Tingkat konformitas siswa Sekolah Menengah Atas : studi deskriptif pada siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial.

(1)

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial)

Ermelinda Sri Novita Sari Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat konformitas siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dan mengidentifikasi butir-butir item konformitas yang terindikasi tinggi pada siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 88 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Kuesioner Tingkat Konformitas Siswa sebanyak 43 item. Kuesioner disusun berdasarkan aspek-aspek konformitas yaitu kekompakan, kesepakatan, dan ketaatan. Tingkat reliabilitas kuesioner sebesar 0,878. Teknik analisis data yang digunakan adalah perhitungan persentase dengan pendistribusiannya berdasarkan Kriteria yang terdiri dari tiga kategori yaitu, tinggi, sedang, dan rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Tingkat konformitas siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta adalah 52 siswa (59%) masuk dalam kategori sedang, tidak ada siswa (0%) masuk dalam kategori tinggi, dan 36 siswa (41%) masuk dalam kategori rendah. (2) Berdasarkan analisis terhadap capaian skor butir-butir kuesioner konformitas, diperoleh 20 butir item masuk ke dalam kategori sedang dan tinggi, dan dijadikan sebagai dasar untuk menyusun usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.


(2)

THE CONFORMITY LEVEL OF STUDENTS SENIOR HIGH SCHOOL (Descriptive study on the twelfth grade students of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta in 2014/2015 Academic Years and its implication to the suggested topic for

personal and social Guidance)

Ermelinda Sri Novita Sari Sanata Dharma University

2014

This research is aimed to describe the conformity level of twelfth grade students of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta and to identify the items of conformity that are indicated intense in the twelfth grade students of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta in its implications to the suggested topic of personal-social guidance.

The type of research is descriptive research with the method use is survey. The subjects of this research are 88 twelfth grade students of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta in 2014/2015 academic year. The instruments used are Level of Conformity Questionnaire which contains 43 items. The questionnaire is compiled based on the aspects of compactness, agreement, and obedience. The reliability level of the questionnaire is 0,878. The data analysis method is percentage calculation with 3 levels of distribution; high, medium, and low.

The result of the research show that (1) 52 students (59%) of twelfth grade students of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta are classified as having medium conformity level, 0 students (0%) classified as having high conformity level, and 36 students (41%) are classified as having low conformity level. (2) Based on the analysis on the achievement of conformity items in the questionnaire, 20 items are classified as belonging on medium and high category are used the suggested topics of personal-social guidance.


(3)

TINGKAT KONFORMITAS SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Deskriptif pada siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2014/2015 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi Sosial)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Ermelinda Sri Novita Sari NIM : 091114062

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014


(4)

i

TINGKAT KONFORMITAS SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Deskriptif pada siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2014/2015 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi Sosial)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Ermelinda Sri Novita Sari NIM : 091114062

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014


(5)

(6)

(7)

iv

“Arahkan perhatianmu kepada didikan dan telingamu kepada

kata-kata pengetahuan”

Amsal 23:12

“ Hadapilah sebuah rasa tidak nyaman, ucapkan selamat datang,

dan berjalanlah bersamanya sampai rasa itu menjadi matang dan

berubah menjadi suatu keberhasilan, kepuasan, serta kebanggaan”

( Penulis )

Kupersembahkan karyaku ini teristimewa untuk :

Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan memberi kesehatan;

Ayah dan Ibuku tercinta yang telah mendoakan dan memberi

dukungan dalam pembuatan skripsi dari awal hingga akhir;

Kakak dan adik-adikku tersayang yang menberikan semangat untuk

menyelesaikan skripsi ini;

Sahabat-sahabat yang selalu memotivasi dalam menyelesaikan

skripsi ini.


(8)

(9)

(10)

vii

TINGKAT KONFORMITAS SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik

Bimbingan Pribadi-Sosial)

Ermelinda Sri Novita Sari Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat konformitas siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dan mengidentifikasi butir-butir item konformitas yang terindikasi tinggi pada siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 88 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Kuesioner Tingkat Konformitas Siswa sebanyak 43 item. Kuesioner disusun berdasarkan aspek-aspek konformitas yaitu kekompakan, kesepakatan, dan ketaatan. Tingkat reliabilitas kuesioner sebesar 0,878. Teknik analisis data yang digunakan adalah perhitungan persentase dengan pendistribusiannya berdasarkan Kriteria yang terdiri dari tiga kategori yaitu, tinggi, sedang, dan rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Tingkat konformitas siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta adalah 52 siswa (59%) masuk dalam kategori sedang, tidak ada siswa (0%) masuk dalam kategori tinggi, dan 36 siswa (41%) masuk dalam kategori rendah. (2) Berdasarkan analisis terhadap capaian skor butir-butir kuesioner konformitas, diperoleh 20 butir item masuk ke dalam kategori sedang dan tinggi, dan dijadikan sebagai dasar untuk menyusun usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.


(11)

viii

THE CONFORMITY LEVEL OF STUDENTS SENIOR HIGH SCHOOL (Descriptive study on the twelfth grade students of Stella Duce 2 Senior High

School Yogyakarta in 2014/2015 Academic Years and its implication to the suggested topic for personal and social Guidance)

Ermelinda Sri Novita Sari Sanata Dharma University

2014

This research is aimed to describe the conformity level of twelfth grade students of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta and to identify the items of conformity that are indicated intense in the twelfth grade students of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta in its implications to the suggested topic of personal-social guidance.

The type of research is descriptive research with the method use is survey. The subjects of this research are 88 twelfth grade students of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta in 2014/2015 academic year. The instruments used are Level of Conformity Questionnaire which contains 43 items. The questionnaire is compiled based on the aspects of compactness, agreement, and obedience. The reliability level of the questionnaire is 0,878. The data analysis method is percentage calculation with 3 levels of distribution; high, medium, and low.

The result of the research show that (1) 52 students (59%) of twelfth grade students of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta are classified as having medium conformity level, 0 students (0%) classified as having high conformity level, and 36 students (41%) are classified as having low conformity level. (2) Based on the analysis on the achievement of conformity items in the questionnaire, 20 items are classified as belonging on medium and high category are used the suggested topics of personal-social guidance.


(12)

ix

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “TINGKAT KONFORMITAS SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 dan Implikasi Terhadap Usulan Topik-topik Usulan Bimbingan Pribadi Sosial)”.

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Bimbingan dan Konseling. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

3. Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah mencurahkan ilmunya dengan tulus sehingga dapat berguna bagi penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.


(13)

x

Yogyakarta yang memberi kesempatan bagi penulis untuk mengumpulkan data di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

6. Siswa SMA Stella Duce khususnya para siswa kelas XII yang bersedia meluangkan waktunya dan membantu penulis untuk menjadi subjek dalam penulisan ini

7. Vincensia Hersiwi, S.Pd koordinator BK di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktunya untuk membantu selama proses pengambilan data.

8. Seluruh keluargaku, terutama kedua orang tuaku Bapak Anastasius Edison dan Ibu Yeliana, kakakku Mario Adi Winatta dan Riska, serta adik-adikku, Valeria Marselina, dan Daniel Agustiawan, keponakanku Joris Evan Laua, terima kasih atas doa, motivasi, semangat dan dukungan materiil serta dukungan moral yang telah diberikan selama pengerjaan sampai selesainya skripsi ini.

9. Indra Lesmana, yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

10.Teman-teman BK angkatan 2009 yang tercinta yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi dan terima kasih atas kerjasama. 11.Sahabat-sahabatku (Nasa, Anna, Tika, Prima, Lilyn, Siska, Sinta, Alfie,

Wiwie) yang selalu memberikan dukungan, bantuan, dan motivasi kepada penulis.

12.Perpustakaan USD berserta karyawan perpustakaan atas pelayanan pada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.


(14)

(15)

xii

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GRAFIK... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Hakekat Konformitas 1. Pengertian Konformitas... 10

2. Aspek-aspek Konformitas... 11

3. Faktor-faktor Konformitas... 14

4. Proses terjadinya Konformitas... 18

5. Macam-macam Konformitas... 19

6. Konformitas dikalangan Remaja... 20

7. Karakteristik Remaja yang Berkonformitas... 21


(16)

xiii

10.Alasan bergabung dalam Kelompok... 24

B. Siswa SMA sebagai Remaja 1. Pengertian Remaja... 25

2. Ciri-ciri Remaja... 27

3. Tugas perkembangan Remaja... 29

4. Perubahan pada Masa Remaja... 31

5. Masalah-masalah yang berhubungan dengan Perkembangan Sosial... 34

C. Bimbingan Pribadi – Sosial 1. Pengertian bimbingan... 35

2. Pengertian Bimbingan Pribadi Sosial... 37

3. Tujuan Bimbingan Pribadi Sosial... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 40

B. Subyek Penelitian... 41

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Skala Pengukuran... 42

2. Penentuan Skor... 42

3. Kisi-kisi Kuesioner... 43

D. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas Instrumen ... 45

2. Reliabilitas Instrumen ... 48

E. Prosedur Pengumpulan Data 1. Persiapan... 49

2. Pelaksanaan... 50

F. Teknik Analisis Data... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi tingkat konformitas siswa... 54

2. Hasil analisis capaian skor tiap item tingkat konformitas siswa... 56


(17)

xiv

C. Implikasi Hasil Penelitian terhadap Usulan Topik-Topik

Bimbingan Pribadi – Sosial... 73 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 77 B. Saran... 78 DAFTAR PUSTAKA... 80


(18)

xv

Halaman

Tabel 1 Norma Skoring Inventori Konformitas... 42

Tabel 2 Kisi-Kisi Kuesioner Deskripsi Tingkat Konformitas Pada Siswa... 44

Tabel 3 Item-Item yang Valid dan Tidak Valid... 47

Tabel 4 Kriteria Guilford... 48

Tabel 5 Jadwal Pengumpulan Data Penelitian... 50

Tabel 6 Norma Kategorisasi Tingkat Konformitas... 51

Tabel 7 Norma Kategorisasi Tingkat Konformitas Pada Siswa Kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta... 52

Tabel 8 Kategorisasi Skor Instrumen Tingkat Konformitas... 53

Tabel 9 Kategori Tingkat Tingkat Konformitas... 54

Tabel 10 Kategori Skor Item Tingkat Konformitas... 57

Tabel 11 Item-item Tingkat Konformitas yang Tergolong Tinggi... 59

Tabel 12 Item-item Tingkat Konformitas yang Tergolong Sedang... 59


(19)

xvi

Halaman

Gambar 1 Grafik Tingkat Konformitas... 55 Gambar 2 Grafik Skor Item Tingkat Konformitas... 58


(20)

xvii

Halaman

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian... 82

Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian... 83

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian Tingkat Konformitas... 84

Lampiran 4 Tabulasi Data Penelitian Tingkat Konformitas ... 91


(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah operasional variabel penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Di usia remaja, anak-anak muda dihadapkan pada sejumlah besar

pilihan tentang siapa mereka dan ke mana mereka akan melangkah dalam hidup. Ini merupakan krisis yang harus diselesaikan pada tahap perkembangan ini; jika remaja tidak mampu menjawab pertanyaan

-pertanyaan ini secara memadai mereka akan mengalami kebimbangan identitas, yang akan menghambat perkembangan mereka pada tahap-tahap

kehidupan selanjutnya.

Remaja awal berlangsung kira-kira dari 13-17 tahun. Pada usia inilah

terjadi perubahan dalam diri remaja, khususnya perubahan pada fisik yang terlihat sangat berbeda. Seringkali sulit bagi remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka

tentang penampilan diri pada waktu dewasa nanti (Hurlock, 1990 :23). Harga diri berkembang dan berubah seiring anak beralih ke masa remaja, kerap dalam kaitan dengan perubahan-perubahan ragawi/fisik, dimana sebagian


(22)

Seberapa mudah para remaja mengatasi perubahan-perubahan fisik bergantung pada seberapa sesuai tubuh mereka dengan stereotipe yang telah ditetapkan oleh pandangan umum tentang tubuh yang sempurna. Anak-anak perempuan cenderung semakin tidak puas dengan tubuh mereka seiring berkembang melalui masa pubertas.

Menurut Erikson (Santrock; 2003) keanggotaan dalam komunitas penting bagi pencapaian identitas karena membutuhkan solidaritas dengan ideal-ideal kelompok terkait. Dengan demikian, para remaja mengatasi masalah-masalah yang mereka alami dalam mengikatkan diri pada identitas kelompoknya dengan membuat komitmen-komitmen yang berlebihan pada kelompok-kelompok gaya tertentu dan memisahkan diri mereka dari kelompok-kelompok gaya lainnya.

Selain itu remaja juga menggunakan barang-barang yang bermerk untuk memperoleh rasa penerimaan dari kelompok sebaya mereka. Gaya merupakan alat penting untuk menjaga dan menentukan batas-batas kelompok. Meski demikian, sisi buruknya adalah kegagalan untuk mempertahankan identitas semacam itu dapat mengkibatkan masalah-masalah seperti ejekan, terisolir dari kelompok dan hilangnya status. Originalitas juga terjadi pada masa remaja. Originalitas merupakan sifat khas pengelompokan anak-anak muda (sebagai keseluruhan). Mereka menunjukkan kecenderungan untuk memberikan kesan lain daripada yang lain, untuk menciptakan sesuatu gaya sendiri.


(23)

Diusia remaja peran kelompok sangat besar sehingga tingkah laku remaja betul-betul ditentukan oleh norma kelompoknya. Remaja meluangkan sejumlah waktu mereka bersama teman-temannya, persetujuan dan penolakan dari teman-teman memiliki pengaruh yang kuat terhadap sikap dan perilaku remaja Santrock (2007: 222).

Dalam kelompok-kelompok dengan pengaruh yang kuat berkembanglah suatu norma-norma kelompok. Norma dalam kelompok sangat ditentukan oleh pemimpin kelompok. Individu yang ada dalam kelompok akan lebih mementingkan perannya sebagai anggota kelompok daripada mengembangkan pola norma diri sendiri. Konformitas sering terjadi karena individu terlalu mempercayai orang lain, karena mereka takut menyimpang dari orang lain. Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial saat individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada.

Konformitas dapat menciptakan perilaku negatif. Menurut sumber di Denpasar pertengahan Mei 2012, terjadi kekerasan geng wanita, kejadian tersebut direkam dan beredar didunia maya. Penganiayaan yang dilakukan oleh geng tersebut dikarenakan kaos kebanggaan geng yang tidak dipakai oleh salah satu anggota geng tersebut.

Remaja dalam kelompok teman sebayanya merasa dirinya harus lebih banyak menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok jika ingin diterima dalam kelompok tersebut (Hurlock, 1990:213). Konformitas kelompok menunjukkan perilaku individu yang melakukan tindakan sesuai dengan


(24)

harapan-harapan kelompok sosial dimana perilaku tersebut merupakan ekspresi persetujuan pada norma-norma kelompok.

Berada di tengah kelompok yang hangat memberikan rasa aman dengan peran tertentu didalam kelompok, membuat individu merasa betah, nyaman, dan memiliki kejelasan identitas. Pentingnya indentitas sosial atau identitas kelompok seringkali membuat seseorang berhenti utnuk menggali dan mengenali identitas diri sendiri yang lebih hakiki, dan sibuk berkutat mencari kepuasan melalui kelompok. Kelompok dapat memberikan rasa aman kepada individu sehingga ia cenderung berperilaku konformis, mudah mengikuti apa yang menjadi sikap dan perilaku kelompok.

Identitas kelompok seringkali mengarahkan identitas pribadi, sehingga seringkali identitas yang muncul pada seorang remaja bukanlah identitas mereka yang sebenarnya melainkan identitas kelompoknya. Kelompok seringkali memberikan tekanan dan tuntutan konformitas pada anggotanya. Konformitas dengan tekanan-tekanan teman sebaya pada masa remaja dapat bersifat positif maupun negatif, namun umumnya remaja justru terlibat dalam bentuk perilaku konformitas yang negatif (Santrock, 2003:221).

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta merupakan sekolah yang dijadikan tempat penelitian oleh peneliti. Hal yang melatarbelakangi peneliti melakukan penelitian di SMA Stella Duce, karena SMA ini merupakan sekolah yang tepat untuk dijadikan tempat penelitian karena peneliti memang mengambil subyek siswa-siswa perempuan. SMA Stella Duce 2 Yogyakarta adalah


(25)

sekolah khusus untuk siswa puteri. Martin dan Fabes (Hurlock 1990) menemukan bahwa semakin banyak waktu yang dihabiskan anak-anak perempuan dengan sesama anak perempuan maka semakin besar juga perilaku ke arah konformitas yang dilakukan, misalnya bolos sekolah bersama, ribut di kelas bahkan membentuk suatu geng di sekolah. Konformitas lebih banyak terjadi dalam kelompok sosial yang memiliki kesamaan misalnya kesamaan jenis kelamin.

Menurut Dezolt & Hull, 2001 (Santrock 2007: 222) kepatuhan, mengikuti aturan, bersikap manis dan ketergantungan terhap teman-teman adalah sikap yang biasanya lebih banyak dimiliki oleh perempuan.

Selain dari buku-buku yang dibaca oleh peneliti, peneliti juga melihat adanya kecenderungan kelompok siswa yang melakukan perilaku konformitas ketika peneliti berPPL di SMA. Konformitas yang terjadi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator BK adalah siswa membentuk kelompok-kelompok di sekolah atau di kelas dan setelah pulang sekolah para siswa tidak langsung pulang tetapi berkumpul dengan kelompoknya.

Peneliti memiliki pertanyaan, “Apa yang menyebabkan konformitas sering terjadi pada siswa?”. Dari uraian di atas peneliti mempunyai keprihatinan terhadap perilaku konformitas negatif yang belakangan ini semakin banyak terjadi di kalangan remaja, khususnya siswa di sekolah dan keinginan peneliti untuk menelusuri lebih jauh lagi mengenai konformitas serta menuliskannya ke dalam sebuah karya penelitian “TINGKAT


(26)

KONFORMITAS SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS(Studi Deskriptif pada siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi Sosial)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian yang disampaikan pada latar belakang, maka dapat dirumuskan suatu rumusan masalah berupa pertanyaan sebagai berikut:

1. Seberapa tinggikah perilaku konformitas yang muncul pada siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 ?

2. Berdasarkan hasil analisis butir instrumen, butir-butir konformitas mana yang terindikasi tinggi dan banyak dialami oleh siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta sebagai dasar menyusun usulan topik bimbingan pribadi sosial ?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan tingkat konformitas pada siswa kelas XII di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

2. Mengidentifikasikan butir-butir item konformitas yang terindikasi tinggi pada siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dalam implikasinya untuk mengusulkan topik-topik bimbingan pribadi sosial.


(27)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan sumbangan bagi pengembangan pengetahuan dalam bidang bimbingan dan konseling, khususnya yang berhubungan dengan perilaku konformitas.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi guru bimbingan dan konseling dalam rangka memahami perilaku siswa berkaitan dengan konformitas, serta membantu mengatasi perilaku konformitas di sekolah.

b. Bagi Pendidik (Guru dan Orangtua)

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi pendidik dalam rangka memahami perilaku siswa yang berkaitan dengan sikap konformitas di sekolah.

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi mengenai tingkat konformitas diri pada remaja (khususnya siswa SMA Stella Duce tahun ajaran 2014/2015).

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan kesempatan bagi peneliti untuk berlatih melakukan prosedur penelitian sesuai kaidah-kaidah ilmiah


(28)

dan hasil dari penelitian ini dapat menjadi modal bagi peneliti di kemudian hari untuk mendampingi dan memberikan layanan bimbingan dan konseling, baik secara kelompok maupun individual, khususnya pada kelompok siswa yang berprilaku konformitas.

e. Bagi Peneliti lain

Penelitian ini dapat memberikan data atau informasi tambahan bagi peneliti-peneliti lain yang terinspirasi dan berminat mengkaji lebih jauh mengenai perilaku konformitas dari berbagai sudut yang berbeda.

E. Definisi Operasional

1. Konformitas

Konformitas adalah suatu bentuk penyesuaian seseorang karena adanya tuntutan dari kelompok sosial untuk menyesuaikan. Konformitas juga diartikan sebagai kecenderungan seseorang untuk berperilaku agar memenuhi harapan kelompok serta mengikuti norma-norma yang berlaku dalam kelompok.

2. Siswa SMA sebagai Remaja

Siswa SMA adalah individu yang berusia sekitar 13-17 tahun yang sedang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Dalam usia ini remaja akan dihadapkan pada tugas perkembangan yang harus dilalui. Remaja pada tahap ini akan menghabiskan lebih banyak waktunya bersama teman -teman sebaya atau kelompoknya. Pada masa ini remaja sering kali mengalami kehilangan identitas dirinya karena identitas kelompok akan


(29)

lebih mengarahkan identitas pribadi seorang remaja.

3. Bimbingan Pribadi Sosial

Bimbingan pribadi sosial adalah upaya untuk membantu individu dalam memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam mengambil keputusan serta menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan diri sendiri dan juga orang lain.


(30)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini diuraikan kajian teoritis yang melandasi kerangka konseptual penelitian ini. Kerangka konseptual penelitian ini antara lain: hakekat konformitas, karakteristik remaja, dan bimbingan pribadi-sosial.

A. Hakekat Konformitas 1. Pengertian Konformitas

Ada beberapa pengertian konformitas dari beberapa ahli. Menurut Willis (Sarwono, 2005) konformitas adalah usaha yang dilakukan oleh individu secara terus menerus untuk selaras dengan norma-norma yang

diharapkan oleh kelompok. Jika persepsi individu tentang norma-norma

kelompok berubah, maka ia akan mengubah tingkah lakunya. Calhoun (Santrock 2003: 221) berpendapat bahwa konformitas adalah perubahan keyakinan atau tingkah laku seseorang agar sesuai dengan lingkungan atau kelompok. Sears,dkk (2004:103) berpendapat bahwa konformitas adalah penyesuaian individu terhadap persepsi dan penilaian kelompok terhadap suatu hal. Konformitas adalah suatu tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok teman sebaya terhadap anggotanya tetapi memiliki pengaruh yang kuat dan menyebabkan munculnya perilaku-perilaku tertentu dalam

kelompok. Konformitas merupakan perubahan perilaku akibat adanya tekanan dari kelompok (Myers 2012: 284), terlihat dari kecenderungan remaja untuk selalu menyamakan perilakunya dengan kelompok acuan sehingga dapat terhindar dari celaan maupun keterasingan.


(31)

Menurut Kartono dan Gulo (Kamus Psikologi 2000: 85), konformitas adalah kecenderungan untuk dipengaruhi tekanan kelompok dan tidak menentang norma-norma yang telah digariskan oleh kelompok.

Sedangkan menurut Cialdini & Goldstein (Taylor, 2009:253) konformitas merupakan tendensi untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain.

Berdasarkan definisi konformitas dari beberapa ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa konformitas adalah perubahan tingkah laku, keyakinan, dan persepsi individu terhadap kelompok karena adanya tuntutan atau tekanan yang sifatnya nyata atau sesuatu yang dibayangkan sebagai tuntutan dalam kelompok. Individu yang menjadi anggota kelompok harus selalu patuh terhadap norma-norma yang telah ditetapkan oleh kelompok,

apabila tidak maka individu tersebut akan menerima ganjaran atau hukuman dari kelompok. Dalam perilaku konformitas individu melakukan sesuatu berdasarkan perilaku kelompok bukan berdasarkan kesadarannya sebagai pribadi.

2. Aspek-aspek Konformitas

Sears,dkk (2004:85) mengemukakan bahwa konformitas pada remaja memiliki beberapa aspek, yaitu:

a. Kekompakan

Kekuatan yang dimiliki kelompok acuan menyebabkan seseorang tertarik dan ingin tetap menjadi anggota kelompok. Eratnya hubungan individu dengan kelompok acuan disebabkan oleh perasaan


(32)

suka antara anggota kelompok serta harapan memperoleh manfaat dari keanggotaannya. Semakin besar rasa suka anggota yang satu terhadap anggota yang lain, dan semakin besar harapan untuk memperoleh manfaat dari keanggotaan kelompok maka akan semakin besar kesetiaan mereka maka semakin kompak kelompok tersebut.

b. Kesepakatan

Pendapat kelompok acuan yang sudah dibuat memiliki tekanan yang kuat sehingga individu harus loyal dan menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat kelompok. Aspek kesepakatan sangat penting terhadap timbulnya konformitas. Individu yang dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat akan mendapat tekanan yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat kelompok. Apabila kelompok tidak bersatu akan terjadi penurunan tingkat konformitas. Penurunan konformitas karena kurangnya kesepakatan dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

1) Tingkat kepercayaan terhadap mayoritas akan menurun apabila

terjadi perbedaan pendapat.

2) Apabila individu mempunyai pendapat yang berbeda dengan

kelompok maka individu akan dikucilkan dan dianggap menyimpang.

3) Bila kelompok memiliki pendapat yang sama dengan pendapat

individu, keyakinan individu terhadap pendapatnya sendiri akan semakin kuat.


(33)

c. Ketaatan

Tekanan atau tuntutan kelompok acuan pada individu menyebabkan individu rela melakukan tindakan yang menjadi tuntutan kelompok walaupun individu tidak menginginkannya. Bila ketaatannya tinggi maka konformitasnya akan tinggi. Tekanan karena adanya ganjaran, hukuman atau ancaman adalah salah satu cara untuk menimbulkan ketaatan. Adapun bentuk-bentuk tekanan sosial yang

dapat memunculkan ketaatan dalam diri individu antara lain:

1) Ketaatan terhadap otoritas yang sah

Faktor yang penting dalam ketaatan adalah orang memiliki otoritas yang sah dalam segala situasi, sesuai dengan norma sosial yang berlaku dalam kelompok. Pihak yang memiliki otoritas yang sah mempunyai hak untuk menuntut ketaatan terhadap perintahnya.

2) Ganjaran, Hukuman, dan Ancaman

Salah satu cara untuk menimbulkan ketaatan adalah dengan meningkatkan tekanan terhadap individu untuk menampilkan perilaku yang diinginkan melalui ganjaran, hukuman, atau ancaman.

3) Harapan kelompok terhadap individu

Individu akan rela memenuhi permintaan kelompok supaya dapat diterima dalam kelompok. Harapan kelompok yang besar terhadap individu agar individu mengikuti apa yang diminta oleh kelompok.


(34)

4) Menempatkan individu dalam situasi yang sudah dikendalikan oleh

kelompok untuk memberikan tekanan secara halus sehingga individu mengalami kesulitan untuk menolak.

5) Peniruan terhadap perilaku kelompok

Individu cenderung melakukan apa yang mereka lihat yang dilakukan oleh anggota dalam kelompoknya.

3. Faktor-faktor Konformitas

Menurut Sears,dkk (2004:80) ada 5 faktor yang menyebabkan konformitas, antara lain :

a. Kurangnya informasi

Kurangnya informasi menyebabkan individu kurang mengetahui banyak hal. Dengan demikian ia akan berusaha mencari informasi dari orang lain atau kelompoknya. Seringkali informasi yang didapat tidak benar namun telah diyakini oleh kelompoknya benar maka individu akan mempercayai kebenaran informasi yang dikatakan oleh kelompoknya. Inilah salah satu yang menyebabkan perilaku konformitas.

b. Kepercayaan terhadap kelompok

Dalam situasi konformitas, individu mempunyai suatu pandangan dan kemudian menyadari bahwa kelompoknya menganut pandangan yang bertentangan. Individu ingin memberikan informasi yang tepat. Oleh karena itu, semakin besar kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar, semakin


(35)

besar pula kemungkinan untuk menyesuaikan diri dengan kelompok. Bila individu berpendapat bahwa kelompok selalu benar, dia akan mengikuti apapun yang dilakukan oleh kelompok tanpa memperdulikan pendapatnya sendiri.

Salah satu faktor penentu kepercayaan terhadap kelompok adalah tingkat keahlian anggotanya. Sejauh mana pengetahuan mereka tentang suatu topik. Semakin tinggi tingkat keahlian kelompok itu dalam hubungannya dengan individu, semakin tinggi tingkat kepercayaan dan penghargaan individu terhadap pendapat mereka.

c. Kepercayaan yang lemah terhadap penilaian sendiri

Salah satu faktor yang juga mempengaruhi konformitas adalah tingkat keyakinan individu pada kemampuannya sendiri. Salah satu faktor yang mempengaruhi keyakinan individu terhadap kecakapannya adalah tingkat kesulitan yang dibuat. Semakin sulit penilaian tersebut, semakin rendah rasa percaya yang dimiliki individu dan semakin besar kemungkinan bahwa individu itu akan mengikuti penilaian kelompok.

d. Rasa takut terhadap celaan sosial

Demi memperoleh persetujuan dan takut terhadap celaan kelompok juga menjadi penyebab perilaku konformitas. Sebagai contoh bahwa seseorang takut terhadap celaan sosial misalnya saja orang yang tidak mengenakan pakaian sopan ke tempat ibadah adalah karena semua umat yang hadir akan melihatnya dengan rasa tidak


(36)

senang. Demikian juga seorang anak akan membuat semua pekerjaan rumahnya dan berusaha meraih nilai yang terbaik dalam ujian karena hal itu akan membuat orang tuanya senang dan memberikan pujian.

e. Rasa takut terhadap penyimpangan

Rasa takut dipandang sebagai orang yang menyimpang merupakan faktor dasar hampir dalam semua situasi sosial. Individu tidak mau dilihat lain daripada yang lain. Individu ingin agar kelompok sosialnya menyukainya, memperlakukannya dengan baik dan bersedia menerimanya. Seseorang cenderung menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan dari kelompoknya.

Rasa takut akan dipandang sebagai seseorang yang menyimpang diperkuat oleh tanggapan kelompok terhadap perilaku menyimpang. Individu yang tidak mau mengikuti apa yang berlaku dalam kelompok akan menanggung resiko dan mengalami akibat yang tidak menyenangkan.

Sedangkan menurut Myers,dkk (2012:278), ada beberapa faktor yang mempengaruhi konformitas adalah:

1) Ukuran kelompok

Semakin banyak orang dalam suatu kelompok sosial akan semakin meningkat konformitas.

2) Keseragaman suara

Keseragaman suara ini artinya akan lebih mudah berpendapat jika pendapat sama dengan pendapat orang lain,


(37)

mendapatkan banyak dukungan lebih dari satu orang dalam kelompok akan meningkatkan keberanian sosial.

3) Kohesivitas

Kohesivitas adalah individu saling terikat dalam kelompok, semakin terikat suatu kelompok maka akan semakin kuat kelompok tersebut. Individu yang telah akrab akan cenderung melakukan kebiasaan yang sama sedangkan individu yang berprilaku berbeda dengan kelompok akan diejek oleh teman-teman dalam kelompok.

Anggota kelompok yang merasa tertarik terhadap pendapat individu biasanya akan memberikan reaksi yang positif, misalnya memberikan pujian kepada individu tersebut. Ketakutan ditolak oleh anggota kelompok menyebabkan semakin besar kohesivitas, oleh sebab itu individu akan berpikir untuk melakukan hal yang sama seperti kelompok dan menyukai apa yang disukai oleh kelompok.

4) Status

Kalangan atas dan berstatus sosial tinggi cenderung memiliki pengaruh yang besar dalam kelompok sosialnya dan juga menjadi populer serta disenangi teman-temannya karena memiliki banyak

pengalaman yang menarik untuk diceritakan.

5) Respon umum

Individu akan menyamakan respon bila harus diminta untuk merespon di depan kelompok. Lebih mudah mempertahankan apa


(38)

yang diyakini dalam ruang pribadi yang penuh privasi dibandingkan dihadapan kelompok.

4.Proses Terjadinya Konformitas

Menurut Harorld Gerard (Myers, 2012: 285) proses individu melakukan konformitas karena beberapa alasan. Diantaranya adalah dua alasan penting yaitu, pertama keinginan untuk bertindak benar (pengaruh informasi) dan kedua keinginan agar disukai (pengaruh normatif). Alasan pertama individu melakukan konformitas adalah perilaku orang lain sering memberikan informasi yang bermanfaat sehingga individu akan menyesuaikan perilakunya dengan perilaku orang yang dilihatnya. Kecenderungan untuk menyesuaikan diri berdasarkan pengaruh informasi ini bergantung pada dua aspek situasi: seberapa besar keyakinan individu pada kelompok dan seberapa yakinkah individu pada dirinya sendiri. Semakin besar kepercayaan individu pada informasi dan opini kelompok, semakin mungkin individu menyesuaikan diri dengan kelompok itu. Segala sesuatu yang meningkatkan kepercayaan individu pada kebenaran kelompok maka akan menaikkan tingkat konformitasnya pada kelompok. Keyakinan individu pada dirinya sendiri sebagai pertimbangannya untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok. Bila konformitas didasarkan pada pengaruh informasi atas dasar keyakinan bahwa kelompok adalah benar maka individu biasanya mengubah pikiran dan perilakunya untuk menyesuaikan dengan perilaku kelompok. Pengaruh informasi dapat


(39)

dilihat sebagai proses rasional yang menyebabkan perilaku orang lain dapat mengubah keyakinannya dan konsekuensinya individu akan bertindak sesuai dengan kelompok.

Alasan kedua adalah keinginan untuk disukai dan keinginan diterima secara sosial (pengaruh normatif) pengaruh normatif terjadi ketika individu mengubah perilakunya untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok atau standar kelompok agar ia diterima dalam lingkungan sosial. Individu seringkali berusaha menentang nilai yang sebenarnya dianut dan mengikuti nilai yang diyakini oleh kelompok agar ia tidak dikucilkan dari kelompok, apapun yang kelompok lakukan individu akan berusaha mengikuti perilaku dalam kelompok. Pengaruh normatif muncul dari keinginan individu untuk disukai dalam kelompok atau dengan kata lain pengaruh normatif dianggap sebagai perhatian terhadap citra sosial.

5. Macam-macam Konformitas

Menurut Nail & dkk (Myers 2012:253) ada beberapa macam konformitas, yaitu:

1. Pemenuhan

Menyetujui suatu harapan atau permintaan tanpa benar

-benar meyakini apa yang dilakukan. Hal itu dilakukan hanya untuk memenuhi keinginan atau harapan kelompok. Sebagai contoh seseorang mengenakan dasi kupu-kupu atau pun mengenakan gaun


(40)

tidak menyukainya.

2. Kepatuhan

Mematuhi terutama untuk mendapatkan penghargaan atau menghindari hukuman, bertindak sesuai dengan perintah atau petunjuk langsung. Sebagai contoh misalnya pengendara motor menggunakan helm hanya karena takut kena razia polisi lalu lintas.

3. Penerimaan

Meyakini apa yang diperintahkan oleh kelompok untuk dilakukan karena kita mengetahui kebenarannya. Contoh nyata misalnya seseorang bergabung dengan kelompok untuk berolahraga karena ia telah mendapatkan informasi bahwa olahraga dapat memberikan kesehatan dan ia menerimanya sebagai suatu kebenaran.

6. Konformitas di kalangan Remaja

Menurut Erickson (Santrock, 2003:340) remaja adalah masa krisis identitas atau masalah identitas ego. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya. Menurut Rumini & Siti Sundari (2004:53), remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak

ke dewasa dan mengalami berbagai perkembangan disemua aspek. Konformitas pada remaja dapat dilihat dari perilaku para remaja yang harus mengikuti standar budaya kawula muda bila ingin diterima oleh kelompok sebayanya dan mempelajari standar perilaku serta nilai


(41)

kelompoknya. Misalnya gaya pakaian, dan tata rambut (Hurlock, 1990:206). Menurut (Sears 2004:253) kebanyakan remaja dianggap bebas memilih baju dan gaya rambutnya, tetapi remaja lebih suka mengenakan baju seperti orang lain dalam kelompok sosial mereka, dan karena mengikuti tren terbaru dari teman-teman kelompok.

Berdasarkan beberapa teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan masa yang rentan terhadap pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Pada masa remaja, seorang individu terdorong untuk mencari pengalaman sebanyak-banyaknya dari hal-hal

yang remaja temukan dalam pergaulannya terlebih dari teman sebayanya yang cenderung berperilaku mengarah pada perilaku konformitas.

7. Karakteristik Remaja yang Memiliki Perilaku Konformitas

Remaja yang memiliki perilaku konformitas memiliki karakteristik yang dilihat dari aspek-aspek konformitas menurut Sears dkk (2004:85).

Karakteristik-karakteristik tersebut dapat dilihat dari:

a. Adanya kekompakan yang dibangun bersama karena rasa suka

terhadap anggota kelompok dan dengan harapan mendapatkan manfaat dari keanggotaanya dalam kelompok tersebut, misalnya individu menjadi terkenal di sekolah maupun di luar sekolah setelah bergabung dengan kelompoknya.

b. Perilaku individu yang selalu menyamakan pendapatnya serta

selalu membenarkan pendapat kelompok walaupun bertentangan dengan nilai yang dianutnya demi membesarkan dan diterima


(42)

oleh kelompok.

c. Kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber

informasi yang benar sangat besar sehingga individu tersebut akan semakin menyesuaikan diri dengan kelompok dimana individu bergabung.

d. Individu rela melakukan sesuatu yang diminta atau disuruh oleh

kelompok meskipun sebenarnya bertentangan dengan individu itu sendiri sebagai bukti dari kepatuhannya terhadap kelompok.

e. Adanya perilaku meniru model (anggota kelompok). Individu

cenderung meniru perilaku yang dilihatnya dari anggota kelompok.

Berdasarkan penjelasan mengenai karakteristik konformitas di atas dapat disimpulkan bahwa konformitas umumnya terjadi pada individu yang bergabung dalam suatu kelompok. Pembentukan suatu kelompok biasanya terjadi pada masa remaja.

Salah satu cara mengatasi permasalahan-permasalahan pada remaja

yang terkait perilaku konformitas adalah melalui kelompok teman sebaya yang memiliki kesamaan satu sama lain. Awal mula suatu kelompok terbentuk adalah dari persahabatan dua atau lebih individu yang merasa memiliki kesamaan baik jenis kelamin, hobi maupun sikap kemudian berlanjut melakukan kegiatan secara bersama-sama. Apabila remaja masuk

dalam kelompok yang memiliki norma atau nilai yang berlawanan dengan lingkungan sosial, hal ini dapat menjadi masalah. Perilaku konformitas


(43)

semakin kuat seiring dukungan dari anggota kelompok sehingga anggota

-anggotanya juga akan berusaha berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku dalam kelompok tersebut.

8. Definisi Kelompok

Kelompok adalah orang-orang yang memiliki tujuan yang sama

dan bersandar satu sama lain dan hubungan satu sama lain berlanjut sepanjang waktu McGrath 1984 (Myers 2012:354). Sedangkan menurut ahli dinamika kelompok, Marvin Shaw (Myers 2012:354) berpendapat bahwa kelompok memiliki kesamaan dimana anggotanya saling berinteraksi. Anggota kelompok terdiri dari dua atau lebih individu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.

Dari beberapa definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kelompok adalah dua atau lebih individu yang memilih untuk bersama sepanjang waktu karena memiliki banyak kesamaan dan saling berinteraksi serta saling mempengaruhi satu sama lain.

9. Manfaat Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang merasa terikat bersama dalam unit yang koheren pada beberapa tingkatan menurut Baron, dkk (Sarwono 2009). Kelompok juga merupakan sekumpulan individu yang berkerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Kelompok dapat memberikan manfaat bagi individu. Menurut Burn (Sarwono 2009), kelompok memiliki 3 manfaat, yaitu:


(44)

dimiliki. Adanya kelompok membuat individu merasa tidak sendirian.

b. Kelompok sebagai sumber identitas diri. Individu yang bergabung

didalam kelompok dapat mendefiinisikan dirinya, ia menggali dirinya sebagai anggota suatu kelompok, dan bertingkah sesuai dengan norma kelompok.

c. Kelompok sebagai sumber informasi tentang dunia dan tentang diri

individu. Adanya orang lain dalam kelompok, dapat memberi informasi-informasi tentang banyak hal termasuk identitas diri. 10. Alasan Individu Bergabung dalam Kelompok

Menurut Vaughan (Sarwono 2009) beberapa alasan individu menjadi anggota kelompok, yaitu:

a. Proksimitas

Individu cenderung bergabung dengan individu lain yang berdekatan. Misalnya, siswa yang tempat tinggalnya sama akan berkelompok untuk pulang bersama.

b. Kesamaan sikap, minat dan keyakinan

Individu-individu yang memiliki minat atau keyakinan

yang sama cenderung berkelompok. Dengan adanya minat yang sama individu akan lebih mudah mendapatkan informasi-informasi

mengenai minatnya.

c. Saling bergantung untuk mencapai suatu tujuan


(45)

bergabung dalam suatu kelompok. Individu yang satu dengan yang lain saling bergantung dan bekerja sama dalam mencapai tujuan yang mereka inginkan.

d. Dukungan emosional

Kelompok juga bisa memberikan dukungan emosional untuk para anggotanya. Misalnya seorang anggota kelompok diputuskan oleh pacarnya akan dihibur oleh teman-teman dalam

kelompoknya dengan demikian dapat melupakan sejenak masalahnya, misalnya dengan berjalan bersama anggota kelompoknya.

e. Identitas sosial

Keanggotaan individu dalam kelompok membuat individu memiliki identitas. Individu tahu siapa dirinya karena ian anggota kelompok. Kelompok memberikan identitas yang baru bagi individu dengan memberikan nilai-nilai atau norma yang berbeda

dengan kelompok lainya.

B.Siswa SMA sebagai Remaja 1. Pengertian Remaja

Santrock (2003: 103) mendefinisikan remaja (adolensence) sebagai individu yang mengalami perkembangan transisi antara masa anak-anak dan

masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosio

-emosional. Istilah remaja berasal dari Bahasa Latin yaitu adolensence yang berarti to grow atau to grow maturity.


(46)

Hurlock (1990:206) membagi remaja menjadi remaja awal (13-17

tahun) dan remaja akhir (17-18 tahun). Hurlock (1990:206) membedakan

remaja awal dan akhir. Pada remaja awal, individu masih menonjol karakteristik perkembangannya dengan masa kanak-kanak akhir sedangkan

remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang telah mendekati masa dewasa.

Menurut Papalia dan Olds (Psikologi Perkembangan 2008), masa remaja adalah masa perjalanan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang

ditandai oleh periode transisional panjang. Masa remaja secara umum dimulai dengan pubertas, yaitu proses yang mengarah pada kematangan seksual, atau fertilisasi (kemampuan untuk bereproduksi). Masa remaja dimulai pada usia 13 sampai 18 tahun.

Anna Freud (Hurlock, 1990:205) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan yang meliputi perubahan perubahan yang berhubungan dengan psikososial, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita individu, dimana pembentukan cita

-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.

Berdasarkan uraian dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja adalah individu yang berada pada masa dimana terjadi banyak perubahan-perubahan dalam diri individu, baik secara


(47)

2. Ciri-ciri Remaja

Remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan

periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut adalah: a.Remaja sebagai Periode yang Penting

Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetap penting. Ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat psikologis. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental, semua perkembangan itu memerlukan penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat yang sesuai dengan keinginan individu.

b.Remaja sebagai Periode Peralihan

Peralihan tidak berarti terputus dari masa perkembangan yang telah terjadi sebelumnya, melainkan sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan selanjutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan membekas pada apa yang terjadi sekarang dan selanjutnya. Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada remaja individu bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Dilain pihak, status remaja yang belum jelas ini menguntungkan karena status memberikan waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang sesuai dengan dirinya.


(48)

c.Remaja sebagi Periode Perubahan

Ada empat perubahan yang terjadi pada remaja. Pertama, meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Karena perubahan emosi biasanya terjadi lebih cepat selama remaja. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk diperankan, menimbulkan masalah baru. Bagi sebagian besar remaja, masalah yang timbul tampaknya lebih banyak dan sulit untuk diselesaikan. Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Apa yang pada masa kanak-kanak dianggap

penting, setelah remaja menjadi tidak penting. Misalnya, sebagian besar remaja tidak lagi menganggap bahwa banyaknya teman merupakan petunjuk popularitas yang lebih penting daripada sifat-sifat yang

dikagumi dan dihargai oleh teman-teman sebaya. Sekarang mereka

menjadi mengerti bahwa kualitas lebih penting dari pada kuantitas.

Keempat, sebagian besar remaja bersifat ambivalen terhadap setiap

perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab.

d.Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistik

Remaja melihat dirinya dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita.

Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi


(49)

emosi yang merupakan ciri masa remaja. Semakin tidak realistik cita

-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau bila ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Menurut Sulaeman (1995: 14), masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kehidupan kanak-kanak menuju masa dewasa.

Remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri. Dalam proses pencaharian ini ada tugas perkembangan yang harus dilewati. Tugas perkembangan merupakan tugas-tugas yang muncul pada setiap periode

perkembangan individu selama hidupnya.

Keberhasilan menyelesaikan tugas perkembangan dalam periode perkembangan akan membantu individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan pada periode perkembangan selanjutnya. Sebaliknya, kegagalan dalam mencapai tugas perkembangan pada periode perkembangan tertentu akan menghambat terselesainya tugas perkembangan selanjutnya. Adapun remaja ditandai dengan beberapa tugas perkembangan yang dialami oleh remaja, yaitu:

a. Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman sebaya,

baik dengan teman-teman sejenis maupun dengan jenis kelamin

lain. Artinya para remaja memandang gadis-gadis sebagai wanita dan

laki-laki sebagai laki-laki, menjadi manusia dewasa diantara orang


(50)

mencapai tujuan bersama, dapat menahan dan mengendalikan perasaan-perasaan pribadi dan belajar memimpin orang lain tanpa

mendominasi.

b. Menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin masing

-masing, artinya mempelajari dan menerima peranan masing-masing

sesuai dengan norma-norma dan ketentuan-ketentuan dalam

masyarakat.

c. Menerima perubahan fisik, merasa bangga atau memiliki toleransi

terhadap kondisi fisiknya, serta dapat menggunakan dan memelihara badannya secara efektif.

d. Mencapai kematangan emosional dari orang tua atau orang dewasa

lainny. Tidak bersikap kekanak-kanakan lagi. Misalnya selalu terikat

pada orang tuanya. Membebaskan diri dari ketergantungan dengan orang tua.

e. Mencapai kematangan ekonomi. Ia merasa sanggup untuk hidup

berdasarkan usaha sendiri. Ini terutama sangat penting bagi anak laki-laki.

f. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan. Artinya belajar

memilih satu jenis pekerjaan yang sesuai dengan bakatnya.

g. Mempersiapkan diri untuk perkawinan dan hidup berumah tangga.

Mengembangkan sikap positif terhadap keluarga dan memiliki anak. Bagi wanita hal ini harus dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan mengurus rumah tangga dan merawat anak.


(51)

h. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang

diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat.

i. Memperhatikan tingkah laku yang secara sosial dapat dipertanggung

jawabkan, artinya ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial sebagai

orang dewasa yang bertanggung jawab, menghormati serta mentaati nilai-nilai sosial yang berlaku dalam lingkungannya.

4. Perubahan pada Masa Remaja a. Perubahan Sosial Masa Remaja

Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan teman-teman sebayanya dan harus menyesuaikan dengan

orang dewasa di lingkungan sekitarnya. Bagi remaja yang sulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan. Dalam perubahan sosialnya

ada beberapa hal yang mempengaruhi, seperti:

1) Kuatnya Pengaruh Kelompok Sebaya

Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapat dimengerti

apabila pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan,

minat penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Misalnya, sebagian besar remaja mengetahui bahwa bila mereka memakai model pakaian yang sama dengan pakaian


(52)

anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk diterima oleh kelompok semakin besar.

2) Nilai Baru dalam Memilih Teman

Remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai-nilai yang sama, yang dapat mengerti dan dapat membuatnya

merasa aman serta dengan teman yang ia dapat mempercayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat ia

bicarakan dengan guru atau orang tuanya.

3) Nilai Baru dalam Memilih pemimpin

Remaja merasa bahwa pemimpin merupakan orang yang

akan mewakili mereka dalam masyarakat, mereka menginginkan pemimpin yang berkemampuan tinggi yang akan dikagumi dan dihormati oleh orang lain. Remaja mengharapkan pemimpin mempunyai sifat-sifat tertentu. Ada beberapa kriteria untuk menjadi

seorang pemimpin dalam kelompok. Pertama, pemimpin harus mempunyai kesehatan yang baik sehingga bersemangat untuk melakukan sesuatu.

Kedua, remaja yang memperhatikan penampilan akan

mengharapkan seorang pemimpin yang menarik, rapi, dan memiliki tingkat intelegensi diatas rata-rata dan perestasi akademik

yang baik. Ketiga, pada umumnya pemimpin dalam berbagai kegiatan sosial remaja berasal dari keluarga yang status ekonominya lebih tinggi.


(53)

b. Perubahan Fisik

Perubahan fisik sangat terlihat jelas selama masa remaja. Hormon

-hormon baru diproduksi oleh kelenjar endokrin. Seiring dengan itu, berlangsung pula pertumbuhan yang pesat pada tubuh untuk mencapai proporsi seperti orang dewasa. Seorang individu mulai terlihat berbeda, dan sebagai konsekuensinya dari hormon yang baru.

c. Perubahan Emosional

Akibat langsung dari perubahan fisik dan hormonal adalah perubahan dalam aspek emosional remaja. Hormonal menyebabkan perubahan seksual yang mendorong perasaan-perasaan baru.

Keseimbangan hormonal yang baru menyebabkan individu merasakan hal-hal yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Ditambah lagi

pengaruh-pengaruh sosial yang juga senantiasa berubah, seperti tekanan

dari teman sebaya dan media massa.

d. Perubahan Kognitif

Semua perubahan fisik yang membawa dampak perubahan emosional akan ditambah oleh perubahan kognitif. Remaja tidak lagi terikat pada realitas fisik yang kongkrit dari apa yang ada, remaja mulai mulai mampu berhadapan dengan aspek-aspek yang abstrak dari

realitas. Kemampuan berpikir yang baru ini membuat individu semakin berpikir dewasa.


(54)

5. Masalah-masalah yang berhubungan dengan perkembangan sosial

Dalam proses hubungan sosial dengan teman sebaya dan juga orang dewasa lainnya remaja tentu pernah mengalami masalah-masalah

yang dapat menghambat proses sosialisasinya, seperti:

a. Keinginan untuk Hidup Sesuai dengan Orang Lain

Para remaja pada masa ini memiliki keinginan yang kuat untuk mengikuti dan menyesuaikan dirinya dengan kelompoknya. Mereka akan berusaha untuk menghindarkan segala sesuatu yang tidak sesuai dengan kelompoknya. Mereka akan patuh terhadap cita-cita, sikap

-sikap kebiasaan serta aturan-aturan yang berlaku dalam kelompok

agar tetap serasi dengan kelompoknya.

Adanya penyimpangan-penyimpangan didalam laju

pertumbuhan merupakan sumber ketegangan psikologis bagi individu yang kurang matang. Ketegangan-ketegangan ini akan tampak

didalam hubungan sosialnya. Individu yang cepat mengalami kematangan akan lebih cenderung dihadapkan pada masalah sosial. Misalnya, karena badannya lebih besar, teman-teman dalam

kelompoknya cenderung mengharapkan hal-hal tertentu dari individu

ini yang berhubungan dengan aktivitas sosial. Terkadang karena kurang memiliki pengalaman walaupun badannya besar, ia menjadi kurang mampu memenuhi apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan kelompok inilah yang dapat menyebabkan ketegangan sosial.


(55)

b. Masalah dalam Sosialisasi

Masalah-masalah sosial sering dialami oleh anak wanita

daripada anak laki-laki. Lingkungan kehidupan sosial yang sempit,

kekurangan teman, keinginan akan pakaian baru, merupakan masalah yang sering dialami oleh para remaja. Disamping itu penghargaan dari masyarakat, ingin mencari teman, ingin diterima dalam kelompok merupakan kebutuhan-kebutuhan yang nyata bagi remaja. Kegagalan

dalam memenuhi kebutuhan ini akan menimbulkan hal-hal yang tidak

menguntungkan bagi para remaja.

c. Tuntutan dan Harapan Budaya

Hal yang dianggap wajar dalam suatu lingkungan masyarakat tertentu, belum tentu demikian dalam lingkungan masyarakat lain. Adanya perbedaan dalam sikap, kebiasaan serta norma-norma sosial

lainnya akan menimbulkan kesulitan dan kebingungan bagi remaja. Demikian juga tentang harapan yang diharapkan masyarakat terhadap remaja juga berbeda-beda, sehingga para remaja harus belajar tentang

peranan masing-masing menurut usia dan taraf kematangannya.

C. Bimbingan Pribadi Sosial Sebagai Upaya untuk Mengatasi Perilaku Konformitas pada Remaja

1. Pengertian Bimbingan

Rochman Natawidjaja (Winkel dan Hastuti, 2006: 29) mendefinisikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu


(56)

tersebut dapat memahami dirinya, sehingga individu sanggup mengarahkan diri dan bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan tuntutan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian individu dapat merasakan kebahagiaan hidupnya serta memberikan sumbangan yang berarti.

Yusuf dan Nurihsan (2010: 5) mendefinisikan bimbingan merupakan terjemahan dari kata guidance. Guidance berasal dari kata guide yang berarti mengarahkan, memandu dan mengelola. Moegandi (Winkel dan Hastuti, 2006: 29) menjelaskan bahwa bimbingan dapat diartikan sebagai (1) suatu cara pemberian pertolongan atau bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk kepentingan pribadinya; (2) suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman, dan informasi tentang dirinya sendiri; (3) suatu pelayanan kepada individu, agar individu dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang realistis, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan di dalam lingkungan dimana individu berada; (4) suatu proses pemberian bantuan kepada individu dalam hal: memahami sendiri; menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan; memilih serta menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan lingkungan.


(57)

Berdasarkan uraian dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar ia dapat mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya sendiri. Tujuannya agar individu dapat memahami dirinya sendiri dan dapat bertindak sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya dan juga pada tuntutan masyarakat.

2. Pengertian Bimbingan Pribadi Sosial

Winkel dan Hastuti (2006: 118) mendefinisikan bimbingan pribadi sosial merupakan bimbingan kepada individu dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur diri sendiri seperti; perawatan jasmani, kerohanian, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama diberbagai lingkungan sosial.

Yusuf dan Nurihsan (2010: 11) menjelaskan bahwa bimbingan pribadi sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah

dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan kekhasan karakteristik pribadi serta beragam permasalahannya. Masalah-masalah

tersebut antara lain masalah hubungan dengan sesama teman, dengan guru dan staf sekolah, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal dan


(58)

penyelesaian konflik. Yusuf dan Nurihsan (2010: 5) juga menjelaskan bimbingan pribadi sosial diberikan kepada individu dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan sistem-sistem pemahaman diri dan sikap-sikap yang

positif, serta ketrampilan-ketrampilan pribadi sosial yang tepat.

Berdasarkan penjelasan dari pengertian bimbingan pribadi sosial di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan pribadi sosial merupakan usaha yang dilakukan untuk membantu individu dalam menangani masalah

-masalah yang berkaitan dengan diri sendiri dan orang lain dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif dan interaksi pendidikan yang akrab. Perngertian lain dari bimbingan pribadi sosial adalah upaya yang dilakukan untuk membantu dan mendampingi individu agar berkembang secara utuh baik aspek pribadi maupun sosialnya dengan demikian tugas perkembangan individu dapat dilewati dengan baik dan tidak mengganggu perkembangan tahap-tahap selanjutnya.

3. Tujuan Bimbingan Pribadi Sosial

Bimbingan dan Konseling bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat mencapai tujuan dan perkembangannya. Yusuf, Syamsu (2010: 13) menyebutkan bahwa tujuan pemberian bimbingan secara umum antara lain agar peserta didik dapat:

a. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya

seoptimal mungkin.


(59)

masyarakat.

c. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam penyesuaian

dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat.

Selain itu, Yusuf, Syamsu (2010: 14) juga menyebutkan tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial

individu adalah sebagai berikut:

a. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai

keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah maupun masyarakat umum.

b. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain dengan

saling menghormati dan memelihara hak dan kewajiban masing

-masing.

c. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan

konstruktif baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.


(60)

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai jenis penelitian, subjek penelitian, alat pengumpulan data, validitas dan reliabilitas kuesioner, prosedur pengumpulan data, serta teknik pengolahan dan analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Furchan (2005, 415-418) menjelaskan penelitian deskriptif dengan metode survei

merupakan penelitian dengan pengumpulan data yang relatif terbatas dari kasus

-kasus yang relatif besar jumlahnya.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik subjek yang diteliti secara tepat. Sifat deskriptif dalam penelitian ini adalah gambaran tentang tingkat konformitas pada siswa SMA Stella Duce 2 Yogyakarta kelas XII.

Berdasarkan hasil penelitian itu akan disusun usulan topik bimbingan pribadi sosial sebagai referensi bagi guru pembimbing di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

Menurut Kountur (2003; 105-106), ciri-ciri penelitian deskriptif adalah

sebagai berikut:

1. Berhubungan dengan kejadian yang terjadi saat itu.

2. Menguraikan satu variabel saja atau beberapa variabel namun diuraikan

satu persatu.


(61)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa SMA Stella Duce 2 Yogyakarta kelas XII pada tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 88 siswa. Siswa kelas XII dipilih sebagai subjek penelitian karena; pertama SMA Stella Duce 2 Yogyakarta merupakan sekolah khusus perempuan yang cenderung melakukan perilaku konformitas sehingga sesuai dengan keinginan peneliti untuk melakukan penelitian di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dan sekolah ini juga memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai tempat penelitian. Kedua peneliti memilih subjek kelas XII karena tergolong pada masa remaja akhir dengan usia rata-rata 17-18 tahun yang memiliki tugas perkembangan mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman sebaya.

C. Teknik Pengumpulan Data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan yang tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2010: 199). Kuesioner ini disusun oleh peneliti. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner terdiri dari atas dua bagian, yaitu bagian pertama data siswa, kata pengantar dan petunjuk pengisian. Bagian kedua yaitu memuat isi pernyataan kuesioner yang terdiri dari butir pernyataan positif (favorable) dan butir pernyataan negatif (Unfavorable).


(62)

Kuesioner ini menggunakan satu variabel yaitu tingkat konformitas pada siswa yang berjenis kelamin sama (perempuan). Kuesioner disusun untuk mengukur seberapa tinggi tingkat konformitas siswa di sekolah berdasarkan pada aspek-aspek konformitas menurut Sears yaitu konformitas dalam kekompakan, kesepakatan dan ketaatan.

1. Skala Pengukuran

Kuesioner ini berbentuk pernyataan dengan menyediakan empat (4) jawaban pada setiap itemnya. Pernyataan-pernyataan yang disajikan dibedakan menjadi dua yaitu pernyataan favorable dan unfavorable yaitu: a. Sangat Sesuai (SS)

b. Sesuai (S)

c. Tidak Sesuai (TS)

d. Sangat Tidak Sesuai (STS) 2. Penentuan Skor (Scoring)

Berdasarkan konsep kuesioner menurut skala likert, peneliti memberikan skoring pada pernyataan-pernyataan seperti dibawah ini.

Tabel 1

Tabel Skoring Rata-rata Konformitas Siswa No pernyataan Alternatif Jawaban

SS

(Sangat Sesuai) (Sesuai)S (Tidak TS Sesuai)

STS (Sangat Tidak

Sesuai)

1 Favorable 4 3 2 1


(63)

Keterangan:

a. Item favorable merupakan pernyataan-pernyataan yang berbanding lurus dengan apa yang ingin peneliti ukur. Semakin ke bawah, coding favorable semakin besar nilainya. STS (Sangat Tidak Sesuai) mendapat nilai 1 atau nilai yang paling rendah, dan SS (Sangat Sesuai) mendapat nilai 4 atau nilai yang paling tinggi.

b. Item unfavorable merupakan pernyataan-pernyataan yang berbanding terbalik dengan apa yang ingin peneliti ukur. Semakin ke bawah, coding unfavorable semakin kecil nilainya. STS (Sangat Tidak Sesuai) mendapat nilai 4 atau nilai yang paling tinggi dan SS (Sangat Sesuai) mendapat nilai 1 atau nilai yang paling rendah.

Responden diminta untuk merespon pernyataan-pernyataan pada kuesioner yang telah disusun oleh peneliti dengan memilih alternatif pilihan yang telah disediakan dengan memberi centang (√) pada kolom yang telah disediakan. Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan jawaban-jawaban responden pada masing-masing item.

3. Kisi-kisi Kuesioner

Kuesioner berisi pernyataan-pernyataan berdasarkan konsep aspek -aspek konformitas menurut Sears dkk (2004:85), yaitu -aspek kekompakan, aspek kesepakatan, dan aspek ketaatan. Dari 3 aspek ini terdapat 8 indikator serta masing-masing jumlah item 40 favorable dan 20 unfavorable sehingga jumlah keseluruhan item adalah 60 butir.


(64)

Tabel 2

Kisi-kisi Kuesioner Konformitas Siswa

Aspek-aspek Indikator No Item Jumlah

Favorable unfavorable

Kekompakan 1.Eratnya hubungan individu dengan kelompok

2.Keinginan untuk menjadi anggota dalam kelompok

3. Penyesuaian diri terhadap kelompok 1,2,3,5,6, 55, 59 10,11,12, 42,43,47, 41, 57 15,16 17,18,19 20,45,60 7,8,9,58 13,14 21,22 11 10 10 Kesepakatan 1.Berusaha menyesuaikan pendapat dengan pendapat kelompok 2.Keyakinan terhadap kelompok 23,24,40 27,28,29 44 25,26,50 51,52 6 6 Ketaatan 1.Kesediaan melakukan sesuatu yang telah menjadi norma dalam kelompok

2.Patuh dan tunduk pada aturan yang berlaku dalam kelompok 3.Meniru perilaku dalam kelompok 4,30 32,33,49 36,37 38,39, 56 31 34,35,48 53,54,46 3 6 8


(65)

D. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Validitas instrumen

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2009: 5). Validitas menunjuk pada “sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang sebenarnya diukur oleh alat tersebut” (Furchan, 2005: 293). Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2010: 173). Butir-butir kuesioner disusun berdasarkan aspek-aspek konformitas menurut Sears dalam kekompakan, kesepakatan dan ketaatan. Jenis validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi merupakan suatu validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat ukur mencerminkan hal-hal yang diukur (Furchan, 2005: 295).

Secara teknis pengujian validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen (Sugiyono, 2010: 129). Validitas isi dilakukan melalui expert judgement, yaitu penilaian terhadap kesesuaian antara variabel penelitian, indikator penelitian, dan rumusan kalimat pernyataan atau item kuesioner oleh ahli yaitu dosen pembimbing yaitu Juster Donal Sinaga, M.Pd dan dosen psikologi yaitu TA Prapancha Hary. Hasil dari konsultasi dan telaah yang dilakukan oleh expert judgement adalah menyusun pernyataan-pernyataan setiap item agar mudah dipahami oleh subjek penelitian dan memeriksa kesesuaian antara aspek dan indikator pada instrumen penelitian agar mengarah pada tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Untuk melihat konsistensi instrumen -instrumen dilakukan uji empiris dengan teknik korelasi spearman’s rho. Rumus


(66)

korelasi spearman’s rho adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Kriteria uji validitas pada instrumen penelitian ini berdasarkan korelasi item total, biasanya digunakan batas ≥0,30. Maka item yang mencapai skor lebih dari 0,30 dinyatakan konsistensi internalnya kuat dan dianggap valid. Sebaliknya apabila skor item dibawah 0,30 maka item itu dinyatakan konsistensi internalnya lemah dan dianggap tidak valid.

Pada tanggal 20-22 Oktober 2014 dilakukan uji coba sekaligus penelitian terhadap instrumen (uji empirik) kepada siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang berjumlah (N) 40 siswa untuk subjek uji coba yang diambil secara simple random sample pada lima kelas dan sejumlah (N) 88 siswa untuk subjek penelitian. Dari hasil pemeriksaan konsistensi item diperoleh 17 item yang tidak valid dari 60 item dan diperoleh 43 item yang dinyatakan valid. Setelah uji validitas instrumen dengan melihat konsistensi internal item, maka kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada tabel berikut.


(67)

Tabel 3

Rincian Item yang Valid dan Tidak Valid

Aspek Indikator No Item Valid Tidak

Valid

Favorable unfavorable

Kekompakan 1.Eratnya hubungan individu dengan kelompok

2.Keinginan untuk menjadi anggota dalam kelompok

3. Penyesuaian diri terhadap kelompok 1,2,3,5,6, 55, 59 10,11,12, 42,43,47, 41, 49,57 15,16 17,18,19 20,45,60 7,8,9,58 13,14 21,22 1,2,5,6, 55,58,59 10,11,12,13 47,49,57 15,16,17,18 19,20,22,45,60 3,7,8,9 14,41,42,43 21 Kesepakatan 1.Berusaha menyesuaikan pendapat dengan pendapat kelompok 2.Keyakinan terhadap kelompok 23,24,40 27,28,29 44 25,26,50 51,52 23,24,40,50 27,28,29 44,51,52 25,26 - Ketaatan 1.Kesediaan melakukan sesuatu yang telah menjadi norma dalam kelompok

2.Patuh dan tunduk pada aturan yang berlaku dalam kelompok 3.Meniru perilaku dalam kelompok 4,30 32,33,49 36,37 38,39, 56 31 34,35,48 53,54,46 4,30 32,33,35 36,37,38,53,56 31 34,48 39.46,54


(68)

2. Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α). Penggunaan teknik analisis Alpha Cronbach ini didasarkan atas pertimbangan penghitungan realibilitas skala yang diperoleh melalui penyajian satu bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok responden atau single trial administration (Azwar, 2011: 87). Rumus koefisien reliabilitas alpha adalah :

α = 2[1- S 2 2 S + 2 S

x i x

] Keterangan rumus :

S12 dan S22 : varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2

Sx2 : varians skor skala

Hasil yang sudah dihitung dikonsultasikan berdasarkan kriteria menurut Guilford (Masidjo, 1995: 209) sebagai berikut:

Tabel 4

Pengelompokan Kualifikasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kualifikasi 0,91-1,00 Sangat tinggi 0,71-0,90 Tinggi 0,41-0,70 Cukup 0,21-0,40 Rendah Negatif-0,20 Sangat rendah


(69)

Penghitungan indeks reliabilitas penelitian dihitung melalui

pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α) dengan menggunakan software komputer SPSS 20.0 for Windows sehingga diperoleh

output koefisien reliabilitas seluruh instrumen dengan

menggunakan rumus Alpha (α) yaitu 0,878. Berdasarkan peninjauan terhadap hasil perhitungan koefisien reliabilitas pada

kriteria Guilford, dapat disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas

instrumen dalam penelitian ini masuk dalam kriteria tinggi.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Berikut ini adalah tahap-tahap yang ditempuh dalam pengumpulan data :

1. Persiapan

a. Peneliti menghubungi pihak sekolah untuk meminta izin dan

menyerahkan surat izin penelitian dari program studi Bimbingan

dan Konseling kepada pihak sekolah.

b. Mempelajari buku-buku tentang konformitas dan perkembangan

remaja.

c. Menyusun kuesioner tentang deskripsi tingkat konformitas siswa

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dengan mengikuti beberapa

langkah, yaitu :

1) Menetapkan dan mendefinisikan variabel penelitian, yaitu

tingkat konformitas siswa SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

2) Menjabarkan variabel penelitian kedalam aspek-aspek dan


(70)

3) Menyusun item-item pernyataan sesuai dengan aspek dan

indikator yang telah dibuat.

4) Memberikan expert judgement alat penelitian kepada para ahli

yaitu dosen pembimbing dan dosen psikologi.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dilakukan di ruang kelas masing-masing

dalam mengisi kuesioner dibutuhkan waktu kurang lebih 45 menit.

Adapun rincian tahap pelaksanaan penelitian kuesioner tingkat

konformitas adalah sebagai berikut.

Tabel 5

Jadwal Pengumpulan Data Penelitian

No Hari/Tanggal Nama sekolah Kelas Jumlah

siswa

1 Senin, 20 Oktober 2014

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

XII IPA-1 23

2 Selasa,21 Oktober 2014

XII IPS-1 XII BHS

29 28 3 Rabu, 22 Oktober

2014

XII IPA-2 XII IPS-2

19 29

F. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan analisis data, yaitu : 1. Memberi skor pada setiap alternatif jawaban yang dipilih. Norma

skoring untuk pernyataan positif adalah sangat sesuai = 4, sesuai = 3, tidak sesuai = 2, sangat tidak sesuai = 1. Mentabulasi data, menghitung skor total masing-masing responden maupun item kuesioner dan skor rata-rata responden maupun rata-rata butir item kuesioner.

2. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis statistik deskriptif yang meliputi penyajian tabel, perhitungan mean,


(1)

Sig. (2-tailed)

.206

N 40

42 Correlation

Coefficient

.277

tidak valid

Sig. (2-tailed)

.083

N 40

43 Correlation

Coefficient

.256

tidak valid

Sig. (2-tailed)

.111

N 40

47 Correlation

Coefficient

.509**

valid

Sig. (2-tailed)

.001

N 40

49 Correlation

Coefficient

.568**

valid

Sig. (2-tailed)

.000

N 40

55 Correlation

Coefficient

.601**

valid

Sig. (2-tailed)

.000

N 40

57 Correlation

Coefficient

.447**

valid

Sig. (2-tailed)

.004

N 40

58 Correlation

Coefficient

.334*

valid

Sig. (2-tailed)

.035


(2)

59 Correlation Coefficient

.573**

valid

Sig. (2-tailed)

.000

N 40

60 Correlation

Coefficient

.385*

valid

Sig. (2-tailed)

.014

N 40

VAR00033 Correlation Coefficient

1.000

Sig. (2-tailed)

N 40

ASPEK

2 keterangan

Spearman's rho

23 Correlation Coefficient

.545**

valid

Sig. (2-tailed)

.000

N 40

24 Correlation Coefficient

.592**

valid

Sig. (2-tailed)

.000

N 40

25 Correlation Coefficient

-.069

tidak valid

Sig. (2-tailed)

.673

N 40

26 Correlation Coefficient

.288

tidak valid

Sig. (2-tailed)


(3)

N 40 27 Correlation

Coefficient

.369*

valid

Sig. (2-tailed)

.019

N 40

28 Correlation Coefficient

.651**

valid

Sig. (2-tailed)

.000

N 40

29 Correlation Coefficient

.349*

valid

Sig. (2-tailed)

.027

N 40

40 Correlation Coefficient

.483**

valid

Sig. (2-tailed)

.002

N 40

44 Correlation Coefficient

.352*

valid

Sig. (2-tailed)

.026

N 40

50 Correlation Coefficient

.489**

valid

Sig. (2-tailed)

.001

N 40

51 Correlation Coefficient

.492**

valid

Sig. (2-tailed)

.001


(4)

52 Correlation Coefficient

.451**

valid

Sig. (2-tailed)

.003

N 40

Correlation Coefficient

1.000

Sig. (2-tailed)

N 40

ASPEK

3 keterangan

Spearman's rho

30 Correlation

Coefficient

.471**

valid

Sig. (2-tailed)

.002

N 40

31 Correlation

Coefficient

-.011

tidak valid

Sig. (2-tailed)

.945

N 40

32 Correlation

Coefficient

.425**

valid

Sig. (2-tailed)

.006

N 40

33 Correlation

Coefficient

.306

valid

Sig. (2-tailed)

.055

N 40

34 Correlation

Coefficient

.191

tidak valid

Sig. (2-tailed)

.238


(5)

35 Correlation Coefficient

.464**

valid

Sig. (2-tailed)

.003

N 40

36 Correlation

Coefficient

.504**

valid

Sig. (2-tailed)

.001

N 40

37 Correlation

Coefficient

.462**

valid

Sig. (2-tailed)

.003

N 40

38 Correlation

Coefficient

.614**

valid

Sig. (2-tailed)

.000

N 40

39 Correlation

Coefficient

.158

tidak valid

Sig. (2-tailed)

.330

N 40

45 Correlation

Coefficient

.448**

valid

Sig. (2-tailed)

.004

N 40

46 Correlation

Coefficient

-.032

tidak valid

Sig. (2-tailed)

.845

N 40

48 Correlation

Coefficient

.204


(6)

Sig. (2-tailed)

.207

N 40

53 Correlation

Coefficient

.412**

valid

Sig. (2-tailed)

.008

N 40

54 Correlation

Coefficient

.135

tidak valid

Sig. (2-tailed)

.408

N 40

56 Correlation

Coefficient

.487**

valid

Sig. (2-tailed)

.001

N 40

VAR00063 Correlation Coefficient

1.000

Sig. (2-tailed)

N 40

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 88 100.0

Excludeda 0 0.0

Total 88 100.0

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items


Dokumen yang terkait

Identifikasi kesalahan konsep fisika tentang suhu dan kalor (Studi deskriptif pada siswa kelas I5 cawu III SMU Negeri Rambipuji Jember tahun ajaran 2000/2001

0 6 55

pengaruh model pembelajaran webbed terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SDIT Al-Mubarak Jakarta pusat tahun ajaran 2014/2015

4 24 258

Pengaruh penggunaan strategi mastery learning terhadap hasil belajar IPS siswa Mts Al-Khairiyah tegal parung jakarta selatan tahun ajaran 2014/2015

1 14 146

Kontribusi layanan bimbingan dan konseling dalam membina disiplin belajar siswa pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 59 Jakarta

0 16 172

Hubungan antara kompetensi profesional guru dengan ptrestasi belajar siswa : studi korelasi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Legok-Tangerang

0 13 80

Hubungan antara komunikasi orang tua dan siswa dengan prestasi belajar siswa : studi penelitian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pamulang

0 5 94

Pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran bahasa dan sastra indonesia pada siswa kelas IX MTS Izzatul Islam Tajurhalang, Bogor Tahun ajaran 2014/2015

0 9 112

Aplikasi pembelajaran geografi kelas XII berbasis platform android studi kasus pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Puragabaya Bandung

0 9 112

Pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan abstraksi siswa di kelas VII SMPN 01 Kalidawir Tulungagung tahun ajaran 20172018

0 0 6

Efektivitas manajemen pendidikan karakter dalam upaya meningkatkan prestasi akademik siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015

0 0 9