Rasa takut terhadap penyimpangan

kelompoknya. Misalnya gaya pakaian, dan tata rambut Hurlock, 1990:206. Menurut Sears 2004:253 kebanyakan remaja dianggap bebas memilih baju dan gaya rambutnya, tetapi remaja lebih suka mengenakan baju seperti orang lain dalam kelompok sosial mereka, dan karena mengikuti tren terbaru dari teman-teman kelompok. Berdasarkan beberapa teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan masa yang rentan terhadap pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Pada masa remaja, seorang individu terdorong untuk mencari pengalaman sebanyak-banyaknya dari hal-hal yang remaja temukan dalam pergaulannya terlebih dari teman sebayanya yang cenderung berperilaku mengarah pada perilaku konformitas.

7. Karakteristik Remaja yang Memiliki Perilaku Konformitas

Remaja yang memiliki perilaku konformitas memiliki karakteristik yang dilihat dari aspek-aspek konformitas menurut Sears dkk 2004:85. Karakteristik-karakteristik tersebut dapat dilihat dari: a. Adanya kekompakan yang dibangun bersama karena rasa suka terhadap anggota kelompok dan dengan harapan mendapatkan manfaat dari keanggotaanya dalam kelompok tersebut, misalnya individu menjadi terkenal di sekolah maupun di luar sekolah setelah bergabung dengan kelompoknya. b. Perilaku individu yang selalu menyamakan pendapatnya serta selalu membenarkan pendapat kelompok walaupun bertentangan dengan nilai yang dianutnya demi membesarkan dan diterima oleh kelompok. c. Kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar sangat besar sehingga individu tersebut akan semakin menyesuaikan diri dengan kelompok dimana individu bergabung. d. Individu rela melakukan sesuatu yang diminta atau disuruh oleh kelompok meskipun sebenarnya bertentangan dengan individu itu sendiri sebagai bukti dari kepatuhannya terhadap kelompok. e. Adanya perilaku meniru model anggota kelompok. Individu cenderung meniru perilaku yang dilihatnya dari anggota kelompok. Berdasarkan penjelasan mengenai karakteristik konformitas di atas dapat disimpulkan bahwa konformitas umumnya terjadi pada individu yang bergabung dalam suatu kelompok. Pembentukan suatu kelompok biasanya terjadi pada masa remaja. Salah satu cara mengatasi permasalahan-permasalahan pada remaja yang terkait perilaku konformitas adalah melalui kelompok teman sebaya yang memiliki kesamaan satu sama lain. Awal mula suatu kelompok terbentuk adalah dari persahabatan dua atau lebih individu yang merasa memiliki kesamaan baik jenis kelamin, hobi maupun sikap kemudian berlanjut melakukan kegiatan secara bersama-sama. Apabila remaja masuk dalam kelompok yang memiliki norma atau nilai yang berlawanan dengan lingkungan sosial, hal ini dapat menjadi masalah. Perilaku konformitas semakin kuat seiring dukungan dari anggota kelompok sehingga anggota- anggotanya juga akan berusaha berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku dalam kelompok tersebut.

8. Definisi Kelompok

Kelompok adalah orang-orang yang memiliki tujuan yang sama dan bersandar satu sama lain dan hubungan satu sama lain berlanjut sepanjang waktu McGrath 1984 Myers 2012:354. Sedangkan menurut ahli dinamika kelompok, Marvin Shaw Myers 2012:354 berpendapat bahwa kelompok memiliki kesamaan dimana anggotanya saling berinteraksi. Anggota kelompok terdiri dari dua atau lebih individu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Dari beberapa definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kelompok adalah dua atau lebih individu yang memilih untuk bersama sepanjang waktu karena memiliki banyak kesamaan dan saling berinteraksi serta saling mempengaruhi satu sama lain.

9. Manfaat Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang merasa terikat bersama dalam unit yang koheren pada beberapa tingkatan menurut Baron, dkk Sarwono 2009. Kelompok juga merupakan sekumpulan individu yang berkerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Kelompok dapat memberikan manfaat bagi individu. Menurut Burn Sarwono 2009, kelompok memiliki 3 manfaat, yaitu: a. Kelompok memenuhi keinginan individu untuk merasa berarti dan

Dokumen yang terkait

Deskripsi tingkat kecerdasan emosional siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2014/2015 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal.

0 0 132

Tingkat konformitas siswa : studi deskriptif pada siswa kelas XI SMK Marsudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

0 2 121

Tingkat konformitas siswa Sekolah Menengah Atas : studi deskriptif pada siswa kelas XII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial.

0 0 128

Konsep diri siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

0 0 115

Deskripsi motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan.

0 0 117

Tingkat konformitas siswa studi deskriptif pada siswa kelas XI SMK Marsudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 20122013 dan implikasinya terhadap usulan topik topik bimbingan pribadi sosial

0 0 119

Konsep diri siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012 2013 dan implikasinya terhadap usulan topik topik bimbingan pribadi sosial

0 4 113

KONSEP DIRI PARA SISWA KELAS XI SMA STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20082009 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL SKRIPSI

0 0 98

STUDI TENTANG KEBIASAAN BELAJAR PARA SISWA KELAS XI SMA STELLA DUCE BANTUL YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 20082009 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR

0 0 107

DESKRIPSI KECERDASAAN EMOSIONAL REMAJA SISWA KELAS VIII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20112012 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK

0 0 108