Regulasi Emosi Pada Ibu Bekerja Yang Mengalami Konflik Peran

hanya berupa keletihan fisik, namun juga psikis. Hasil penelitian Barnett Hyde dalam Syarifah Kusumaputri, 2014 menunjukkan bahwa ibu yang berperan ganda terbukti memiliki dampak negatif, seperti meningkatnya stress, depresi dan gangguan fisik. Selain itu, ketika sebuah perusahaan tidak memiliki kebijakan yang mengadaptasi dari masalah konflik peran ganda pada karyawan perempuan akan menyebabkan karyawan perempuan menghadapi situasi yang tidak menyenangkan. Situasi yang tidak menyenangkan di perusahaan akan memudahkan munculnya stress yang kemudian berpengaruh pada kinerja karyawan perempuan serta produktivitas dan profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang Triaryati, 2003. Oleh sebab itu perlu adanya perhatian khusus dari dalam diri dan juga lingkungan sekitar perempuan menikah yang bekerja untuk menyikapi dampak konflik peran ganda agar tidak semakin memperburuk keadaan.

D. Regulasi Emosi Pada Ibu Bekerja Yang Mengalami Konflik Peran

Ganda Meningkatnya jumlah pekerja perempuan di Jawa dan Bali sebesar 0,11 pada tahun 2012 Kusumasmara, Widyawan, Wibowo Hapsari, 2016 membawa dampak positif dan negatif dalam kehidupan ibu yang bekerja. Dampak positif yang dirasakan adalah meningkatnya pendapatan keluarga, dapat mengembangkan kemampuan diri dan memperluas wawasan serta pertemanan Hermayanti, 2014. Dampak negatif yang dapat dirasakan oleh ibu bekerja, seperti tidak adanya keberadaaan ibu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bekerja letika dibutuhkan untuk urusan keluarga, lebutuhan keluarga yang tidak dapat terpenuhi secara menyeluruh, kelelahan fisik yang muncul karena terkurasnya tenaga saat bekerja menyebabkan ibu bekerja tidak dapat dengan maksimal melakukan tanggung jawabnya sebagai ibu di rumah secara maksimal dan tidak dapat menemani suami dalam kegiatan- kegiatan tertentu Latuny, 2012 adalah adanya tuntutan waktu dan tenaga yang ekstra karena harus melakukan pekerjaan sebagai ibu bekerja dan sebagai ibu rumah tangga secara bersamaan. Selain itu, adanya konflik pekerjaan atau konflik rumah tangga yang mempengaruhi satu dengan lainnya serta mulai berkurangnya perhatian untuk anak. Adanya tuntutan peran pekerjaan dan tuntutan peran rumah tangga disaat bersamaan menyebabkan munculnya konflik peran ganda pada ibu bekerja. Kahn, dkk dalam Al Shofa Kristiana, 2015 mendefinisikan konflik peran ganda sebagai suatu situasi di mana adanya perbedaan harapan yang menimbulkan ketidakselarasan tekanan peran sehingga mengakibatkan konflik psikologis pada individu. Konflik peran ganda yang dialami ibu yang bekerja membawa dampak negatif pada psikisnya. Dampak psikis yang dirasakan oleh ibu yang bekerja, seperti tegang, cemas, mudah marah, dan sedih. Pernyataan ini selaras dengan penelitian yang dilakukan Barnett Hyde dalam Syarifah Kusumaputri, 2014 menunjukkan adanya dampak negatif seperti meningkatnya stress, depresi dan adanya gangguan fisik pada ibu bekerja yang mengalami konflik peran ganda. Untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari konflik peran ganda maka perlu adanya regulasi emosi pada ibu yang bekerja. Regulasi emosi menurut Widuri 2012 sebagai suatu kemampuan individu dalam mengatur dan mengekspresikan emosi serta perasaannya dalam kehidupan sehari-hari. Melengkapi pengertian sebelumnya Thompson 1994 mendefinisikan regulasi emosi sebagai suatu proses pertanggung jawaban individu dalam memonitor, mengevaluasi dan memodifikasi reaksi emosi secara intensif dan khusus untuk mencapai tujuan tertentu. Hal ini dilakukan untuk mengurangi respon yang kurang tepat akibat emosi negatif yang dirasakan Sobur, 2003. Regulasi emosi menurut Gross 2014 dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, pertama, situation selection dimana ibu yang bekerja berusaha untuk mendekati, menjauh atau bahkan menghindari seseorang, objek, tempat ataupun situasi yang dapat menimbulkan emosi. Kedua, situation modification yang merupakan usaha ibu yang bekerja untuk memodifikasi situasi secara langsung yang mendatangkan situasi baru. Ketiga, attention deployment dimana ibu yang bekerja berusaha untuk mengarahkan perhatiannya didalam sebuah situasi untuk mengatur emosinya. Dalam bentuk regulasi ini, ibu yang bekerja dapat melakukannya dengan dua cara, yaitu distraksi dan konsentrasi. Distraksi adalah memfokuskan perhatian pada aspek berbeda dari sebuah situasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI atau memindahkan perhatian jauh dari situasi yang tidak menyenangkan secara bersamaan. Pengertian konsentrasi dalam bentuk regulasi emosi Attention Deployment adalah ketertarikan atau perhatian individu pada keistimewaan emosi yang ditimbulkan akibat situasi tertentu. Keempat, cognitive change yang merupakan usaha ibu yang bekerja untuk merubah cara pandangnya dalam menilai situasi ketika dirinya mengalami situasi yang tidak menyenangkan. Terakhir, response modulation yang merupakan usaha ibu yang bekerja untuk mengatur dan menampilkan respon emosi yang tidak berlebihan. Regulasi emosi yang dilakukan individu memiliki dampak positif apabila dilakukan dan memiliki dampak negatif apabila individu tidak melakukan regulasi emosi dalam kesehariannya. Dampak negatif yang terjadai pada diri individu apabila tidak melakukan regulasi emosi, antara lain cenderung merasakan emosi yang bergantian antara sedih dan bahagia, individu akan cenderung dikuasai oleh emosi negatif serta melampiaskan emosi negatifnya pada orang-orang disekitarnya Yusuf, 2015. Kelima bentuk regulasi emosi dalam penelitian sebelumnya Aprisandityas Diana, 2012; Kusumaningrum, 2012; Yusuf, 2015 menunjukkan adanya dampak positif yang dirasakan apabila individu melakukan regulasi emosi pada dirinya. Dampak positif yang dirasakan, diantaranya munculnya perasaan tenang dalam diri, berkurangnya kecemasan dalam diri, menjadi lebih dekat dengan Tuhan, emosi yang dirasakan lebih positif dan bahagia dalam menjalani kesehariannya. Skema 1 Kerangka Berpikir

E. Pertanyaan Penelitian