digunakan peneliti untuk mereprentasikan kondisi dari partisipan yang diteliti, yakni ibu bekerja yang ada dalam tahap perkembangan dewasa
awal. Faktor kognitif, dukungan sosial dan budaya digunakan sebagai acuan dalam mengkoding data.
C. Konflik Peran Ganda Pada Ibu Bekerja
Netemeyer, McMurrian Boles dalam Meilani, Sunarti Krisnatuti, 2014 menyatakan bahwa konflik peran ganda adalah keinginan
yang berbeda atau berlawanan antara pekerjaan dan keluarga dimana peran yang satu menuntut lebih sehingga menimbulkan gangguan terhadap peran
lainnya. Melengkapi pengertian sebelumnya, Kahn Al Shofa Kristiana, 2015 mendifinisikan konflik peran ganda sebagai suatu keadaan dimana
adanya perbedaan harapan peran yang menimbulkan ketidakselarasan tekanan peran sehingga mengakibatkan munculnya konflik psikologis
pada individu yang menjalani peran ganda. Netemeyer 1996 dalam penelitiannya menunjukkan adanya
hubungan dua arah antara peran keluarga dan peran pekerjaan dalam konflik peran ganda. Ada dua komponen konflik peran ganda, yaitu
Family Interference with Work FIW dan Work Interference with Family WIF. Pertama, Family Interference with Work FIW adalah konflik
peran ganda dapat muncul akibat urusan keluarga mengganggu urusan pekerjaan, artinya bentuk konflik antar peran dimana tuntutan yang
muncul di dalam keluarga mengganggu pelaksanaan tanggung jawab pekerjaan. Kedua, Work Interference with Family WIF adalah konflik
peran ganda dapat muncul akibat urusan pekerjaan mengganggu urusan keluarga, artinya bentuk konflik antar peran dimana tuntutan yang muncul
di dalam pekerjaan mengganggu pelaksanaan tanggung jawab keluarga. Greenhaus Beutell 1985 menjelaskan bahwa konflik peran
ganda disebabkan oleh tiga faktor, yaitu waktu, ketegangan dan penyesuaian peran. Konflik peran ganda yang disebabkan oleh waktu,
terjadi ketika seorang ibu yang bekerja mengalami kesulitan memenuhi peran yang lain karena waktu yang ada habis digunakan untuk pemenuhan
satu peran saja. Contoh, seorang ibu yang waktunya terkuras habis di tempat kerja tidak dapat meluangkan waktunya ketika sudah berada di
rumah atau keterlambatan ibu yang bekerja ketika sampai di tempat kerja karena harus menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Kedua adalah
ketegangan, faktor ini timbul oleh salah satu peran dimana ketegangan yang ada pada peran tertentu dapat mempengaruhi pelaksanaan peran
lainnya. Teori ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa perawat yang memiliki ketegangan dalam keluarga
akan menurunkan semangat dan produktivitas kerjanya Wulandari, 2013. Terakhir adalah penyesuaian peran, hal ini terjadi jika seorang ibu tidak
bisa menyesuaikan perannya ketika harus menjadi ibu di rumah dan menjadi pekerja di luar rumah.
Setiap pilihan pasti mendatangkan konsekuensi, begitu pula yang dirasakan ibu yang bekerja. Cukup banyak masalah yang muncul karena
konflik peran ganda yang dialami oleh ibu yang bekerja. Dampak ini tak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hanya berupa keletihan fisik, namun juga psikis. Hasil penelitian Barnett Hyde dalam Syarifah Kusumaputri, 2014 menunjukkan bahwa ibu
yang berperan ganda terbukti memiliki dampak negatif, seperti meningkatnya stress, depresi dan gangguan fisik. Selain itu, ketika sebuah
perusahaan tidak memiliki kebijakan yang mengadaptasi dari masalah konflik peran ganda pada karyawan perempuan akan menyebabkan
karyawan perempuan menghadapi situasi yang tidak menyenangkan. Situasi yang tidak menyenangkan di perusahaan akan memudahkan
munculnya stress yang kemudian berpengaruh pada kinerja karyawan perempuan serta produktivitas dan profitabilitas perusahaan dalam jangka
panjang Triaryati, 2003. Oleh sebab itu perlu adanya perhatian khusus dari dalam diri dan juga lingkungan sekitar perempuan menikah yang
bekerja untuk menyikapi dampak konflik peran ganda agar tidak semakin memperburuk keadaan.
D. Regulasi Emosi Pada Ibu Bekerja Yang Mengalami Konflik Peran