2 Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan
kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim.
3 Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu guru
mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.
4 Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap
bahan ajar, dan kepada siswa secra individu atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi
penghargaan. b.
Metode Jigsaw. Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan dari
Universitas Texas; dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan- kawan. Langkah-langkah dalam metode Jigsaw:
1 Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 4
atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen. 2
Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan setiap siswa bertanggungjawab untuk mempelajari suatu bagian
dari bahan akademik tersebut. 3
Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggungjawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang
sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji
bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut “kelompok pakar” expert group.
4 Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar
kembali ke kelompok semula home teams untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam
kelompok pakar. 5
Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “home teams”, para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang dipelajari.
Dalam metode Jigsaw versi Slavin, pemberian skor dilakukan seperti dalam metode STAD. Individu atau tim yang memperoleh
skor tinggi diberi penghargaan oleh guru. c.
Metode GI Group Investigation. Salah satu model pembelajaran yang mendukung keterlibatan siswa
dalam kegiatan belajar adalah model pembelajaran GI Krismanto: 2003: 6. Pada Group Investigation yang terpenting adalah
perencanaan kooperatif siswa atas apa yang dituntut dari mereka. Anggota kelompok mengambil bagian dalam merencanakan berbagai
dimensi dan tuntutan proyek mereka. Mereka bersama-sama menentukan apa yang mereka ingin investigasikan sehubungan dengan
upaya mereka untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi; sumber apa yang mereka butuhkan; siapa akan melakukan apa; dan
bagaimana mereka akan menampilkan proyek mereka yang sudah selesai ke hadapan kelas. Di dalam kelas yang menggunakan
pembelajaran GI, guru bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator. Guru tesebut berkeliling di antara kelompok-kelompok yang ada dan
untuk melihat bahwa mereka bisa mengelola tugasnya, dan membantu tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk
masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan pembelajaran.
d. Metode Struktural.
Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan dan kawan-kawan. Metode struktural menekankan pada struktur-struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Berbagai struktur tersebut dikembangkan oleh Kagan dengan maksud menjadi
alternatif dari berbagai struktur kelas yang lebih tradisional, seperti metode resitasi, yang ditandai dengan pengajuan pertanyaan oleh guru
kepada seluruh siswa dalam kelas dan para siswa memberikan jawaban setelah lebih dahulu mengangkat tangan dan ditunjuk oleh guru. Ada
beberapa teknik dari metode struktural Sugiyanto:2010, antara lain: 1
Mencari Pasangan. Teknik belajar mengajar mencari pasangan make a Match
dikembangkan oleh Larana Curran 1994. Salah satu keuntungan dari teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
2 Bertukar Pasangan.
Teknik belajar mengajar bertukar pasangan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan orang lain.
3 Berkirim Salam dan Soal.
Teknik belajar mengajar berkirim salam dan soal memberikan siswa kesempatan untuk melatih pengetahuan dan ketrampilan
mereka. Siswa membuat pertanyaan sendiri sehingga akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang
dibuat oleh teman-teman sekelasnya. Teknik ini cocok untuk persiapan menjelang tes dan ujian.
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Group Investigation
Telah sedikit dijelaskan di atas bahwa salah satu model pembelajaran yang mendukung keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar
adalah model pembelajaran GI. Keterlibatan siswa dalam kegiatan proses belajar-mengajar sangatlah dibutuhkan dalam menumbuhkan dan
meningkatkan motivasi kepada anak didik dalam belajar. Sudjana Mudrika: 2007: 15 mengemukakan bahwa GI dikembangkan oleh
Herbert Thelen sebagai upaya untuk mengkombinasikan strategi mengajar yang berorientasi pada pengembangan proses pengkajian akademis.
Metode GI melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.
Metode ini lebih menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun ketrampilan proses memiliki kelompok
group process skills. Oleh karena itu, metode GI sering dipandang sebagai metode yang paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran
kooperatif dibandingkan dengan metode-metode yang lainnya, seperti Metode STAD, dan Metode Jigsaw.
Dalam Group Investigation, guru tentunya perlu mengadaptasi pedoman-pedoman dengan latar belakang, umur, dan kemampuan para
murid, sama halnya seperti penekanan waktu, tetapi pedoman-pedoman ini cukup bersifat umum untuk dapat diaplikasikan dalam skala kondisi kelas
yang luas. Robert E. Slavin 2005: 218 menyatakan bahwa para murid bekerja melalui enam tahap dalam pembelajaran GI, antara lain:
Tahap 1: Mengidentifikasikan Topik dan Mengatur Murid ke dalam Kelompok.
a. Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan
mengkategorikan saran-saran. b.
Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih.
c. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus
bersifat heterogen. d.
Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.
Tahap 2: Merencanakan Tugas yang akan Dipelajari. Para siswa merencanakan bersama mengenai:
Apa yang kita pelajari?
Bagaimana kita mempelajarinya? Siapa melakukan apa? pembagian tugas.
Untuk tujuan dan kepentingan apa kita menginvestigasi topik ini? Tahap 3: Melaksanakan Investigasi.
a. Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat
kesimpulan. b.
Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.
c. Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensistesis
semua gagasan. Tahap 4: Menyiapkan Laporan Akhir.
a. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek
mereka. b.
Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.
c. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk
mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi. Tahap 5: Mempresentasikan Laporan Akhir.
a. Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam
bentuk. b.
Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif.
c. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan
presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.
Tahap 6: Evaluasi. a.
Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan
pengalaman-pengalaman mereka. b.
Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa. c.
Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.
Dari langkah-langkah metode GI yang telah dijelaskan tersebut, peneliti menarik kesimpulan dari langkah-langkah tersebut yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Langkah-langkah penggunaan metode GI yang dikembangkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode GI dalam Penelitian
No. Langkah-langkah Aktivitas
Guru 1. Pembukaan dan
Identifikasi Topik a.
Guru mempresentasikan sebuah permasalahan kepada seluruh siswa dan bertanya, “Apa yang
ingin kalian ketahui tentang masalah ini?”. Tiap siswa memberikan pertanyaan mengenai aspek-
aspek dari masalah tersebut yang ingin mereka investigasi.
b. Para siswa berkumpul dalam diskusi
menuliskan semua gagasan dan kemudian melaporkannya kepada seluruh siswa. Diskusi
singkat seluruh siswa akan menghasilkan daftar usulan bersama mengenai subtopik yang akan
menjadi bahan investigasi.
c. Perencanaan dimulai dengan setiap siswa
menuliskan usulannya, dan dilanjutkan dalam kelompok yang semakin besar, mulai dari
kelompok yang beranggotakan dua orang sampai beranggotakan empat bahkan delapan
siswa. Pada tiap tahap anggota kelompok membandingkan daftar mereka, menghilangkan
usulan yang sama, dan mengompilasikan satu daftar bersama. Daftar akhir ini mewakili
ketertarikan dari seluruh anggota.
d. Daftar yang mewakili kertertarikan dari seluruh
anggota tersebut, ditulis di papan tulis atau dicetak pada kertas yang digantung di dinding,
atau juga bisa diperbanyak dengan difotokopi agar semua usulan tersebut bisa dimiliki oleh
setiap siswa.
2. Pembagian Kelompok dan
Perencanaan Investigasi
a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok
secara heterogen dan memberikan nama kepada masing-masing kelompok.
b. Anggota kelompok menentukan aspek dari
subtopik yang masing-masing akan mereka investigasi. Sehingga, tiap kelompok harus
memformulasikan sebuah masalah yang dapat diteliti, memutuskan bagaimana
melaksanakannya, dan menentukan sumber- sumber mana yang akan dibutuhkan untuk
melakukan investigasi tersebut.
3. Pelaksanaan Investigasi
a. Satu demi satu atau secara berpasangan,
mengumpulkan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan-
kesimpulan, dan mengaplikasikan pengetahuan baru yang menjadi bagian mereka untuk
menciptakan sebuah resolusi atas masalah yang diteliti kelompok.
b. Ketika individu atau pasangan telah
menyelesaikan porsi mereka atas tugas kelompok, maka kelompok tersebut kumpul
kembali dan para anggotanya saling membagi pengetahuan mereka. Kelompok boleh memilih
salah satu anggota untuk mencatat kesimpulan mereka, atau tiap anggota boleh
mempresentasikan sebuah rangkuman tertulis