam suatu proses pendidikan dengan tujuan untuk mendidik peserta didik agar mampu mengembangkan karakter yang luhur. Hasil dari proses pendidikan karakter diharapkan mampu diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik.
2. Tujuan Pendidikan Karakter
Menurut Kemendiknas (2010), tujuan dari pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulus. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara mandiri
(32)
meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
3. Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Menurut Hasan (dalam Yaumi, 2014) pendidikan budaya dan karakter bangsa dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif. Nilai-nilai budaya dan karakter ini adalah sebagai berikut:
a. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
(33)
c. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
d. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
e. Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
f. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas.
h. Demokratis
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
(34)
i. Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
j. Semangat kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
k. Cinta tanah air
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. l. Menghargai prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
m. Bersahabat/komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.
n. Cinta damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
(35)
o. Gemar membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
p. Peduli lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. q. Peduli sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
r. Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
4. Prinsip Pendidikan Karakter
Lickona (dalam Yaumi, 2014) menguraikan sebelas prinsip dasar yang menunjang keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter. Kesebelas prinsip yang dimaksud adalah:
a. Komunitas sekolah mengembangkan nilai-nilai etika dan kemampuan inti sebagai landasan karakter yang baik.
b. Sekolah mendefinisikan karakter secara komprehensif untuk memasukkan pemikiran, perasaan, dan perbuatan.
(36)
c. Sekolah menggunakan pendekatan komprehensif, sengaja, dan proaktif untuk pengembangan karakter.
d. Sekolah menciptakan masyarakat peduli karakter.
e. Sekolah memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan tindakan moral.
f. Sekolah menawarkan kurikulum akademik yang berarti dan menantang yang menghargai semua peserta didik mengembangkan karakter, dan membantu mereka untuk mencapai keberhasilan. g. Sekolah mengembangkan motivasi peserta didik.
h. Staf sekolah adalah masyarakat belajar etika yang membagi tanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan karakter dan memasukkan nilai-nilai inti yang mengarahkan peserta didik. i. Sekolah mengembangkan kepemimpinan bersama dan dukungan
yang besar terhadap permulaan atau perbaikan pendidikan karakter. j. Sekolah melibatkan anggota keluarga dan masyarakat sebagai
mitra dalam upaya pembangunan karakter.
k. Sekolah secara teratur menilai dan mengukur budaya dan iklim, fungsi-fungsi staf sebagai pendidik karakter serta sejauh mana peserta didik mampu mewujudkan karakter yang baik dalam pergaulan sehari-hari.
(37)
B. Hakikat Karakter Mandiri 1. Pengertian Karakter Mandiri
Menurut Bernadib (dalam Mulyaningtas & Hadiyanto, 2007) mandiri adalah perilaku yang mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri, dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Individu yang mandiri mampu berpikir dan berfungsi secara independen dan dapat menangangani hambatan yang dihadapai.
Mandiri menurut Gea dkk (2003) adalah suatu suasana dimana seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak atau keinginan dirinya yang terlihat dalam tindakan atau perbuatan nyata guna menghasilkan suatu barang atau jasa demi memenuhi kebutuhan dirinya dan orang lain. Sedangkan menurut Fathurrohman dkk (2013) mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Berdasarkan definisi dari para ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa, karakter mandiri adalah watak, kepribadian, sifat yang terbentuk dari kehidupan seseorang yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas atau masalah kehidupan sehari-hari.
2. Aspek-aspek Karakter Mandiri
Menurut Steiberg (dalam Desmita, 2009) kemandirian ditunjukkan dengan tiga bentuk, yaitu:
(38)
a. Kemandirian emosional
Aspek kemandirian yang menyatakan perubahan kedekatan hubungan emosional antar individu dan kemampuan dalam mengontrol emosi. Hal ini ditunjukkan dengan hubungan emosional antara peserta didik dengan guru maupun dengan orang tua.
b. Kemandirian tingkah laku
Kemandirian tingkah laku merupakan suatu kemampuan untuk membuat suatu keputusan tanpa tergantung kepada orang lain dan dilakukan dengan penuh tanggung jawab.
c. Kemandirian nilai
Aspek kemandirian nilai merupakan kemampuan dalam memaknai prinsip benar dan salah mengenai apa yang penting dan apa yang tidak penting
3. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Karakter Mandiri
Menurut Ali & Asrori (2009) ada beberapa faktor yang mempengaruhi karakter mandiri, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Gen atau Keturunan Orang Tua.
Orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga. Namun, faktor keturunan ini masih menjadi perdebatan karena ada yang berpendapat bahwa sesungguhnya bukan sifat kemandirian orang
(39)
tuanya itu menurun kepada anaknya, melainkan sifat anaknya muncul berdasarkan cara orang tua mendidik anaknya.
b. Pola Asuh Orang Tua
Cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak remajanya. Orang tua yang
terlalu banyak melarang atau mengeluarkan kata ”jangan” kepada
anak tanpa disertai dengan penjelasan yang rasional akan menghambat perkembangan kemandirian anak. Orang tua yang menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya akan dapat mendorong kelancaran perkembangan anak. Demikian juga, orang tua yang cenderung sering membanding-bandingkan anak yang satu dengan lainnya juga akan berpengaruh kurang baik terhadap perkembangan kemandirian anak.
c. Sistem Pendidikan di Sekolah
Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demokratisasi pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinasi tanpa argumentasi akan menghambat perkembangan kemandirian remaja. Demikian juga, proses pendidikan yang banyak menekankan pentingnya pemberian sanksi atau hukuman (punishment) juga dapat menghambat perkembangan kemandirian remaja. Sebaliknya, proses pendidikan yang lebih menekankan pentingnya penghargaan terhadap potensi anak, pemberian reward,
(40)
dan penciptaan kompetisi positif akan memperlancar perkembangan kemandirian remaja.
d. Sistem Kehidupan di Masyarakat
Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya tingkat struktur sosial, merasa kurang aman serta kurang menghargai potensi remaja dalam kegiatan produktif dapat menghambat kelancaran perkembangan kemandirian remaja. Sebaliknya, lingkungan masyarakat yang aman, menghargai ekspresi potensi remaja dalam bentuk berbagai kegiatan, akan merangsang dan mendorong perkembangan kemandirian remaja. 4. Upaya Peningkatan Karakter Mandiri
Karakter mandiri merupakan aspek psikologis yang dapat dikembangkan dengan memberikan pendidikan karakter di sekolah. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mengembangkan kemandirian siswa. Menurut Ali & Asrori (2009) sejumlah upaya dapat dilakukan untuk mengembangkan kemandirian siswa, antara lain :
a. Penciptaan partisipasi dan keterlibatan remaja dalam keluarga. Dapat diwujudkan dalam bentuk:
1) Saling menghargai antar anggota keluarga.
2) Keterlibatan dalam memecahkan masalah remaja atau keluarga. b. Penciptaan keterbukaan. Dapat diwujudkan dalam bentuk:
(41)
2) Memberikan alasan terhadap keputusan yang diambil bagi remaja.
3) Keterbukaan terhadap minat remaja.
4) Mengembangkan komitmen terhadap tugas remaja. 5) Kehadiran dan keakraban hubungan dengan remaja.
c. Penciptaan kebebasan untuk mengekplorasi lingkungan. Dapat diujudkan dalam bentuk:
1) Mendorong rasa ingin tahu remaja.
2) Adanya jaminan rasa aman dan kebebasan untuk mengekplorasi lingkungan.
3) Adanya aturan tetapi tidak cenderung mengancam apabila ditaati.
d. Penerimaan positif tanpa syarat. Dapat diwujudkan dalam bentuk: 1) Menerima kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri
remaja.
2) Tidak membeda-bedakan remaja satu dengan yang lainnya. 3) Menghargai ekspresi potensi remaja dalam bentuk kegiatan
produktif apa pun meskipun sebenarnya hasilnya kurang memuaskan.
e. Empati terhadap remaja. Dapat diwujudkan dalam bentuk: 1) Memahami dan menghayati pikiran dan perasaan remaja. 2) Melihat berbagai persoalan remaja dengan menggunakan
(42)
3) Tidak mudah mencela karya remaja.
f. Penciptaan kehangatan hubungan dengan remaja. Dapat diwujudkan dalam bentuk:
1) Interaksi secara akrab tetapi tetap saling menghargai.
2) Menambah frekuensi interaksi dan tidak bersikap dingin terhadap remaja.
3) Membangun suasana humor dan komunikas ringan dengan remaja.
C. Hakikat Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif 1. Pengertian Layanan Bimbingan Klasikal
Depdiknas (2008) mengemukakan bahwa layanan bimbingan klasikal adalah salah satu pelayanan dasar bimbingan yang dirancang konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik di kelas secara terjadwal. Kegiatan ini dilaksanakan melalui pemberian materi bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan dipandang bermanfaat bagi peserta didik itu sendiri. Sedangkan
menurut Kemendikbud (2014) layanan bimbingan klasikal adalah bentuk kegiatan BK yang melayani sejumlah peserta didik dalam rombongan belajar satu kelas.
Sedangkan menurut Winkel & Hastuti (2004) menerangkan bahwa bimbingan klasikal merupakan layanan bimbingan yang
(43)
dilaksanakan oleh guru BK kepada siswa lebih dari satu orang, baik kelompok agak besar atau sangat besar. Berdasarkan definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa layanan bimbingan klasikal adalah kegiatan pelayanan bimbingan yang diberikan guru BK secara tatap muka kepada semua siswa satu kelas dapat berupa diskusi, permainan, dinamika kelompok. Dengan bimbingan klasikal ini diharapkan siswa dapat memperoleh manfaat yang didapatkan setelah mengikuti bimbingan.
2. Tujuan Layanan Bimbingan Klasikal
Menurut Depdiknas (2008) tujuan bimbingan klasikal adalah untuk membantu siswa agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Secara rinci tujuan layanan bimbingan klasikal dirumuskan sebagai upaya untuk membantu siswa agar :
a. Memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya. b. Mampu mengembangkan keterampilan untuk mengdentifikasi
tanggung jawab.
c. Mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalah yang dihadapi siswa.
d. Mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.
(44)
3. Pengertian Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif
ASCA (Dollarhide, Collete. T & Saginak, Kelli A, 2012: 164) menerangkan bahwa: “School counselors build effective teams by encouraging geniune collaboration among all school staff to work toward the common goals of equity, access, and academic success of
every student.” Dalam pernyataan tersebut, terkandung makna bahwa guru BK berkolaborasi dengan seluruh staff di sekolah untuk bekerja bersama demi mencapai tujuan berupa keadilan, akses, dan kesuksesan akademik setiap siswa.
Menurut Depdiknas (2008), program bimbingan akan berjalan secara efektif apabila didukung oleh semua pihak, yang dalam hal ini khususnya para guru mata pelajaran atau wali kelas. Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang siswa (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya), membantu memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. Aspek-aspek itu diantaranya:
a. Menciptakan sekolah dengan iklim sosioemosional kelas yang kondusif bagi belajar siswa.
b. Memahami karakteristik siswa yang unik dan beragam. c. Menandai siswa yang diduga bermasalah.
d. Membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui program remedial teaching.
(45)
e. Mereferal (mengalih tangankan) siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing.
f. Memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminati siswa.
g. Memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi yang luas kepada siswa tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja).
h. Menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual (hal ini penting, karena guru merupakan “figur central” bagi siswa.)
i. Memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan klasikal kolaboratif merupakan kerjasama antara guru BK dengan guru mata pelajaran dalam membantu siswa dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Dalam hal ini, guru BK dan guru mata pelajaran secara bersama-sama merencanakan program serta melaksanakan bimbingan klasikal.
4. Tahap-tahap Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif
Menurut Clark dan Bremen (Dollarhide, Colete. T & Saginak, Kelli A, 2012:165) yang mengembangkan model kolaborasi inklusi, tahapan layanan bimbingan kolaboratif adalah sebagai berikut:
(46)
a. Mengalih tangankan siswa kepada guru BK
Guru mata pelajaran mengalih tangankan siswa kepada guru BK. Misalnya, guru Matematika mendapati siswa yang merokok dikelas maka siswa tersebut dapat dialih tangankan siswa kepada guru BK agar siswa tersebut dapat melakukan perubahan kearah yang lebih baik.
b. Identifikasi masalah
Guru BK menganalisis data siswa yang sudah terkumpul bersama guru mata pelajaran, guru bidang kesiswaan, dan orang tua. Guru mengundang stakeholder untuk memberikan informasi kemudian mereview bersama.
c. Observasi kelas
Setelah melakukan identifikasi masalah selanjutnya dilakukan observasi kelas, objek observasi kelas misalnya keterlibatan siswa di kelas, interaksi siswa di kelas, motivasi belajar, dan lain-lain. Observasi kelas dapat dilakukan oleh guru BK maupun guru mata pelajaran.
d. Merancang intervensi di dalam kelas
Guru BK bersama guru mata pelajaran menyusun rancangan intervensi dimulai dari membuat tujuan intervensi, bentuk kegiatan, serta cara evaluasi.
(47)
e. Implementasi intervensi
Pada tahap ini adalah pelaksanaan dari rencana intervensi yang telah disusun bersama. Guru BK dan guru mata pelajaran harus bersungguh-sungguh melakukan kolaborasi dalam proses pelaksanaan/implementasi ini.
f. Pengembangan rancangan tindak lanjut
Pada tahap ini guru BK bersama dengan guru mata pelajaran merencanakan bentuk penguatan yang diberikan kepada siswa seperti apa, umpan balik, dan tata cara tindak lanjut.
g. Evaluasi dan monitoring intervensi
Evaluasi yang dilakukan berupa evaluasi proses dan evaluasi hasil.
D. Hakikat Metode Experiential Learning 1. Pengertian Metode Experiential Learning
Menurut Kolb (dalam Sinaga, 2013), experiential learning merupakan tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus menerus mengalami perubahan guna meningkatkan keefektivan dari hasil belajar. Selain itu, menurut Association for Experiential Education (dalam Purnami & Rohayati, 2013) experiential learning merupakan sebuah proses dimana para pembelajar membangun pengetahuan, keterampilan dan nilai dari pengalaman langsung.
(48)
Berdasarkan definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa experiential learning adalah proses pembelajaran dimana para siswa membangun pengetahuan, keterampilan, dan nilai dari pengalaman langsung sebagai media belajar.
2. Prinsip Pendekatan Experiential Learning
Experiential learning adalah proses pembelajaran dimana para siswa membangun pengetahuan, keterampilan, dan nilai dari pengalaman langsung sebagai media belajar. Prinsip dari experiential learning adalah sebagai berikut:
a. Tahap pengalaman nyata b. Tahap observasi refleksi c. Tahap konseptualisasi d. Tahap implementasi
3. Efektifitas Metode Experiential Learning
Menurut Ng (dalam Purnami & Rohayati, 2013) experiential learning dapat efektif apabila dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. “Ice breaking” diawal pembelajaran untuk membangkitkan semangat para peserta.
b. Mengembangkan atmosfer pembelajaran yang kondusif dan suportif.
c. Memperkenalkan kegembiraan dalam pengerjaan tugas pembelajaran.
(49)
d. Mendorong berfikir kreatif.
e. Membantu para peserta melihat dari perspektif yang berbeda f. Meningkatkan kesadaran akan perlunya berubah.
g. Meningkatkan kesadaran diri.
E. Hakikat Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning
Menurut ASCA (Dollarhide, Collete. T & Saginak, Kelli A, 2012: 164): “School counselors build effective teams by encouraging geniune collaboration among all school staff to work toward the common goals of
equity, access, and academic success of every student.” dalam pernyataan tersebut, terkandung makna bahwa guru BK berkolaborasi dengan seluruh staff di sekolah untuk bekerja bersama demi mencapai tujuan berupa keadilan, akses, dan kesuksesan akademik setiap siswa. Sedangkan menurut Kemendikbud (2014) layanan bimbingan klasikal adalah format kegiatan BK yang melayani sejumlah peserta didik dalam rombongan belajar satu kelas.
Menurut Kolb (dalam Sinaga, 2013), menerangkan bahwa experiential learning merupakan tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus menerus mengalami perubahan guna meningkatkan keefektivan dari hasil belajar. Selain itu, menurut Association for Experiential Education (dalam Purnami & Rohayati, 2013) experiential learning merupakan sebuah proses dimana para
(50)
pembelajar membangun pengetahuan, keterampilan dan nilai dari pengalaman langsung.
Berdasarkan definisi di atas, bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning adalah kegiatan bimbingan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru BK bersama dengan guru mata pelajaran dimana siswa berdinamika dalam bimbingan dengan menggabungkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai dari pengalaman langsung sebagai media belajar. Menurut Artati (2016), proses bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning tergambar sebagai berikut :
Gambar 2.1. Proses Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Leaning
(51)
F. Hakikat Ramaja 1. Pengertian Remaja
Menurut Hurlock (1980) istilah adolescene atau remaja berasal dari kata Latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescene, seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.
Sedangkan menurut Piaget (dalam Ali & Mohammad Asrori, 2009:9) remaja adalah usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.
Berdasarkan definisi para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa dimana individu mengalami masa pertumbuhan atau perkembangan dalam berbagai aspek dari masa anak menuju remaja.
2. Ciri-ciri Remaja
Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai tujuh belas tahun dan akhir masa remaja dari usia enam belas tahun sampai delapan belas tahun, yaitu usia matang secara hukum. Masa remaja mempunyai cirri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri masa remaja diantaranya adalah sebagai berikut (Hurlock, 1980):
(52)
a. Periode penting
Usia remaja merupakan masa yang penuh dengan kejadian penting yang menyangkut mengenai pertumbuhan dan perkembangan rohani maupun jasmani.
b. Periode peralihan
Usia remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa masa remaja.
c. Periode perubahan
Perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
d. Masa mencari identitas
Remaja mencoba mencari identitas diri dengan berpakaian, berbicara dan berperilaku yang sama dengan kelompoknya.
3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan dan berusaha mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Tugas-tugas perkembangan remaja menurut Hurlock (dalam Ali & Mohammad Asrori, 2009) adalah sebagai berikut:
(53)
a. Mampu menerima keadaan fisik.
b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia remaja.
c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.
d. Mencapai kemandirian emosional. e. Mencapai kemandirian ekonomi.
f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat. g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan
orang tua.
h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.
i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.
G. Kerangka Berpikir
Karakter mandiri adalah watak, kepribadian, sifat yang terbentuk dari kehidupan seseorang yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas atau masalah kehidupan sehari-hari. Dewasa ini, karakter mandiri belum sepenuhnya dihayati oleh sebagian siswa.
Layanan bimbingan klasikal kolaboratif dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan experiential learning. Dalam memberikan
(54)
layanan bimbingan klasikal kolaboratif diperlukan kolaborasi dengan guru mata pelajaran. Proses layanan bimbingan klasikal ini menggunakan pendekatan experiential learning, dimana proses ini menggunakan pengalaman sebagai media bimbingan. Dengan menggunakan pendekatan ini, diharapkan mampu meningkatkan karakter mandiri siswa.
H. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan, maka hipotesis tindakan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ho :Implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning secara signifikan tidak efektif meningkatkan karakter mandiri siswa kelas VIII F SMP Negeri 31 Purworejo Tahun Ajaran 2014-2015.
Hi :Implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning secara signifikan efektif meningkatkan karakter mandiri siswa kelas VIII F SMP Negeri 31 Purworejo Tahun Ajaran 2014-2015.
(55)
35 BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini memaparkan metode penelitian yang meliputi: jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, subjek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas instrumen, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan pre-experimental design dengan bentuk one group pretest-postest design. Sugiyono (2013), mengemukakan bahwa desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Desain ini untuk mengetahui efek sebelum dan sesudah perlakuan. Dalam penelitian ini peneliti memberikan pre-test dan post-test diakhir perlakuan kepada subjek penelitian.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai efektivitas implementasi pendidikan karakter untuk meningkatkan karakter mandiri berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning di SMP Negeri 31 Purworejo pada siswa kelas VIII F. Desain penelitian ini dapat digambarkan dalam tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1
Tabel Desain Penelitian One Group Pretest-Postest Design Pre-test Treatment Post-test
(56)
Keterangan:
O1 : tes awal (pre-test) sebelum perlakuan diberikan. O2 : tes akhir (post-test) setelah perlakuan diberikan.
X : perlakuan atau treatment (layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning)
Peneliti memberikan satu kali pre-test sebelum perlakuan (treatment) dan satu kali post-test setelah perlakuan (treatment). Dalam penelitian ini, peneliti memberikan tiga kali perlakuan (treatment) dengan tiga topik bimbingan yaitu: “Aku ingin Mandiri”, “Tanggung Jawabku Berbuah Manis”, dan “Menjadi Pribadi Proaktif”.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 pada tanggal 8 Juni 2015. Tempat penelitian di SMP Negeri 31 Purworejo.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 31 Purworejo, tahun ajaran 2014/2015. Jumlah siswa di kelas VIII F sebanyak 30 siswa. Rincian subjek penelitian tampak pada tabel 3.2 di halaman berikut:
(57)
Tabel 3.2
Tabel Subyek Penelitian Subjek Penelitian
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
Siswa-siswi kelas VIII F 14 16
Jumlah Total 30
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2013) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan kuesioner. Kuesioner karakter mandiri bertujuan untuk mendapatkan data pre-test dan post-test mengenai karakter mandiri. Sedangkan validasi efektivitas program untuk mengetahui efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter mandiri menurut penilaian mitra kolaboratif dan siswa.
2. Instrumen
Menurut Sugiyono (2013), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.
(58)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 instrumen yaitu 1 kuesioner karakter mandiri dan 2 validasi efektivitas program. Penjelasan ketiga instrumen tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kuesioner karakter mandiri
Peneliti memberikan kuesioner berbentuk multiple-choice questions. Supratiknya (2015) mengemukakan bahwa multiple-choice questions adalah pertanyaan pilihan ganda yang menyajikan lebih dari dua alternatif jawaban. Kuesioner karakter mandiri memiliki alternatif jawaban pilihan ganda yang bergradasi mulai dari 1 sampai 4. Keempat jawaban tersebut memiliki nilai kebenaran dari masing-masing alternatif pilihan jawaban. Kuesioner karakter mandiri diberikan kepada 30 siswa kelas VIII F sebelum kegiatan bimbingan klasikal (pre-test) dan diberikan sesudah kegiatan bimbingan klasikal (post-test). Kuesioner karakter mandiri dapat dilihat pada lampiran 1 (halaman 71). Berikut ini adalah kisi-kisi kuessioner yang digambarkan pada tabel 3.3.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Kuesioner Karakter Mandiri
No Aspek Indikator Item Jumlah
1. Kemandirian Emosi
Kemampuan dalam mengelola emosi.
13,20 2
2. Kemandirian Tingkah laku
Melakukan tindakan atas kehendak sendiri.
4, 10, 11, 14
4 Tidak tegantung pada
orang lain.
3, 7, 9, 12
4 3. Kemandirian
Nilai Kemampuan berfikir dan bertindak. 5, 6,15, 16, 17, 5
(59)
Memiliki prinsip mengenai apa yang benar dan salah dalam berfikir dan bertindak.
1, 2, 8, 18,19
5
Jumlah 20
b. Kuesioner validasi efektivitas program (mitra kolaboratif)
Validasi efektivitas program berupa pernyataaan dengan model rating scale yang diisi oleh mitra kolaboratif. Rating scale merupakan data mentah yang diperoleh berbentuk angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif (Riduwan, 2006). Tujuan menggunakan kuesioner validasi efektivitas program agar mitra kolaboratif memberikan penilaian mengenai efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter mandiri sehingga diketahui keefektivannya berdasar penilaian mitra kolaboratif. Kuesioner validasi efektivitas program oleh mitra kolaboratif dapat dilihat pada lampiran 7 (halaman 117).
c. Kuesioner validasi efektivitas program (siswa)
Validasi efektivitas program berupa pernyataan dengan model skala Guttman dengan responden siswa. Skala pengukuran dengan tipe Guttman, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-tidak”,
“benar -salah”, “pernah-tidak pernah”, “positif-negatif”, dan lain
-lain. Tujuan menggunakan kuesioner validasi efektivitas program agar siswa memberikan penilaian mengenai efektivitas
(60)
implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter mandiri sehingga diketahui keefektifannya berdasar penilaian siswa. Kuesioner validasi efektivitas program oleh siswa dapat dilihat pada lampiran 6 (halaman 116).
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang artinya ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud pengukuran tersebut (Azwar, 2009).
Uji validitas kuesioner karakter mandiri adalah menggunakan validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang dinilai melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional yang dilakukan oleh ahli (Azwar, 2009). Peneliti menyusun instrumen berdasarkan aspek kemandirian kemudian dikonsultasikan kepada ahli, yaitu Dr. Gendon Barus, M.Si.
(61)
2. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah hasil suatu pengukuran yang dapat dipercaya (Azwar, 2009). Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel.
Pengujian reliabilitas kuesioner penelitian ini menggunakan metode Alpha, rumus koefisien Alpha adalah sebagai berikut:
α = 2[1- S
Sx Keterangan rumus:
S ² dan S ² = Varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2
SX² = Varian skor skala
Perhitungan hasil uji realibilitas dengan menggunakan kriteria Guilford (Masidjo, 1995) sebagai berikut:
Tabel 3.4 Kriteria Guilford Kriteria Skor Kategori
0,91 – 1,00 Sangat tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi 0,41 – 0,70 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah negatif- 0,20 Sangat rendah
Tabel 3.5
Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Karakter Mandiri Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Kesimpulan
(62)
Berdasarkan tabel 3.5, diperoleh perhitungan hasil uji reliabilitas senilai 0,686. Hasil uji reliabilitas kuesioner karakter mandiri dapat disimpulkan bahwa kuesioner masuk dalam kategori cukup.
3. Uji Normalitas
Menurut Nurgiyantoro, dkk (2009), uji normalitas adalah salah satu bagian dari uji prasyarat analisis data, artinya sebelum melakukan analisis data yang sesungguhnya, data penelitian tersebut harus diuji kenormalan distribusinya. Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data dalam variabel yang akan dianalisis berdistribusi normal
Tabel 3.6
Tabel Hasil Uji Normalitas Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Pretest ,181 30 ,013 ,928 30 ,044
Postest ,185 30 ,010 ,925 30 ,035
a. Lilliefors Significance Correction
Pada tabel 3.6 hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,010 < 0,05 dengan demikian sampel penelitian berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Apabila ditinjau dari hasil uji normalitas Shapiro-Wilk menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,035 < 0,05 dengan demikian sampel penelitian berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
(63)
F. Teknik Analisis Data
Riduwan (2006) mengemukakan bahwa teknik analisis data bertujuan untuk menjawab rumusan masalah dan pengujian hipotesis. Peneliti menggunakan teknik analisis data sebagai berikut:
a. Untuk menjawab rumusan masalah pertama mengenai gambaran tingkat karakter mandiri sebelum dan sesudah diberikan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter mandiri peneliti menggunakan kategorisasi. Kategorisasi digambarkan pada tabel 3.7 sebagai berikut:
Tabel 3.7
Tabel Kategorisasi Tingkat Karakter Mandiri
Kriteria Skor Kategori
+1,8 < Sangat tinggi
+0,6 < <+1,8 Tinggi -0,6 < < 0,6 Sedang -1,8 < < -0,6 Rendah
<-1,8 Sangat rendah
Keterangan:
Skor maksimum teoritik : Skor tertinggi yang diperoleh subjek Skor minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh subjek Standar deviasi /sd) : Luas jarak rentang yang dibagi dalam 6
satuan deviasi sebaran
μ (mean teoritik) : Rata-rata teoritik skor maksimum dan
(64)
Kategori di atas kemudian diterapkan sebagai acuan dalam mengelompokan tinggi rendah tingkat karakter mandiri berdasar kuesioner karakter mandiri dengan jumlah 20 item diperoleh capaian skor subjek sebagai berikut:
Tingkat karakter mandiri
Skor maksimum teoritik : 4x20 = 80 Skor minimum teoritik : 1x20 = 20 Luas jarak : 80-20 = 60 Standar deviasi : 60:6 = 10
μ (mean teoritik) : (80+20) : 2 = 50
Hasil perhitungan analisis data skor kuesioner karakter mandiri disajikan dalam tabel 3.8 sebagai berikut:
Tabel 3.8
Kategorisasi Tingkat Karakter Mandiri Kriteria Skor Rentang Skor Kategori
+1,8 < >68 Sangat tinggi
+0,6 < <+1,8 56 – 68 Tinggi -0,6 < < 0,6 44 – 55 Sedang -1,8 < < -0,6 32 – 43 Rendah
<-1,8 < 32 Sangat rendah
b. Untuk menjawab rumusan masalah yang kedua mengenai efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter mandiri berdasarkan penilaian guru peneliti menggunakan deskriptif kategorisasi. Peneliti menggunakan gradasi skor dengan kategori antara + bernilai 1 (sedikit lebih baik), ++
(65)
bernilai 2 (lebih baik), +++ bernilai 3 (sangat lebih baik), - bernilai -3 (sedikit kurang), -- bernilai -2 (sangat kurang), dan --- bernilai -3 (sangat buruk).
c. Untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga mengenai efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter mandiri berdasarkan penilaian siswa, peneliti menggunakan deskriptif dengan persentase. Hal ini dilakukan karena tiga alternatif jawaban tegas yang disajikan dalam kuesioner validasi program yaitu ya, tidak, tidak tahu sesuai dengan penilaian siswa dengan rumus sebagai berikut:
Pep= x100 %
Keterangan :
Pep : Persentase efektivitas program : Jumlah jawaban tiap item N : Jumlah responden
d. Untuk menjawab rumusan masalah yang keempat mengenai signifikansi hasil implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter mandiri peneliti menggunakan uji T. Menurut Suparno (2011) t-test untuk kelompok dependen (paired sample T-test) digunakan untuk mengetes satu kelompok yang dites dua kali yaitu pada pre-test dan post-test. Uji T paired sample
(66)
test dihitung menggunakan SPSS versi 18.0. Rumus uji t paired sample test (Suparno, 2011) adalah sebagai berikut:
Keterangan:
D : Perbedaan antara skor tiap subjek = N : Jumlah pasang skor (jumlah pasangan) Derajat kebebasan : Df = N 1
Peneliti juga membandingkan selisih antara mean postest dan pretest dari hasil analisis uji T. Adapun rumus membandingkan selisih antara mean postest dan pretest sebagai berikut:
O2-O1 Keterangan:
O2 : Mean postest O1 : Mean pretest
(67)
47 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Tingkat Karakter Mandiri Siswa Kelas VIII F SMP N 31 Purworejo Tahun Ajaran 2014/2015 Sebelum dan Sesudah Diberikan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Mandiri
Tingkat karakter mandiri siswa kelas VIII F SMP N 31 Purworejo tahun ajaran 2014/2015 sebelum dan sesudah diberikan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter mandiri tampak pada tabel 4.1 dan grafik 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1
Kategorisasi Tingkat Karakter Mandiri Sebelum dan Sesudah diberikan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning untuk
Meningkatkan Karakter Mandiri
Rentang
Skor Kategori
Pretest Posttest Selisih
F % F % %
>68 Sangat Tinggi 21 70 19 63,3 -2 -6,7
56-68 Tinggi 9 30 11 36,7 2 6,7
44-55 Sedang 0 0 0 0 0 0
32-43 Rendah 0 0 0 0 0 0
<32 Sangat Rendah 0 0 0 0 0 0
Berdasarkan data tabel di atas, jika dilihat dalam bentuk grafik tampak pada halaman berikut:
(1)
LEMBAR PENILAIAN SISWA Pengantar
Anak-anak yang budiman, kalian telah mengikuti serangkaian kegiatan bimbingan kelas yang bermuatan pendidikan karakter. Ada banyak kegiatan yang mengasyikkan yang telah kalian ikuti dari Kakak-kakak Fasilitator. Kegiatan ini telah selesai, terima kasih atas kesediaan kalian berpartisipasi. Sekarang, kami mohon kesediaan kalian untuk memberi kesan-kesan atau penilaian atas pelaksanaan kegiatan tersebut. Berilah tanda centang ( ) pada kolom yang sesuai dengan apa yang kamu alami/kamu peroleh dalam kegiatan-kegiatan tersebut.
No Dalam kegiatan bimbingan karakter ini, saya
mengalami/ memperoleh/ merasa : Ya Tidak
Tidak tahu 1 Semangat untuk mengikuti kegiatan
2 Keberanian untuk tampil/melakukan sesuatu 3 Gembira/senang dalam melaksanakan kegiatan 4 Berani berpendapat
5 Lebih kreatif
6 Berani mencoba melakukan sesuatu 7 Takut salah dalam melakukan permainan 8 Malu dalam permainan kelompok
9 Dihargai oleh teman-teman
10 Tertarik untuk mengikuti semua kegiatan
11 Kemudahan bagi siswa dalam mengikuti kegiatan 12 Manfaat bagi perbaikan perilaku
13 Kemudahan bagi siswa dalam menangkap materi 14 Keinginan untuk menolong orang lain
15 Puas terhadap bimbingan yang diberikan 16 Tertantang untuk mencoba
17 Capek/lelah/bosan dalam mengikuti semua kegiatan 18 Berkesan terhadap kegiatan yang diikuti
19 Terdorong untuk terlibat aktif 20 Berani bertanggung jawab 21 Menghargai teman
22 Kesediaan bekerja sama/kekompakan tim 23 Mempererat rasa persaudaraan/persahabatan 24 Ketaatan terhadap norma/peraturan/petunjuk 25 Memotivasi siswa untuk berusaha/daya juang 26 Membangun kepedulian/kesetiakawanan 27 Peningkatan keingintahuan siswa
28 Peningkatan kesadaran siswa memperbaiki diri 29 Mendorong siswa lebih disiplin
30 Membuat hubungan guru-siswa akrab/hangat/dekat
Nama & Tanda tangan LAMPIRAN 6
(2)
VALIDASI EFEKTIVITAS
Model Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning
(PEKA BILA BISA KODE EXL)
Pengantar
Bapak/Ibu Guru yang terhormat, sejak 2010 sekolah-sekolah di tanah air kita telah menerapkan Pendidikan Karakter Terintegrasi dengan Pembelajaran (berdasarkan Pedoman Pendidikan Karakter di SMP, Direktur Pembinaan SMP, Depdiknas, 2010). Dalam implementasinya, para guru di lapangan mengeluhkan banyak hambatan, seperti kurang operasionalnya pedoman, nilai karakter terrumus indah pada RPP, namun tidak menemukan cara/strategi yang tepat dalam penerapannya, penanaman nilai karakter terhenti hanya diceramahkan, keteladanan yang diperagakan para guru seringkali kegerus oleh ketidakkonsistenan dan kekurangkompakan semua pihak di sekolah. Kasus “Kantin Kejujuran” yang kini tinggal nama dapat ditunjukkan sebagai suatu contoh kegagalan. Terlepas dari keunggulan dan keutamaan konsepnya, implementasi Pendidikan Karakter Terintegrasi juga belum melibatkan Konselor/Guru BK untuk bersinergi dalam eksplisitasi program. Berangkat dari sejumlah kelemahan tersebut, Tim Penelitian Stranas Prodi BK USD 2014-2016 mencoba menawarkan sebuah model alternatif : Model Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning (PEKA BILA BISA KODE EXL). Dengan model ini, keyakinan Tim adalah, pendidikan karakter dapat lebih efektif apabila Guru Mapel dapat berkolaborasi dengan Guru BK dalam implementasinya dengan suatu asumsi bahwa Guru BK mampu mengaplikasikan terapan pengetahuan psikologi yang dimilikinya dalam merancang strategi pendekatan eksperiensial. Bagaimanapun juga, penanaman nilai karakter tidak dapat dilakukan dengan “ceramah” melainkan akan lebih berhasil jika didekati dengan olah pembelajaran berdasarkan pengalaman (Experiential Learning).
Petunjuk
Berangkat dari pemahaman/asumsi di atas, dan setelah mengamati contoh implementasi model ini, kiranya Bapak/Ibu berkenan memberikan validasi/penilaian atas efektivitas model ini. Kami memohon Bapak/Ibu mitra implementasi model menaggapi pertanyaan-pertanyaan dan mengisi skala asesmen berikut ini.
1. Dibandingkan dengan pendidikan karakter terintegrasi (dalam pembelajaran) yang selama ini Bapak/Ibu terapkan dalam pembelajaran, implementasi/pelaksanaan Model PEKA BILA BISA KODE EXL ini menurut penilaian Bapak/Ibu apakah lebih baik/efektif (+) ataukah kurang baik/kurang efektif (-)? Isikan penilaian Bapak/Ibu pada lembar berikut. LAMPIRAN 7
(3)
2. Beri tanda centang ( ) pada kolom sebelah kiri – (jika sedikit kurang) ; - - (sangat kurang) ; - - - (sangat buruk) atau kolom sebelah kanan + (jika sedikit lebih baik); + + (lebih baik); + + + (sangat lebih baik) untuk setiap Nilai Efektivitas Model.
- - - - - - NILAI EFEKTIVITAS MODEL PEKA BILA BISA KODE EXL
+ + + + + + Desain/rancangan lebih operasional
Komprehensif/kelengkapan komponen Kemudahan dalam implementasi/penerapan
Kepraktisan dalam pelaksanaan Sistematis/keruntutan langkah
Efektivitas pencapaian tujuan Kesesuaian dengan kebutuhan siswa Kesesuaian dengan karakteristik siswa Kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa Kesesuaian dengan nilai karakter yang ditanamkan
Kemenarikannya bagi siswa
Kemudahan bagi siswa dalam mengikuti kegiatan Kebermanfaatan bagi peningkatan karakter siswa
Kemudahan bagi siswa dalam menangkap materi Kekuatannya dalam memperbaiki karakter siswa Ketepatan strategi/metode penanaman karakter
Keberpihakan pada kearifan lokal Kemudahan dalam mengevaluasi proses Kemudahan dalam penilaian capaian hasil Menumbuhkan antusias/keberkesanan bagi siswa
Memotivasi siswa untuk terlibat aktif Menumbuhkan kreativitas/inisiatif siswa Memunculkan keberanian siswa untuk tampil Menanamkan rasa hormat siswa thd guru/teman Peningkatan keberanian siswa bertanggung jawab
Penghargaan siswa terhadap teman/orang lain Peningkatan kerja sama/kekompakan tim Mempererat rasa persaudaraan/persahabatan Ketaatan terhadap norma/peraturan/petunjuk Memotivasi siswa untuk berusaha/daya juang
Membangun kepedulian/kesetiakawanan Kegembiraan siswa dalam mengikuti kegiatan
Peningkatan keingintahuan siswa Mendorong siswa untuk berpendapat/merespon Peningkatan kesadaran siswa memperbaiki diri
Mendorong siswa berrefleksi
Membuat hubungan guru-siswa akrab/hangat/dekat Mengatasi perilaku negatif/trouble pada siswa Membangkitkan keikhlasan siswa unt menolong
(4)
3. Menurut Bapak/Ibu, apakah model ini dapat diterapkan (perlu dilanjutkan) di sekolah Bapak/Ibu (di SMP pada umumnya); mohon beri alasan
4. Jika model ini diterapkan secara kolaboratif antara Guru BK dan Guru Mapel tertentu, apa kira-kira kesulitan atau hambatannya ?
5. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus diperbaiki dalam implementasi model ini ?
6. Apakah perlu disediakan modul pegangan guru dan siswa untuk implementasi model ini? Lingkari huruf:
a. YA, sangat perlu dan mendesak c. YA, tetapi tidak mendesak
b. TIDAK PERLU d. TIDAK TAHU
Jika ya, apa saja isi/komponen yang perlu disusun/dimasukkan dalam modul tersebut ?
(5)
DOKUMENTASI KEGIATAN LAMPIRAN 8
(6)