Pembelajaran Matematika LANDASAN TEORI

2 Bertumpu pada kesepakatan 3 Berpola pikir deduktif 4 Memiliki simbol yang kosong dari arti 5 Memperhatikan semesta pembicaraan 6 Konsisten dalam sistemnya 3. Pengertian Pembelajaran Matematika Pendidikan adalah upaya yang dilakukan agar peserta didik atau siswa dapat mencapai tujuan tertentu. Agar peserta didik atau siswa dapat mencapai tujuan tertentu tersebut, maka dibutuhkan wahana yang dapat digambarkan sebagai kendaraan. Dengan demikian, pembelajaran matematika adalah kegiatan pendidikan yang menggunakan matematika sebagai salah satu cara untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan Soedjadi: 2000: 6. Bila seorang guru memahami dengan baik matematika yang akan digunakan sebagai wahana, maka seorang guru matematika akan mampu menggunakan matematika untuk membawa peserta didik atau siswanya agar dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Sebaliknya, apabila pemahaman guru terhadap matematika kurang baik dapat dipastikan bahwa pnggunaan matematika sebagai wahana pendidikan juga akan tidak maksimal seperti yang diharapkan. Matematika sebagai wahana pendidikan, tidak hanya dapat digunakan untuk mencapai satu tujuan, misalnya saja seperti mencerdaskan peserta didik atau siswa, tetapi dapat juga untuk membentuk kepribadian peserta didik atau siswa serta mengembangkan keterampilan tertentu. Selain menggunakan matematika sebagai wahana pendidikan, guru juga harus berusaha menguasai matematika sehingga guru memahami bagaimana cara yang akan diajarkannya serta bagaimana mengajarkannya kepada siswa yang sedang berkembang. Matematika cukup dikenal dengan mata pelajaran yang sulit, keabstrakan objek-objek matematika perlu diupayakan agar dapat diwujudkan secara lebih konkret agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik atau siswa. Inilah yang seharusnya menjadi perhatian guru matematika, dan diharapkan dapat menjadi pendorong untuk lebih kreatif dalam merencanakan proses pembelajaran.

B. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif cooperative learning adalah suatu model pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar Sugiyanto: 2010: 37. Dengan adanya model pembelajaran kooperatif ini diharapkan pelajar dapat semakin aktif dalam memperoleh dan mempelajari berbagai konsep atau teori, pengetahuan dan ketrampilan serta dapat bekerjasama dengan pelajar lainnya. Namun, model pembelajaran kooperatif tidak dimaksudkan sebagai para siswa duduk bersama dalam kelompok kecil dan menyelesaikan masalahnya sendiri-sendiri atau para siswa dalam kelompok membiarkan seorang siswa menyelesaikan seluruh pekerjaan kelompok. Model pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada kehadiran siswa sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah untuk mencapai tujuan bersama, dan setiap individu dalam kelompok didorong untuk saling membantu. Johnson Johnson, 2005 mendeskripsikan bahwa belajar yang paling baik, yaitu : 1 bila kita terlibat secara pribadi dalam pengalaman belajarnya; 2 pengetahuan harus ditemukan anda sendiri agar memiliki arti atau dapat membuat perbedaan pada perilaku kita; dan 3 komitmen kita terhadap belajar dalam keadaan paling tinggi apabila kita bebas menentukan tujuan belajar kita sendiri dan berusaha secara aktif untuk mencapainya dalam kerangka kerja tertentu. Adapun ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif Sugiyanto:2010, yaitu: 1. Saling ketergantungan positif; Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong siswa agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. 2. Interaksi tatap muka; Dalam pembelajaran kooperatif, interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok, sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru saja. Interaksi ini, sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. 3. Akuntabilitas individual; Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok namun penilaian yang ditujukan adalah untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual tersebut disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, oleh karena itu tiap anggota kelompok harus bekerjasama demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksudkan dengan akuntabilitas individual. 4. Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi. Dalam bekerjasama dalam kelompok, sangatlah dibutuhkan sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjaga hubungan antar pribadi. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru dan dari sesama siswa atau sesama anggota kelompok. Menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki keuntungan Sugiyanto: 2010, antara lain: 1 meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial; 2 memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, dan perilaku sosial; 3 memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial; 4 memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen; 5 menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois; 6 meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia; 7 meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif; dan 8 meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik. Berikut ini akan dibahas beberapa metode pembelajaran kooperatif Sugiyanto:2010, diantaranya: a. Metode STAD Student Teams Achievement Divisions. Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari Universitas John Hopkins. Para guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal atau tertulis. Langkah-langkah dalam metode STAD: 1 Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. 2 Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim. 3 Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari. 4 Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secra individu atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. b. Metode Jigsaw. Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan dari Universitas Texas; dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan- kawan. Langkah-langkah dalam metode Jigsaw: 1 Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen. 2 Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan setiap siswa bertanggungjawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. 3 Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggungjawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji

Dokumen yang terkait

Penerapan pembelajaran kooperatif model group investigation untuk meningkatkan hasil belajar sosiologi SMA SIT Fajar Hidayah Kotawisata-Cibubur: penelitian tindakan di SMA Fajar Hidayah pada kelas X

0 6 75

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sdit Bina Insani ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Sdit Bina Insani Kelas V Semester Ii Serang-Banten )

0 3 184

Pengaruh pembelajaran kooperatif struktur bertelepon (telephone) terhadap pemahaman konsep matematika siswa di SMP Negeri 1 Cibaliung

0 33 0

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VII

2 17 226

Keefektifan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dalam pembelajaran matematika pada materi sistem persamaan linear dua variabel terhadap hasil belajar dan keaktifan siswa di kelas X SMK Sanjaya Pakem tahun ajaran 2012/2013.

0 1 2

Efikasi diri dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam pembelajaran sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student

0 12 254

Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Dibanding Model Pembelajaran CTL terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas VIII Semester I SMP Negeri 3 Ung

0 0 2

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA.

0 0 21

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

0 0 10

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABELMENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS VIII SMP SKRIPSI

0 0 22