66
Hal ini bertujuan agar dapat beribadah dan mengajar ilmu dengan tenang dan leluasa.
5.2. Pertumbuhan Permukiman Etnik Melayu di Dusun 2 Desa Besilam
Babussalam
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap tokoh- tokoh yang memahami permukiman ini maka dapat diambil hasil
perkembangan permukiman pada Dusun 2 Desa Besilam Babussalam.
Gambar 5.1. Bentuk awal permukiman pada tahun 1881
Sumber: Digambar Ulang
Universitas Sumatera Utara
67
Seperti yang dilihat pada Gambar 5.1, bentuk awal permukiman adalah hutan yang sebagian besarnya ditanami palawija, durian cempedak, enau dan
sebagian lagi kebun lada. Seperti yang diungkapkan Kostof 1991, bentuk permukiman pada awalnya adalah hutan yang kemudian dibebaskan dan dirambah
untuk dijadikan perkampungan. Pada saat itu tepatnya tahun 1881, Syekh Abdul Wahab beserta keluarga dan rombongan pindah dengan resmi ke Babussalam.
Sehingga pada saat itu membuat Syekh Abdul Wahab bekerja keras, merintis dan merambah hutan untuk dijadikan perkampungan. Seperti yang disebutkan Kostof
1991:12, pendiri dari suatu permukiman bisa berasal dari apapun. Dalam hal ini pendiri awal permukiman di Dusun 2 Desa Besilam Babussalam adalah orang
Melayu asli yang datang langsung dari Riau. Selanjutnya pada sekitar tahun 1882-1901 mulailah Syekh Abdul Wahab
melakukan pembangunan. Pada periode ini permukiman sudah mulai tumbuh pada sisi timur dari Desa Dusun 2 Gambar 5.2. Bentuk massa bangunan
cenderung persegi panjang yang berdekatan antara satu banguna dengan bangunan lain di area hutan yang dibuka. Massa bangunan terhadap massa bangunan lainnya
berdiri dengan orientasi pada arah timur dan barat. Sisi memanjang dari massa bangunan hunian bertemu dengan sisi memanjang lainnya membentuk ruang luar
yang sempit. Pada sisi bangunan yang lain juga terbentuk ruang luar yang linear dan tidak sempit karena jarak orientasi antara sisi bangunan yang memanjang
lebih lebar. Terdapat enam bangunan yang pada mulanya menempati Desa Dusun 2. Pembangunan pertama yang dilakukan ialah mendirikan sebuah Mandarsah
tempat shalat bagi laki-laki dan wanita. Luas Mandarsah ini 10x6 depa yang
Universitas Sumatera Utara
68
dibuat dengan kayu-kayu sederhana. Kemudian Syekh Abdul Wahab membangun rumah suluk, khusus laki- laki dan wanita. Setelah itu Syekh Abdul Wahab
membangun rumah fakir miskin dan tempat penampungan anaak-anak yatim piatu dan janda-janda. Beberapa tahun kemudian, dibangun pula sebuah rumah tempat
tinggalnya sekeluarga di samping Mandarsah dengan ukuran 9x45 m yang terdiri dari beberapa buah kamar. Kamar-kamar ini disediakan untuk tempat anak-anak
istri beliau serta tamu-tamu terhormat. Antara rumah tempat kediaman dengan Mandarsah dihubungkan oleh dua jembatan kayu. Sebuah untuk pria dan sebuah
lagi untuk wanita. Rumah ini disebut juga Mandarsah Kecil. Pada tahun 1888, Mandarsah diganti dengan yang baru. Ukurannya 23x8
depa dengan tiang kayu, teras medang, lantai dan dinding papan serta atap nipah. Tetapi pada tahun 1888, Syekh Abdul Wahab dituduh membuat uang palsu di
Kampung Babussalam. Akibatnya beliau pindah ke Malaysia mengajar dan mengembangkan ilmu agama sampai tahun 1891. Selama dua tahun yaitu sekitar
tahun 1892-1893, Kampung Babussalam dalam keadaan sepi dan terlantar. Yang ada di Babussalam pada saat itu hanyalah 7 buah rumah. Kebun-kebun semak,
terlantar dan tidak terurus. Tumbuh-tumbuhan kelapa, durian, rambutan, dan mangga tidak terawat dengan baik. Mandarsah dan tempat kediaman Tuan Guru
sudah lapuk. Atapnya bocor dan rumput di sekitar halaman sudah tinggi. Dengan kondisi Kampung Babussalam yang tidak terawat maka Sultan Musa menghimbau
Tuan Guru untuk kembali ke Babussalam. Akhirnya pada tahun 1894, Syekh Abdul Wahab kembali ke Kampung Babussalam setelah melakukan perjalanan ke
Johor dan Riau. Pada saat itulah Syekh Abdul Wahab kembali membangun
Universitas Sumatera Utara
69
Kampung Babussalam. Pada periode ni belum ada jalan. Penghuni menggunakan ruang luar yang ada untuk bersirkulasi.
Gambar 5.2. Bentuk permukiman pada tahun 1882-1901
Sumber: Digambar Ulang Kemudian pada sekitar tahun 1902-1921 penambahan rumah terlihat
signifikan pada area depan Mandarsah seperti terlihat pada Gambar 5.3. Terdapat 16 penambahan rumah dengan massa bangunan yang lebih kecil dan berdekatan
antara satu bangunan dengan bangunan lain di area hutan yang dibuka. Massa bangunan terhadap massa bangunan lainnya berdiri dengan orientasi pada arah
Universitas Sumatera Utara
70
timur. Penghuni permukiman adalah masyarakat yang berperan dalam membuka hutan dan juga masyarakat pendatang. Rata-rata rumah tersebut didiami oleh
keluarga Tuan Guru yang datang dari Riau. Jalan yang menghubungkan rumah- rumah tersebut masih berupa jalan tikus, yang harus dilalui warga dengan susah
payah. Pada tahun 1906 Mandarsah diperbaharui kembali. Ukurannya 25x52 m dengan tiang kayu, pondasi batu, atap genteng, dinding papan dan bermenara
tinggi. Untuk sampai ke menara orang harus melalui 6 tingkatan. Pada kisaran tahun 1906-1916, Syekh Abdul Wahab membuka sebuah
perkebunan jeruk manis di suatu areal tanah di Kampung Babussalam. Syekh Abdul Wahab juga membuka perkebunan karet, lada hitam, kebun pala, kopi,
pinang, durian, rambutan, jeruk dan kelapa. Mengingat kemajuan Babussalam, maka diperlukan suatu usaha dalam bidang penerbitan. Maka pada tahun 1907
dibelilah sebuah mesin cetak pertama di Langkat.
Universitas Sumatera Utara
71
Gambar 5.3. Bentuk permukiman pada tahun 1902-1921
Sumber: Digambar Ulang Kemudian pada sekitar tahun 1922-1961 terlihat penambahan rumah
penduduk mulai meningkat. Permukiman sudah mulai tumbuh pada sisi selatan, barat daya, barat dan utara dari Desa Dusun 2. Hal tersebut juga dapat terlihat
dengan adanya pola sirkulasi jalan utama di dalam permukiman yang sebelumnya hanya berupa jalan tikus. Penambahan rumah di masa ini terlihat cukup banyak
pada bagian depan permukiman seperti yang terlihat pada Gambar 5.4. Rumah- rumah yang terdapat di bagian depan tumbuh secara signifikan mengingat jalan
Universitas Sumatera Utara
72
besar yang di depan semakin baik dan telah munculnya jalan utama maupun jalan kecil menuju ke dalam permukiman. Jalan-jalan kecil yang muncul pada tahun ini
terbentuk di antara celah kosong di sisi rumah-rumah penduduk di Dusun 2 Desa Besilam Babussalam.
Pada tahun 1927 dimulailah pembangunan makam yang terbuat dari batu dengan ukuran 24x45 m oleh H.Yahya. Makam ini terdiri dari 3 ruangan besar,
memanjang dari utara ke selatan. Pada tahun 1928-1945, Pakih Tuah diangkat menjadi Kepala Kampung Babussalam. Pembangunan yang dilakukannya adalah
mengepalai pembangunan sebuah rumah janda dan orang-orang terlantar khusus wanita, yang terletak dekat kolam tak jauh dari madrasah besar dengan ukuran
20x20 m. Terdiri dari dua tingkat dan dapat menampung puluhan janda. Di atas loteng disediakan tempat untuk mengaji. Pembangunan lain yang dilakukannya
adalah membangun 3 buah sumur pompa untuk umum, masing-masing terletak di lorong barat, dekat makam almarhum dan sebagian lagi dekat Madrasah Besar
bahagian wanita. Selain itu juga membangun jalan raya antara Kampung Babussalam dan Tanjung Pura. Padatahun 1952-1960, Pakih Tuah dan Pakih
Muhammad meneruskan pembangunan makam dengan memperbaiki dan menambah kubah di puncak ruangan tengah. Sesudah Pakih Tuah meninggal
dunia, maka usaha pembangunan ini diteruskan pula oleh puteranya, H.A. Majid dengan dibantu oleh adik-adiknya yang lain.
Universitas Sumatera Utara
73
Gambar 5.4. Bentuk permukiman pada tahun 1922-1961
Sumber: Digambar Ulang Selanjutnya pada tahun 1962-2001, penambahan rumah terlihat signifikan
pada area belakang Mandarsah seperti terlihat pada Gambar 5.5. Akan tetapi penambahan rumah jumlahnya tidak jauh berbeda seperti pada tahun 1922-1961.
Banyak penambahan rumah yang berasal dari keluarga yang telah ada sebelumnya. Kondisi pola jalan juga terjadi penambahan. Pada tahun ini
dibangunlah panti asuhan dan tambak ikan oleh masyarakat dengan gotong royong. Tambak ikan yang dibangun warga digunakan sebagai suatu ruang luar
Universitas Sumatera Utara
74
yang digunakan masyarakat Desa Dusun 2 untuk bersosialisasi. Susunan rumah- rumah penduduk diatur dengan rapi, sehingga terdapat lorong-lorong untuk
masing-masing suku.
Gambar 5.5. Bentuk permukiman pada tahun 1962-2001
Sumber: Digambar Ulang Pada tahun 1989, makam Syekh Abdul Wahab telah diperbaiki atas
bantuan H. Adnan Matkudin, Direktur Pt. Faduco Jl. Ismailiyah No 159 Medan. H. Adnan Matkudin juga memperbaiki Madrasah Kecil. Bantuan tersebut adalah
Universitas Sumatera Utara
75
wakaf dari H. Adnan Matkudin dengan ikhlas. Pada tahun 1992, dibangunlah sebuah benteng untuk mengatasi ancaman banjir di sepanjang Sungai Batang
Serangan oleh pemerintah Gambar 5.6. Pada tahun1996, gedung asrama pelajar sudah lapuk. Maka daripada itu seorang pengusaha dari Medan bernama
Rahmatsyah mengganti dengan gedung baru sebagai wakaf. Gedung ini dipergunakan sebagai balai pertemuan umum dan pada musim HUL gedung ini
dipergunakan sebagai tempat menginap para tamu.
Gambar 5.6. Bentuk benteng yang berada di belakang permukiman
Kemudian perkembangan permukiman berlanjut sampai sekarang ini yaitu tahun 2014. Pada tahun ini hanya terdapat sedikit penambahan rumah. Di masa ini
lebih memfokuskan kepada perbaikan gedung dan rumah yang ditata dengan rapi. Jalan utama sudah diaspal dan dalam kondisi yang baik. Hingga saat ini lahan
Universitas Sumatera Utara
76
kosong yang berada di Dusun 2 Desa Besilam Babussalam dipakai warga untuk menanam buah-buahan dan sayuran.
Gambar 5.7. Bentuk permukiman pada tahun 2002-2014
Sumber: Digambar Ulang
Universitas Sumatera Utara
77
Adapun klasifikasi tipologi permukiman etnik Melayu di Dusun 2 Desa Besilam Babussalam Langkat secara ringkas ditunjukkan pada tabel 5.1 di bawah ini.
Tabel 5.1 Tipologi Permukiman Etnik Melayu di Dusun 2 Desa Besilam Babussalam Langkat
Periode Terbentuknya Permukiman Bentuk Permukiman
Tahun 1881 - Permukiman belum terbentuk
- Tanah masih berupa hutan belantara
Universitas Sumatera Utara
78
Periode Terbentuknya Permukiman Bentuk Permukiman
Tahun 1882-1901
- Permukiman sudah mulai tumbuh pada sisi timur dari Desa Dusun 2
- Terdapat enam bangunan yang pada mulanya menempati Desa Dusun 2
- Penghuni permukiman adalah masyarakat yang juga berperan dalam
membuka hutan untuk digunakan sebagai area penelitian
- Bentuk massa bangunan cenderung persegi panjang yang berdekatan
antara satu bangunan dengan bangunan lain di area hutan yang
dibuka - Massa bangunan terhadap massa
bangunan lainnya berdiri dengan orientasi pada arah timur dan barat
1 Sisi memanjang dari massa bangunan
hunian bertemu
dengan sisi
memanjang bangunan lainnya membentuk
ruang luar yang sempit 2 Pada sisi bangunan yang lain
Universitas Sumatera Utara
79
juga terbentuk ruang luar yang linear dan tidak sempit karena
jarak orientasi
antara sisi
bangunan yang
memanjang lebih lebar
- Pada periode ini belum ada jalan Penghuni menggunakan ruang luar
yang ada untuk bersirkulasi
Tahun 1902-1921
- Permukiman sudah mulai tumbuh pada sisi utara dari Desa Dusun 2
- Terdapat penambahan 16 bangunan dengan massa bangunan yang lebih
kecil - Penghuni permukiman adalah
masyarakat yang juga berperan dalam membuka hutan
- Bentuk massa bangunan cenderung lebih kecil yang berdekatan antara satu
bangunan dengan bangunan lain di area hutan yang dibuka
Universitas Sumatera Utara
80
- Massa bangunan terhadap massa bangunan lainnya berdiri dengan
orientasi pada arah timur - Pada periode ini belum ada jalan
Penghuni menggunakan ruang luar yang ada untuk bersirkulasi
Tahun 1922-1961
- Permukiman sudah mulai tumbuh pada sisi selatan, barat daya, barat dan
utara dari Desa Dusun 2 - Penambahan rumah penduduk terlihat
lebih signifikan - Penghuni permukiman adalah
masyarakat yang berperan dalam membuka hutan dan juga masyarakat
pendatang - Pada periode ini sudah terdapat jalan
utama dan jalan setapak yang bisa dilalui masyarakat untuk bersirkulasi
Universitas Sumatera Utara
81
Periode Terbentuknya Permukiman Bentuk Permukiman
Tahun 1962-2001 - Permukiman sudah mulai tumbuh
pada sisi selatan, barat daya, timur laut, timur, tenggara dan utara dari
Desa Dusun 2 - Penambahan rumah penduduk terlihat
lebih signifikan - Penghuni permukiman adalah
masyarakat yang berperan dalam membuka hutan dan juga masyarakat
pendatang
Tahun 2002-2014
- Pada periode ini, tidak terjadi penambahan rumah
- Pada periode ini lebih memfokuskan untuk memperbaiki bangunan yang
rusak - Lebih menata dengan rapi
permukiman - Jalan sudah dalam kondisi baik
Universitas Sumatera Utara
82
Dari kondisi permukiman di masa sekarang dapat terlihat bahwa permukiman pada Dusun 2 Desa Besilam Babussalam termasuk kategori
permukiman yang tumbuh secara tidak terencana berpola linear. Karakteristik permukiman tradisional Melayu awalnya berupa pola sebaran rumah yang
berbanjar mengikuti sungai atau jalan. Jarak antara rumah yang satu dengan rumah lainnya tidak terlalu dekat dan kepadatan bangunannya rendah dengan
vegetasi alami yang rindang di sekitarnya. Menurut Yuan 1987, tidak seperti pola sebaran rumah di permukiman modern yang rigid, pola sebaran rumah
tradisional Melayu dibangun secara acak dan tidak berpola sehingga memungkinkan angin dapat bergerak secara alami dengan bebas mengikuti
alirannya tanpa terhalang oleh bangunan rumah. Selain itu, tidak ada batasan yang jelas antara area lahan rumah yang satu dengan yang lainnya. Terkadang tidak
semua rumah memiliki akses langsung terhadap jalan utama, namun harus melalui pekarangan rumah tetangga yang ada di depannya.
5.3. Tipologi Permukiman Etnik Melayu di Dusun 2 Desa Besilam