Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Group Investigation

c. Perencanaan dimulai dengan setiap siswa menuliskan usulannya, dan dilanjutkan dalam kelompok yang semakin besar, mulai dari kelompok yang beranggotakan dua orang sampai beranggotakan empat bahkan delapan siswa. Pada tiap tahap anggota kelompok membandingkan daftar mereka, menghilangkan usulan yang sama, dan mengompilasikan satu daftar bersama. Daftar akhir ini mewakili ketertarikan dari seluruh anggota. d. Daftar yang mewakili kertertarikan dari seluruh anggota tersebut, ditulis di papan tulis atau dicetak pada kertas yang digantung di dinding, atau juga bisa diperbanyak dengan difotokopi agar semua usulan tersebut bisa dimiliki oleh setiap siswa. 2. Pembagian Kelompok dan Perencanaan Investigasi a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok secara heterogen dan memberikan nama kepada masing-masing kelompok. b. Anggota kelompok menentukan aspek dari subtopik yang masing-masing akan mereka investigasi. Sehingga, tiap kelompok harus memformulasikan sebuah masalah yang dapat diteliti, memutuskan bagaimana melaksanakannya, dan menentukan sumber- sumber mana yang akan dibutuhkan untuk melakukan investigasi tersebut. 3. Pelaksanaan Investigasi a. Satu demi satu atau secara berpasangan, mengumpulkan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan- kesimpulan, dan mengaplikasikan pengetahuan baru yang menjadi bagian mereka untuk menciptakan sebuah resolusi atas masalah yang diteliti kelompok. b. Ketika individu atau pasangan telah menyelesaikan porsi mereka atas tugas kelompok, maka kelompok tersebut kumpul kembali dan para anggotanya saling membagi pengetahuan mereka. Kelompok boleh memilih salah satu anggota untuk mencatat kesimpulan mereka, atau tiap anggota boleh mempresentasikan sebuah rangkuman tertulis dari penemuan mereka. 4. Menyiapkan Laporan Akhir a. Guru mendengarkan masing-masing rencana kelompok untuk laporan tiap-tiap kelompok. b. Guru akan mencatat permintaan penyediaan materi, mengkoordinasikan jadwal waktu, dan memastikan bahwa gagasan-gagasan presentasi yang akan dilakukan cukup realistik dan menarik. c. Guru memastikan bahwa tiap rencana kelompok memungkinkan tiap anggota untuk terlibat. d. Guru memberikan pedoman-pedoman untuk membantu kelompok dalam merencanakan laporan mereka. 5. Mempresentasikan Laporan Akhir a. Masing-masing kelompok mempersiapkan diri untuk mempresentasikan laporan akhir mereka kepada kelas. b. Pada tahap ini, siswa berkumpul kembali dan kembali kepada posisi kelas sebagai satu keseluruhan. 6. Evaluasi Pencapaian a. Tahap 1: Kelompok peneliti dan guru bekerja sama dalam memformulasikan sebuah ujian atau sebuah kuis untuk mengevaluasi pencapaian teman sekelas. b. Tahap 2: Guru menentukan tanggal ujian untuk memberikan waktu kepada setiap siswa guna mempersiapkan diri. Untuk tahap 2 ini, ujian dilaksanakan setelah semua kelompok presentasi.

D. Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran

1. Hasil Belajar Siswa Dalam proses pembelajaran, hasil belajar siswa sangat dibutuhkan untuk melihat tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Tingkat hasil belajar siswa pasti akan berbeda-beda, hal ini dikarenakan berbagai faktor penyebabnya. Dalam pembelajaran yang terjadi di sekolah atau di kelas, guru adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas hasilnya. Dengan demikian, guru sebaiknya dibekali dengan evaluasi sebagai ilmu yang mendukung tugasnya, yakni mengevaluasi hasil belajar siswa Suharsimi Arikunto: 2010: 4. Dengan demikian, tugas guru mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan, penilaian mempunyai makna ditinjau dari berbagai segi Suharsimi Arikunto: 2010: 6, antara lain: a. Makna bagi siswa. Dengan diadakannya penelitian, maka siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Hasil yang diperoleh siswa dari pekerjaan menilai ini ada dua kemungkinan, yaitu: 1 Memuaskan Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan dan hal itu menyenangkan, tentu kepuasan itu ingin diperolehnya lagi pada kesempatan lain waktu. Akibatnya, siswa akan mempunyai motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih giat, agar lain kali mendapat hasil yang lebih memuaskan lagi. Keadaannya sebaliknya dapat terjadi, yakni siswa sudah merasa puas dengan hasil yang diperoleh dan usahanya kurang gigih untuk lain kali. 2 Tidak memuaskan Jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperoleh, ia akan berusaha agar lain kali keadaan itu tidak terulang lagi. Maka ia lalu belajar giat. Namun demikian, keadaan sebaliknya dapat terjadi. Ada beberapa siswa yang lemah kemauannya, akan menjadi putus asa dengan hasil kurang memuaskan yang telah diterimanya. b. Makna bagi guru. 1 Dengan hasil penilaian yang diperoleh guru akan dapat mengetahui anak didik mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil menguasai bahan, maupun mengetahui anak didik mana yang belum berhasil menguasai bahan. Dengan demikian, guru dapat lebih memusatkan perhatiannya kepada anak didik yang belum berhasil. 2 Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa sehingga untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan datang tidak perlu diadakan perubahan. 3 Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar dari siswa memperoleh angka yang kurang memuaskan pada penilaian yang akan datang, mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan atau metode yang kurang tepat. Apabila demikian, maka guru harus mawas diri dan mencoba mencari metode lain dalam mengajar. c. Makna bagi sekolah. 1 Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana hasil belajar siswa-siswanya, dapat diketahui pula apakah kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sesuai dengan harapan atau belum. 2 Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah itu dapat merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan datang. 3 Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun, dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar atau belum. Pemenuhan standar akan terlihat dari bagusnya angka-angka yang diperoleh siswa. Untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa atau kemampuan siswa dalam suatu pokok bahasan, guru biasanya mengadakan tes hasil belajar. Hasil belajar dinyatakan dalam bentuk skor yang telah diperoleh siswa setelah mengikuti tes hasil belajar yang diadakan setelah selesai program pengajaran. Skor tersebut harus sesuai dengan batas Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang telah ditetapkan oleh masing-masing sekolah. Dalam penelitian ini, batas Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang digunakan oleh SMK SANJAYA PAKEM adalah sebagai berikut:  Siswa dinyatakan telah tuntas belajar bila telah mencapai skor ≥ 70 atau 70 .  Suatu kelas dinyatakan tuntas belajar, jika di kelas tersebut terdapat ≥ 85 siswa telah mencapai nilai ≥ 70. 2. Keaktifan Siswa Keterlibatan siswa bisa diartikan sebagai siswa berperan aktif sebagai partisipan dalam proses belajar mengajar. Menurut Dimjati dan Mudjiono 1994: 56-60, keaktifan siswa dapat didorong oleh peran guru. Guru berupaya untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif, baik aktif mencari, memproses dan mengelola perolehan belajarnya. Untuk dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar guru dapat melakukannya dengan melibatkan siswa secara langsung baik secara individual maupun kelompok. Hal ini karena dapat memberikan peluang yang mendorong siswa untuk melakukan eksperimen, upaya mengikutsertakan siswa atau memberi tugas kepada siswa untuk memperoleh informasi dari sumber luar kelas atau sekolah serta upaya melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan pesan pembelajaran . Keterlibatan siswa hanya bisa dimungkinkan jika siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi atau terlibat dalam proses pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar sebelumnya, para murid diharuskan tunduk dan patuh pada peraturan dan prosedur yang kaku dan justru membatasi keterampilan berfikir kreatif. Dalam belajar,

Dokumen yang terkait

Penerapan pembelajaran kooperatif model group investigation untuk meningkatkan hasil belajar sosiologi SMA SIT Fajar Hidayah Kotawisata-Cibubur: penelitian tindakan di SMA Fajar Hidayah pada kelas X

0 6 75

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sdit Bina Insani ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Sdit Bina Insani Kelas V Semester Ii Serang-Banten )

0 3 184

Pengaruh pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone) terhadap pemahaman konsep matematika siswa di SMP Negeri 1 Cibaliung

0 33 0

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VII

2 17 226

Keefektifan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dalam pembelajaran matematika pada materi sistem persamaan linear dua variabel terhadap hasil belajar dan keaktifan siswa di kelas X SMK Sanjaya Pakem tahun ajaran 2012/2013.

0 1 2

Efikasi diri dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam pembelajaran sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student

0 12 254

Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Dibanding Model Pembelajaran CTL terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas VIII Semester I SMP Negeri 3 Ung

0 0 2

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA.

0 0 21

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

0 0 10

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABELMENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS VIII SMP SKRIPSI

0 0 22