produksi ASI. Sentuhan dari bayi juga merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, relaks dan mencintai bayi, serta merangsang pengaliran ASI dari
payudara. Melalui sentuhan, isapan dan jilatan bayi pada puting susu ibu akan
merangsang pengeluaran hormon oksitosin secara signifikan yang merangsang kontraksi rahim, produksi susu untuk memastikan pemberian ASI dalam waktu satu
jam setelah melahirkan dan memberikan manfaat sekaligus bagi ibu dan bayi. Oksitosin merangsang pengaliran ASI dari payudara dan merangsang hormon lain
yang membantu ibu menjadi lebih tenang, rileks, euphoria, meningkatkan ambang rasa nyeri, dan mencintai bayinya. Gupta, 2007.
Menurut Vinther tahun 1997, refleks oksitosin membuat ASI mengalir dan berkumpul di areola di belakang puting susu. Ketika bayi menyusu, sentuhan mulut
bayi pada puting susu dan areola merangsang kelenjar pituitary posterior yang menghasilkan oksitosin ke dalam peredaran darah. Hal ini menyebabkan sel mioepitel
sekitar pabrik susu terangsang untuk menghasilkan susu. Semakin cepat dan sering puting susu mendapatkan rangsangan maka akan semakin cepat menghasilkan ASI
dan meningkatkan produksi ASI.
2.2.2. Langkah-Langkah Inisiasi Menyusu Dini
Menurut Roesli tahun 2012, inisiasi menyusu dini dilakukan segera setelah bayi lahir dan menangis, bayi diletakkan di perut ibu, kemudian seluruh tubuh bayi
dikeringkan termasuk kepala dengan secepatnya kecuali kedua tangannya. Tali pusat dipotong, lalu diikat. Verniks zat lemak putih yang melekat di tubuh bayi sebaiknya
Universitas Sumatera Utara
tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi. Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit
ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya. Jika belum menemukan puting
payudara ibunya dalam satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama. Bayi dipisahkan dari ibunya untuk
ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu jam menyusu awal. Ibu dan bayi dirawat gabung dalam satu kamar. Selama 24 jam ibu dan bayi tetap tidak dipisahkan dan
bayi selalu dalam jangkauan ibu.
2.2.3. Mekanisme Menyusu
Menurut Soetjiningsih tahun 1997 bayi yang sehat mempunyai tiga refleks intrinsik yang diperlukan untuk berhasil menyusu seperti :
a. Rooting reflex, yaitu refleks mencari puting. Bila pipi bayi disentuh, ia akan menoleh ke arah sentuhan. Bila bibir bayi disentuh ia akan membuka mulut dan
berusaha untuk mencari puting untuk menyusu. Lidah keluar dan melengkung menangkap puting dan areola.
b. Suckling reflex, yaitu refleks menghisap. Refleks terjadi karena rangsangan puting pada pallatum durum bayi bila aerola masuk ke dalam mulut bayi. Areola dan
puting tertekan gusi, lidah dan langit-langit, sehingga menekan sinus laktiferus yang berada di bawah areola. Selanjutnya terjadi gerakan peristaltik yang
mengalirkan ASI keluar atau ke mulut bayi.
Universitas Sumatera Utara
c. Swallowing reflex, yaitu refleks menelan ASI dalam mulut bayi menyebabkan gerakan otot menelan. Pada bulan-bulan terakhir kehamilan sering ada sekresi
kolostrum pada payudara ibu hamil. Pada saat ASI keluar dari puting susu, akan disusul dengan gerakan mengisap
yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung. Keadaan yang berbeda
akan terjadi pada bayi yang diberi susu botol dimana rahang mempunyai peranan sedikit didalam menelan dot botol, sebab susu dengan mudah mengalir dari lubang
dot. Dengan adanya gaya berat yang disebakan oleh posisi botol yang dipegang ke arah bawah dan selanjutnya dengan adanya isapan pipi, kesemuanya ini akan
membantu aliran susu, sehingga tenaga yang diperlukan oleh bayi untuk mengisap susu menjadi minimal.
Kebanyakan bayi-bayi yang masih baru belajar menyusu pada ibunya, kemudian dicoba dengan susu botol secara bergantian, maka bayi tersebut akan
menjadi bingung puting nipple confusion. Sehingga sering bayi menyusu pada ibunya dengan cara menyusu seperti mengisap dot botol. Keadaan ini berakibat
kurang baik dalam pengeluaran ASI. Oleh karena itu jika terpaksa bayi tidak bisa langsung disusui oleh ibunya pada awal kehidupan, sebaiknya bayi diberi minum
melalui sendok, cangkir atau pipet tetes, sehingga bayi tidak mengalami bingung puting Neifert, 1995 dalam Soetjiningsih 1997.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4. Tahapan Perilaku Bayi pada saat Proses Inisiasi Menyusu Dini