Asal Mula Desa Besilam Babussalam

61

5.1.1. Asal Mula Desa Besilam Babussalam

Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh-tokoh yang ada di Desa Besilam Babussalam maka diketahui asal mula terjadinya permukiman di Dusun 2 Desa Besilam Babussalam Langkat. Pada mulanya Kerajaan Langkat dipimpin oleh Sultan Ahmad yang pada waktu itu menggantikan raja Langkat yang ke-6 Sultan Bendahara Jentera Malay. Pada waktu itu beberapa Kejuruan sekarang Kecamatan, yaitu Stabat dan Selesai berontak melawan pemerintahan Sultan Ahmad. Pada saat itu, sangat kacau balau dan rusuh yang mengakibatkan mangkatnya Sultan Ahmad. Untuk meredakan kerusuhan di Langkat, maka beberapa petinggi Kerajaan Siak yaitu Soetan Maklum dan Tengku Maharaja Setia mengadakan musyawarah untuk menjemput Sultan Musa ke Siak untuk menggantikan kedudukan almarhum ayahandanya. Dan pada saat itu, Sultan Musa diberikan kepercayaan untuk memimpin Kerajaan Langkat. Sejak saat itu, kerajaan senantiasa rusuh, terjadi peperangan dan pemberontakan di berbagai daerah. Suasana peperangan ini terjadi puluhan tahun. Tetapi berkat keberanian dan semangat kepahlawanan yang mendalam di dada baginda, maka kerusuhan – kerusuhan itu dapat dipadamkan dan kerajaan dapat diselamatkan dari kehancuran. Dan pada saat itu kembalilah Langkat ke puncak kemasyhurannya. Pada suatu hari, Tuanku Besar Putera Baginda jatuh sakit. Banyak tabib dan dukun mengobatinya naun penyakitnya tiada berkurang. Akhirnya Tuanku Besar meninggal dunia. Sultan Musa dan Permaisuri tidak dapat menahan hati Universitas Sumatera Utara 62 atas kematian putera tercinta, hingga hampir – hampir seperti orang gila layaknya. Pada saat itu, Syekh H. M. Nur teman sepelajaran Syekh Abdul Wahab menasehati keduanya dengan sungguh-sungguh dan menganjurkan supaya mereka bersuluk kepada Syekh Abdul Wahab. Dikatakan mudah-mudahan dengan banyak berzikir akan lenyaplah segala sesuatu yang menyusahkan hati. Sultan Musa setuju, lalu dibuatlah sepucuk surat yang isinya mempersilahkan Syekh Abdul Wahab datang ke Langkat. Setelah surat itu diterima datanglah Syekh Abdul Wahab dengan istrinya Hj. Khadijah Rawa yang disambut hangat oleh Syekh H. M. Nur dan Sultan Musa. Kedatangan Syekh Abdul Wahab betul – betul membuat ketaatan Sultan Musa semakin meningkat, dan ibadahnya sungguh-sungguh ikhlas. Dan pada saat itu pula hubungan keduanya semakin akrab. Sehinga suatu ketika Baginda mengajaknya pindah dan menetap di Langkat. Pada tahun 1875 1294 H, berangkatlah Syekh Abdul Wahab dengan rombongan yang jumlahnya tidak kurang dari 150 orang laki – laki dan wanita, dengan menumpang 12 buah perahu. Kedatangan beliau kali ini mendapat sambutan istimewa dari Sultan Musa. Mula – mula menempatkan rombongan di Gebang, kemudian Baginda menawarkan tempat kediaman di Kampung Lalang. Akan tetapi tempat tersebut kurang sesuai karena ramai dan sibuk. Pada saat itu Tuan Guru memohon agar diberikan sebidang tanah untuk perkampungan dimana ia dapat beribadah dan mengajar ilmu agama dengan leluasa. Pada suatu hari, berangkatlah Syekh Abdul Wahab bersama Baginda dan rekan – rekannya menyusuri Sungai Batang Serangan ke Hulu dengan sebuah perahu. Setibanya di sebuah tempat di seberang Sungai Besilam, rombongan Universitas Sumatera Utara 63 berhenti dan naik ke darat. Baginda mempersilahkan Tuan Guru memilih tanah- tanah yang ada di tempat itu. Sementara rombongan asyik melihat-lihat, tiba-tiba Sultan Musa melihat sebuah batu besar di atas sebuah tanggul. Baginda pun menetapkan bahwa di tempat itu kelak akan dibangun sebuah Madrasah. Syekh Abdul Wahab kemudian menyatakan persetujuannya kepada Baginda supaya tanah itu diberikan kepadanya untuk dijadikan suatu perkampungan. Kemudian pada saat itu Sultan Musa disaksikan oleh anggota rombongan mewakafkan tanah itu kepadanya dan kepada orang – orang yang menuntut ilmu dan mengajarkan ilmu yang memberi manfaat dunia dan akhirat. Dengan Nazirnya Syekh Abdul Wahab sendiri. Lalu diresmikanlah tempat tersebut dengan nama Kampung “Babussalam”. Kata – kata “Babussalam” berasal dari bahasa Arab. Terdiri dari dua buah kata, yaitu “Bab” yang artinya pintu dan “Salam” yang artinya keselamatan dan kesejahteraan. Mungkin dinamakannya tempat itu dengan “Babussalam”, semoga penduduknya beroleh kesejahteraan dan keselamatan dunia dan akhirat.

5.1.2. Penemuan

Dokumen yang terkait

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

1 5 90

PERUBAHAN BUDAYA DALAM PENGELOLAAN PERTANIAN (SUATU STUDI PADA MASYARAKAT ETNIK MELAYU DAN JAWA DI DESA PERHIASAN SELESAI KABUPATEN LANGKAT).

0 1 70

26. Perkerasan Jalan di Dusun Babussalam Desa Pasir Tuntung Kec.Kotapinang

0 0 1

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 1 12

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 0 2

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 0 9

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 0 21

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 0 3

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 0 3

Tipologi Permukiman Etnik Melayu Di Dusun 2 Desa Besilam Babussalam Langkat

0 0 23