21
a. Pola permukiman memanjang Linear Pola permukiman memanjang memiliki ciri permukiman berupa
deretan memanjang karena mengikuti jalan, sungai, rel kereta api atau pantai.
Gambar 2.10 Pola permukiman penduduk memanjang Sumber: www.flickr.com
1. Mengikuti Jalan
Pada daerah ini permukiman berada di sebelah kanan dan kiri jalan. Umumnya pola permukiman seperti ini banyak terdapat di dataran rendah
yang morfologinya landai sehingga memudahkan pembangunan jalan- jalan di permukiman. Pola ini terbentuk secara alami untuk mendekati
sarana transportasi.
Universitas Sumatera Utara
22
Gambar 2.11 Pola permukiman penduduk mengikuti jalan Sumber: www.flickr.com
2. Mengikuti rel kereta api
Pada daerah ini permukiman berada di sebelah kanan dan kiri rel kereta api. Umumnya pola permukiman seperti ini banyak terdapat di
daerah perkotaan dan daerah yang padat penduduknya.
Gambar 2.12 Pola permukiman penduduk mengikuti rel kereta api Sumber: www.aulia kids.org
Universitas Sumatera Utara
23
3. Mengikuti alur sungai
Pada daerah ini permukiman terbentuk memanjang mengikuti aliran sungai. Biasanya pola permukiman ini terdapat di daerah pedalaman
yang memiliki sungai-sungai besar. Sungai-sungai tersebut memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan penduduk.
Gambar 2.13 Pola permukiman penduduk mengikuti alur sungai Sumber: www.flickr.com
4. Mengikuti Garis Pantai
Daerah pantai pada umumnya merupakan permukiman penduduk yang bermata pencaharian nelayan. Pada daerah ini permukiman terbentuk
memanjang mengikuti garis pantai. Hal itu untuk memudahkan penduduk dalam melakukan kegiatan ekonomi yaitu mencari ikan di laut.
Universitas Sumatera Utara
24
Gambar 2.14 Pola permukiman penduduk mengikuti garis pantai Sumber: www.gunungkidulkab.go.id
b. Pola Permukiman Terpusat
Pola permukiman ini mengelompok membentuk unit-unit yang kecil dan menyebar, umumnya terdapat di daerah pegunungan atau daerah
dataran tinggi yang berelief kasar, dan terkadang daerahnya terisolir. Di daerah pegunungan pola permukiman memusat mengitari mata air dan
tanah yang subur. Sedangkan daerah pertambangan di pedalaman permukiman memusat mendekati lokasi pertambangan. Penduduk yang
tinggal di permukiman terpusat biasanya masih memiliki hubungan kekerabatan dan hubungan dalam pekerjaan. Pola permukiman ini sengaja
dibuat untuk mempermudah komunikasi antar keluarga atau antar teman bekerja.
Universitas Sumatera Utara
25
Gambar 2.15 Pola permukiman terpusat di daerah pegunungan Sumber: lh3.ggpht.com
c. Pola Permukiman Tersebar
Pola permukiman tersebar terdapat di daerah dataran tinggi atau daerah gunung api dan daerah-daerah yang kurang subur. Pada daerah ini,
penduduk akan mendirikan permukiman secara tersebar karena mencari daerah yang tidak terjal, morfologinya rata dan relatif aman. Mata
pencaharian penduduk pada daerah ini sebagian besar dalam bidang pertanian, lading, perkebunan dan peternakan.
Universitas Sumatera Utara
26
Gambar 2.16 Pola permukiman tersebar Sumber: www.wikipedia.org
2.6. Masyarakat Melayu Sumatera Timur dalam Tata Kehidupan dan
Lingkungan Pemukimannya 2.6.1
Tata Kehidupan Masyarakat Melayu Sumatera Timur
Dalam kehidupan masyarakat Melayu Sumatera Timur, kerukunan ditujukan dari cara bertindak dan berperilaku, berupa hubungan antara
seseorang terhadap saudara-saudaranya, keluarga maupun masyarakat luas. Musyawarah merupakan cara yang dilakukan untuk menjaga kerukunan,
begitu pula terhadap pemeliharaan nilai-nilai religius dan tatanan lingkungan. Upacara ritual berkembang dan masih dijunjung tinggi di
kalangan masyarakat Melayu Sumatera Timur yang berdiam di suatu tempat, baik di desa maupun yang berada di kota. Semua hal tersebut
mempengaruhi pembentukan pola permukiman Melayu Sumatera Timur.
Universitas Sumatera Utara
27
Rukun merupakan keadaan ideal yang diharapkan dapat dipertahankan dalam kehidupan sosial budaya masyarakat dan keluarga.
Suasana kehidupan masyarakat diharapkan dapat mencerminkan keadaan masyarakat yang harmonis. Keadaan rukun terjadi apabila semua pihak
dalam keadaan damai, suka bekerja, saling menerima dalam keadaan tenang dan sepakat.
Suatu konflik dapat terjadi apabila kepentingan-kepentingan saling bertentangan. Kerukunan menuntut agar setiap individu berusaha untuk
melepaskan kepentingan pribadi untuk kepentingan desa atau kampung, dan merupakan perwujudan kerukunan. Hal tersebut terjadi misalnya pada
pembuatan saluran air, kegiatan bersih desa, perbaikan jalan dan lain-lain. Dalam menjaga kerukunan, orang melakukan musyawarah untuk
dapat menentukan sikap dan keputusan bagi orang banyak, sehingga orang dapat mengemukakan pendapatnya. Musyawarah dimana semua suara dan
pendapat didengarkan merupakan bentuk cara pengambilan keputusan sebagai pemecahan atas suatu masalah yang ditunjukkan oleh masyarakat
Melayu Sumatera Timur.
2.6.2. Masyarakat Melayu Sumatera Timur dan Lingkungan Permukimannya