Pembahasan Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

”persahabatan terjalin karena memiliki hobi yang sama”. Hal ini sesuai menurut Vaughan 2005 berpendapat bahwa alasan seseorang bergabung dalam kelompok karena adanya kesamaan sikap dan minat. Individu- individu yang memiliki minat dan sikap yang sama cenderung berkelompok. Dengan adanya minat yang sama maka siswa akan lebih mudah untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai minatnya tersebut. Penyesuaian diri yang dilakukan individu ini sesuai dengan faktor-faktor yang menyebabkan konformitas menurut Sears 2004: 80 individu menyesuaikan diri karena rasa takut pada penyimpangan. Rasa takut dipandang sebagai seseorang yang menyimpang merupakan faktor yang menyebabkan mereka menyesuaikan diri dan melakukan perilaku konformitas. Hal ini dapat terjadi pada siswa yang tidak ingin terlihat berbeda dari teman yang lain. Harapan siswa menyesuaikan diri adalah agar kelompok menyukainya dan memperlakukannya dengan baik dan keinginan menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan. Kedua , kesepakatan juga merupakan aspek konformitas yang ingin dijelaskan oleh peneliti sehubungan dengan hasil penelitian yang diperoleh dimana tingkat konformitas pada siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 termasuk dalam kategori sedang, artinya perilaku konformitas cukup tinggi juga terjadi pada aspek kesepakatan. Kesepakatan terjadi karena adanya keyakinan individu pada kelompok. Kesepakatan merupakan aspek yang menyebabkan munculkan perilaku konformitas Sears 2004: 85. Kesepakatan diperlukan saat seseorang dihadapkan pada keputusan kelompok, terlebih apabila keputusan dalam kelompok sudah bulat maka individu akan mendapat tekanan dari kelompok untuk menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat kelompok. Butir item yang dipilih oleh oleh siswa-siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang berkaitan dengan aspek kesepakatan dalam hal menyesuaikan pendapat dengan pendapat kelompok, yaitu: “ saya sependapat pada teman kelompok apabila mereka mengambil keputusan” , “ saya menganggap pendapat dari teman-teman kelompok sejalan dengan hati nurani saya” dan “ bila teman kelompok banyak yang setuju dengan pendapat mayoritas maka saya akan ikut setuju”. Dari item yang dipilih oleh para siswa, peneliti dapat mengartikan bahwa siswa-siswa kelas XII berusaha untuk menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat kelompok sehingga memilih untuk sepakat. Keseragaman suara akan terjadi karena lebih mudah berpendapat jika pendapat sama dengan pendapat orang lain. Siswa yang memiliki pendapat yang berbeda dengan kelompok biasanya akan dikucilkan. Sebaliknya apabila kelompok memiliki pendapat yang sama dengan pendapat individu, maka keyakinan individu akan pendapatnya sendiri akan semakin kuat. Perilaku siswa yang selalu menyamakan pendapatnya dengan kelompok dan selalu membenarkan pendapat kelompok meskipun sebenarnya bertentangan dengan nilai yang dianutnya demi dapat diterima oleh kelompok. Hal inilah yang menyebabkan perilaku siswa mengarah ke perilaku konformitas. Siswa mengikuti pendapat kelompok agar tidak dikucilkan oleh kelompok dikarenakan adanya keyakinan yang kuat terhadap kelompok. Keyakinan pada kelompok ini juga merupakan salah satu penyebab perilaku konformitas terjadi. Keyakinan yang kuat pada kelompok dapat dikarenakan kepercayaan yang lemah terhadap penilaian pada diri sendiri, semakin rendah rasa percaya yang dimiliki maka akan semakin besar kemungkinan individu akan mengikuti pendapat kelompok. Keyakinan pada kelompok dipilih oleh siswa kelas XII, pernyataan item tersebut yaitu : “saya yakin nasihat dari teman -teman saya dapat membantu menyelesaikan masalah saya” , “ teman-teman kelompok selalu memban tu menyelesaikan masalah saya” , “ saya merasa dilindungi ketika berada dalam kelompok”. Dari pernyataan-pernyataan yang dipilih oleh siswa kelas XII ini peneliti mengindikasikan bahwa siswa merasa yakin terhadap kelompok disebabkan oleh keahlian para anggota kelompok dalam memberikan kenyamanan pada dirinya. Siswa memiliki ketergantungan pada kelompok dalam menyelesaikan masalah, karena menganggap kelompok memiliki tingkat keahlian dan pengetahuan yang banyak mengenai masalah yang dihadapinya. Ketiga , ketaatan juga menjadi aspek yang dapat menunjukkan seberapa tinggi perilaku konformitas pada seseorang. Perilaku konformitas akan terlihat dengan adanya ketaatan yang dilakukan oleh individu terhadap kelompoknya. Ketaatan berarti tekanan atau tuntutan dari kelompok terhadap individu yang menyebabkan individu rela melakukan tindakan yang diminta oleh kelompok. Ketaatan yang dilakukan oleh individu pada kelompok misalnya patuh dan tunduk pada aturan yang berlaku dalam kelompok. Siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta relatif banyak memilih pernyataan yang menunjukkan perilaku atau sikap yang patuh pada aturan kelompok, yaitu: ”saya mematuhi setiap aturan yang sudah ditetapkan oleh kelompok” dan “ demi teman-teman dan kebersamaan, saya akan melakukan apapun yang teman-teman anjurkan kepada saya”. Dari pernyataan-pernyataan yang dipilih oleh para siswa kelas XII ini maka terlihat bahwa siswa mematuhi aturan yang ditetapkan oleh kelompok. Menurut Sears 2004: 85 pada aspek konformitas yaitu ketaatan, ada bebarapa bentuk tekanan sosial yang dapat memunculkan ketaatan, seperti: 1 ketaatan terhadap otoritas yang sah, dengan adanya otoritas yang sah kelompok mempunyai hak untuk menuntut ketaatan terhadap perintahnya; 2 ketaatan terjadi karena adanya hukuman atau ancaman, salah satu cara untuk menimbulkan ketaatan adalah dengan memberikan tekanan terhadap individu melalui hukuman atau ancaman. Kepatuhan individu terhadap aturan kelompok bertujuan untuk mendapatkan penghargaan atau menghindari hukuman. Individu rela melakukan perintah yang diminta oleh kelompok meskipun bertentangan dengan nilai yang diyakininya. Selain kepatuhan sebagai bentuk ketaatan, kesediaan melakukan sesuatu yang menjadi norma kelompok ternyata juga dipilih oleh siswa kelas XII, yaitu: ”saya membela teman -teman kelompok dalam keadaan apapun” dan ” saya bersedia berbohong untuk melindungi teman kelompok ” hal ini sesuai dengan Sears 2004 :85 yaitu aspek ketaatan. Dimana Sears berpendapat bahwa tekanan atau tuntutan kelompok menyebabkan individu rela melakukan tindakan yang menjadi tuntutan kelompok. Item yang dipilih oleh siswa kelas XII ini menjelaskan bahwa siswa rela melakukan sesuatu yang diminta oleh kelompok seperti membela teman dalam keadaan apapun meskipun mungkin bertentangan dengan dirinya namun sebagai bukti dari ketaatan pada kelompok. Selanjutnya ketaatan juga dapat terlihat dari perilaku individu yang meniru perilaku kelompok. Siswa kelas XII juga memilih pernyataan yang mengarah pada sikap meniru perilaku kelompok, seperti: ”saya tidak langsung pulang sekolah tetapi nongkrong terlebih dahulu dengan teman- teman kelompok”. Alasan siswa meniru perilaku dalam kelompok adalah keinginan untuk disukai oleh kelompok, siswa akan berusaha mengikuti perilaku dalam kelompok terlebih bagi individu yang sudah sangat akrab akan cenderung melakukan kebiasaan yang sama bersama kelompoknya. Ini sesuai menurut Calhoun 1990 berpendapat bahwa perilaku konformitas akan mengubah keyakinan dan tingkah seseorang agar sesuai dengan kelompok. Setelah membahas tingkat konformitas yang masuk dalam kategori sedang, peneliti juga ingin memaparkan bahwa ditemui juga sebanyak 1 item atau 2,3 yang masuk dalam tingkat konformitas tinggi. Pernyataan item tersebut berbunyi ”Saya percaya pada setiap informasi yang disampaikan oleh teman- teman kelompok saya” . Individu yang mudah mempercayai setiap informasi-informasi yang disampaikan oleh kelompoknya dapat disebabkan oleh kurangnya informasi yang individu ketahui, sehingga individu akan berusaha mencari informasi dari kelompoknya dan meyakini kebenaran dari informasi yang didapat dari kelompoknya tersebut. Informasi yang diperoleh ini bisa merupakan informasi yang benar atau sebaliknya merupakan informasi yang salah. Dibutuhkan sikap dan pikiran yang benar bagi individu untuk merespon informasi yang ia peroleh, namun seringkali karena memiliki keyakinan yang kuat pada kelompok individu langsung mempercayai informasi yang diberikan oleh kelompok tanpa mencari kebenaran informasi itu terlebih dahulu. Sikap seperti inilah salah satu yang menyebabkan munculnya perilaku konformitas pada individu. Siswa kelas XII SMA yang berusia sekitar 16-17 merupakan individu yang masuk dalam usia remaja akhir yaitu usia dimana pada usia ini tugas perkembangannya sangat dipengaruhi oleh proses sosialisasinya dengan teman sebaya, sehingga pengaruh teman sebaya sangat kuat terhadap sikap dan perilaku mereka. Berdasarkan pemaparan pada hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa berperilaku yang mengarah pada konformitas yang negatif. Konformitas yang dilakukan oleh para siswa masih pada tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok teman sebaya terhadap anggota kelompoknya tetapi memiliki pengaruh yang kuat dan menyebabkan munculnya perilaku-perilaku tertentu dalam kelompok. Konformitas merupakan perubahan tingkah laku, keyakinan dan persepsi individu terhadap kelompok yang tekanannya dapat bersifat nyata atau hanya sesuatu yang dibayangkan sebagai tuntutan dalam kelompok. Kecenderungan konformitas seringkali menyebabkan individu mengabaikan kebutuhan dan nilai-nilai pribadi. Konformitas yang terjadi pada siswa kelas XII ini lebih mengarah kepada ketergantungan dan penyesuaian diri siswa pada hubungan sosialnya dengan teman-teman. Sikap mengikuti atau menyesuaikan penampilan fisik tidak terlihat terjadi pada siswa kelas XII, seperti menyamakan model rambut, menggunakan sepatu, baju, alat komunikasi yang sama tidak banyak dipilih oleh siswa kelas XII. Disinilah terlihat masalah yang dialami oleh siswa menyangkut hubungan sosialnya dengan teman-teman, seperti keinginan untuk hidup sesuai dengan orang lain. Keinginan untuk sesuai dengan orang lain itu yang menyebabkan individu rela mematuhi dan mengikuti apa yang diinginkan teman-temannya. Sikap tersebut yang dapat menyebabkan perilaku konformitas terjadi. Perubahan sosial pada masa remaja dipengaruhi oleh kuatnya pengaruh kelompok, nilai baru dalam memilih teman. Hal ini sebenarnya merupakan kerugian bagi individu sebagai pribadi yang harusnya berkembang utuh: berorientasi pada orang lain, tetapi juga berorientasi pada diri sendiri dengan mengaktualisasi apa yang menjadi suara hatinya sendiri dan juga apa yang menjadi nilai dalam prinsip hidupnya. Individu yang berperilaku konformitas tidak dapat mengaktualisasikan diri karena ia sangat bergantung dengan nilai atau norma yang ditetapkan oleh orang lain maupun kelompoknya. Kebutuhan individu untuk diterima dalam kelompok begitu besar. Individu seringkali harus menampilkan diri sedemikian rupa agar terhindar dari penolakan oleh kelompok. Hal ini semacam topeng yang digunakan oleh individu, karena pada dasarnya setiap manusia memiliki kecenderungan ingin diterima oleh orang lain. Menghindari perilaku konformitas khususnya konformitas yang negatif, individu harus mengalami proses individuasi. Menurut Jung dalam buku Kunci Pengembangan Diri 2009:13 individuasi merupakan jalan yang harus ditempuh setiap individu agar dapat mewujudkan atau mengembangkan kepribadiannya yang asli. Dengan proses ini individu akan menjadi diri sendiri atau relialisasi diri. Proses menjadi diri sendiri bukan hal yang mudah. Selalu disertai dengan beban psikis atau respon yang kurang menyenangkan dari orang lain karena individu akan merasa sunyi, sepi dan terpisah dari orang lain. Individu harus melepaskan diri dari ketergantungan pada kelompok, melepaskan kecenderungannya yang konformis, dan ketergantungan terhadap status sosial yang selama ini dapat menghindari rasa kesunyian. Mencapai individuasi tidak sama dengan mencapai pribadi yang egois atau individualistis. Dalam proses individuasi yang dititikberatkan bukanlah ego, melainkan diri self secara utuh. Perkembangan diri yang utuh tidak bersifat eksklusif, melawan sifat sosial. Sebaliknya individuasi menurut Jung merupakan kebersamaan atau solidaritas dalam kelompok atau hubungan interaksi dengan orang lain namun individu tetap setia pada keaslian diri dan tetap pada nilai yang dianutnya.

C. Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi Sosial

Topik-topik bimbingan disusun berdasarkan butir-butir item yang terindikasi memiliki skor pada kategori sedang dan tinggi pada aspek kekompakan, kesepakatan dan ketaatan. Adapun topik-topik bimbingan yang implikatif dapat diusulkan untuk membantu mengatasi perilaku konformitas pada siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 20142015 dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13 Rumusan Butir-butir item dan Usulan Topik-topikBimbingan Pribadi sosial No ASPEK INDIKATOR BUTIR RUMUSAN PERNYATAAN USULAN TOPIK KETERANGAN USULAN TOPIK Sumber Pustaka 1. Kekompakan Eratnya hubungan individu dengan kelompok 1 Saya mengikuti kemanapun teman kelompok ajak bermain Berani Berkata Tidak - Mampu membagi waktu bermain dengan teman - Mampu menolak ajakan teman bermain Cawood, Diana. 1997. Manajer Yang Asertif. Jakarta: Gramedia Pusaka Utama. 6 Saya hanya menceritakan rahasia saya kepada teman- teman kelompok Komunikasi yang terbuka - Mampu memilih apa yang diceritakan dan tidak diceritakan kepada teman - Mampu memilih orang yang dapat dipercaya untuk dijadikan teman bercerita Sinurat, R. H. Dj. 1999. Reader Mata Kuliah Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Program Studi Bimbingan dan Konseling. Universitas Sanata Dharma. Supraktinya, A. 1995. Tinjauan Psikologi: Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius. 55 Saat liburan sekolah, saya memilih tidak pulang kampung karena senang dengan teman-teman di sini Pergaulan - Mampu mengambil manfaat yang baik dari pergaulan dengan teman-teman Hogan, Kevin Mary. Lee.Labay. 2009. Personal Attraction: Agar Siapa pun Tertarik Kepada Anda dan Tidak Bisa Menolak Anda. Jakarta: PT Cahaya Insan Suci. Widyarini, Nilam. 2009. Seri Psikologi Populer Membangun Hubungan Antar Manusia. Jakarta:Gramedia. 59 Menurut saya sahabat adalah yang selalu pergi bersama-sama Keinginan untuk menjadi anggota dalam kelompok 10 Saya akan berperilaku sesuai dengan aturan kelompok agar saya dapat diterima sebagai anggota kelompok Be your self - Mampu menjadi diri sendiri dalam kelompok Adams, Linda Lenz, Elinor. 1995. Be Your Best – Jadilah Diri Anda Sendiri. Efektivitas Pribadi dalam Hidup dan Hubungan Anda. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.. 47 Saya akan lebih mengutamakan kepentingan kelompok daripada kepentingan pribadi Prioritas - Mampu mendahulukan yang utama dan bermanfaat Moran, Victoria. 2001. Bahagia Dalam Kesibukan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Penyesuaian diri terhadap kelompok 45 Saya akan memilih kegiatan yang sama dengan teman- Menggali potensi diri - Mampu mengembangkan potensi yang ada dalam diri dengan sebaik mungkin Widyarini, Nilam. 2009. Seri Psikologi Populer Kunci Pengembangan Diri. Jakarta:Gramedia. teman kelompok Widyarini, Nilam. 2009. Seri Psikologi Populer Membangun Hubungan Antar Manusia. Jakarta:Gramedia. 60 Persahabatan terjalin karena memiliki hobi yang sama - Mampu mengenali potensi yang dimiliki 2. Kesepakatan Berusaha menyesuaikan pendapat dengan kelompok 23 Saya sependapat dengan teman kelompok bila mereka memutuskan sesuatu Berpikir kritis - Mampu menggunakan pikiran sehat dan tepat saat menyampaikan pendapat atau usulan - Mampu menyampaikan pendapat dengan jelas dan mudah dipahami Moran, Victoria. 2001. Bahagia Dalam Kesibukan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Supraktinya, A. 1995. Tinjauan Psikologis: Komunikasi antar Pribadi. Yogyakarta. Kanisius. 24 Saya menganggap pendapat dari teman-teman kelompok sejalan dengan hati nurani saya 40 Bila teman kelompok banyak yang setuju dengan pendapat mayoritas maka saya akan ikut setuju Asertivitas - Mampu menerima perbedaan pendapat saat berdiskusi dengan orang lain - Mampu mengekpresikan ketidaksetujuan dengan bahasa yang sopan dan tidak menyinggung perasaan orang lain. Supraktinya, A. 1995. Tinjauan Psikologis: Komunikasi antar Pribadi. Yogyakarta. Kanisius. Widyarini, Nilam. 2009. Seri Psikologi Populer Membangun Hubungan Antar Manusia. Jakarta:Gramedia. Keyakinan terhadap kelompok 27 Teman kelompok saya selalu membantu menyelesaikan masalah saya Aku Bisa Memecahkan Masalah Berpikir kritis - Mampu menyelesaikan persoalan sendiri dan tidak bergantung pada teman- teman Hardjono, A. M. 1994. Cara Mengatasi Stres tanpa Distres Mengolah Stres. Yogyakarta: Kanisius. Supraktinya, A. 1995. Tinjauan Psikologis: Komunikasi antar Pribadi. Yogyakarta. Kanisius. 28 Saya percaya pada setiap informasi yang disampaikan oleh teman-teman kelompok saya. 29 Saya yakin nasihat dari teman-teman kelompok membantu menyelesaikan masalah saya Adams, Linda Lenz, Elinor. 1995. Be Your Best – Jadilah Diri Anda Sendiri. Efektivitas Pribadi dalam Hidup dan Hubungan Anda. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.. 44 Saya merasa dilindungi saat berada dalam kelompok Percaya diri - Memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam diri Centi. J. Paul. 1993. Mengapa Rendah Diri. Yogyakarta: Kanisius. 3. Ketaatan Kesediaan melakukan sesuatu yang menjadi norma kelompok 4 Saya membela teman-teman kelompok dalam keadaan apapun Asertivitas Asertivitas Asertivitas - Berani menolak hal yang tidak sesuai dengan keinginan - Berani berkata tidak pada tindakan yang negatif - Mampu menerima akibat dari perbuatan yang dilakukan Supraktinya, A. 1995. Tinjauan Psikologis: Komunikasi antar Pribadi. Yogyakarta. Kanisius. Cawood, Diana. 1997. Manajer Yang Asertif. Jakarta: Gramedia Pusaka Utama. Hogan, Kevin Mary. Lee.Labay. 2009. Personal Attraction: Agar Siapa pun Tertarik Kepada Anda dan Tidak Bisa Menolak Anda. Jakarta: PT Cahaya Insan Suci. Widyarini, Nilam. 2009. Seri Psikologi Populer Membangun Hubungan Antar Manusia. Jakarta:Gramedia. 30 Saya bersedia berbohong untuk melindungi teman kelompok saya Patuh dan tunduk pada aturan yang berlaku dalam kelompok 32 Saya mematuhi setiap aturan yang telah ditetapkan oleh kelompok 49 Demi teman-teman dan kebersamaan, saya akan melakukan apapun yang teman-teman anjurkan kepada saya Meniru perilaku dalam kelompok 56 Saya tidak langsung pulang sekolah tetapi nongkrong dulu dengan teman-teman kelompok. 77

BAB V PENUTUP

Pada bab ini dipaparkan kesimpulan dan saran. Bagian kesimpulan memuat kesimpulan akhir dari penelitian. Bagian saran memuat saran-saran untuk pihak yang ada di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta serta bagi peneliti lain.

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu: 1. Sebagian besar 59 siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta memiliki perilaku konformitas tingkat sedang atau cukup tinggi. 2. Teridentifikasi 19 item hasil pengukuran tingkat konformitas siswa yang masuk capaian skornya dalam kategori sedang dan 1 masuk dalam kategori tinggi. Kesembilan belas item kategori sedang dan satu item kategori tinggi tersebut kemudian digunakan untuk menyusun usulan topik bimbingan pribadi sosial, jumlah seluruhnya menjadi 20 item yang terdiri dari tiga aspek dengan delapan indikator dan dipilih perolehan skor yang paling tinggi diantara kategori sedang sebagai dasar penyusunan usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial yang implikatif untuk membantu menghilangkan perilaku konformitas pada siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 20142015.

B. Saran

Berikut ini peneliti mengungkapkan saran-saran kepada beberapa pihak.

1. Guru BK atau pembimbing

Guru BK atau pembimbing dapat memanfaatkan dan memakai usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial dari peneliti serta akan lebih baik apabila memberikan tema bimbingan yang selaras dengan tugas perkembangan siswa SMA. Apabila diperlukan, dapat juga mengadakan layanan konseling individual maupun kelompokdengan demikian diharapkan mampu membantu para siswa dalam mengatasi permasalahan mereka. Selain itu, pemberian bimbingan melalui kegiatan-kegiatan dalam kelompok akan lebih membantu dalam melakukan pendekatan pada siswa untuk mengatasi perilaku konformitas yang negatif secara lebih efektif.

2. Guru Bidang Studi

Guru bidang studi dapat mengadakan kerjasama dengan guru BK untuk memudahkan guru bidang studi mengenal dan memahami siswa terutama bila terdapat tindakan yang mengarah pada perilaku konformitas terutama di kelas saat sedang memberikan materi pelajaran atau di lingkungan sekolah.

Dokumen yang terkait

Deskripsi tingkat kecerdasan emosional siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2014/2015 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal.

0 0 132

Tingkat konformitas siswa : studi deskriptif pada siswa kelas XI SMK Marsudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

0 2 121

Tingkat konformitas siswa Sekolah Menengah Atas : studi deskriptif pada siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial.

0 0 128

Konsep diri siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

0 0 115

Deskripsi motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan.

0 0 117

Tingkat konformitas siswa studi deskriptif pada siswa kelas XI SMK Marsudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 20122013 dan implikasinya terhadap usulan topik topik bimbingan pribadi sosial

0 0 119

Konsep diri siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012 2013 dan implikasinya terhadap usulan topik topik bimbingan pribadi sosial

0 4 113

KONSEP DIRI PARA SISWA KELAS XI SMA STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20082009 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL SKRIPSI

0 0 98

STUDI TENTANG KEBIASAAN BELAJAR PARA SISWA KELAS XI SMA STELLA DUCE BANTUL YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 20082009 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR

0 0 107

DESKRIPSI KECERDASAAN EMOSIONAL REMAJA SISWA KELAS VIII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20112012 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK

0 0 108