Atap dan Bubungan Tiang Pintu Jendela

34 Gambar 2.17 Rumah Tradisional Melayu Sumatera Timur Sumber: Digambar ulang, 2014

1. Atap dan Bubungan

Bahan utama atap adalah daun nipah dan daun rumbia. Tetapi pada perkembangannya sering dipergunakan atap seng. Atap dari daun nipah dan daun rumbia dibuat dengan cara menjalinnya pada sebatang kayu yang disebut bengkawan. Untuk memasang atap digunakan tali rotan sedangkan untuk memasang perabung digunakan pasak yang terbuat dari nibung. Rumah Melayu asli memiliki bubungan panjang sederhana dan tinggi. Pada pertemuaan atap dibuat talang yang berguna untuk menampung air Universitas Sumatera Utara 35 hujan. Pada kedua ujung perabung rumah induk dibuat agak terjungkit ke atas. Dan pada bagian bawah bubungan atapnya melengkung, menambah seni kecantikan arsitektur rumah Melayu.

2. Tiang

Bangunan tradisional Melayu adalah bangunan bertiang. Tiang dapat berbentuk bulat atau bersegi. Ukuran sebuah tiang bergantung kepada besar atau kecilnya rumah. Bentuk tiang secara tradisional mengandung lambang yang dikaitkan dengan agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat. Termasuk kaitannya dengan alam lingkungan dan arah mata angin. Lambang-lambang itu kemudian dijalin dengan makna tertentu yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

3. Pintu

Pintu disebut juga dengan Lawang. Pintu masuk di bagian muka rumah disebut pintu muka. Sedangkan pintu di bagian belakang disebut pintu dapur atau pintu belakang. Pintu masuk ke rumah harus mengarah ke jalan umum. Pintu berbentuk persegi empat panjang. Ukuran pintu umumnya lebar antara 60 sampai 100 cm dengan tinggi 1,5 sampai 2 meter. Pintu sebaiknya terletak di kiri rumah atau dekat ke bagian kiri rumah. Di atas pintu kebanyakan dibuat tebukan yang indah bentuknya menunjukkan ketinggian martabat si empunya rumah. Universitas Sumatera Utara 36

4. Jendela

Jendela lazim disebut Tingkap atau Pelinguk. Bentuknya sama seperti bentuk pintu. Tetapi ukurannya lebih kecil dan lebih rendah. Jendela mengandung makna tertentu. Jendela yang sengaja dibuat setinggi orang dewasa berdiri dari lantai, melambangkan bahwa pemilik bangunan adalah orang baik dan patuh yang tahu adat tradisinya. Sedangkan letak yang rendah melambangkan pemilik bangunan adalh orang yang ramah tamah, selalu menerima tamu dengan ikhlas dan terbuka.

5. Tangga

Dokumen yang terkait

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

1 5 90

PERUBAHAN BUDAYA DALAM PENGELOLAAN PERTANIAN (SUATU STUDI PADA MASYARAKAT ETNIK MELAYU DAN JAWA DI DESA PERHIASAN SELESAI KABUPATEN LANGKAT).

0 1 70

26. Perkerasan Jalan di Dusun Babussalam Desa Pasir Tuntung Kec.Kotapinang

0 0 1

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 1 12

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 0 2

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 0 9

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 0 21

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 0 3

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 0 3

Tipologi Permukiman Etnik Melayu Di Dusun 2 Desa Besilam Babussalam Langkat

0 0 23