yang ditentukan. Bakteri yang mungkin masih terdapat di dalam jamu pahitan brotowali adalah jenis bakteri termofilik, karena bakteri ini kemungkinan tidak mati
ketika penjual jamu melakukan proses pemanasan jamu. Beberapa obligat bakteri termofilik dapat hidup dengan kondisi oksigen yang relatif sedikit pada suhu 45-90
o
C dan suhu optimum pertumbuhan 55-60
o
C Madigan, 2009. Nilai ALT yang terdapat dalam sampel jamu pahitan brotowali tidak melebihi
batas ketentuan, meskipun demikian tetap terdapat koloni yang tumbuh di dalam sampel jamu yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor seperti jeda waktu
penyimpanan hingga jamu dijajakan kepada konsumen yang terlalu lama, apabila cara penyimpanan jamu tidak baik seperti botol yang digunakan maupun kondisi
lingkungan tempat penyimpanan jamu yang kurang terjaga kebersihannya dapat memicu pertumbuhan bakteri. Faktor lain yang dapat memicu pertumbuhan koloni
bakteri adalah adanya bakteri termofilik yang terdapat didalam sampel jamu pahitan brotowali sehingga kemungkinan bakteri jenis ini tidak mati ketika penjual jamu
melakukan pemanasan jamu sebelum dijajakan kepada konsumen.
E. Uji Identifikasi Escherichia coli
Uji identifikasi Escherichia Coli bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sampel jamu pahitan brotowali yang digunakan mengandung cemaran bakteri E.coli
atau tidak, karena berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh peneliti pada bulan Maret 2015 lalu proses pengolahan jamu pahitan brotowali yang di produksi oleh
penjual jamu gendong keliling di wilayah Tonggalan Klaten Tengah ini kurang terjaga kebersihannya, baik dalam proses pembuatan maupun waktu penyimpanan
yang terlalu lama dapat memicu pertumbuhan bakteri. Identifikasi bakteri yang dilakukan berdasarkan pada sifat biokimiawi dan morfologinya.
1. Uji pengkayaan dalam Media Escherichia coli Broth ECB Uji pengkayaan bertujuan untuk menumbuhkan bakteri dari sampel
jamu pahitan brotowali pada media pengkaya yang selektif untuk E.coli supaya bakteri dapat tumbuh dengan optimal. Media yang digunakan adalah
Escherichia coli Broth ECB. Menurut Diagnostic 2009 ECB merupakan medium selektif yang digunakan sebagai media selektif dalam konteks
deteksi dugaan dan perhitungan E.coli dalam air, susu, produk makanan termasuk jamu yaitu jamu pahitan brotowali. Media ECB mengandung buffer
kaldu laktosa dengan garam empedu yang akan menghambat pertumbuhan bakteri lain seperti bakteri yang bersporulasi Basillus subtilis dan
enterococci, sehingga media ini dapat mendukung pertumbuhan Escherichia coli. Hasil positif akan ditunjukkan dengan terbentuknya gas yang terjebak
pada tabung Durham yang menandakan bahwa di dalam sampel uji mengandung bakteri Escherichia coli.
Pada penelitian dilakukan inokulasi dari sampel ke medium ECB, lalu diinkubasi pada suhu 37
o
C selama 24 jam. Inokulasi merupakan suatu teknik pemindahan mikroba dari suatu suspensi ke dalam suatu media lain yang
steril. Menurut Soemarmo 2000 inkubasi pada suhu 37
o
C bertujuan untuk menyeleksi pertumbuhan bakteri E.coli karena bakteri ini tumbuh optimal
pada suhu 37
o
C dan akan menghambat kemungkinan pertumbuhan bakteri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lain seperti bakteri yang bersporulasi Basillus subtilis dan enterococci. Pada uji pengkayaan ini digunakan kontrol yang berfungsi untuk untuk melihat
bahwa teknik yang digunakan benar dan tepat. Kontrol positif berisi biakan murni E.coli ATCC 25922 yang ditanam pada media ECB kemudian
dibandingkan dengan perlakuan pada sampel. ATCC 25922 merupakan bakteri Escherichia coli FDA strain yang diisolasi dari sampel klinis manusia
dan dikumpulkan di Seattle dan Washington 1946 ATCC, 2014.
Gambar 1. Uji pengkayaan E.coli pada media ECB Keterangan :
K+ : Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 25922 S : Sampel jamu pahitan brotowali
: Terjadi kekeruhan dan timbul gas pada tabung Durham PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji pengkayaan setelah inkubasi 24 jam Gambar 1 pada perlakuan dari sampel jamu pahitan brotowali
menunjukkan hasil yang tidak sama dengan kontrol positif. Hasil positif seharusnya timbul warna kekeruhan dan adanya gelembung gas pada tabung
durham seperti yang ditunjukkan pada kontrol positif, namun pada perlakuan sampel didapatkan hasil warna yang jernih dan tidak timbul gas pada tabung
durham. Hasil negatif terjadi pada sampel A, B, dan C. Warna jernih pada media dan tidak timbulnya gas pada tabung durham menandakan bahwa tidak
terdapat bakteri E.coli pada sampel jamu pahitan brotowali. Menurut Diagnostic 2009 pertumbuhan bakteri E.coli pada media ECB ditunjukkan
dengan munculnya kekeruhan terkait dengan produksi gas dalam tabung durham, karena fermentasi laktosa. Hasil ini didukung oleh pernyataan
Cappucino 2008 bahwa E.coli mampu memfermentasikan laktosa yang akan menghasilkan asam-asam campuran, yaitu asam laktat , asam asetat, dan asam
format serta menghasilkan gas berupa CO
2
dan H
2
. 2. Tahap Isolasi
Tahap isolasi merupakan tahapan yang bertujuan untuk mendapatkan koloni bakteri yang benar-benar murni BPOM, 2008. Dalam penelitian ini
peneliti melakukan tahapan isolasi dengan tujuan untuk memastikan bahwa pada sampel jamu pahitan brotowali benar-benar bersih tidak terdapat koloni
bakteri Escherichia coli. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Media yang digunakan dalam tahap isolasi ini adalah TBX. Menurut Bridson 2006 media TBX adalah media yang digunakan untuk isolasi dan
identifikasi bakteri E.coli. Media TBX berisi Trypton, garam empedu, X- glucoronide dan agar. Trypton menyediakan nitrogen, vitamin dan asam
amino dalam media TBX. Garam empedu merupakan agen yang selektif terhadap bakteri gram negatif. E.coli akan menyerap substrat kromogenik x-
β- D-glucoronide, X-glucoronide. Enzim
β-glucoronidase pada E.coli memecah ikatan antara x-
β-D-glucoronide dan X-glucoronide. Kromofor akan menghasilkan warna dan terakumulasi didalam sel-sel. Pada tahap isolasi ini,
diinokulasikan 1 sengkelit dari hasil uji pengkayaan yang telah dilakukan sebelumnya ke permukaan media TBX secara streak plate, lalu diinkubasi
pada suhu 37
o
C selama 24 jam. Penggunaan cara streak plate ini bertujuan untuk mendapatkan koloni bakteri secara terpisah sehingga lebih mudah untuk
diamati. Bridson 2006 menyatakan bahwa koloni spesifik E.coli memiliki ciri-ciri berbentuk bulat, berwarna hijau kebiruan dengan kilap logam, serta
memiliki diameter sekitar 2-3 mm. Kontrol positif digunakan sebagai pembanding. Kontrol positif berupa
biakan murni dari ATCC 25922 yang akan dibandingkan dengan sampel untuk memastikan bahwa sampel jamu pahitan brotowali negatif E.coli.
Gambar 2. Uji isolasi E.coli pada media TBX Keterangan :
K+ : Kontrol positif dari biakan murni E.coli ATCC 25922
S : Sampel jamu pahitan brotowali
Hasil pengamatan setelah inkubasi 24 jam didapatkan hasil negatif pada sampel A, B, dan C yaitu pada sampel tidak terbentuk koloni spesifik
E.coli berwarna hijau kebiruan dengan kilap logam dan berbentuk bulat seperti yang terlihat pada kontrol positif.
Tahap berikutnya yang seharusnya dilakukan setelah uji pengkayaan dan isolasi bakteri E.coli adalah uji identifikasi dan konfirmasi keberadaan
E.coli pada sampel, namun karena telah didapatkan hasil negatif pada tahap pengkayaan dan isolasi bakteri E.coli maka tahapan selanjutnya tidak perlu
dilakukan. Tidak adanya koloni bakteri E.coli pada sampel jamu pahitan brotowali dapat disebabkan karena proses pemanasan jamu yang dilakukan
oleh pedagang jamu sebelum jamu dijajakan kepada konsumen. Menurut Soemarmo 2000 suhu pertumbuhan optimum E.coli adalah 37
o
C, oleh sebab PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
itu E.coli termasuk ke dalam golongan bakteri mesofilik. Arnold 2010 menyatakan bahwa E.coli hanya mampu bertahan hingga suhu sekitar 70
o
C sehingga proses pemanasan jamu dapat menyebabkan bakteri E.coli dalam
sampel jamu pahitan brotowali menjadi lisis. Pada hasil pengujian tahap isolasi E.coli diperoleh hasil negatif yaitu
tidak terbentuk koloni spesifik E.coli dalam media TBX seperti pada kontrol positif, meskipun pada tahap isolasi menunjukkan hasil negatif E.coli namun
dalam petri sampel jamu ditemukan koloni bakteri yang tumbuh pada media TBX namun peneliti tidak melakukan identifikasi bakteri lebih lanjut
sehingga tidak dapat diketahui dengan pasti bakteri apa yang terdapat didalam sampek jamu pahitan brotowali yang diproduksi oleh penjual jamu gendong
keliling di wilayah Tonggalan Klaten Tengah. Berdasarkan BPOM RI tahun 2008 mengenai Pengujian Mikrobiologi
Pangan menyebutkan bahwa golongan bakteri selain E.coli yang paling sering ditemukan dalam makanan maupun minuman termasuk jamu adalah
Enterobacteriaceace seperti Sallmonella, Shigella dan Emterobacter sakazaki, serta Enterococci seperti Streptococcus faecalis dan S.faecium. Sebagian
golongan bakteri tersebut banyak digunakan sebagai indikator kontaminasi feses tetapi lebih dikaitkan dengan sanitasi proses pembuatan yang buruk
karena daya tahan yang tinggi terhadap kekeringan, suhu tinggi dan pendinginan, serta pengaruh detergent atau desinfektan. Dengan sifat yang
tahan terhadap suhu tinggi, maka bakteri ini sering digunakan sebagai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
indikator makanan atau minuman yang dipanaskan. Habitat dari bakteri tersebut adalah tempat yang memiliki sanitasi buruk seperti air dan tanah yang
tercemar oleh feses manusia atau hewan BPOM RI, 2008. Sumber pencemaran dari bakteri-bakteri tersebut antara lain berasal dari air yang
digunakan untuk proses pembuatan jamu dan tanah yang merupakan tempat tumbuh dari bahan baku jamu pahitan brotowali.
Peneliti tidak melakukan identifikasi bakteri lebih lanjut sehingga tidak dapat diketahui dengan pasti koloni bakteri apa yang tumbuh di dalam
media tersebut, oleh sebab itu perlu dilakukan identifikasi bakteri lebih lanjut menggunakan media selektif terhadap bakteri-bakteri patogen yang mungkin
terdapat didalam sampel jamu pahitan brotowali untuk mengetahui secara pasti koloni bakteri apa yang terdapat didalam sampel jamu pahitan brotowali
yang diproduksi oleh penjual jamu gendong kelilling di wilayah Tonggalan Klaten Tengah.
52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan