4.8.1. Wawancara dengan Ibu Pascapersalinan
a. Ny. DP 28 tahun, Suku Jawa, tinggal di Jl. Karya jaya Medan, Paritas III “Saya agak kurang bersemangat menyusui bayi saya, selain ASI nya juga kurang
saya lagi sebel lihat suami saya, karena seperti ada yang berbeda dari dirinya. Sudah dua anak saya, dan dua-duanya pada saat melahirkan diperhatikan
dengan ekstra, tapi anak yang ketiga ini dia nggak mau nungguin saya dari awal sakit-sakit perutnnya sampai ini udah melahirkan pun dia belum datang-datang
juga. Saya jadi sering nangis sendiri walaupun gak jelas kenapa. Biasanya kalau ada kayak gini saya selalu curhat dengan bapak saya karena mamak saya sudah
lama meninggal, sekarang bapak saya pun udah meninggal jadi saya sedih kali. Biasanya kalau saya melahirkan suami saya itu gak kerja, dia nungguin saya
terus sampai saya melahirkan. Ini entah kenapa dia kayaknya sibuk kali, nggak biasanya dia kayak gini. Melahirkan yang kali ini pun lain kali dari pada yang
biasa. Biasanya begitu nyakitin langsung lahir. Kali ini sampai 3 hari sakit- sakitnya baru lahir. Ternyata bayinya besar kali sampai kayak mau mati rasanya
melahirkannya. Beratnya 4,5 kg dan terlilit tali pusat pula jadi agak lama. Mungkin itu juga yang membuat suami saya bosan barangkali nungguin saya.
Jadinya saya sedih kali”.
Dari wawancara di atas diketahui bahwa informan tersebut merasakan cemas oleh karena tidak adanya dukungan penuh dari suaminya mulai dari saat memasuki
proses persalinan hingga pascapersalinan yang mengakibatkan ibu sering manangis sendiri tanpa sebab sehingga menyebabkan adanya penurunan minat ibu untuk
mengurus bayinya dan merasa ASI-nya tidak dapat mencukupi kebutuhan bayinya. b. Ny. PA 20 tahun, Suku Jawa, tinggal di Sei Mencirim, Paritas I
“Saya bingung kalau bayi saya nangis dan mamak saya juga sibuk sekali nyuruh bu bidan yang pegawainya itu untuk ngasi susu karena kasihan melihat bayinya
nangis aja. Udah dipencet-pencet puting susunya gak ada juga. Waktu hamil saya memang payah makan, rasanya kalu melihat nasi itu males kali dan mau
muntah. Maunya makan makanan cemilan aja. Waktu melahirkannya gak begitu susah cuma saya takut sekali sama darah jadi ketakutan sendiri jadi waktu bayi
saya diletakkan di dada saya, saya gak berani melihatnya dan gak sampai 1 jam. Padahal kata bu Bidan minimal harus 1 jam nyusui di dada saya tapi karena
saya terbayang-bayang darahnya jadi saya minta diambil bayinya sebelum sampai 1 jam. Suami saya mendukung saya pada saat melahirkan cuma dia
Universitas Sumatera Utara
nggak datang kemari karena selama hamil saya kalau lihat wajahnya benci, tapi kalau dia gak ada saya kecarian juga. Setelah bayinya lahir dia baru datang”.
Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa di masyarakat masih banyak ibu- ibu hamil dan akan bersalin yang belum memahami manfaat inisiasi menyusu dini
yang bertujuan untuk mempercepat rangsangan produksi ASI termasuk informan di atas. Ibu masih bingung jika bayinya harus diletakkan di atas dadanya dan ibu merasa
takut untuk melihat darah.
c. Ny. SS 36 tahun, Suku Batak Karo, tinggal di Simalingkar B