Uji Angka Lempeng Total

D. Uji Angka Lempeng Total

Uji Angka Lempeng Total merupakan suatu metode untuk menghitung angka cemaran bakteri aerob mesofil yang terdapat dalam sampel yaitu jamu pahitan brotowali dengan cara tuang metode pour plate pada media padat dan diinkubasi dalam posisi terbalik pada suhu 35-37 o C selama 24-48 jam. Menurut Cappucino 2008 bakteri mesofil dapat tumbuh dengan baik pada suhu optimum 35-45 o C, oleh sebab itu dipilih suhu inkubasi 35-37 o C. Bakteri mesofil merupakan jenis bakteri yang paling banyak dijumpai sebagai patogen dalam tubuh manusia, karena suhu tubuh manusia normal adalah 37 o C yang merupakan suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri ini, oleh sebab itu bakteri mesofil merupakan target utama pada uji ALT dalam sampel jamu pahitan brotowali karena dapat berbahaya bagi kesehatan apabila terdapat didalam tubuh manusia. Media yang digunakan dalam uji ALT adalah PCA Plate Count Agar. Media PCA berisi tripton, yeast extract, dan glukosa yang berguna sebagai nutrisi untuk pertumbuhan bakteri dalam media. Peralatan dan media yang digunakan terlebih dahulu disterilkan dengan pemanasan kering dan pemanasan basah. Peralatan yang digunakan untuk pengujian disterilisasi menggunakan pemanasan kering dengan bantuan alat oven pada suhu 170 o C selama 2 jam, sedangkan media untuk pengujian disterilisasi dengan pemanasan basah menggunakan bantuan alat autoklaf pada suhu 121 o C selama 20 menit agar tidak terjadi kontaminasi yang berasal dari media maupun alat-alat yang digunakan, sehingga bakteri yang tumbuh dalam media benar- benar berasal dari jamu pahitan brotowali. Seri pengenceran jamu pahitan brotowali PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kemudian di tanam dalam media PCA menggunakan metode tuang pour plate dan diinkubasikan pada suhu 35-37 o C selama 24-48 jam. Menurut Tarigan 2008 metode pour plate bertujuan untuk menghitung jumlah sel yang hidup baik dalam keadaan aerob maupun anaerob karena dalam metode ini akan terlihat bakteri yang tumbuh di permukaan media adalah aerob dan dan di seluruh media agar adalah bakteri anaerob. Inkubasi dilakukan secara terbalik supaya uap air yang terbentuk selama masa inkubasi tidak menetes pada media karena dapat mempersulit perhitungan jumlah koloni bakteri. Koloni yang tumbuh dalam media selanjutnya dihitung sesuai dengan cara perhitungan ALT yang tercantum dalam MA PPOMN tahun 2006. Penelitian ini menggunakan 2 kontrol, yaitu kontrol media dan kontrol negatif. Kontrol media berisi PCA yang dituang kedalam cawan petri dan diinkubasikan secara terbalik pada suhu 35-37 o C selama 24-48 jam. Kontrol negatif berisi PCA dan PDF yang dituang kedalam cawan petri dan diinkubasikan secara terbalik pada suhu 35-37 o C selama 24-48 jam. Pembuatan kedua kontrol tersebut berfungsi untuk mengetahui apakah cara kerja yang dilakukan sudah aseptis atau belum dan memastikan bahwa media maupun pelarut yang digunakan dalam penelitian bebas dari kontaminan. Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional dikatakan bahwa persyaratan mutu untuk cairan obat dalam yaitu cemaran mikroba seperti ALT tidak boleh lebih dari atau sama dengan 10 4 kolonig. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel II. Nilai ALT sampel jamu pahitan brotowali pada inkubasi 48 jam Sampel Nilai ALT kolonig A 2,5 x 10 2 B 3,5 x 10 2 C 1,5 x 10 1 Keterangan : A : Sampel jamu pahitan brotowali dari penjual Jamu A di wilayah Tonggalan Klaten Tengah B : Sampel jamu pahitan brotowali dari penjual Jamu B di wilayah Tonggalan Klaten Tengah C : Sampel jamu pahitan brotowali dari penjual Jamu C di wilayah Tonggalan Klaten Tengah Pada kontrol media dan kontrol pelarut tidak ditumbuhi koloni bakteri, hal ini menunjukkan bahwa media dan pelarut yang digunakan dalam penelitian sudah steril. Hasil yang diperoleh Tabel II sesuai dengan persyaratan BPOM RI tahun 2014, nilai ALT untuk ketiga sampel jamu tidak melebihi batas yang telah ditentukan yaitu tidak lebih dari atau sama dengan 10 4 kolonig. Hasil pengujian ALT jamu pahitan brotowali yang diperoleh ternyata sesuai dengan hipotesis peneliti yaitu masuk ke dalam range atau tidak melebihi batas ketentuan berdasarkan ketentuan dari BPOM RI tahun 2014, hal ini dapat disebabkan karena sebagian besar proses pembuatan jamu sudah terjaga kebersihannya. Pemanasan yang dilakukan oleh penjual jamu sebelum jamu dijajakan kepada konsumen juga menjadi faktor penyebab rendahnya nilai ALT yang diperoleh dari sampel jamu pahitan brotowali. Proses pemanasan jamu dapat menyebabkan bakteri- bakteri tertentu yang tidak tahan terhadap temperatur tinggi akan mengalami lisis sehingga jumlah koloni bakteri di dalam jamu pahitan brotowali tidak melebihi batas yang ditentukan. Bakteri yang mungkin masih terdapat di dalam jamu pahitan brotowali adalah jenis bakteri termofilik, karena bakteri ini kemungkinan tidak mati ketika penjual jamu melakukan proses pemanasan jamu. Beberapa obligat bakteri termofilik dapat hidup dengan kondisi oksigen yang relatif sedikit pada suhu 45-90 o C dan suhu optimum pertumbuhan 55-60 o C Madigan, 2009. Nilai ALT yang terdapat dalam sampel jamu pahitan brotowali tidak melebihi batas ketentuan, meskipun demikian tetap terdapat koloni yang tumbuh di dalam sampel jamu yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor seperti jeda waktu penyimpanan hingga jamu dijajakan kepada konsumen yang terlalu lama, apabila cara penyimpanan jamu tidak baik seperti botol yang digunakan maupun kondisi lingkungan tempat penyimpanan jamu yang kurang terjaga kebersihannya dapat memicu pertumbuhan bakteri. Faktor lain yang dapat memicu pertumbuhan koloni bakteri adalah adanya bakteri termofilik yang terdapat didalam sampel jamu pahitan brotowali sehingga kemungkinan bakteri jenis ini tidak mati ketika penjual jamu melakukan pemanasan jamu sebelum dijajakan kepada konsumen.

E. Uji Identifikasi Escherichia coli

Dokumen yang terkait

Pemeriksaan Cemaran Bakteri Escherichia coli Dan Staphylococcus aureus Pada Jamu Gendong Dari Beberapa Penjual Jamu Gendong

4 120 85

Uji angka lempeng total dan identifikasi Bakteri Salmonella spp dalam jamu kunyit asam dari penjual jamu di Desa Ngawen Klaten.

4 19 84

Uji Angka Kapang/Khamir (AKK) dan identifikasi Salmonella spp pada jamu pahitan brotowali yang diproduksi oleh penjual jamu gendong di Kelurahan Tonggalan Klaten Tengah.

2 5 90

Uji angka kapang/khamir (AKK) dan angka lempeng total (ALT) pada jamu gendong temulawak di Pasar Tradisional Klaten.

5 37 99

Uji angka kapang/khamir dan identifikasi escherichia coli dalam jamu kunyit asam dari penjual jamu di Wilayah Ngawen Klaten.

8 62 105

Uji angka lempeng total dan identifikasi escherichia coli dalam jamu gendong beras kencur yang dijual di Pasar Sambilegi Wilayah Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta.

2 10 134

Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT), dan identifikasi escherichia coli dalam jamu cekok dari penjual jamu racik ``x`` di Yogyakarta - USD Repository

0 1 113

Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT), dan identifikasi Salmonella pada jamu Uyup-Uyup yang diproduksi oleh penjual jamu racik X di Yogyakarta - USD Repository

0 3 89

Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT), dan identifikasi salmonella pada jamu cekok yang diproduksi penjual jamu racik ``x`` di Yogyakarta - USD Repository

0 1 99

Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT), dan identifikasi escherichia coli dalam jamu uyup-uyup dari penjual jamu racik ``x`` di Yogyakarta - USD Repository

0 0 116