2.2.1. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini bagi Produksi ASI
Inisiasi menyusu dini merupakan cara yang efektif untuk merangsang payudara agar lebih cepat memproduksi susu yang sudah dibuktikan oleh beberapa
penelitian. Penundaan proses menyusu pada beberapa jam postpartum dapat mengahalangi keberhasilan menyusui Roesli, 2012.
Menurut Bystrova dkk tahun 2007, isapan dini pada payudara menunjukkan pengaruh positif terhadap produksi ASI terlepas dari berapapun jumlah paritasnya.
Pada primigravida ataupun multigravida yang menyusui dalam 2 jam pertama persalinan mendapatkan jumlah air susu lebih banyak sampai hari keempat persalinan
dibandingkan yang tidak melakukannya. Banyaknya jumlah ASI yang diproduksi ini dapat membantu keberhasilan ASI eksklusif.
Nakao dkk tahun 2008, menemukan manfaat dilakukannya inisiasi menyusu dini melalui penelitiannya yaitu dapat mempertahankan lamanya menyusui oleh
karena produksi ASI yang memadai. Penelitian yang dilakukan pada 318 ibu yang berpartisipasi dalam pemeriksaan fisik bayi mereka yang berusia empat bulan di
Nagasaki Jepang, menunjukkan hubungan yang signifikan antara waktu pertama menyusui setelah lahir dikaitkan dengan proporsi ibu menyusui secara penuh selama
mereka tinggal di klinikrumah sakit p = 0,006, pada satu bulan p = 0,004 dan pada empat bulan setelah kelahiran p = 0,003.
Wulandari 2009 dalam penelitiannya menemukan ibu yang dilakukan
tindakan IMD pada persalinannya ternyata menunjukkan produksi ASI dengan kategori cukup mencapai 100 . Ada hubungan antara IMD P0,05 dengan
Universitas Sumatera Utara
produksi ASI. Sentuhan dari bayi juga merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, relaks dan mencintai bayi, serta merangsang pengaliran ASI dari
payudara. Melalui sentuhan, isapan dan jilatan bayi pada puting susu ibu akan
merangsang pengeluaran hormon oksitosin secara signifikan yang merangsang kontraksi rahim, produksi susu untuk memastikan pemberian ASI dalam waktu satu
jam setelah melahirkan dan memberikan manfaat sekaligus bagi ibu dan bayi. Oksitosin merangsang pengaliran ASI dari payudara dan merangsang hormon lain
yang membantu ibu menjadi lebih tenang, rileks, euphoria, meningkatkan ambang rasa nyeri, dan mencintai bayinya. Gupta, 2007.
Menurut Vinther tahun 1997, refleks oksitosin membuat ASI mengalir dan berkumpul di areola di belakang puting susu. Ketika bayi menyusu, sentuhan mulut
bayi pada puting susu dan areola merangsang kelenjar pituitary posterior yang menghasilkan oksitosin ke dalam peredaran darah. Hal ini menyebabkan sel mioepitel
sekitar pabrik susu terangsang untuk menghasilkan susu. Semakin cepat dan sering puting susu mendapatkan rangsangan maka akan semakin cepat menghasilkan ASI
dan meningkatkan produksi ASI.
2.2.2. Langkah-Langkah Inisiasi Menyusu Dini