Konflik peran ganda Analisis P1

secara mandiri, dari mulai masak, mencuci, membersihkan rumah, mengasuh anak dan mengurus keluarga. Saat bekerja, P3 terpaksa menitipkan anaknya pada pengasuh yang juga sekaligus tetangganya. Selama bekerja, P3 mempercayakan pengasuhan anaknya pada pengasuhnya tersebut. Meskipun dititipkan pada pengasuh, untuk urusan kebutuhan makan dan keperluan anak lainnya tetap disiapkan P3 dengan baik. Sebelum pergi bekerja, P3 tetap masak dan menyuapi anaknya sarapan. Ketika dititipkan, P3 juga menyiapkan segala kebutuhannya dari mulai susu, pakaian, mainan dan makanan. Tak lupa, P3 menitipkan uang kepada pengasuhnya untuk membelikan anaknya makanan yang diinginkan ketika anaknya tidak menyukai bekal makan siangnya. Meskipun diperbolehkan membeli makan dari luar, P3 tetap memberikan pesan pada pengasuh anaknya agar tidak membelikan anaknya makanan atau jajanan sembarangan. Hal ini dilakukan P3 sebagai usaha perlindungan P3 terhadap kesehatan dan kontrol asupan gizi anaknya. P3 akan menjemput anaknya setelah pulang kerja, apabila suami P3 pulang lebih awal, maka anaknya akan dijemput oleh suami P3.

C. Analisis Data Penelitian

1. Analisis P1

a. Konflik peran ganda

Perempuan menikah yang bekerja memiliki dua tuntutan peran dalam hidupnya, yaitu tuntutan sebagai ibu rumah tangga dan tuntutan sebagai pekerja. Keinginan untuk memenuhi tuntutan peran satu yang terkadang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bertentangan dengan pemenuhan tuntutan peran lainnya menyebabkan munculnya konflik peran ganda pada perempuan menikah yang bekerja. Hal ini yang menjadi pusat penelitian dan muncul dalam data penelitian kali ini. Berdasarkan data analisis P1, ditemukan beberapa konflik peran ganda dan beberapa tuntutan lainnya yang muncul ketika P1 menjalani peran gandanya. Konflik peran ganda dirasakan P2 di pagi hari, saat harus menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, memandikan anak, mengurus bekal anak hingga menyiapkan keperluan untuk bekerja. Semua itu harus dilakukan P1 di pagi hari dan P1 merasa dirinya seperti kemrungsung untuk meyelesaikan tuntutan rumah tangga sekaligus tuntutan pekerjaannya. Perasaan kemrungsung itu juga dirasakan ketika P1 masih harus memberikan ASI untuk anak pertamanya. P1 saat itu masih memiliki keterbatasan ekonomi, sehingga tidak memiliki lemari pendingin untuk menyimpan ASI. Keadaan tersebut memaksa P1 untuk tetap bekerja tetapi juga tetap memberikan ASI pada anak, dengan mengalokasikan waktu istirahat kerja untuk memberikan ASI kemudian kembali lagi ke kantor. Muncul pergolakan batin ketika meninggalkan anak untuk bekerja pertama kali. Selain adanya pergolakan batin, P1 juga memiliki keinginan untuk bisa bersama keluarganya dalam waktu yang lama namun hal ini terhalang karena P1 harus bekerja. Pekerjaan P1 yang berhubungan dengan pusat kesehatan masyarakat membuatnya tidak dapat libur dalam waktu yang lama. Saat tiba di rumah P1 tidak lantas bisa istirahat. Rasa lelah dengan berbagai tuntutan dan masalah kantor, seperti: kerjaan yang menumpuk, pasien yang tidak sabar dan mendesak P1 untuk mendapatkan hasil serta perilaku rekan kerja yang terkadang membuat P1 jengkel, marah dan tertekan. Tetapi ketika sampai di rumah, P1 masih harus membereskan pekerjaan rumah, menemani anak mengerjakan PR, memberikan ASI dan menemani ketiga anaknya tidur. Saat-saat tertentu keadaan yang membuatnya lelah di kantor dan masih harus menyelesaikan pekerjaan rumah membuat P1 dan suami terlibat konflik. Tidak hanya dengan suami, tapi mertua yang juga tinggal bersama dengan P1 juga ikut campur urusan rumah tangga P1. Keadaan ini beberapa kali memicu pertengkaran antara P1 dengan mertuanya. P1 dengan mertua beberapa kali terlibat konflik karena mertua P1 tidak puas dengan kerjaan P1 di rumah. Belum lagi mertua selalu menasehati P1 untuk menasehati suaminya agar tidak pulang malam. Hal ini membuat P1 sangat tidak nyaman dan marah pada mertuanya. Selain itu, tuntutan ekonomi juga menekan P1, terlebih karena suami P1 tidak memiliki pekerjaan tetap sehingga penghasilan P1 menjadi penghasilan utama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya itu, P1 juga memiliki online shop untuk membantu perekonomian keluarganya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Banyaknya tuntutan pekerjaan dan tuntutan rumah tangga yang terkadang muncul bersamaan membuat P1 kehabisan waktu dan tenaganya. Munculnya konflik peran ganda membuat P1 harus menyelesaikannya dan terkadang membutuhkan waktu dan tenaga P1. Keadaan ini ternyata berdampak pada relasi P1 dengan anaknya. Ketika memiliki anak pertama, P1 menyadari adanya jarak antara dirinya dengan anak karena dirinya meninggalkan anaknya untuk bekerja. Pada saat itu hatinya sedih dan memiliki keinginan untuk selalu bersama anak. Tetapi di satu sisi P1 tak bisa memungkiri realita yang ada bahwa harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

b. Emosi negatif yang timbul