8. Peneliti mendengarkan hasil rekaman wawancara dan membuat
verbatim 9.
Setelah membuat verbatim, peneliti lalu memulai menganalisis data yang ada
10. Peneliti membaca hasil analisis data secara berulang dan jika masih
ada yang kurang, maka peneliti akan melakukan wawancara tambahan untuk memperdalam data yang masih belum tampak dan kurang
mendalam. 11.
Hasil analisis yang sudah dibuat oleh peneliti, diberikan oleh teman atau pembimbing peneliti untuk memperoleh kredibilitas penelitian.
F. Analisis Data
Pelaksanaan analisis isi terarah dengan basis penerapan kategori secara deduktif ini akan mencakup langkah-langkah sebagaimana diuraikan berikut
ini Supratiknya, 2012: 1.
Menurut Elo dan Kyngas dalam Supratiknya, 2012 peneliti harus menyususn matriks kategorisasi. Hsieh dan Shannon dalam
Supratiknya, 2012 mengatakan jika pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, maka para partisipan yang dipilih peneliti akan
diberikan pertanyaan utama yang bersifat terbuka tentang aneka pengalaman atau suka duka yang dialami atau dirasakan masing-
masing partisipan.
Kemudian, peneliti
juga menyertakan
pertanyataan-pertanyaan lanjutan yang lebih terarah sekitar kategori- kategori yang sudah ditentukan sebelumnya.
2. Peneliti melakukan coding atau pengkodean. Tujuan penelitian
dengan analisis isi terarah adalah mengidentifikasikan dan mengkategorisasikan semua bentuk manifestasi dari fenomen tertentu
yang sedang diteliti. Hsieh dan Shannon dalam Supratiknya, 2012 terdapat dua strategi dalam melakukan pengkodean. Strategi pertama
mencakup dua langkah, yaitu pertama peneliti terlebih dulu membaca keseluruhan transkrip wawancara yang merupakan satuan analisis dan
menandai setiap bagian dari teks yang mempresentasikan fenomena yang sedang diteliti. Kedua, sesudah itu peneliti langsung menentukan
kode dari semua bagian dari teks yang sudah ditandai dengan menggunakan kode-kode yang sudah ditentukan dari matriks kode.
Setiap bagian teks yang dipandang mempresentasikan fenom yang diteliti namun yang tidak cocok dimasukkan ke dalam salah satu dari
kode-kode yang tercantum dalam matriks kode diberi kode baru atau kode tambahan. Strategi kedua, saat membaca keseluruhan transkrip
wawancara peneliti langsung melakukan pengkodean dengan menggunakan kode-kode yang sudah ditentukan dalam matriks kode.
Data atau bagian-bagian dari teks yang tidak bisa segera dimasukkan ke dalam salah satu kode yang ada dalam matriks kode ditandai.
Sesudah selesai dengan pengkodean, bagian-bagian tersebut merepresentasikan satu atau lebih kategori baru atau hanya
merupakan subkategori dari salah satu kode yang sudah tersedia. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Pengkategorian data verbatim, peneliti lakukan dengan pedoman teori
yang tertulis di bab dua dan dirangkum dalam table berikut: Tabel 2. Indikator Pengkategorisasian
Kategori Indikator
Situation Selection
Segala bentuk usaha partisipan baik menjauhi maupun mendekati objek, orang maupun kejadian
yang memicu munculnya emosi
Situation Modification
Segala bentuk usaha yang dilakukan partisipan untuk memodifikasi situasi secara langsung yang
mendatangkan situasi baru, seperti; mangatur waktu, meminta bantuan, merancang rencana,
melakukan persiapan sebelum berkegiatan, dan lain-lain.
Attention Deployment
Segala bentuk
usaha partisipan
untuk mengarahkan perhatiannya di dalam sebuah
situasi untuk mengatur emosinya, seperti jalan- jalan, berkonsentrasi pada suatu kegiatan, bermain
dengan anak dan lain-lain
Cognitive change Segala bentuk usaha partisipan dengan merubah cara pandangnya dalam menilai situasi ketika
individu tersebut mengalami situasi yang tidak menyenangkan.
Response modulation
Segala bentuk usaha yang dilakukan individu untuk mengatur dan menampilkan respon emosi
yang tidak berlebihan, seperti berolahraga, yoga, relaksasi.
G. Kredibilitas dan Dependabilitas Penelitian