Tangga Dinding Rumah Tinggal Melayu Sumatera Timur

36

4. Jendela

Jendela lazim disebut Tingkap atau Pelinguk. Bentuknya sama seperti bentuk pintu. Tetapi ukurannya lebih kecil dan lebih rendah. Jendela mengandung makna tertentu. Jendela yang sengaja dibuat setinggi orang dewasa berdiri dari lantai, melambangkan bahwa pemilik bangunan adalah orang baik dan patuh yang tahu adat tradisinya. Sedangkan letak yang rendah melambangkan pemilik bangunan adalh orang yang ramah tamah, selalu menerima tamu dengan ikhlas dan terbuka.

5. Tangga

Tangga naik ke rumah pada umumnya menghadap ke jalan umum. Tiang tangga berbentuk segi empat atau bulat. Kaki tangga terhujam ke dalam tanah atau diberi alas dengan benda keras. Bagian atas disandarkan miring ke ambang pintu dan terletak di atas bendul. Anak tangga dapat berbentuk bulat atau pipih. Anak tangga kebanyakan berjumlah ganjil. Sebab menurut kepercayaan, bilangan genap kurang baik artinya.

6. Dinding

Pada umumnya dinding terbuat dari kayu meranti, punak, medang atau kulim dengan tebal 2-5 cm dan lebar 15-20 cm. Makna dinding selalu dikaitkan dengan sopan santun yaitu sebagai batas kesopanan. Dinding rumah dibuat dari papan yang dipasang vertikal dan dijepit dengan kayu penutup. Kira-kira 20 cm di bawah tutup tiang biasanya dibuat lubang Universitas Sumatera Utara 37 angin. Pada lubang angin ini diberi hiasan dengan tebukan. Makin tinggi nilai tebukan ini, makin tinggilah martabat serta makin terpandang si empunya rumah. Universitas Sumatera Utara 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Adapun jenis pengumpulan data yang digunakan dalam rangka menemukan terbentuknya permukiman pada Dusun 2 Desa Besilam Babussalam Kabupaten Langkat beserta pola-pola yang ada di dalam permukiman tersebut adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif sangat menunjang proses kuantifikasi data mengenai perumahan dan permukiman yang dilakukan pada kawasan penelitian. Penelitian-penelitian yang biasanya menunjang penggunaan pengumpulan data dengan metode kualitatif adalah penelitian historis dan penelitian deskriptif. Penelitian historis dengan konteks permukiman digunakan untuk menemukan keterkaitan dan asal usul terbentuknya suatu permukiman yang dijadikan bahan penelitian. Penelitian tersebut dilakukan dengan cara menghubungkan hasil temuan yang didapat dari wawancara terhadap teori-teori terbentuknya permukiman tidak terencana. Metode penelitan deskriptif dilakukan untuk mendapatkan informasi faktual mengenai kawasan permukiman yang diteliti. Metode ini dilakukan dengan menghubungkan hasil pengamatan lapangan bentuk permukiman kawasan penelitian dengan teori bentuk permukiman yang terjadi secara tidak terencana. Universitas Sumatera Utara 39

3.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang ditemukan oleh peneliti berdasarkan kajian-kajian teori mengenai terbentuknya suatu permukiman diantaranya didapat dari teori Kostof 1991 yaitu tentang peran tokoh pendiri suatu permukiman yang bisa berasal dari kalangan apa pun. Selain pendirinya terdapat juga teori yang mengatakan tentang motivasi dibalik terbentuknya permukiman Kostof, 1991, dan seterusnya. Adapun proses dihasilkannya variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini. Tabel 3.1 Dasar Peneliti Menghasilkan Variabel dan Membuat Metodologi Teori Variabel Data yang diperlukan Metodologi Terbentuknya Suatu Permukiman Setiap orang mampu mendirikan tempat tinggal. Kumpulan orang dapat membangun area hunian yang lambat laun akan tumbuh menjadi permukiman Kostof, 1991:12 Tokoh yang berperan dalam terbentuknya suatu permukiman Wawancara dengan pendiri permukiman Dusun 2 Desa Besilam- Babussalam Penelitian historis dengan menginterpretasi hasil wawancara terhadap kaitannya dengan teori Universitas Sumatera Utara 40 Teori Variabel Data yang diperlukan Metodologi Sebelum membentuk permukiman, orang-orang cenderung hidup berkelompok dan tinggal bersama pada tempat- tempat tertentu Marpaung dan Alip, 2009 Motivasi membentuk permukiman Wawancara dengan tokoh- tokoh penting di kawasan penelitian mengenai latar belakang terbentuknya Desa Besilam Babussalam Langkat Penelitian historis dengan menginterpretasi hasil wawancara terkait motivasi masyarakat dalam membentuk permukiman dengan teori yang ada Pada awalnya suatu permukiman adalah sebuah hutan belantara yang dibuka untuk dijadikan perkampungan Kostof, 1991 Asal mula terbentuknya permukiman Wawancara dengan tokoh- tokoh penting di kawasan penelitian mengenai awal mula berdirinya permukiman di Desa Besilam Babussalam Langkat Penelitian historis dengan menginterpretasi hasil wawancara terkait asal mulaterbentuknya permukiman dengan teori yang ada Universitas Sumatera Utara 41 Teori Variabel Data yang diperlukan Metodologi Permukiman yang Tumbuh Secara Tidak Terencana Pada dasarnya bentuk permukiman terdiri dari dua jenis, yaitu permukiman terencana dan permukiman tidak terencana Kostof,1991:43 Permukiman terencana dan permukiman tidak terencana Perkembangan pola permukiman Metoda diachronic reading yaitu penelusuran terhadap asal-usul terbentuknya permukiman Awal terbentuknya permukiman adalah ketika individu mendatangi sebuah tempat kemudian memiliki keturunan yang selanjutnya akan bertambah dan membentuk suatu permukiman Kostof, 1991:43 Masyarakat Dusun 2 Desa Besilam Babussalam Langkat Wawancara mengenai peran sekumpulan orang dalam terbentuknya permukiman di Desa Besilam- Babussalam Dusun 2 Penelitian historis dengan menginterpretasi hasil wawancara terkait peran sekumpulan orang terhadap terbentuknya permukiman Universitas Sumatera Utara 42 Teori Variabel Data yang diperlukan Metodologi Budaya dalam Permukiman Bangunan hunian di kawasan permukiman tidak terencana merupakan manifestasi dari nilai-nilai budaya masyarakat penghuninya Rapoport, 1969 Nilai-nilai dan norma yang melatar belakangi terbentuknya permukiman Wawancara mengenain nilai dan norma yang berpengaruh kepada bentuk bangunan Metode kualitatif, menghubungkan hasil wawancara tentang nilai yang dianut oleh masyarakat Budaya, kepercayaan dan struktur sosial memiliki peranan penting dalam berkembangnya suatu permukiman Kostof, 1991:62 Unsur kebudayaan dan kepercayaan di suatu permukiman Melakukan wawancara terkait unsur budaya yang ada di Dusun 2 Desa Besilam Babussalam Langkat Penelitian historis dengan menginterpretasi hasil wawancara terkait kebudayaan dan mengaitkannya terhadap teori Universitas Sumatera Utara 43 Teori Variabel Data yang diperlukan Metodologi Tipologi Permukiman Menurut Muratory hal yang dapat diidentifikasitipologinya adalah tata bangunan, jalan dan ruang luar McLoughlin,1969 Jalan Ruang Luar Tata bangunan Tipologi Jalan Tipologi Ruang Luar Tipologi Bangunan Peneliti melakukan observasi dan rekam foto di lapangan Kemudian menggambarkannya dalam bentuk cad Tipologi permukiman dapat terbentuk dengan perencanaan maupun tanpa perencanaan. Kostof, 1991. Tipologi permukiman Tipologi permukiman etnis Melayu di Dusun 2 Desa Besilam Babussalam Langkat Metode deskriptif mengenai dengan menginterpreasi data terkait tipologi Dusun 2 Desa Besilam Babussalam Langkat melalui peta kawasan kajian Ruang luar pada permukiman tradisional akan menjadi ruang public tempat aktivitas bersama. Kostof,1991. Ruang luar Tipologi dan fungsi ruang luar Metode deskriptif mengenai dengan menginterpreasi data terkait ruang luar ruang terbuka dan jalan Universitas Sumatera Utara 44 Teori Variabel Data yang diperlukan Metodologi Tipologi suatu tempat di kawasan permukiman karena adanya sifat yang statis dan dinamis Krier,1997. Bangunan dan aspek fisik yang mempengaruhi keberadaan suatu massa bangunan dianggap sebagai elemen statis. Jalan sebagai ruang penghubung merupakan elemen dinamis Bangunan dan jalan pada Dusun 2 Desa Besilam Babussalam Langkat Tipologi Bangunan Tipologi Jalan Penelitian kualitatif dengan melakukan observasi dan rekam foto di lapangan Kemudian menggambar ulang dalam bentuk cad dan melakukan analisa terkait teori

3.3 Populasi Sampel

Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan penelitian historis dan deskriptif. Dalam melaksanakan penelitian historis, peneliti melakukan wawancara atau depth interview dengan tokoh masyarakat penting yang memahami sosial-budaya yang ada di Desa Besilam-Babussalam Dusun 2. Kriteria dalam menentukan populasi atau sampel untuk dilakukannya wawancara diantaranya sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 45 1 Orang atau tokoh tersebut harus memahami sejarah awal terbentuknya permukiman Desa Besilam-Babussalam Dusun 2; 2 Orang atau tokoh tersebut harus mengetahui asal mula bermukimnya suku Melayu di permukiman tersebut; 3 Orang atau tokoh tersebut harus tinggal dan hidup di Desa Desa Besilam- Babussalam Dusun 2 dalam jangka waktu yang cukup lama. Berikutnya dalam melaksanakan metode penelitian deskriptif, peneliti akan melakukan pengamatan terhadap bentuk permukiman Desa Besilam- Babussalam Dusun 2. Adapun kriteria kawasan tersebut dapat dijadikan sampel untuk penelitian adalah sebagai berikut: 1 Permukiman atau area hunian tersebut harus didominasi oleh etnis Melayu; 2 Permukiman atau area hunian tersebut harus berada di dalam Desa Besilam-Babussalam Dusun 2; 3 Tidak ada peran atau campur tangan pemerintah maupun perencana kawasan dalam pembangunan area hunian yang menjadi kawasan penelitian.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari 2 data yaitu data primer dan data sekunder. Adapun data yang diperlukan dan cara memperolehnya adalah:

3.4.1 Data Sekunder

Dokumen yang terkait

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

1 5 90

PERUBAHAN BUDAYA DALAM PENGELOLAAN PERTANIAN (SUATU STUDI PADA MASYARAKAT ETNIK MELAYU DAN JAWA DI DESA PERHIASAN SELESAI KABUPATEN LANGKAT).

0 1 70

26. Perkerasan Jalan di Dusun Babussalam Desa Pasir Tuntung Kec.Kotapinang

0 0 1

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 1 12

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 0 2

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 0 9

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 0 21

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 0 3

Persepsi Masyarakat Suku Melayu Terhadap Penggunaan Tali Pusat sebagai Obat Pada Bayi di Desa Besilam-Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2011

0 0 3

Tipologi Permukiman Etnik Melayu Di Dusun 2 Desa Besilam Babussalam Langkat

0 0 23