1
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan  obat  tradisional  terus  mengalami  peningkatan,  hal  ini disebabkan  oleh  kecenderungan  masyarakat  jaman  sekarang  yang  lebih  memilih
menggunakan  obat-obat  dari  bahan  alam  daripada  obat-obat  kimia.  Obat  tradisional telah dikenal masyarakat secara turun temurun yang umumnya dimanfaatkan sebagai
upaya preventif untuk menjaga kesehatan dan pengobatan suatu penyakit karena efek samping  yang  ditimbulkan  relatif  kecil,  aman,  praktis,  serta  harga  yang  terjangkau.
Berdasarkan  keputusan  Kepala  BPOM  RI  No.HK  00.05.4.2411  tahun  2005  obat tradisional  dikelompokan  menjadi  3,  yaitu  jamu,  obat  herbal  terstandar,  dan
fitofarmaka Suharmiati dan Handayani, 2005. Jamu  telah  menjadi  budaya  bagi  masyarakat  Indonesia  dalam  rangka
pemeliharaan  kesehatan,  hal  tersebut  didukung  oleh  data  yang  diperoleh  Riset Kesehatan  Dasar  RISKESDAS  tahun  2010  mengenai  kemanfaatan  konsumsi  jamu
oleh  masyarakat  sebagai  upaya  preventif,  promotif,  rehabilitatif,  maupun  kuratif, sebanyak 95,60 penduduk Indonesia yang pernah mengkonsumsi jamu menyatakan
bahwa konsumsi jamu sangat bermanfaat bagi kesehatan. Persentase penduduk yang merasakan manfaat dari mengkonsumsi jamu berkisar antara 83,23 hingga 96,66
Riskesdas, 2010. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengertian  obat  tradisional  menurut  Peraturan  Menteri  Kesehatan  Republik Indonesia  Nomor  007  tahun  2012  tentang  registrasi  obat  tradisional  pasal  1  ayat  1
adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian galenik atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun  telah  digunakan  untuk  pengobatan,  dan  dapat  diterapkan  sesuai  dengan norma yang berlaku di masyarakat DepKes RI, 2012.
Menurut  Keputusan  Kepala  Badan  Pengawas  Obat  dan  Makanan  Republik Indonesia  Tahun  2004  Nomor  :  HK.00.05.4.2411    pasal  2  ayat  1  yaitu  jamu  harus
memenuhi  kriteria  aman  sesuai  persyaratan  yang  telah  ditetapkan,  klaim  khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris, serta memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
BPOM RI, 2004. Dalam  Peraturan  Kepala  Badan  Pengawas  Obat  dan  Makanan  Republik
Indonesia  Nomor  12  Tahun  2014  tentang  Persyaratan  Mutu  Obat  Tradisional dikatakan  bahwa  persyaratan  mutu  untuk  cairan  obat  dalam  yaitu  cemaran  mikroba
seper ti ALT ≤ 10
4
kolonig, dan bakteri patogen seperti Escherichia coli ; Salmonella spp  ;  Pseudomonas  aeruginosa  ;  Staphylococcus  aureus  adalah  negatif  BPOM  RI,
2014. Jamu  gendong  menjadi  salah  satu  obat  tradisional  berupa  cairan  obat  dalam
yang paling digemari oleh masyarakat Indonesia. Jamu pahitan brotowali merupakan salah  satu  jamu  yang  banyak  dikonsumsi  masyarakat  baik  di  pedesaan  maupun
perkotaan,  secara  umum  brotowali  dapat  memberikan  efek  farmakologis  yaitu mengatasi pegal linu, mengontrol kadar glukosa dalam darah bagi penderita diabetes,
serta meningkatkan nafsu makan. Kandungan kimia dalam tanaman brotowali antara lain  alkaloid,  damar  lunak,  pati,  glikosida,  pikroretosid,  harsa,  zat  pahit  pikroretin,
tinokrisposid,  berberin,  palmatin,  kolumbin,  dan  kaokulin  atau  pikrotoksin Agoes,
2010. Tonggalan  merupakan  salah  satu  kelurahan  yang  terletak  di  wilayah  Klaten
Tengah.  Pada  wilayah  Tonggalan  tersebut  terdapat  5  penjual  jamu  gendong  keliling yang  cukup  terkenal  dan  banyak  dikonsumsi  oleh  masyarakat.  Penjual  jamu  yang
dipilih  untuk  penelitian  ini  sebanyak  3  penjual  yang  paling  banyak  diminati  oleh konsumen baik dari dalam maupun luar kota, karena semakin besar jumlah konsumen
maka  semakin  besar  pula  dampak  yang  dapat  ditimbulkan  apabila  jamu  yang diproduksi mengandung cemaran mikroba  yang berbahaya bagi kesehatan. Rata-rata
penjual  jamu  gendong  di  wilayah  ini  sudah  berjualan  selama  7  tahun  dan  belum pernah  ada  komplain  dari  konsumen  mengenai  jamu  yang  diproduksi  selama  ini.
Peneliti melakukan survei pada bulan Maret 2015 yang meliputi proses pengambilan bahan  baku  jamu,  proses  pembuatan  jamu,  serta  penyimpanan  jamu  sebelum  dijual
kepada  masyarakat.  Berdasarkan  hasil  survei  yang  peneliti  lakukan,  proses pembuatan  jamu  pahitan  brotowali  oleh  penjual  jamu  gendong  keliling  di  wilayah
Tonggalan  sebagian  besar  telah  terjaga  kebersihannya  seperti  mencuci  tangan sebelum  peracikan,  mencuci  peralatan  dan  bahan  baku  jamu  dengan  air  mengalir
hingga  bersih,  air  yang  digunakan  dalam  pembuatan  jamu  telah  di  rebus  terlebih dahulu, serta cara penyimpanan jamu diletakkan pada botol kaca bening dan ditutup
dengan  sumbat  plastik  lalu  disimpan  pada  tempat  sejuk  dan  kering.  Penjual  jamu gendong  keliling  ini  berjualan  dari  pukul  07.00  hingga  pukul  17.00  setiap  harinya.
Proses  pembuatan  jamu  dilakukan  pada  hari  sebelumnya  yaitu  pukul  20.00.  Jeda waktu yang lama tersebut memungkinkan terjadinya kontaminasi bakteri apabila cara
penyimpanannya  tidak  baik.  Penjual  jamu  melakukan  pemanasan  dengan  cara merebus  kembali  jamu  yang  telah  dibuat  sebelumnya  sebelum  dijajakan  kepada
konsumen.  Penjual  jamu  gendong  keliling  sebagian  besar  telah  menjaga  kebersihan dalam proses pembuatan jamu pahitan brotowali,  namun  hal tersebut tidak menutup
kemungkinan  adanya  kontaminan  yang  tumbuh  didalam  jamu  pahitan  brotowali. Peneliti memilih melakukan observasi pada penjual jamu gendong keliling di wilayah
Tonggalan  Klaten  Tengah  karena  sudah  berjualan  cukup  lama  dan  memiliki  banyak konsumen sehingga perlu adanya jaminan melalui  hasil pengujian  yang  menyatakan
bahwa jamu
yang dikonsumsi
tidak berbahaya
bagi kesehatan
yang mengkonsumsinya. Penjual jamu gendong keliling tersebut menjual sekitar 10 macam
jenis  jamu,  salah  satu  jamu  yang  paling  banyak  diminati  masyarakat  adalah  jamu pahitan brotowali.
Dalam Peraturan Menteri  Kesehatan Republik  Indonesia Tahun 2012 Nomor 007  tentang  Registrasi  Obat  Tradisional  pasal  4  ayat  1  dikatakan  bahwa  obat
tradisional yang dibuat oleh usaha jamu racikan dan jamu gendong tidak memerlukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
izin  edar.  Jamu  pahitan  brotowali  yang  diproduksi  oleh  penjual  jamu  gendong keliling  memang  tidak  memerlukan  ijin  edar,  namun  kualitas  jamu  ini  tetap  harus
terjamin  kebersihan  dan  proses  pembuatannya  sehingga  aman  untuk  dikonsumsi DepKes RI, 2012.
Berdasarkan  hasil  pengujian  mikrobiologis  yang  dilakukan  oleh  Balai  Besar Pengawas  Obat  dan  Makanan  BPOM  pada  tahun  2001  di  Jawa  Tengah  terhadap
produksi  obat  tradisional  yang  beredar  di  pasaran  sekitar  30  sampel  yang  diteliti menunjukkan  angka  bakteri  total  melebihi  batas  yang  telah  ditentukan.  Salah  satu
jenis  bakteri  yang  paling  banyak  ditemukan  adalah  Escherichia  coli  BPOM  RI, 2001.
Identifikasi  Escherichia  coli  dipilih  karena  bakteri  ini  merupakan  indikator dari  sanitasi  dan  lingkungan  yang  kurang  bersih  pada  proses  pembuatan  jamu.
Escherichia  coli  termasuk  dalam  famili  Enterobacteriaceae  yang  apabila  terdapat pada  saluran  pencernaan  dalam  jumlah  yang  besar  dapat  menimbulkan  infeksi  dan
berbagai  macam  penyakit.  Infeksi  Escherichia  coli  seringkali  berupa  diare  disertai darah,  kejang  perut,  demam,  dan  terkadang  dapat  menyebabkan  gangguan  ginjal.
Beberapa  galur  Escherichia  coli  menjadi  penyebab  infeksi  pada  manusia  seperti infeksi  saluran  kemih,  infeksi  meningitis  pada  neonatus,  dan  gastrointeritis  Radji,
2010. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penelitian  ini  bertujuan  untuk  meneliti  cemaran  mikroba  yang  meliputi  nilai ALT  dan  identifikasi  keberadaan  bakteri  patogen  khususnya  Escherichia  coli  pada
jamu  pahitan  brotowali  yang  diproduksi  oleh  penjual  jamu  gendong  keliling  di wilayah  Tonggalan,  Klaten  Tengah  sehingga  dapat  diketahui  apakah  jamu  pahitan
brotowali  yang  dijual  oleh  penjual  jamu  gendong  keliling  tersebut  sudah  memenuhi persyaratan mikrobiologis yang telah ditetapkan.
B. Rumusan Masalah