65
aman  dan  sejahtera,  serta  memberi  peluang  untuk  pengembangan perkampungan ke masa depannya.
Acuan  di  atas  memberi  petunjuk  betapa  ketat  dan  cermatnya ketentuan  adat  tentang  membangun  suatu  perkampungan.  Orang  tua
menegaskan di dalam menyusuk kampung adat dipakai lembaga dijunjung, atau  dikatakan  apabila  kampung  hendak  didirikan,  adat  dan  undang  jadi
pedoman,  pantang  dan  larang  jadi  pegangan,  musyawarah  mufakat  jadi landasan.
2. Pengaruh pendidikan dan ilmu terhadap tumbuhnya permukiman di Dusun 2 Desa Besilam Babussalam
Dalam  kehidupan  masyarakat  Melayu,  pendidikan  dan  ilmu merupakan  hal  yang  juga  sangat  penting.  Orang  Melayu  dinilai
mengutamakan  pendidikan  dan  ilmu.  Hal  ini  tercermin  dalam  suatu ungkapan “Kalau hendak pergi meramu, carilah kayu berbuah lebat, kalau
mau menuntut ilmu, carilah ilmu  yang bermanfaat”. Pendidikan dan ilmu sangat  mempengaruhi  tumbuhnya  permukiman  Melayu.  Perkampungan
yang didirikan oleh orang Melayu banyak dijadikan sebagai tempat untuk menuntut  ilmu  dan  mengajarkan  ilmu  yang  memberi  manfaat  dunia
akhirat.  Hal  ini  dapat  dilihat  dari  nama  perkampungan  tersebut  yaitu “Kampung  Babussalam”  yang  berarti  semoga  penduduknya  beroleh
kesejahteraan dan keselamatan dunia dan akhirat. Selain itu orang Melayu juga mendirikan suatu permukiman di tempat yang tidak ramai dan sibuk.
Universitas Sumatera Utara
66
Hal ini bertujuan  agar dapat beribadah dan mengajar ilmu dengan tenang dan leluasa.
5.2. Pertumbuhan Permukiman Etnik Melayu di Dusun 2 Desa Besilam
Babussalam
Berdasarkan  hasil  wawancara  yang  dilakukan  terhadap  tokoh- tokoh  yang  memahami  permukiman  ini  maka  dapat  diambil  hasil
perkembangan permukiman pada Dusun 2 Desa Besilam Babussalam.
Gambar 5.1. Bentuk awal permukiman pada tahun 1881
Sumber: Digambar Ulang
Universitas Sumatera Utara
67
Seperti  yang  dilihat  pada  Gambar  5.1,  bentuk  awal  permukiman  adalah hutan  yang  sebagian  besarnya  ditanami  palawija,  durian  cempedak,  enau  dan
sebagian  lagi  kebun  lada.  Seperti  yang  diungkapkan  Kostof  1991,  bentuk permukiman pada awalnya adalah hutan yang kemudian dibebaskan dan dirambah
untuk  dijadikan  perkampungan.  Pada  saat  itu  tepatnya  tahun  1881,  Syekh  Abdul Wahab  beserta  keluarga  dan  rombongan  pindah  dengan  resmi  ke  Babussalam.
Sehingga pada saat itu membuat Syekh Abdul Wahab bekerja keras, merintis dan merambah hutan untuk dijadikan perkampungan. Seperti yang disebutkan Kostof
1991:12, pendiri dari suatu permukiman bisa berasal dari apapun. Dalam hal ini pendiri  awal  permukiman  di  Dusun  2  Desa  Besilam  Babussalam  adalah orang
Melayu asli yang datang langsung dari Riau. Selanjutnya  pada  sekitar  tahun  1882-1901  mulailah  Syekh  Abdul  Wahab
melakukan  pembangunan.  Pada  periode  ini  permukiman  sudah  mulai  tumbuh pada  sisi  timur  dari  Desa  Dusun  2  Gambar  5.2.  Bentuk  massa  bangunan
cenderung persegi panjang yang berdekatan antara satu banguna dengan bangunan lain di area hutan yang dibuka. Massa bangunan terhadap massa bangunan lainnya
berdiri  dengan  orientasi  pada  arah  timur  dan  barat.  Sisi  memanjang  dari  massa bangunan hunian bertemu dengan sisi memanjang lainnya membentuk ruang luar
yang sempit. Pada sisi bangunan  yang lain juga terbentuk ruang luar  yang linear dan  tidak  sempit  karena  jarak  orientasi  antara  sisi  bangunan  yang  memanjang
lebih lebar. Terdapat enam bangunan yang pada mulanya menempati Desa Dusun 2.  Pembangunan  pertama  yang  dilakukan  ialah  mendirikan  sebuah  Mandarsah
tempat  shalat  bagi  laki-laki  dan  wanita.  Luas  Mandarsah  ini  10x6  depa  yang
Universitas Sumatera Utara
68
dibuat dengan kayu-kayu sederhana. Kemudian Syekh Abdul Wahab membangun rumah  suluk,  khusus  laki- laki  dan  wanita.  Setelah  itu  Syekh  Abdul  Wahab
membangun rumah fakir miskin dan tempat penampungan anaak-anak yatim piatu dan janda-janda. Beberapa tahun kemudian, dibangun pula sebuah rumah tempat
tinggalnya sekeluarga di samping Mandarsah dengan ukuran 9x45 m yang terdiri dari  beberapa  buah  kamar.  Kamar-kamar  ini  disediakan  untuk  tempat  anak-anak
istri  beliau  serta  tamu-tamu  terhormat.  Antara  rumah  tempat  kediaman  dengan Mandarsah dihubungkan oleh dua jembatan kayu. Sebuah untuk pria dan  sebuah
lagi untuk wanita. Rumah ini disebut juga Mandarsah Kecil. Pada  tahun  1888,  Mandarsah  diganti  dengan  yang  baru.  Ukurannya  23x8
depa dengan tiang kayu, teras medang, lantai dan dinding papan serta atap nipah. Tetapi  pada  tahun  1888,  Syekh  Abdul Wahab  dituduh  membuat  uang  palsu  di
Kampung  Babussalam.  Akibatnya  beliau  pindah  ke  Malaysia  mengajar  dan mengembangkan ilmu agama sampai tahun 1891. Selama dua tahun yaitu sekitar
tahun 1892-1893, Kampung Babussalam dalam keadaan sepi dan terlantar. Yang ada  di  Babussalam  pada  saat  itu  hanyalah  7  buah  rumah.  Kebun-kebun  semak,
terlantar  dan  tidak  terurus.  Tumbuh-tumbuhan  kelapa,  durian,  rambutan,  dan mangga  tidak  terawat  dengan  baik.  Mandarsah  dan  tempat  kediaman  Tuan  Guru
sudah lapuk. Atapnya bocor dan rumput di sekitar halaman sudah tinggi. Dengan kondisi Kampung Babussalam yang tidak terawat maka Sultan Musa menghimbau
Tuan  Guru  untuk  kembali  ke  Babussalam.  Akhirnya  pada  tahun  1894,  Syekh Abdul Wahab kembali ke Kampung Babussalam setelah melakukan perjalanan ke
Johor  dan  Riau.  Pada  saat  itulah  Syekh  Abdul  Wahab  kembali  membangun
Universitas Sumatera Utara
69
Kampung Babussalam. Pada periode ni belum ada jalan. Penghuni menggunakan ruang luar yang ada untuk bersirkulasi.
Gambar 5.2. Bentuk permukiman pada tahun 1882-1901
Sumber: Digambar Ulang Kemudian  pada  sekitar  tahun  1902-1921  penambahan  rumah  terlihat
signifikan pada area depan Mandarsah seperti terlihat pada Gambar 5.3. Terdapat 16  penambahan  rumah  dengan  massa  bangunan  yang  lebih  kecil  dan  berdekatan
antara  satu  bangunan  dengan bangunan  lain  di  area  hutan  yang  dibuka.  Massa bangunan  terhadap  massa  bangunan  lainnya  berdiri  dengan  orientasi  pada  arah
Universitas Sumatera Utara
70
timur.  Penghuni  permukiman  adalah  masyarakat  yang  berperan  dalam  membuka hutan  dan  juga  masyarakat  pendatang.  Rata-rata  rumah  tersebut  didiami  oleh
keluarga  Tuan  Guru  yang  datang  dari  Riau.  Jalan  yang  menghubungkan  rumah- rumah  tersebut  masih  berupa  jalan  tikus,  yang  harus  dilalui  warga  dengan  susah
payah.  Pada  tahun  1906  Mandarsah  diperbaharui  kembali.  Ukurannya  25x52  m dengan  tiang  kayu,  pondasi  batu,  atap  genteng,  dinding  papan  dan  bermenara
tinggi. Untuk sampai ke menara orang harus melalui 6 tingkatan. Pada  kisaran  tahun  1906-1916,  Syekh  Abdul  Wahab  membuka  sebuah
perkebunan  jeruk  manis  di  suatu  areal  tanah  di  Kampung  Babussalam.    Syekh Abdul  Wahab  juga  membuka  perkebunan  karet,  lada  hitam,  kebun  pala,  kopi,
pinang,  durian,  rambutan,  jeruk  dan  kelapa.  Mengingat  kemajuan  Babussalam, maka  diperlukan  suatu  usaha  dalam  bidang  penerbitan.  Maka  pada  tahun  1907
dibelilah sebuah mesin cetak pertama di Langkat.
Universitas Sumatera Utara
71
Gambar 5.3. Bentuk permukiman pada tahun 1902-1921
Sumber: Digambar Ulang Kemudian  pada  sekitar  tahun  1922-1961  terlihat  penambahan  rumah
penduduk  mulai  meningkat.  Permukiman  sudah  mulai  tumbuh  pada  sisi  selatan, barat  daya,  barat  dan  utara  dari  Desa  Dusun  2.  Hal  tersebut  juga  dapat  terlihat
dengan adanya pola sirkulasi jalan utama di dalam permukiman yang sebelumnya hanya  berupa  jalan  tikus.  Penambahan  rumah  di  masa  ini  terlihat  cukup  banyak
pada  bagian  depan  permukiman  seperti  yang terlihat  pada  Gambar  5.4.  Rumah- rumah  yang  terdapat  di  bagian  depan  tumbuh  secara  signifikan  mengingat  jalan
Universitas Sumatera Utara
72
besar yang di depan semakin baik dan telah munculnya  jalan utama maupun jalan kecil menuju ke dalam permukiman. Jalan-jalan kecil yang muncul pada tahun ini
terbentuk di antara celah kosong di sisi rumah-rumah penduduk di Dusun 2 Desa Besilam Babussalam.
Pada tahun 1927 dimulailah pembangunan makam  yang terbuat dari batu dengan  ukuran  24x45  m  oleh  H.Yahya.  Makam  ini  terdiri  dari  3  ruangan  besar,
memanjang  dari  utara  ke  selatan.  Pada  tahun  1928-1945,  Pakih  Tuah  diangkat menjadi Kepala Kampung  Babussalam. Pembangunan  yang dilakukannya adalah
mengepalai  pembangunan  sebuah  rumah  janda  dan  orang-orang  terlantar  khusus wanita,  yang  terletak  dekat  kolam  tak jauh  dari  madrasah  besar  dengan  ukuran
20x20  m.  Terdiri  dari  dua  tingkat  dan  dapat  menampung  puluhan  janda.  Di  atas loteng  disediakan  tempat  untuk  mengaji.  Pembangunan  lain  yang  dilakukannya
adalah membangun 3 buah sumur pompa untuk umum, masing-masing terletak di lorong  barat,  dekat  makam  almarhum  dan  sebagian  lagi  dekat  Madrasah  Besar
bahagian  wanita.  Selain  itu  juga  membangun  jalan  raya  antara  Kampung Babussalam  dan  Tanjung  Pura.  Padatahun  1952-1960,  Pakih  Tuah  dan  Pakih
Muhammad  meneruskan  pembangunan makam  dengan  memperbaiki  dan menambah  kubah  di  puncak  ruangan  tengah.  Sesudah  Pakih  Tuah  meninggal
dunia, maka usaha pembangunan ini diteruskan pula oleh puteranya, H.A. Majid dengan dibantu oleh adik-adiknya yang lain.
Universitas Sumatera Utara
73
Gambar 5.4. Bentuk permukiman pada tahun 1922-1961
Sumber: Digambar Ulang Selanjutnya pada tahun 1962-2001, penambahan rumah terlihat signifikan
pada  area  belakang  Mandarsah  seperti  terlihat  pada  Gambar  5.5.  Akan  tetapi penambahan rumah jumlahnya tidak jauh berbeda  seperti pada tahun 1922-1961.
Banyak  penambahan  rumah  yang  berasal  dari  keluarga  yang  telah  ada sebelumnya.  Kondisi  pola  jalan  juga  terjadi  penambahan.  Pada  tahun  ini
dibangunlah  panti  asuhan  dan  tambak  ikan  oleh  masyarakat  dengan  gotong royong.  Tambak  ikan  yang  dibangun  warga digunakan  sebagai  suatu  ruang  luar
Universitas Sumatera Utara
74
yang  digunakan  masyarakat  Desa  Dusun  2  untuk  bersosialisasi.  Susunan  rumah- rumah  penduduk  diatur  dengan  rapi,  sehingga  terdapat  lorong-lorong  untuk
masing-masing suku.
Gambar 5.5. Bentuk permukiman pada tahun 1962-2001
Sumber: Digambar Ulang Pada  tahun  1989,  makam  Syekh  Abdul  Wahab  telah  diperbaiki  atas
bantuan  H.  Adnan  Matkudin,  Direktur  Pt.  Faduco  Jl.  Ismailiyah  No  159  Medan. H. Adnan Matkudin juga memperbaiki Madrasah Kecil.  Bantuan tersebut adalah
Universitas Sumatera Utara
75
wakaf  dari  H.  Adnan  Matkudin  dengan  ikhlas.  Pada  tahun  1992,  dibangunlah sebuah  benteng  untuk  mengatasi  ancaman  banjir  di  sepanjang  Sungai  Batang
Serangan oleh pemerintah Gambar 5.6. Pada tahun1996, gedung asrama pelajar sudah  lapuk.  Maka  daripada  itu  seorang  pengusaha  dari  Medan  bernama
Rahmatsyah  mengganti  dengan  gedung  baru  sebagai  wakaf.  Gedung  ini dipergunakan  sebagai  balai  pertemuan  umum  dan  pada  musim  HUL  gedung  ini
dipergunakan sebagai tempat menginap para tamu.
Gambar 5.6. Bentuk benteng yang berada di belakang permukiman
Kemudian perkembangan permukiman berlanjut sampai sekarang ini yaitu tahun 2014. Pada tahun ini hanya terdapat sedikit penambahan rumah. Di masa ini
lebih memfokuskan kepada perbaikan gedung dan rumah yang ditata dengan rapi. Jalan  utama sudah  diaspal  dan  dalam  kondisi  yang  baik.  Hingga  saat  ini  lahan
Universitas Sumatera Utara
76
kosong  yang  berada  di  Dusun  2  Desa  Besilam  Babussalam  dipakai  warga  untuk menanam buah-buahan dan sayuran.
Gambar 5.7. Bentuk permukiman pada tahun 2002-2014
Sumber: Digambar Ulang
Universitas Sumatera Utara
77
Adapun klasifikasi tipologi permukiman etnik  Melayu di Dusun 2 Desa Besilam Babussalam Langkat secara ringkas ditunjukkan pada tabel 5.1 di bawah ini.
Tabel 5.1 Tipologi Permukiman Etnik Melayu di Dusun 2 Desa Besilam Babussalam Langkat
Periode Terbentuknya Permukiman Bentuk Permukiman
Tahun 1881 - Permukiman belum terbentuk
- Tanah masih berupa hutan belantara
Universitas Sumatera Utara
78
Periode Terbentuknya Permukiman Bentuk Permukiman
Tahun 1882-1901
- Permukiman sudah mulai tumbuh pada sisi timur dari Desa Dusun 2
- Terdapat enam bangunan yang pada mulanya menempati Desa Dusun 2
- Penghuni permukiman adalah masyarakat yang juga berperan dalam
membuka hutan untuk digunakan sebagai area penelitian
- Bentuk massa bangunan cenderung persegi panjang yang berdekatan
antara satu bangunan dengan bangunan lain di area hutan yang
dibuka - Massa bangunan terhadap massa
bangunan lainnya berdiri dengan orientasi pada arah timur dan barat
1 Sisi  memanjang  dari  massa bangunan
hunian bertemu
dengan sisi
memanjang bangunan  lainnya  membentuk
ruang luar yang sempit 2 Pada  sisi  bangunan  yang  lain
Universitas Sumatera Utara
79
juga  terbentuk  ruang  luar  yang linear  dan  tidak  sempit  karena
jarak orientasi
antara sisi
bangunan yang
memanjang lebih lebar
- Pada periode ini belum ada jalan Penghuni menggunakan ruang luar
yang ada  untuk bersirkulasi
Tahun 1902-1921
- Permukiman sudah mulai tumbuh pada sisi utara dari Desa Dusun 2
- Terdapat penambahan 16 bangunan dengan massa bangunan yang lebih
kecil - Penghuni permukiman adalah
masyarakat yang juga berperan dalam membuka hutan
- Bentuk massa bangunan cenderung lebih kecil yang berdekatan antara satu
bangunan dengan bangunan lain di area hutan yang dibuka
Universitas Sumatera Utara
80
- Massa bangunan terhadap massa bangunan lainnya berdiri dengan
orientasi pada arah timur - Pada periode ini belum ada jalan
Penghuni menggunakan ruang luar yang ada  untuk bersirkulasi
Tahun 1922-1961
- Permukiman sudah mulai tumbuh pada sisi selatan, barat daya, barat dan
utara dari Desa Dusun 2 - Penambahan rumah penduduk terlihat
lebih signifikan - Penghuni permukiman adalah
masyarakat yang berperan dalam membuka hutan dan juga masyarakat
pendatang - Pada periode ini sudah terdapat jalan
utama dan jalan setapak yang bisa dilalui masyarakat untuk bersirkulasi
Universitas Sumatera Utara
81
Periode Terbentuknya Permukiman Bentuk Permukiman
Tahun 1962-2001 - Permukiman sudah mulai tumbuh
pada sisi selatan, barat daya, timur laut, timur, tenggara dan utara dari
Desa Dusun 2 - Penambahan rumah penduduk terlihat
lebih signifikan - Penghuni permukiman adalah
masyarakat yang berperan dalam membuka hutan dan juga masyarakat
pendatang
Tahun 2002-2014
- Pada periode ini, tidak terjadi penambahan rumah
- Pada periode ini lebih memfokuskan untuk memperbaiki bangunan yang
rusak - Lebih menata dengan rapi
permukiman - Jalan sudah dalam kondisi baik
Universitas Sumatera Utara
82
Dari  kondisi  permukiman  di  masa  sekarang  dapat  terlihat  bahwa permukiman  pada  Dusun  2  Desa  Besilam  Babussalam  termasuk  kategori
permukiman  yang  tumbuh  secara  tidak  terencana  berpola linear.  Karakteristik permukiman  tradisional  Melayu  awalnya  berupa  pola  sebaran  rumah  yang
berbanjar  mengikuti  sungai  atau  jalan.  Jarak  antara  rumah  yang  satu  dengan rumah  lainnya  tidak  terlalu  dekat  dan  kepadatan  bangunannya  rendah  dengan
vegetasi  alami yang  rindang  di  sekitarnya.  Menurut  Yuan  1987,  tidak  seperti pola  sebaran  rumah  di  permukiman  modern  yang  rigid,  pola  sebaran  rumah
tradisional  Melayu  dibangun  secara  acak  dan  tidak  berpola  sehingga memungkinkan  angin  dapat  bergerak  secara  alami  dengan  bebas  mengikuti
alirannya tanpa terhalang oleh bangunan rumah. Selain itu, tidak ada batasan yang jelas  antara  area  lahan  rumah  yang  satu  dengan  yang  lainnya.  Terkadang  tidak
semua rumah memiliki akses langsung terhadap jalan utama, namun harus melalui pekarangan rumah tetangga yang ada di depannya.
5.3. Tipologi Permukiman Etnik Melayu di Dusun 2 Desa Besilam
Babussalam
Perkembangan  permukiman  saat  ini  cenderung  kurang  memperhatikan keberadaan  rumah  tradisional,  khususnya  Arsitektur  Rumah  Tradisional  Melayu.
Rumah-rumah  tradisional  saat  ini  sudah  mulai  ditinggalkan  dan  menggantinya dengan  rumah  modern.  Kondisi  ini  memang  tidak  terlepas  dari  perubahan  pola
Universitas Sumatera Utara
83
hidup masyarakat, yang menuntut penyesuaian konsep hunian atau tempat tinggal yang lebih mengakomodasi kebutuhan penghuninya pada saat sekarang ini.
Identifikasi  dilakukan  untuk  mendapatkan  informasi  tentang  tipologi rumah  tinggal  Melayu  di  Dusun  2  Desa  Besilam  Babussalam.  Menurut  kamus
Merriam-Webster  Dictionary,  Wikipedia,  dan  Free  Online  Dictionary, tipologi adalah  studi  tentang  tipe  untuk  membuat  klasifikasi-klasifikasi  yang  didasarkan
pada    kesamaan  karakter  obyek  Galih  W,  2012  dalam  penelitian  arsitektur tradisional,  tipologi  digunakan  sebagai  alat  untuk  menganalisis  obyek.  Dengan
tipologi  suatu  obyek  arsitektur  dapat  dianalisis  perubahan-perubahan  yang berkaitan dengan bangun dasar, sifat dasar, serta proses perkembangan bangunan
dasar tersebut Mochsen M, 2005.
5.3.1. Tipologi Bangunan