Pembahasan Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
”persahabatan terjalin karena memiliki hobi yang sama”. Hal ini sesuai menurut Vaughan 2005 berpendapat bahwa alasan seseorang bergabung
dalam kelompok karena adanya kesamaan sikap dan minat. Individu- individu yang memiliki minat dan sikap yang sama cenderung
berkelompok. Dengan adanya minat yang sama maka siswa akan lebih mudah
untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai minatnya tersebut. Penyesuaian diri yang dilakukan individu ini sesuai dengan faktor-faktor
yang menyebabkan konformitas menurut Sears 2004: 80 individu menyesuaikan diri karena rasa takut pada penyimpangan. Rasa takut
dipandang sebagai seseorang yang menyimpang merupakan faktor yang menyebabkan mereka menyesuaikan diri dan melakukan perilaku
konformitas. Hal ini dapat terjadi pada siswa yang tidak ingin terlihat berbeda dari teman yang lain. Harapan siswa menyesuaikan diri adalah
agar kelompok menyukainya dan memperlakukannya dengan baik dan keinginan menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan.
Kedua
, kesepakatan juga merupakan aspek konformitas yang ingin dijelaskan oleh peneliti sehubungan dengan hasil penelitian yang
diperoleh dimana tingkat konformitas pada siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 termasuk dalam kategori sedang, artinya perilaku konformitas
cukup tinggi juga terjadi pada aspek kesepakatan. Kesepakatan terjadi karena adanya keyakinan individu pada kelompok. Kesepakatan
merupakan aspek yang menyebabkan munculkan perilaku konformitas Sears 2004: 85.
Kesepakatan diperlukan saat seseorang dihadapkan pada keputusan kelompok, terlebih apabila keputusan dalam kelompok sudah
bulat maka individu akan mendapat tekanan dari kelompok untuk menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat kelompok. Butir item yang
dipilih oleh oleh siswa-siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang berkaitan dengan aspek kesepakatan dalam hal menyesuaikan
pendapat dengan pendapat kelompok, yaitu: “ saya sependapat pada
teman kelompok apabila mereka mengambil keputusan” , “ saya
menganggap pendapat dari teman-teman kelompok sejalan dengan hati
nurani saya” dan “ bila teman kelompok banyak yang setuju dengan pendapat mayoritas maka saya akan ikut setuju”.
Dari item yang dipilih oleh para siswa, peneliti dapat mengartikan bahwa siswa-siswa kelas XII berusaha untuk menyesuaikan
pendapatnya dengan pendapat kelompok sehingga memilih untuk sepakat. Keseragaman suara akan terjadi karena lebih mudah berpendapat jika
pendapat sama dengan pendapat orang lain. Siswa yang memiliki pendapat yang berbeda dengan kelompok biasanya akan dikucilkan. Sebaliknya
apabila kelompok memiliki pendapat yang sama dengan pendapat individu, maka keyakinan individu akan pendapatnya sendiri akan
semakin kuat. Perilaku siswa yang selalu menyamakan pendapatnya dengan kelompok dan selalu membenarkan pendapat kelompok meskipun
sebenarnya bertentangan dengan nilai yang dianutnya demi dapat diterima oleh kelompok. Hal inilah yang menyebabkan perilaku siswa mengarah ke
perilaku konformitas. Siswa mengikuti pendapat kelompok agar tidak dikucilkan oleh
kelompok dikarenakan adanya keyakinan yang kuat terhadap kelompok. Keyakinan pada kelompok ini juga merupakan salah satu penyebab
perilaku konformitas terjadi. Keyakinan yang kuat pada kelompok dapat dikarenakan kepercayaan yang lemah terhadap penilaian pada diri sendiri,
semakin rendah rasa percaya yang dimiliki maka akan semakin besar kemungkinan individu akan mengikuti pendapat kelompok.
Keyakinan pada kelompok dipilih oleh siswa kelas XII, pernyataan item tersebut yaitu
: “saya yakin nasihat dari teman
-teman saya dapat membantu
menyelesaikan masalah saya”
,
“
teman-teman kelompok selalu memban
tu menyelesaikan masalah saya”
,
“
saya merasa
dilindungi ketika berada dalam kelompok”. Dari pernyataan-pernyataan yang dipilih oleh siswa kelas XII ini
peneliti mengindikasikan bahwa siswa merasa yakin terhadap kelompok disebabkan oleh keahlian para anggota kelompok dalam memberikan
kenyamanan pada dirinya. Siswa memiliki ketergantungan pada kelompok dalam menyelesaikan masalah, karena menganggap kelompok memiliki
tingkat keahlian dan pengetahuan yang banyak mengenai masalah yang dihadapinya.
Ketiga
, ketaatan juga menjadi aspek yang dapat menunjukkan seberapa tinggi perilaku konformitas pada seseorang. Perilaku konformitas
akan terlihat dengan adanya ketaatan yang dilakukan oleh individu terhadap kelompoknya. Ketaatan berarti tekanan atau tuntutan dari
kelompok terhadap individu yang menyebabkan individu rela melakukan tindakan yang diminta oleh kelompok. Ketaatan yang dilakukan oleh
individu pada kelompok misalnya patuh dan tunduk pada aturan yang berlaku dalam kelompok. Siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta
relatif banyak memilih pernyataan yang menunjukkan perilaku atau sikap yang patuh pada aturan kelompok, yaitu:
”saya mematuhi setiap aturan
yang sudah ditetapkan oleh
kelompok” dan “
demi teman-teman dan kebersamaan, saya akan melakukan apapun yang teman-teman anjurkan
kepada saya”.
Dari pernyataan-pernyataan yang dipilih oleh para siswa kelas XII ini maka terlihat bahwa siswa mematuhi aturan yang ditetapkan oleh
kelompok. Menurut Sears 2004: 85 pada aspek konformitas yaitu ketaatan, ada bebarapa bentuk tekanan sosial yang dapat memunculkan
ketaatan, seperti: 1 ketaatan terhadap otoritas yang sah, dengan adanya otoritas yang sah kelompok mempunyai hak untuk menuntut ketaatan
terhadap perintahnya; 2 ketaatan terjadi karena adanya hukuman atau ancaman, salah satu cara untuk menimbulkan ketaatan adalah dengan
memberikan tekanan terhadap individu melalui hukuman atau ancaman. Kepatuhan individu terhadap aturan kelompok bertujuan untuk
mendapatkan penghargaan atau menghindari hukuman. Individu rela melakukan perintah yang diminta oleh kelompok meskipun bertentangan
dengan nilai yang diyakininya. Selain kepatuhan sebagai bentuk ketaatan, kesediaan melakukan
sesuatu yang menjadi norma kelompok ternyata juga dipilih oleh siswa kelas XII, yaitu:
”saya membela teman
-teman kelompok dalam keadaan
apapun” dan ”
saya bersedia berbohong untuk melindungi teman kelompok
” hal ini sesuai dengan Sears 2004 :85 yaitu aspek ketaatan.
Dimana Sears berpendapat bahwa tekanan atau tuntutan kelompok menyebabkan individu rela melakukan tindakan yang menjadi tuntutan
kelompok. Item yang dipilih oleh siswa kelas XII ini menjelaskan bahwa siswa rela melakukan sesuatu yang diminta oleh kelompok seperti
membela teman dalam keadaan apapun meskipun mungkin bertentangan dengan dirinya namun sebagai bukti dari ketaatan pada kelompok.
Selanjutnya ketaatan juga dapat terlihat dari perilaku individu yang meniru perilaku kelompok. Siswa kelas XII juga memilih pernyataan
yang mengarah pada sikap meniru perilaku kelompok, seperti: ”saya tidak
langsung pulang sekolah tetapi nongkrong terlebih dahulu dengan teman-
teman kelompok”. Alasan siswa meniru perilaku dalam kelompok adalah keinginan untuk disukai oleh kelompok, siswa akan berusaha mengikuti
perilaku dalam kelompok terlebih bagi individu yang sudah sangat akrab akan cenderung melakukan kebiasaan yang sama bersama kelompoknya.
Ini sesuai menurut Calhoun 1990 berpendapat bahwa perilaku
konformitas akan mengubah keyakinan dan tingkah seseorang agar sesuai dengan kelompok.
Setelah membahas tingkat konformitas yang masuk dalam kategori sedang, peneliti juga ingin memaparkan bahwa ditemui juga
sebanyak 1 item atau 2,3 yang masuk dalam tingkat konformitas tinggi. Pernyataan item tersebut berbunyi
”Saya percaya pada setiap informasi
yang disampaikan oleh teman-
teman kelompok saya”
.
Individu yang mudah mempercayai setiap informasi-informasi yang disampaikan oleh
kelompoknya dapat disebabkan oleh kurangnya informasi yang individu ketahui, sehingga individu akan berusaha mencari informasi dari
kelompoknya dan meyakini kebenaran dari informasi yang didapat dari kelompoknya tersebut. Informasi yang diperoleh ini bisa merupakan
informasi yang benar atau sebaliknya merupakan informasi yang salah. Dibutuhkan sikap dan pikiran yang benar bagi individu untuk merespon
informasi yang ia peroleh, namun seringkali karena memiliki keyakinan yang kuat pada kelompok individu langsung mempercayai informasi yang
diberikan oleh kelompok tanpa mencari kebenaran informasi itu terlebih dahulu. Sikap seperti inilah salah satu yang menyebabkan munculnya
perilaku konformitas pada individu. Siswa kelas XII SMA yang berusia sekitar 16-17 merupakan
individu yang masuk dalam usia remaja akhir yaitu usia dimana pada usia ini tugas perkembangannya sangat dipengaruhi oleh proses sosialisasinya
dengan teman sebaya, sehingga pengaruh teman sebaya sangat kuat terhadap sikap dan perilaku mereka.
Berdasarkan pemaparan pada hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa berperilaku yang mengarah pada
konformitas yang negatif. Konformitas yang dilakukan oleh para siswa masih pada tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok teman sebaya
terhadap anggota kelompoknya tetapi memiliki pengaruh yang kuat dan menyebabkan munculnya perilaku-perilaku tertentu dalam kelompok.
Konformitas merupakan perubahan tingkah laku, keyakinan dan persepsi individu terhadap kelompok yang tekanannya dapat bersifat nyata atau
hanya sesuatu yang dibayangkan sebagai tuntutan dalam kelompok. Kecenderungan
konformitas seringkali
menyebabkan individu
mengabaikan kebutuhan dan nilai-nilai pribadi. Konformitas yang terjadi pada siswa kelas XII ini lebih mengarah kepada ketergantungan dan
penyesuaian diri siswa pada hubungan sosialnya dengan teman-teman. Sikap mengikuti atau menyesuaikan penampilan fisik tidak terlihat terjadi
pada siswa kelas XII, seperti menyamakan model rambut, menggunakan sepatu, baju, alat komunikasi yang sama tidak banyak dipilih oleh siswa
kelas XII. Disinilah terlihat masalah yang dialami oleh siswa menyangkut hubungan sosialnya dengan teman-teman, seperti keinginan untuk hidup
sesuai dengan orang lain. Keinginan untuk sesuai dengan orang lain itu yang menyebabkan individu rela mematuhi dan mengikuti apa yang
diinginkan teman-temannya. Sikap tersebut yang dapat menyebabkan
perilaku konformitas terjadi. Perubahan sosial pada masa remaja dipengaruhi oleh kuatnya pengaruh kelompok, nilai baru dalam memilih
teman. Hal ini sebenarnya merupakan kerugian bagi individu sebagai
pribadi yang harusnya berkembang utuh: berorientasi pada orang lain, tetapi juga berorientasi pada diri sendiri dengan mengaktualisasi apa yang
menjadi suara hatinya sendiri dan juga apa yang menjadi nilai dalam prinsip hidupnya. Individu yang berperilaku konformitas tidak dapat
mengaktualisasikan diri karena ia sangat bergantung dengan nilai atau norma yang ditetapkan oleh orang lain maupun kelompoknya. Kebutuhan
individu untuk diterima dalam kelompok begitu besar. Individu seringkali harus menampilkan diri sedemikian rupa agar terhindar dari penolakan
oleh kelompok. Hal ini semacam topeng yang digunakan oleh individu, karena pada dasarnya setiap manusia memiliki kecenderungan ingin
diterima oleh orang lain. Menghindari perilaku konformitas khususnya konformitas yang
negatif, individu harus mengalami proses individuasi. Menurut Jung dalam buku
Kunci Pengembangan Diri
2009:13 individuasi merupakan jalan yang harus ditempuh setiap individu agar dapat mewujudkan atau
mengembangkan kepribadiannya yang asli. Dengan proses ini individu akan menjadi diri sendiri atau relialisasi diri. Proses menjadi diri sendiri
bukan hal yang mudah. Selalu disertai dengan beban psikis atau respon yang kurang menyenangkan dari orang lain karena individu akan merasa
sunyi, sepi dan terpisah dari orang lain. Individu harus melepaskan diri dari ketergantungan pada kelompok, melepaskan kecenderungannya yang
konformis, dan ketergantungan terhadap status sosial yang selama ini dapat menghindari rasa kesunyian. Mencapai individuasi tidak sama
dengan mencapai pribadi yang egois atau individualistis. Dalam proses individuasi yang dititikberatkan bukanlah ego, melainkan diri
self
secara utuh. Perkembangan diri yang utuh tidak bersifat eksklusif, melawan sifat
sosial. Sebaliknya individuasi menurut Jung merupakan kebersamaan atau solidaritas dalam kelompok atau hubungan interaksi dengan orang lain
namun individu tetap setia pada keaslian diri dan tetap pada nilai yang dianutnya.