c. Regulasi emosi
Berdasarkan data analisis, terlihat bahwa P1 melakukan regulasi emosi pada emosi negatifnya yang muncul karena adanya konflik peran
ganda. Pada penelitian kali ini, peneliti melihat bahwa P1 melakukan kelima bentuk regulasi emosi untuk meregulasi emosi negatifnya.
1 Situation selection
Bentuk regulasi emosi situation selection merupakan usaha yang dilakukan partisipan untuk mendekati, menjauhi atau bahkan
menghindari situasi atau individu yang memicu munculnya emosi negatif. Berdasarkan hasil data, terlihat P1 akan berusaha untuk
menghadapi segala konflik dan menyelesaikan tuntutan peran gandanya. Selain itu, ketika P1 sedang dalam suasana hati yang tidak
mengenakkan baginya maka P1 akan memilih untuk diam. Saat berselisih paham dengan mertuanya dan membuatnya jengkel maka P1
memilih untuk pergi menjauh dari mertuanya. 2
Situation modification Situation selection dilakukan partisipan dalam bentuk usaha
memodifikasi situasi baik itu lingkungan fisik dan eskternal agar emosi negatif yang dirasakannya dapat teralihkan. Berdasarkan data, terlihat
P1 melakukan bentuk regulasi ini ketika ada konflik dengan rekan kerja atau ada rekan kerja yang tidak menyukainya. P1 tetap berusaha
untuk bersikap baik sebagai usaha untuk memperbaiki keadaan yang ada dan tidak ikut merasa marah atau membenci. Saat bertengkar
dengan suaminya pun P1 memilih untuk bersikap biasa meskipun terkadang perasaan marah muncul dalam diri tetapi P1 mencoba
mencari waktu serta tempat lain yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah tersbut.
Perasaan khawatir, sedih dan berat hati ketika meninggalkan anak untuk bekerja, berusaha P1 tanggulangi dengan menghubungi
keluarga. Hal ini dilakukan P1 untuk mendapatkan informasi keadaan anaknya yang bisa membuatnya lebih tenang. Dalam menjalani peran
gandanya, P1 berusaha untuk membagi waktu dan tenanganya agar dapat menyelesaikan konflik peran ganda yang muncul.
3 Attention deployment
Attention deployment merupakan usaha partisipan untuk mengarahkan perhatiannya di dalam sebuah situasi untuk mengatur
emosinya. Bentuk regulasi ini dibagi lagi menjadi dua: distraksi dan konsentrasi. Konsentrasi menitik beratkan pada ketertarikan dan
pemusatan perhatian partisipan pada keistimewaan emosi yang ditimbulkan akibat situasi tertentu. Hal ini terlihat pada P1 ketika
berbagai tuntutan dan masalah yang ada di rumah membuat P1 tanpa disadari
melampiaskannya pada
pekerjaan. P1
memaknai pekerjaannya sebagai tempat untuk melepaskan diri dari segala
macam masalah rumah tangga yang dialaminya. Selain itu, P1 juga selalu berusaha untuk menyelesaikan segala pekerjaanya dengan
professional meskipun ada rekan kerjanya yang tak menyukainya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bentuk kedua dari attention deployment adalah distraksi. Distraksi merupakan memfokuskan perhatian pada aspek berbeda dari
sebuah situasi, atau memindahkan perhatian jauh dari situasi yang tidak menyenangkan secara bersamaan. Bentuk ini terlihat ketika P1
memiliki masalah yang membuatnya sedih dan tak nyaman maka P1 mencoba melakukan beberapa tindakan untuk mengalihkan
perasaannya tersebut. Ketika sedih, jengkel, kecewa dan tertekan maka P1 akan melampiaskan perasaannya tersebut dengan menulis di
secarik kertas. P1 akan menuangkan segala perasaanya dalam tulisan tersebut kemudian membuangnya. Ketika sudah melakukannya maka
P1 akan merasa lebih tenang dan perasaan yang sebelumnya dirasakan akan hilang. Selain itu, ketika merasa hidupnya ini berat terkadang P1
juga mencoba untuk browsing di internet. Hal ini dilakukan untuk mencari penguatan. Penguatan ini didapat dari beberapa artikel atau
bacaan yang menceritakan cerita serupa dengan kehidupannya, dan jika dapat P1 akan mengambil beberapa informasi untuk menjalani
kehidupan selanjutnya. Ketika ada masalah yang membuatnya sedih, gelisah dan
terbebani maka P1 akan mencari saudara yang dipercayanya. P1 akan menceritakan
kesusahannya dan
seluruh perasaannya
pada saudaranya. Saudara yang diajaknya cerita adalah saudara yang
mengerti keadaan hidup P1. Hal ini P1 lakukan dengan harapan saudaranya ini akan mensupportnya.
4 Cognitive change
Cognitive change merupakan usaha partisipan untuk merubah cara pandangnya dalam menilai sebuah situasi tidak menyenangkan
yang dialaminya. Hal ini terlihat, ketika P1 berusaha untuk bersikap baik meskipun pada orang yang tidak menyukainya. Hal ini dipilih
P1 karena P1 sadar jika dirinya berbuat yang sama pada orang tersebut akan menimbulkan hal yang tidak baik juga bagi dirinya.
Selain itu, P1 juga menyadari bahwa orang lain di sekitarnya yang tidak sesuai dengan harapan P1 tak dapat diubah dan P1 berusaha
untuk menerima orang tersebut. Berdasarkan data, terlihat bahwa P1 berusaha berpikir positif.
Pikirannya yang positif ini membuat P1 mampu melihat sisi positif dari setiap kejadian buruk yang menimpanya. Selain itu, P1 juga
memaknai kejadian baik itu buruk ataupun tidak sebagai akibat dari keputusan yang dibutanya. Pemikiran-pemikiran ini membuat P1
menjadi lebih bisa bertanggung jawab dan menikmati hidupnya. Saat keadaan tertekan dan kesusahan akibat konflik peran ganda
yang dihadapinya maka P1 akan berdoa dan menyerahkan hidup serta segala yang ada dalam kehidupannya pada Tuhan. P1
mempercayai bahwa segala yang terjadi dalam hidupnya adalah rencana Tuhan yang harus dijalaninya.
5 Response modulation
Response modulation merupakan usaha yang dilakukan partisipan untuk mengontrol emosinya agar tidak ditampilkan secara
berlebihan. Bentuk regulasi ini terlihat, saat P1 menyadari dirinya merasa sensitif dan ingin marah. Perasan ini muncul ketika
menghadapi pasien yang menjengkelkan maka P1 akan berusaha menyabarkan diri dan tak mengeluarkan ekspresi marah. P1 akan
berusaha tetap tenang, menarik nafas dan tersenyum ketika menghadapi pasien tersebut. Ketika berselisih paham dengan suami
pun P1 tak langsung berkata-kata dengan nada tinggi, tetapi P1 akan berusaha bersikap tenang dan berusaha membicarakannya dengan
baik-baik.
d. Faktor yang mempengaruhi regulasi emosi